5 0 594 KB
TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen Pengampu: Indra Martha Rusmana, M. Pd. Oleh: Nama
: Ria Susanti
NPM
: 201713500114
Kelas
: R6B
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA (FMIPA) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 2020
TUGAS 1 1. Jenis-Jenis Instrumen Penilaian Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen penilaian yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan menilai proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan terhadap peserta didik. Instrumen tersebut terdapat dua bagian, yaitu; tes dan nontes. Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemampuan akademik. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non-tes adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. Instrumen yang berbentuk tes bersifat performansi maksimum sedang instrumen non-tes bersifat performansi tipikal. Untuk memperjelas instrumen penilaian tersebut, mari kita bahas lebih lanjut pemaparan berikut ini: a. Tes sebagai instrumen penilaian Tes sebagai instrumen penilaian adalah pertanyaan – pertanyaan yang diberikan pada peserta didik untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulis (tes tulis), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. Ada dua jenis tes, yakni: tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
1) Tes Uraian (Tes Subjektif) a) Pengertian Tes Uraian/Essay (Tes Subjektif) Tes Uraian yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan instrumen penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut
peserta
didik
menjawab
dalam
bentuk
menguraikan,menjelaskan,mendiskusikan,membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu: uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
Uraian Bebas (Extended Respons Items) Dalam uraian bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan peserta didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.
Uraian Terbatas (Restricted Respons Items) Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Uraian Berstruktur Soal
berstruktur
dipandang
sebagai
bentuk antara soal-soal objektif dan soalsoal essay.
Soal
berstruktur
merupakan
serangkaian soal jawaban singkat sekalipun
bersifat
terbuka
dan
bebas
memberikan
jawaban. b) Kelebihan Tes Uraian/Essay (Tes Subjektif)
Tes essay dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran
kemampuan
dan
keterampilan
mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya.
Bentuk tes essay lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes dan yang lain.
Memudahkan dosen untuk menyusun butir soal. Kemudahan ini dapat disebabkan karena jumlah butir soal tidak perlu terlalu banyak dan dosen tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
Tes essay sangan menekankan kemampuan menulis.
Karena
akan
sangat
mendorong
mahasiswa dan dosen untuk belajar dan mengajar menyatakan pikiran secara tertulis.
c) Kelemahan Tes Uraian/Essay (Tes Subjektif)
Reliabilitas rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel diuji ulang beberapa kali.
Untuk menyelesaikan tes essay dengan baik dosen dan mahasiswa harus menyediakan waktu cukup banyak.
Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama membedakan prestasi belajar antar mahasiswa.
d) Penggunaan Tes Uraian/Essay (Tes Subjektif)
Bila jumlah mahasiswa atau peserta ujian terbatas maka soal uraian dapat digunakankarena masih mungkin bagi dosen untuk dapat memeriksa hasil ujian tersebut dengan baik.
Bila
waktu
yang
dipunyai
dosen
untuk
mempersiapkan soal sangat terbtas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memerikasa hasil ujian, maka soal uraian dapat digunakan.
Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes uraian.
Bila dosen ingin mempereoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung dalam soal ujian tetapi
dapat disim[ulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai atau pendapat.
Bila dosen ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswanya, maka tes uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
e) Klasifikasi Tes Uraian/Essay (Tes Subjektif) Tes uraian secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian bebas, tes uraian terbuka dan tes uraian terbatas, tes uraian objektif. Pembedaan kedua jenis tes uraian ini adalah besarnya kebebasan yang diserikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya. f) Aturan
Untuk
Menyusun
Tes
Uraian/Essay
(Tes
Subjektif) Yang Baik
Sediakan kesempatan bagi para siswa untuk mempelajari bagaimana cara mempersiapkan diri dan mengikuti ulangan.
Yakinkan diri anda bahwa pertanyaan-pertanyaan telah diarahkan dan dirumuskan secara berhati-hati.
Bila struktur pertanyaan disusun berdasrakan isi pelajaran dan panjang, maka banyaknya pertanyaan dapat ditambah dan maslah diskusi agar dikurangi.
Guru harus memilki kerangka petunjuk dalam penyususnan
pertanyaan
tes
agar
tidak
menimbulkan salah tafsir dan kebimbangan pada orang lain, terutama jika terjadi kritik dari guru lainnya.
Jangan menggunakan pertanyaan yang dapat menimbulkan berbagai kemungkinan jawaban, karena semua siswa harus mengerjakan tes yang sama.
Sediakan waktu yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan pilihan.
2) Tes Objektif Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
Pilihan Ganda(Multiple Choice) Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis,
dan
evaluasi.
