Tugas Jiwaamril Sani (Isos) - 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. “D” DENGAN ISOLASI SOSIAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KM 5 SUKABANGUN



DISUSUN OLEH: AMRIL SANI 21220136



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2021/2022



2



LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah Utama ISOLASI SOSIAL B. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012). Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama. 2.



Etiologi Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa 3



terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011). a. Faktor Predisposisi Menurut Direja (2011) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu: 1. Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya. Tabel 2.1 Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan Interpesonal. Tahap Perkembangan Masa Bayi



Tugas Menetapkan rasa percaya.



Mengambangkan otonomi dan awal perilaku mandiri. Belajar menunjukan inisiatif , rasa tanggung Masa Pra Sekolah jawab, dan hati nurani. Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan Masa Sekolah berkompromi. Menjalin hubungan intim dengan teman sesama Masa Pra Remaja jenis kelamin. Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau Masa Remaja bergantung. Menjadi saling bergantung antara orang tua dan Masa Dewasa Muda teman, mencari pasangan, menikah dan Masa Bermain



4



mempunyai anak. Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah Masa Tengah Baya dilalui. Berduka karena kehilangan dan mengembangkan Masa Dewasa Tua perasaan keterikatan dengan budaya. Sumber: Direja (2011) Menurut Yosep (2009), hidup manusia dibagi menjadi 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa. a) Masa Bayi Masa bayi adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu: 1) Cara mengasuh bayi Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman bagi bayi dan di kemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak di kemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan. 2) Cara memberi makan Sebaiknya



dilakukan



dengan



tenang,



hangat



yang



akan



memberikan rasa aman dan dilindungi, sebaliknya,pemberian yang kaku, keras, dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan. b) Masa Anak Prasekolah Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan tumbuh disiplin dan otoritas. Hal-hal yang penting pada fase ini adalah: 5



1) Hubungan orangtua-anak 2) Perlindungan yang berlebihan 3) Otoritas dan disiplinPerkembangan seksual 4) Agresi dan cara permusuhan 5) Hubungan kakak-adik 6) Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan c)



Masa Anak Sekolah Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmani dan intelektual yang pesat. Pada masa ini anak akan mulai memperluas pergaulan, keluar dari batas-batas keluarga. Masalah- masalah penting yang timbul adalah: 1) Perkembangan jasmani 2) Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi



d) Masa Remaja Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahn-perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri kewanitaan atau kelaki-lakian). Secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di satu pihak ia merasa sudah dewasa, sedangkan di pihak lain belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. e)



Masa Dewasa Muda Seseorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami 6



gangguan-gangguan jiwa.



f)



Masa Dewasa Tua Sebagai patokan, pada masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul adalah: 1) Menurunnya keadaan jasmani 2) Perubahan susunan keluarga 3) Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau perbaiki kesalahan yang lalu.



g) Masa Tua Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini yaitu berkurangnya daya tangkap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmani dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orangtua terhadap orang sekitarnya. Perasaan terasingkan karena



kehilangan



teman



sebaya,



keterbatasan



gerak,



dapat



menimbulkan kesulitan emosional yang cukup berat. 2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi. 3. Faktor Sosial Budaya 7



Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosial. 4. Faktor Biologis Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur yang abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan kortikal (Sutejo, 2017). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ke-3 sebeah kirinya. Ciri lainnya yaitu memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal (Yosep, 2009). Menurut Candel dalam Yosep (2009), pada Klien skizofrenia memiliki lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses bicara. Adanya hiperaktivitas Dopamine pada



Kliendengan



gangguan



jiwa



seringkali



menimbulkan



gejala



skizofrenia. Menurut hasil penelitian, Neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada Klien dengan gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme. 8



Menurut Singgih dalam Yosep (2009), gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aphasia). Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut



sebagai otak yang



rudimenter. Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjer endokrin seperti tiroid, keracunan CO (Carbon Monocide) serta perubahan-perubahan karena degenerasi yang mempergaruhi sistem persyarafan pusat (Yosep, 2009).



b. Faktor Presipitasi Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut: 1.



Stressor Sosial Budaya Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.



2.



Stressor Psikologi Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.



