Tugas Bahasa Indonesia (Artikel 2) - Novita Fitri Nur Faizah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Novita Fitri Nur Faizah



No. Presesnsi



: 27



Kelas



: XII MIPA 5



AGAR ANAK MISKIN TERUS SEKOLAH



Nelson Mandela berujar bahwa pendidikan adalah senjata ampuh untuk menguasai dunia. Kata-kata mantan Presiden Afrika Selatan itu menegaskan betapa pentingnya pendidikan dalam mengubah hidup manusia, bahkan bangsa. Bangsa yang maju menandakan setiap warganya bisa mengakses pendidikan dengan baik, termasuk anak miskin sekali pun. Di Indonesia, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, seperti digariskan dalam Pasal 31 UUD 1945. Tapi, masalahnya, apakah semua anak di Indonesia sudah bisa mengakses pendidikan? Di atas kertas, sekolah memang gratis, tapi di lapangan masih banyak ditemukan "iuran" yang harus dibayar oleh siswa kepada sekolah. Dari uang masuk sekolah, uang seragam, buku, uang ujian, hingga iuran-iuran "bernilai kecil" yang sering kali membuat orang tua miskin terpaksa menyuruh anaknya berhenti sekolah. Sebentar lagi, misalnya, setelah ujian nasional SMP ini, orang tua para siswa akan dihadapkan oleh beragam keperluan, dari perpisahan hingga pendaftaran ke sekolah lanjutan. Semua itu adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan oleh siswa. Itu belum lagi bagi mereka yang lulus SMA, biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa untuk masuk perguruan tinggi biayanya lebih besar.



Bagi orang tua siswa yang mampu, tentu saja biaya-biaya itu tak menjadi masalah. Bahkan mereka rela mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan pendidikan terbaik untuk anaknya. Masalahnya akan mengganjal bagi orang tua tak mampu alias miskin. Akhirnya, tak sedikit dari anak-anak miskin menjadi putus sekolah. Sekolah seolah merasa sah saja mengutip ini-itu dari orang tua siswa, dengan berbagai alasan, seperti terlambatnya pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS), kecilnya dana BOS, dan sebagainya. Bahkan, untuk pembangunan fisik pun, sekolah menarik iuran dari siswa, misalnya untuk membikin pagar, musala, taman, bahkan ruang kelas. Padahal seharusnya itu semua tanggung jawab pemerintah. Lain halnya kalau sekolah swasta. Sekolah swasta pun, seharusnya, juga memberi perhatian terhadap anak-anak miskin. Negara tetap hadir di sana, misalnya, dengan membuat aturan setiap sekolah swasta wajib menyediakan 20 persen bangku untuk anak-anak miskin dengan biaya murah, bahkan gratis. Sekolah swasta bisa menerapkan subsidi silang untuk bisa menampung anak-anak miskin. Tak hanya itu, negara perlu berperan untuk mengawasi agar sekolah tidak melanggar hak-hak anak dalam memperoleh pendidikan. Misalnya, melakukan pengawasan yang cukup terhadap kebijakan sekolah, terutama yang berkaitan dengan biaya, agar tidak membebani siswa yang tak mampu. Setiap pungutan jangan dilepas secara sepihak kepada sekolah, melainkan harus mendapat izin dari pemimpin daerah dan dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, aparat pemerintah perlu turun ke kampung-kampung miskin dan mencari anakanak miskin yang putus sekolah. Jangan sampai ada di antara mereka yang karena tidak ada biaya lalu tidak bisa sekolah. Negara harus hadir dan memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan anak-anak miskin. Sebab, sekolahlah harapan satu-satunya agar mereka bisa mengubah nasib dan keluar dari jebakan kemiskinan. Dengan bersekolah—seperti kata Nelson Mandela di atas—mereka memiliki senjata untuk menguasai dunia.



No



Informasi yang digunakan



1.



Kategori Fakta



Nelson Mandela



Keterangan Opini Faktual:



berujar bahwa pendidikan



Nelson Mandela



adalah senjata ampuh untuk menguasai dunia. Kata-kata mantan Presiden Afrika Selatan itu menegaskan betapa pentingnya pendidikan dalam mengubah hidup manusia,







bahkan bangsa. Bangsa yang maju menandakan setiap warganya bisa mengakses pendidikan dengan baik, termasuk anak miskin sekali 2.



pun. Di Indonesia, setiap orang



Faktual:



berhak mendapatkan



Di Indonesia



pendidikan yang layak, seperti digariskan dalam Pasal 31 3.







UUD 1945. Sebentar lagi, misalnya,



Faktual:



setelah ujian nasional SMP



Beragam keperluan yang



ini, orang tua para siswa akan



dihadapi orang tua siswa.



dihadapkan oleh beragam keperluan, dari perpisahan







hingga pendaftaran ke sekolah 4.



lanjutan.. Bahkan, untuk pembangunan



Faktual:



fisik pun, sekolah menarik



Pembangunan yang masih



iuran dari siswa, misalnya



memerlukan iuran siswa.



untuk membikin pagar,







musala, taman, bahkan ruang kelas. Padahal seharusnya itu semua tanggung jawab pemerintah. Lain halnya kalau 5.



sekolah swasta. … biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa untuk masuk perguruan tinggi



6.



tua siswa besar.



mengeluarkan biaya lebih



Biaya yang besar demi







pendidikan terbaik.



anaknya. Dengan bersekolah—seperti kata Nelson Mandela di atas —mereka memiliki senjata



Faktual:







Nelson Mandela.



untuk menguasai dunia. Sebab, sekolahlah harapan satu-satunya agar mereka bisa mengubah nasib dan keluar



11.



Biaya yang dikeluarkan orang



Faktual:



pendidikan terbaik untuk



10.







biayanya lebih besar. Bahkan mereka rela besar untuk mendapatkan



9.



Faktual:



Opini:







Pendapat penulis tentang solusi kemiskinan.



dari jebakan kemiskinan. Misalnya, melakukan



Opini:



pengawasan yang cukup



Saran penulis kepada



terhadap kebijakan sekolah, terutama yang berkaitan dengan biaya, agar tidak membebani siswa yang tak mampu. Setiap pungutan jangan dilepas secara sepihak kepada sekolah, melainkan harus mendapat izin dari pemimpin daerah dan dibahas







pemerintah.



oleh Dewan Perwakilan 12.



Rakyat. Negara tetap hadir di sana,



Opini:



misalnya, dengan membuat



Saran penulis kepada



aturan setiap sekolah swasta



pemerintah.



wajib menyediakan 20 persen bangku untuk anak-anak miskin dengan biaya murah, bahkan gratis. Sekolah swasta bisa menerapkan subsidi silang untuk bisa menampung anak-anak miskin.