Pilihan
jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan
jawaban
salah
yang
dinamakan
pengecoh (distractor/decoy/fails). Kelebihan butir soal pilihan ganda, yaitu: Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikontruksi
dan
mengukur
segala
digunakan level
untuk tujuan
instruksional, mulai dari yang paling
sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Setiap perangkat tes dapat mencakup hampis seluruh cakupan bidang studi. Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektifa. Tipe
butir
soal
dapat
dikonstruksi
sehingga menuntut kemampuan peserta tes
untuk
membedakan
berbagai
tingkatan kebenaran sekaligus. Jumlah
option
yang
dapat
disediakanmelebihi dua.Karena itu akan dapat mengurangi keinginana peserta tes untuk menebak. Tipe
butir
soal
pilhan
ganda
memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik. Butir soal dapat dikonstruksi dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendali,
dengan
hanya
mengubah
tingkat homegenitas alternative jawaban. Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir
soal
ini
dapt
memberikan
informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada dosen, terutama bila butir soal itu memiliki homegenitas yang tinggi.
Kekurangan butir soal pilihan ganda,yaitu: Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini terutama untuk menemukan alternative jawaban
yang
homogen.
Acapkali
dosen mengkonstruksikan butir soal dengan hanya satu alaternatif jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban. Ada
kecendrungan
bahwa
dosen
mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. “Testwise” memepunyai pengaruh yang berarati terhadap hasil tes peserta. Jadi, makin
terbiasa
seseorang
dengan
bentuk tes tipe pilihan ganda, makin besar
kemungkinan
ia
akan
memperoleh skor yang lebih baik. Ragam Tipe pilihan ganda,yaitu: Pilihan ganda biasa Pilhan ganda analisis hubungan antar hal Pilihan ganda analisis kasus Pilihan ganda kompleks Pilihan
ganda
yang
menggunakan
diagram, gambar, grafik atau table.
Benar-Salah(True-False, or Yes-No) Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benarsalah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Kelebihan butir soal tipe benar salah: Mudah dikonstruksi Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan. Mudah diskor Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan. Kekurangan butir soal tipe benar salah: Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban Terlalu menekankan kepada ingatan. Meminta
respon
peserta
tes
yang
berbentk penilaian absolute sedangkan dalam kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuat kebenaran absolute tanpa kondisi. Beberapa petunjuk konstruksi butir soal benar-salah
Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting
dan
bermakna,
tidak
menanyakan hal yang remeh (trivial). Misalnya: Lemah
: B-S Bung Hatta dilahirkan di Bukit Tinggi
Lebih Baik
: B-S Pemikiran Bung Hatta tentang hak asasi manusia telah diabadikan dalam pasal-pasal UUD 1945 Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat.. Misalnya:
Lemah
: B-S Hukum Newton I menyatakan bahwa setiap benda akan bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu.
Lebih Baik
: B-S Penumpang bis yang duduk tenang dalam bis yang berjalan dengan kecepatan 80 km /jam akan terdorong kedepan bila bis diberhentikan secara tiba-tiba. Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar. Misalnya:
Lemah
: B-S Sebelum dilakukan pernikahan calon pengantin laki-laki diharuskan melamar calon pengantin wanita.
Lebih Baik
: B-S Dalam masyarakat ptrilinial pihak calon pengantin pria diharapkan lebih mengambil inisiatif daripada pihak calon pengantin wanita. Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes
yang belajar, dan jawaban yang slaha kelihatan lebih seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik. Misalnya: B-S
:Makanan kaleng lebih mahal harganya
daripada
makanan
segar (S). B-S
:Bahasa ilmiah yang digunakan di pesantren di Jawa Barat pada awal abad ke 20 adalah bahasa Arab dan bahasa Jawa (B).
Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan
secara
jelas
dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi butir soal tersebut harus menggunakan
kalimat
sesingkat
mungkin. Misalnya: Lemah
: B-S Kekalahan Jermana terhadap Sekutu dalam Perang Dunia II bukan disebabkan oleh ketidakmampuan Jerman dalam strategi memenangkan pertempuran tetapi lebih disebabkan oleh kelemahan semangat perang rakyat Jerman.
Lebih Baik
: B-S Hilangnya semangat perang rakyat Jerman adalah penyebab utama kekalahan Jerman terhadap sekutu dalam Perang Dunia II Modifikasi butir soal tipe benar-salah: Menyertakan jawaban yang benar bila peserta tes memilih jawaban S. Dengan memasok jawaban yang seharusnya bila jawaban yang dipilih S maka peserta tes
harus
dapat
mendemonstrasikan
penguasaan bahan yang diujikan. Dalam
bentuk
penulisan
sederetan
pernyataan sebagai kelanjutan dari suatu pernyataan sebelumnya.