9



3. Patopsikologi Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewan, dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Ernawati, 2009). Tabel 2.2 Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial Misal: Pada anak yang kelahirannya Pola Asuh Keluarga



Koping Individu Tidak Efektif lingkungan. Gangguan Tugas Perkembangan



Stress Internal Dan Eksternal



tidak



dikehendaki akibat kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis kelamin tidak diinginkan, bentuk fisik kurang menawan menyebabkan keluarga mengeluarkan komentar-komentar negatif, merendahkan, serta menyalahi anak. Misal: Saat individu menghadapi kegagalan mengalahkan orang lain, ketidakberdayaan, tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari Misal: Kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau lawan jenis, tidak mampu mandiri. Misal: Stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan individu untuk mengatasi. Ansietas tejadi akibat berpisah dengan orang terdekat, kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai.



Sumber: Yosep (2009)



10



Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptive sebagai berikut:



Adaptif



Maladaptif



Menyendiri, Otonomi, Kesepian, menarik



Manipulasi, impulsif,



kebersamaan, saling



diri,



ketergantungan



ketergantungan



Skema 2.1 Rentang respon isolasi sosial (sumber: Sutejo, 2017)



11



narsisme



a. Respon Adaptif Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk respon adaptif: 1.



Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.



2.



Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.



3.



Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling membutuhkan satu sama lain.



4.



Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan antara individu dengan orang lain



b. Respon Maladaptif Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif: 1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. 2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan penilaian secara objektif. 3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.



12



4.



Pohon Masalah Isolasi Sosial Daftar masalah isolasi sosial menurut Sutejo, 2017 adalah: 1.



Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi



2. Isolasi Sosial 3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi



ISOLASI SOSIAL



(effect)



(core problem)



Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (causa) Skema 2.2 Pohon Masalah Diagnosa Isolasi Sosial (Sumber: Sutejo, 2017) 5. Manifestasi Klinis Menurut Yosep (2009)tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat dari dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial: a.



b.



Gejala subjektif 1.



Klienmenceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.



2.



Klienmerasa tidak aman berada dengan orang lain.



3.



Respons verbal kurang dan sangat singkat.



4.



Klienmengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.



5.



Klienmerasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.



6.



Klientidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.



7.



Klienmerasa tidak berguna.



Gejala objektif 1.



Klienbanyak diam dan tidak mau bicara.



2.



Tidak mengikuti kegiatan. 13



3.



Klien berdiam diri di kamar.



4.



Klienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.



5.



Klientampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.



6.



Kontak mata kurang.



7.



Kurang spontan.



8.



Apatis



9.



Ekspresi wajah kurang berseri.



10.



Mengisolasi diri



11.



Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.



12.



Aktivitas menurun.



Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, segera timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011).



6. Mekanisme Koping Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).



14



7.



Komplikasi Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang austistik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensosi persepsi: halusinasi, mencederai diri sendri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Damaiyanti, 2012)



8. Penatalaksanaan Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf, 2019). •



Terapi Farmakologi







Chlorpromazine (CPZ) Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.







Haloperidol (HLP) Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, 15



gangguan otonomik.



16







Trihexy Phenidyl (THP) Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik.







Terapi Psikososial Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).







Terapi Individu Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018). Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus



17



pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan Klien (Videbeck, 2012). Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan keperawatan yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, perawat yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan intevensi keperawatan (Sarfika, 2018).







Terapi Aktivitas Kelompok Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan dibantu untuk



melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya.



Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa). Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok, dan akan dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan:  Sesi 1



: Klien mampu memperkenalkan diri



 Sesi 2



: Klienmampu berkenalan dengan anggota kelompok



 Sesi 3



:Klienmampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok



 Sesi 4



: Klienmampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan



 Sesi 5



: Klienmampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi



pada orang lain  Sesi 6



: Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok



 Sesi 7 : Klienmampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.



18







Terapi Okupasi Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014).







Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga banyak manfaat. Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti kegiatan keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang tidak mengikutinya (Dadang, 1999 dalam Yosep 2009). Menurut Zakiah Darajat, perasaan berdosa merupakan faktor penyebab gangguan jiwa yang berkaitan dengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal ini diakibatkan karena seseorang merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan tersebut (Yosep, 2009). Penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa menurut Yosep (2009) meliputi: a.



Perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang agamanya/ kolaborasi dengan agamawan atau rohaniawan.



b.



Psikoreligius tidak diarahkan untuk mengubah agama Kliennya tetapi menggali sumber koping.



c.



Memadukan milieu therapy yang religius; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas ibadah, buku- buku, music/lagu keagamaan.



d.