Menjodohkan(Matching) Soal tes bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal. Kelebihan: Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan
dengan
pengetahuan
tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan. Dapat
menguji
kemampuan
menghubungkan dua hal baik yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung. Mudah dikonstruksi sehingga dosen dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat mengkonstruksi sejumlah butir
soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan tertentu. Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Mudah diskor. Kekurangannya: Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk dapat menghindarkan kelemahan ini maka konstruksi butir soal tipe ini harus dipersiapkan secara hati-hati. Prinsip Konstruksi tipe menjodohkan: Pernyataan dibawah kolom pertama dan dibawah kolom kedua masing-masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen. Misalnya:Pernyataan dibawah kolom kedua harus lebih banyak dari pernyataan di bawah kelompok pertama. Untuk
memudahkan
penyediaan
lembaran jawaban yang seragam, maka dianjurkan supaya jumlah pernyataan di bawah kolom pertama berkisar antara 3 atau 4 buah. Sedangkan pernyataan dibawah kolom kedua adalah 5. Dengan demikian
lembaran
jawaban
akan
seragam denga betuk butir soal pilihan ganda lainnya
Melengkapi(Completion) Soal
bentuk
melengkapi (completion) dikemukakan
dalam kalimat yang tidak lengkap. 3) Tes Lisan Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. 4) Tes Perbuatan Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat
yang
sudah
disediakan.
Bentuk
formatnya
dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya
menggunakan
format
pengamatan
individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok. 5) Tes Kepribadian atau personality test Tes Kepribadian atau personality test digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya.
6) Tes Bakat Atau Aptitude Test Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang. 7) Tes Inteligensi Atau Intelligence Test Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang. 8) Tes Sikap Atau Attitude Test Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi. 9) Tes Minat Atau Measures Of Interest Tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 10) Tes Prestasi Atau Achievement Test Tes
prestasi
atau
achievement
test,
digunakan
untuk
mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu. b. Non-tes sebagai instrumen penilaian Instrumen non-tes sangat penting dalam mengevaluasi peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan instrumen tes yang lebih menekankan aspek kognitif. Ada beberapa macam instrumen non-tes, yakni: pengamatan (observation), wawancara(interview), kuesioner
atau
angket (quetionaire). Berikut ini penjelasan instrumen penilaian non-tes: 1) Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah
laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Instrumen yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi. Ada tiga jenis observasi, yakni: a) Observasi Lagsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. b) Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan
dengan
menggunakan
alat
seperti
mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit. c) Observasi
partisipasi,
adalah
observasi
yang
dilaksanakan dengan cara pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti inddividu yang sedang diamatinya 2) Wawancara Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun dengan jawaban yang belum jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni: wawancara terstruktur dan wawanncara bebas.
3) Angket atau Kuesioner Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian.
kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
kuesioner
tidak
langsung,
responden
menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah
bentuk
kuesioner
ditetapkan,
langkah
selanjutnya
adalah
membuat
pertanyaan
dengan
mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan
dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan
kuesioner
menjadi
enak
dibaca,
seperti
penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda. Angket atau Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah instrumen penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga peserta didik, kesehatan peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif 4) Daftar Cek (Check Lists ) Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil penilaiannya. Esensi dari Check Lists adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya suatu unsur, komponen, sifat, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks.
Dalam
daftar
cek
pengamat
hanya
dapat
menyatakan ada atau tidaknya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut seperti pada rating scale. Check List bermanfaat untuk mengukur hasil belajar yang berupa produk maupun prosedur atau proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Check Liststerdiri dari dua bagian yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidaknya komponen tersebut dalam observasi. 5) Studi Kasus Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain – lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun
waktu
yang
cukup
lama.
Mendalam
artinya
mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti; orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. 6) Portofolio Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti
dokumen
atau
surat-surat.
Penilaian
portofolio
(portfolio
assesment)
“performance
merupakan
assesment”.
salah
Portofolio
satu
(portfolio)
bentuk adalah
kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya peserta ddik yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi
suatu
pekerjaan/tugas
atau
karya
melalui
pengumpulan (collection) hasil karya peserta didik yang sistematis dalam satu periode. Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau data hasil pekerjaan peserta didik, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis seluruhnya digunakan
untuk
membuat
inferensi
kemampuan
dan
perkembangan kemampuan peserta didik. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 7) Participation Charts atau bagan partisipasi Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses belajar mengajar ialah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Jadi, keikutsertaan tersebut selain merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan untuk mengenai suatu isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan untuk menjadikan proses belajar mengajar sebagai alat meningkatkan percaya diri, harga diri, dan lain-lain. Dengan demikian keikutsertaan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang kaya tentang hasil belajar yang bersifat non-kognitif.
Sungguhpun participation charts belum dapat memberikan informasi tentang alasan seseorang ikut serta dalam suatu kegiatan, tetapi pola keikutsertaan dalam aktivitas sudah dapat menjelaskan
suatu
hasil
belajar
yang
penting
yang
bersifat non-kognitif yaitu lebih bersifat afektif. Participation Charts ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. 8) Rating scale (Skala Bertingkat) Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Rating scale adalah alat pengukuran non-tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang lain. Biasanya berisikan
seperangkat
atau kualitas
dari
pasangannya
berbentuk
pernyataan
sesuatu
yang
semacam
tentang akan cara
karakteristik
diukur
beserta
menilai.
Jadi
suatu rating scale terdiri atas 2 bagian yaitu: (1) adanya pernyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaan dari suatu unsure atau karakteristik tertentu, dan (2)adanya semacam petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi
(2002)
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
ketidakjujuran jawaban responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati. 9) Instrumen Dokumentasi Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala. Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak. 10) Skala sikap
Sikap
sebagai
suatu
konstruk
psikologi
harus
memenuhi 2 kriteria yaitu dapat diamati dan dapat diukur. Sikap adalah identitas kecenderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikologis tertentu. Untuk mengukur sikap harus dikonstruksi skala sikap, yang dimulai dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang akan diukur atau dengan klata lain ”sikap terhadap apa?”. Dengan demikian harus ditentukan batas-batas objek sikap yang akan diukur. Misalnya sikap orang terhadap hukuman mati, bunuh diri atau kaum fundamentalis dan sebagainya. Setelah itu dikumpulkan butiir-butir pernayataan tentang objek sikap tersebut. Barulah kemudian ditentukan format jawaban yang akan digunakan dan cara penskoran
TUGAS 2 1. Kata Kerja Operasianal (Taksonomi Bloom) A. Pengertian Taksonomi Bloom Secara singkat, Taksonomi Bloom adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang dibuat berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai berbagai hal yang dikelompokkan dalam sistematika. Secara etimologis, kata “taksonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tassein” yang artinya mengklasifikasikan, dan “nomos” yang artinya aturan. Sehingga arti taksonomi dapat didefinisikan sebagai hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Taksonomi Bloom dibuat oleh seorang psikolog bernama Benjamin Samuel Bloom pada tahun 1956 untuk tujuan pendidikan. Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu;
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, dimana setiap ranah dibagi lagi lebih rinci menjadi beberapa bagian. Menurut Bloom, tujuan pendidikan dapat dibagi ke dalam 3 ranah, yaitu:
Ranah Kognitif (Cognitive Domain), berisi berbagai perilaku yang menekankan aspek intelektual. Misalnya; pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Ranah Afektif (Affective Domain), berisi berbagai perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi. Misalnya; sikap, minat, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Ranah
Psikomotorik (Psychomotoric
Domain),
berisi
berbagai perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Misalnya; berenang, tulisan tangan, mengetik, dan mengoperasikan mesin.
B. Klasifikasi Taksonomi Bloom Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, taksnomi ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tiga ranah tersebut: 1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain) Koginitif adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses
sains,
tetapi
yang
karakteristiknya
untuk
mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif
produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan dalam aspek pengetahuan dan penalaran. Pada ranah kognitif terdapat 6 tingkatan proses berpikir, yaitu: No . 1
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
Pengetahuan
Kemampuan dalam mengingat
mengutip,
menyebutkan,
(Knowledge)
dan
menjelaskan
,menggambar,
menjelaskan
kembali
mengenai istilah, fakta khusus, mengidentifikasi,
mendaftar,
konvensi, kecenderungan dan
membilang,
menunjukkan,
urutan,
memasangkan,
klasifikasi
dan
memberi
kriteria
serta
menamai,
kategori, metodologi.
label,
membaca,
meniru,
mencatat, meninjau, mempelajari, memilih,
menelusuri,
memberi
kode, mentabulasi, menulis, dan sebagainya 2
Pemahaman
Kemampuan
(Comprehension)
memahami
dalam materi
instruksi
atau tertentu,
menginterpretasikan,
dan
menjelaskan,
mengkategorikan,
memperkirakan, merinci,
mengasosiasikan,
menghitung,
membandingkan,
menyatakan kembali dengan
mengkontraskan,
kata-kata
menguraikan,
sendiri.
mencirikan,
mengubah, mendiskusikan,
Kemampuan-kemampuan
menggali,
menerangkan,
tersebut,
mencontohkan,
mempolakan,
interpretasi,
yaitu;
translasi, ekstrapolasi.
memperluas,
Contoh; merangkum materi
merangkum,
menyimpulkan, menjabarkan,
dan
No .
3
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
pelajaran.
sebagainya
Penerapan
Kemampuan
dalam
(Application)
menerapkan
informasi,
konsep,
dan
prinsip
situasi
nyata
yang
memerlukan,
menyesuaikan,
mengalokasikan,
mengurutkan,
pada
menerapkan,
menentukan,
belum
menugaskan,
memperoleh,
pernah dialami sebelumnya.
mencegah,
mencanangkan,
Contoh;
menggunakan
menangkap,
memodifikasi,
pedoman dalam menghitung
melengkapi,
membangun,
gaji karyawan.
membiasakan,
menentukan,
mendemonstrasikan, menggambarkan,
melatih,
mengemukakan,
menangani,
mengadaptasi, memanipulasi, dan sebagainya 4
Analisis
Kemampuan
(Analysis)
menguraikan
suatu
dalam
memeriksa,
materi
memecahkan,
menganalisis, merasionalkan,
menjadi komponen-komponen
menegaskan,
mendeteksi,
yang
mendiagnosis,
menyeleksi,
lebih
jelas.
analisis
penyebab
meningkatnya penjualan
Contoh;
harga
dalam
mendokumentasikan,
pokok menguji, laporan
menjamin,
mencerahkan,
menjelajah,
keuangan dengan memisahkan
menata,
komponen-komponennya.
menyimpulkan,
mengumpulkan,
mengelola,
mengedit, menelaah,
memerintahkan, dan sebagainya. 5
Sintesis
Kemampuan
memproduksi
mendisain,
mengombinasikan,
No .
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
(Synthesis)
dan
mengombinasikan
mengarang,
berbagai
elemen
untuk
merevisi, merancang, merangkai,
suatu
struktur
membentuk
menciptakan,
menghubungkan,
merekontruksi,
yang unik. Pada jenjang ini,
menyimpulkan, mengintegrasikan,
individu
mengorganisir, mengintegrasikan,
diharapkan
dapat
membuat hipotesis atau teori sendiri
menyimpulkan, dan sebagainya
dengan memadukan
berbagai ilmu pengetahuan. 6
Evaluasi
Kemampuan
(Evaluation)
mengevaluasi
dalam dan
menilai
membandingkan, menyimpulkan, mengkritik,
menjustrifikasi,
sesuatu berdasarkan norma,
mempertahankan,
acuan atau kriteria. Contoh;
mengevaluasi,
membuktikan,
membandingkan hasil ujian
menyesuaikan,
mengkoreksi,
pelajar jawabannya.
dengan
kunci menemukan, sebagainya.
mengkaji,
melengkapi,
dan
2) Ranah Afektif (Affective Domain) Ranah efektif mencakup berbagai hal yang berhubungan dengan emosi, seperti; emosi, motivasi, sikap, minat, dan semangat. Pada ranah afektif terdapat 5 perilaku, mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab, dll. Selain itu, indikator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan sosial misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
No . 1
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
Penerimaan
Kemampuan
(Receiving)
menunjukkan
dalam atensi
dan
memberi, menganut, mematuhi, mengidentifikasi,
Contoh;
memperhatikan, menjawab, dan
mendengarkan
sebagainya.
Partisipasi
Kemampuan
(Responding)
berpartisipasi
secara
dalam
kegiatan
suatu
memiliki
3
mengikuti,
apresiasi terhadap orang lain. pendapat orang lain. 2
mempertanyakan,
motivasi
dalam
membantu,
menjawab,
aktif
memenuhi,
mentaati,
dan
menyetujui,
menyetujui,
untuk
melakukan,
menyajikan,
mengambil tindakan atas suatu
memilih,
mempresentasikan,
kejadi. Contoh; berpartisipasi
menulis,
melaporkan,
dalam kegiatan diskusi dalam
menyelesaikan, mempraktekkan,
kelas.
dan sebagainya.
Nilai yang Dianut
Kemampuan
(Valuing)
membedakan mana yang baik
menunjukkan,
dan yang tidak baik terhadap
mendemonstrasikan, memenuhi,
suatu objek atau kejadian, dan
menjelaskan,
melaksanakan,
nilai
membentuk,
mengusulkan,
melaporkan,
membenarkan,
dalam
tersebut
dalam
diekspresikan
perilaku.
Contoh;
mengusulkan kegiatan gotongroyong
untuk
memilih,
membedakan, mengikuti,
menolak, dan sebagainya
kebersihan
lingkungan. 4
Organisasi
Kemampuan
dalam
(Organization)
membentuk suatu sistem nilai
merancang,
mengatur,
mematuhi,
mentaati,
No .
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
dan budaya organisasi dengan
mengkombinasikan,
mengharmonisasikan
mengidentifikasi,
perbedaan
nilai.
Contoh;
merumuskan,
menyamakan, mempertahankan,
menyepakati dan mentaati etika
menghubungkan,
profesi.
mengintegrasikan, menggabungkan,
mengaitkan, memperbaiki,
menyesuaikan,
melengkapi,
membandingkan, dan sebagainya 5
Karakterisasi
Kemampuan
(Characterization)
mengendalikan perilaku sesuai
melakukan,
membedakan,
dengan nilai yang dianut serta
memisahkan,
menunjukkan,
memperbaiki
hubungan
mendengarkan,
mengusulkan,
intrapersonal,
interpersonal,
merevisi,
memperbaiki,
membatasi,
membuktikan,
dan
social.
dalam
Contoh;
memperlihatkan,
melaksakan,
menunjukkan sikap kooperatif
mempertimbangkan,
dalam kegiatan berkelompok.
mengajukan, sebagainya
membantu,
dan
3) Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain) Ranah psikomotorik mencakup gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik, dan kemampuan fisik yang diukur dengan kecepatan, ketepatan, jarak, dan teknik. Pada ranah psikomotorik terdapat 7 kategori, mulai dari tingkat terendah hingga yang paling rumit. Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti
pembelajaran
untuk
mencapai
kompetensi
yang
telah
ditetapkan No . 1
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
Persepsi
Kemampuan dalam menggunakan
mendeteksi,
(Perception)
saraf
menggambarkan, menghubungkan,
sensori
dalam
memperkirakan sesuatu. Contoh;
mengidentifikasi,
menaikkan
membedakan,
suhu
AC
ketika
merasa kedinginan. 2
memilih, mengisolasi,
menyeleksi,
dan
sebagainya
Kesiapan
Kemampuan
dalam
(Set)
mempersiapkan diri, baik mental,
memprakarsai,
memperlihatkan,
fisik,
membantu,
mempersiapkan,
dan
emosi,
ketika
menghadapi suatu hal. Contoh; melaksanakan
suatu
mengawali,
memulai,
menunjukkan, mendemonstrasikan.
pekerjaan
sesuai dengan urutannya. 3
Reaksi
yang
Kemampuan untuk melakukan
meniru,
Diarahkan
suatu
mentrasir, mengerjakan, membuat,
(Guided
contoh
Response)
tahap
gerakan
sesuai
yang
diberikan.
dengan
mempelajari
keterampilan
termasuk
mengikuti,
mencoba,
Pada
mempraktekkan,
suatu
menanggapi, memperlihatkan, dan
di
memasang,
sebagainya
dalamnya gerakan coba-coba atau meniru. 4
Reaksi
yang
Kemampuan untuk melakukan
membangun,
Natural
suatu
membongkar,
(Mechanical
memperlihatkan contoh karena
melaksanakan,
memperbaiki,
Response)
sudah cukup latihan. Contoh;
mengerjakan,
menggunakan,
mengetik dengan cepat dan tepat
merakit,
gerakan
tanpa
mengoperasikan, memasang,
mengendalikan,
No .
Klasifikasi
Deskripsi
Kata Kerja Operasional
karena sudah terbiasa.
memperlancar,
mempertajam,
menangani, dan sebagainya 5
Reaksi
yang
Kemampuan untuk melakukan
memasang,
Kompleks
suatu gerakan yang terdiri dari
membongkar,
memperbaiki,
(Complex
berbagai tahapan dengan lancar,
mengerjakan,
menggunakan,
Response)
tepat,
merakit,
dan
efisien.
membongkar
6
dan
Contoh;
mengoperasikan,
mengendalikan,
memasang
mempercepat,
mencampur,
kembali suatu peralatan dengan
mempertajam,
mengujur,
tepat.
mengorganisir, dan sebagainya
Adaptasi
Kemampuan
untuk
(Adjustment)
mengembangkan keahlian, dan
mengadaptasikan,
memodifikasi pola sesuai dengan
kembali,
yang
sebagainya
dibutuhkan.
Contoh;
melakukan
perubahan
cepat
tepat
dan
kejadian
tak
mengubah, mengatur
memodifikasi,
dan
dengan
pada
terduga
merevisi,
suatu tanpa
merusak pola yang ada. 7
Kreativitas
Kemampuan untuk menciptakan
merancang,
(Creativity)
pola gerakan baru berdasarkan
menciptakan,
inisiatif
mendisain,
sendiri.
Contoh;
menciptakan kreasi tari yang mengkombinasikan, baru.
sebagainya
membangun, memprakarsai, membuat, dan
C. Landasan Taksonomi Bloom Taksonomi yang diciptakan oleh Benjamin Samuel Bloom dibuat berdasarkan lima prinsip dalam belajar. Adapun beberapa prinsip belajar tersebut adalah: 1) Kematangan Jasmani dan Rohani; kematangan
jasmani
maksudnya adalah batasm minimal umur dan kondisi fisik siswa cukup kuat untuk melaksanakan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani maksudnya adalah kemampuan siswa secara psikologis untuk mengikuti kegiatan belajar.
2) Kesiapan; seorang siswa harus memiliki kesiapan ketika hendak melakukan kegiatan belajar. Kesiapan ini mencakup kesiapan fisik, mental, motivasi, minat, serta perlengkapan belajar lainnya. 3) Memahami Tujuan; setiap siswa harus memiliki pemahaman mengenai arah tujuan melakukan kegiatan belajar dan apa manfaat yang akan diperoleh. Dengan pemahaman tersebut maka siswa akan lebih siap dalam kegiatan belajar. 4) Memiliki Kesungguhan; kegiatan belajar harus disertai dengan kesungguhan agar hasil yang diperoleh dapat memuaskan sehingga tidak membuang-buang waktu dan tenaga. 5) Ulangan dan Latihan; dengan melakukan ulangan dan latihan maka materi yang telah dipelajari akan meresap dalam otak sehingga dimengerti sepenuhnya.
TUGAS 3 KISI-KISI INSTRUMEN TES Satuan Pendidikan
: SMP
Kelas/semester
:VII (Tujuh)/II (Dua)
Materi
: Persamaan Linier Satu Variabel
Alokasi Waktu
: 2x40 menit
Standar Kompetensi
: Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
: Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.
No . 1
Indikator Soal Menyelesaikan Persamaan linier
Butir Soal
Jawaban
1. Tentukan penyelesaian 1. a. 2 x+ 4=8 dari persamaan berikut:
2 x=8−4
Satu Variabel
a. 2 x+ 4=8
2 x=4
dalam berbagai
b. 2+11=20
x=2
bentuk dan variabel.
Jadi, penyelesaian persamaan . 2 x+ 4 ,
Tingkat Kesukaran Mdh Sdg Slt
Jumlah
adalah . x=2 b. x +11=20 x=20−11 x=9 Jadi, penyelesaian persamaan . x +11 , adalah . x=9 2. a. 9 x +4=3 x +22 9 x +4−3 x−22=0
2. Tentukan penyelesaian
dari
6 x−18=0 6 x=18
persamaan berikut!
x=3
a. 9 x +4=3 x +22 b. 5 p−4 p+6=8
Jadi, penyelesaian persamaan . 9 x +4=3 x +22, adalah x=3 b. 5 p−4 p+6=8 5 p−4 p+6−8=0 p−2=0 p=2 Jadi, penyelesaian persamaan . 5 p−4 p+6=8 , adalah p=2
2
Menentukan bentuk
3. Tentukan
setara dari PLSV
penyelesaian dari
dengan cara kedua
persamaan linier satu
ruas ditambah atau
variabel berikut!
dikurangi dan
3. 9 y−15=2 y−8 9 y−15+ 8=2 y−8+8 9 y−7=2 y 9 y−2 y−7=2 y−2 y 7 y−7=0
a. 9 y−15=2 y−8
7 y−7 +7=0+7
dikalikan atau dibagi
7 y=7
dengan bilangan
7y 7 = 7 7
yang sama asalkan tidak 0.
y=1 4. 5 u−4 u+7=19 u+7=19 u+7−7=19−7 u=8
4. Tentukan penyelesaian dari persamaan linier satu variabel berikut! a. 5 u−4 u+7=19
5.
5 w+ ( w+15 ) −3 ( w+2 ) =0 5 w+ w+15−3 w−6=0
3 w−9=0 3 w−9+ 9=0+ 9
5. Tentukan penyelesaian dari
3 w=9
setiap persamaan
w=3
berikut ini! a. 3
Memecahkan
5 w+ ( w+15 ) −3 ( w+2 ) =0 6. Ayah berumur empat
masalah sehari-hari
kali umur Amir. Jika
Umur Amir = n
yang berkaitan
umur ayah dan amir
Umur Ayah = 4 n
dengan PLSV
adalah 55 tahun,
Jumlah umur keduanya = n+ 4 n=55
tentukan umur Amir!
Maka:
6.
Misal:
n+ 4 n=55 5 n=55 n=11 Jadi, umur Amir adalah 11 tahun. 7.
Misal:
Bilangan ganjil pertama = n Bilangan ganjil kedua = n+2 (karena selisihnya 2)
7. Jumlah dua bilangan
Jumlah keduanya = 120
ganjil berurutan
Maka:
adalah 120. Tentukan
n+ ( n+2 )=120
dua bilangan itu!
2 n+2=120 2 n=120−2 2 n=118 n=59 Karena n=59, maka n+2=59+2=61 Jadi, bilangan tersebut adalah 59 dan 61. 8.
Misal:
Lebar = x Panjang = 2 x−5 Keliling = 110 cm 8. Keliling dari persegi
Maka:
panjang adalah
Keliling = 2(panjang+lebar)
110cm. carilah
110=2 { ( 2 x−5 )+ x }
ukurannya apabila
110=4 x−12+ 2 x
panjangnya 5 cm
110+ 10=6 x
lebih kecil dari dua
x=20
kali lebarnya!
Jadi, lebarnya =20 cm dan panjangnya = 2 ( 20 ) +5=35 cm. 9.
Misal:
Banyak koin seratus rupiah = x Maka: Banyak koin lima ratus rupiah = 50−x 100 x+50 ( 50−x )=4000 100 x+ 2500−50 x=4000 50 x=4000−2500 50 x=150 x=30 9. Fauzan memiliki 50
Jadi, banyaknya koin seratus rupiah = 30
koin, semua dalam
buah dan banyaknya koin limaratus rupiah
koin dan seratus dan
= 50−30=20 buah.
lima puluh rupiah dan berjumlah Rp.4000,00
10. Oleh karena setiap motor
. Tentukan banyaknya
berboncengan maka jumlah
koin masing-masing
penumpang sepeda motor adalah 5 ×2=10 penumpang.
Misal: penumpang = m Maka: 2 m+ 10=90 2 m+ 10−10=90−10 2 m=80 m=40 10.
Suatu rombongan
akan pergi ke tempat rekreasi. Rombongan tersebut terdiri atas 2 bus dengan jumlah penumpang yang sama dan 5 sepeda motor yang berboncengan. Mereka membeli tiket masuk untuk seluruh rombongan sebanyak 90 tiket. Tentukan penumpang setiap bus
KISI-KISI MOTIVASI No
Kriteria
1
Fisiologi
2
Rasa Aman
3
Kasih Sayang
4
Rasa Bebas
5
aktualisasi
Indikator Kebutuhan yang brkaitan dengan fisik dalam proses pembelajaran Kebutuhan rasa aman ketika mengikuti proses pembelajaran Kebutuhan akan kasih sayang dalam hubungannya dengan teman dan guru dalam mengikuti proses pembelajaran Kebutuhan rasa bebas ketika mengikuti proses pembelajaran Keinginan untuk mengetahui lebih dalam mengikuti pembelajaran matematika
Jumlah butir soal 5,20 2,4,6,8,9 1,7,10,16,19 12,14,15,18 3,11,13,17
ANGKET MOTIVASI Isilah tabel berikut ini dengan jujur sesuai dengan kondisi yang kamu alami seharihari pada masa pelajaran matematika, dengan cara memberi tanda centang () pada pilihan jawaban yang tepat. KETERANGAN:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
KS
= Kurang Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
Pernyataan Saya mendiskusikan dengan teman-teman jika mengalami kesulitan belajar Saya bertanya pada guru bila kurang jelas dalam menerima pelajaran Saya berusaha mengajukan pertanyaan setelah guru selesai menerangkan pelajaran di kelas Saya mendengarkan dengan sungguhsungguh pejelasan matematika yang disampaikan oleh guru Saya mencatat setiap penjelasan yang disampaikan oleh guru Saya memperhatikan dengan seksama setiap penjelasan matematika yang disampaikan oleh guru Saya bertanya pada teman jika ada yang belum dimengerti Saya selalu mengerjakan latihan soal matematika Saya belajar matematika untuk mendapatkan ilmu dan nilai terbaik Saya sealu bertanya jika ada yang belum paham dalam pelajaran matematika Saya mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru
SS
S
KS
TS
STS
12 13 14 15 16 17 18 19 20
Saya perlu belajar matematika Saya dating tepat waktu karena saya mau mempelajari matematika dari awal sampai akhir pertemuan Saya mengulang membaca catatan atau buku pelajaran matematika yang telah dijelaskan Saya senang mengerjakan latihan soal matematika Saya selalu berani dalam belajar matematika Saya selalu belajar matematika dengan teman-teman Saya selalu tenang dalam belajar matematika Saya senang berdiskusi dalam kelompok belajar matematika Belajar mandiri membuat saya lebih mengerti matematika