Dalam terapi aktifitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk pasien rehabilitasi. 19



e.



Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat hidup didunia, dan sebagainya.



Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari aspek auto- sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti sholat, dzkir, dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti positif kepada diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri sendiri (Thoules, 1992 dalam Yosep, 2010). Menurut Djamaludin Ancok (1989) dan Ustman Najati (1985) dalam Yosep (2009) aspek kebersamaan dalam shalat berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil dan tidak diterima.







Rehabilitasi Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis, menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan (Yusuf, 2019).







Program Intervensi Keluarga Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-hari, memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang isolasi sosial, mengajarkan bagaimana cara berhubungan yang baik kepada anggota keluarga yang memiliki masalah kejiwaan (Yusuf, 2019).



20



C.



Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial Pengkajian Klien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga (Hartono, 2010). 1. Pengkajian a. Identitas Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis.Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat. b. Alasan Masuk a. Apa penyebab klien datang ke RSJ? b. Apa yang sudah dilakukan keluarga? c. Bagaimana hasilnya? c. Faktor Predisposisi Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama. d. Fisik Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem yang ada hubungannya dengan



klien



depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien tampak kotor, kulit lengket di karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan kondisi klien . 21



e. Psikososial Konsep Diri: 1) Gambaran Diri : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan



terjadi.



Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan. 2) Ideal Diri : Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. 3) Harga Diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. 4) Penampilan Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK. 5) Identitas Personal : Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.



f.



Hubungan Sosial Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.



g.



Spiritual Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapap gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan di rumah secara individu atau kelompok.



22



h. Status Mental Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. 1) Penampilan Biasanya pada Klien menarik diriklien tidak terlalu memperhatikan penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak seperti biasanya (tidak tepat). 2) Pembicaraan Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien berbicara dan volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan di tekan, karakteristik gagap atau katakata bersambungan. 3) Aktifitas Motorik Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat aktifitas : letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor. Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya dengan ansietas, mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif kompulsif. 4) Alam Perasaan Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosional dan cerminan situasi kehidupan klien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti “bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien menjawab bahwa ia merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira atau ansietas. 23



5) Afek Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di observasi oleh perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak pada skizofrenia. 6) Persepsi Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. Halusinasi perintah adalah yang menyuruh klien melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri sendiri. 7) Interaksi Selama Wawancara Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan perawat. Apakah klien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah tersinggung, berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif. 8) Proses Pikir Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien proses diri klien diobservasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian dilakukan lebih pada pola atas bentuk verbalisasi dari pada isinya. 9) Isi Pikir Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam komunikasi klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun klien mungkin berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi harus dicatat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks dan sering disembunyikan 24



oleh klien. 10) Tingkat Kesadaran Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien terhadap situasi terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan untuk menguraikan tingkat kesadaran klien seperti bingung, tersedasi atau stupor. 11) Memori Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat tehadap masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan merupakan jawaban definitif apakah terdapat kerusakan yang spesifik. Pengkajian neurologis diperlukan untuk menguraikan sifat dan keparahan kerusakan memori. Memori didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu. 12) Tingkat Konsentrasi Dan Kalkulasi Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama jalannya wawancara.Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk mengerjakan hitungan sederhana. 13) Penilaian Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari hubungan. 14) Daya Titik Diri Penting bagi perawat untuk menetapkan apakahklien menerima atau mengingkari penyakitnya.



i. Kebutuhan Persiapan Pulang Pengkajian diarahkan pada klien dan keluarga klien tentang persiapan keluarga, lingkungan dalam menerima kepulangan klien. Untuk menjaga klien tidak kambuh 25



kembali diperlukan adanya penjelasan atau pemberian pengetahuan terhadap keluarga yang mendukung pengobatan secara rutin dan teratur. Daftar Masalah Menurut Sutejo (2017) adapun daftar masalah keperawatan pada klien dengan isolasi sosial sebagai berikut: 1.



Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi



2.



Isolasi sosial



3.



Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah



26



Pohon Masalah Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi



(effect)



(core problem)



ISOLASI SOSIAL



Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (causa) (sumber: Sutejo, 2017)



j. Diagnosa Keperawatan Menurut Sutejo (2017) diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah: a.



Isolasi sosial



b.



Gangguan konsep diri : Harga diri rendah



c.



Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi



k. Perencanaan Keperawatan Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, langkah selanjutnya yaitu menyusun perencanaan tindakan keperawatan. untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosil perlu waktu yang tidak sebentar. perawat harus konsisten bersikap terapeutik pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan (Trimelia, 2011).



27



h. Pelaksanaan Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Damaiyanti, 2012). Selain itu, salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan dengan verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat juga harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak mata, mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan sebagainya. Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi terapeutik terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2019).



i.



Evaluasi Keperawatan Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung yang penting. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi pada Klien dengan isolasi sosial yaitu: a. Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial b. Apakah klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.



28



c. Apakah klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat, Klien-perawat-perawat lain, klien-perawat-klien lain, klien-kelompok, dan klienkeluarga. d. Apakahklien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. e. Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarga nya untuk memfasilitasi hubungan sosialnya. f. Apakah klien dapat mematuhi minum obat.



29



DAFTAR PUSTAKA



Badan Penulisan Dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. http://www.slideshare.net/mobile/ssiser200d5e/hasil-riskesdas-riset kesehatan-dasartahun-2018. Diakses pada tanggal 21 januari 2020. Damaiyanti, Mukhripan dan Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama Elisia, Laela. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Pada Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1(1): 3-4 Ernawati, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Tn. I Info Media



Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans



Herman Surya Direja. Ade.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika



Keliat, Budi Anna.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC



Keliat, Budi Anna.2015. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC



Kirana, 2018. Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(1): 87



Manajemen RSJ Tampan, 2019. Rekapitulasi pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa tampan tahun 2019. https://riau.antaranews.com/berita/135303/rs-jiwa tampan-riau-tangani-1365-pasiengangguan-kesehatan-jiwa. Diakses pada tanggal 18 Januari 2020. Maulana, Indra. 2019. Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Jurnal Kesehatan Jiwa, 2(2): 218-220. 30



Nurjannah. 2017. Perbandingan Antara Diagnosis Yang Sering Ditehakkan Dan Possible Diagnosis Yang Diprediksi Oleh Perawat Pada Tn. I Dengan Gangguan Jiwa.Jurnal Keperawatan Klinis Dan Komunitas, 1(1): 9-10 Sarfika, Rika. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar; Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang: Andalas University Press Suliswati, dkk. 2012. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa Tn. I Isolasi Sosial. Jakarta: Trans Indo Media Videbeck, Sheila. L. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama Yusuf, AH. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistic Dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media Zakiyah, Hamid, A. Y. S. , Susanti, H. 2018. Penerapan Terapi Generalis, Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, dan Social Skill Training Pada Pasien Isolasi Sosial.Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia. Vol. 2(1): 21-22



31



Lampiran 1



FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA STIKes PERTAMEDIKA



Tanggal Pengkajian



:



16 Desember 2021



Nomor Register : -



Ruangan Rawat



:



-



Diagnosa Medis



Tanggal Dirawat



:



-



I.



: Schizofrenia Paranoid.



IDENTITAS KLIEN Nama



: Tn. D (L/P)



Umur



: 33 Tahun



Status Perkawinan



: Belum Menikah



Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Indonesia



Pendidikan



: SMP



Alamat



: Lr. Sukamandi Palimo



Sumber Informasi



: Klien dan Keluarga



II. ALASAN MASUK Alasan keluarga membawa klien ke RS ERBA pada tahun 2012 klien awalnya sering marah-marah, membanting barang, Berkelahi saudaranya, klien juga sering berdiam diri dikamar. Klien terakhir kontrol 1 bulan yang lalu. Keadaan klien saat ini terkontrol dengan minum obat. Klien mengatakan pada saat ini, jika keinginan klien tidak terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah, serta menyendiri didalam kamar atau tidur di Masjid dekat rumah. III. FAKTOR PREDISPOSISI 1.



Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? ( √ ) Ya



2.



(



) Tidak



Pengobatan sebelumnya. ( ) Berhasil ( √ ) Kurang Berhasil



3. Aniaya Fisik Aniaya Seksual Penolakan Kekerasan dalam keluarga Tindakan kriminal



(



Pelaku/Usia ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 32



) Tidak Berhasil Korban/Usia ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )



Saksi/Usia ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )



Jelaskan No. 1, 2, 3



:



_________________________________________________________________ _________________________________________________________________



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan. 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (



) Ya



( √



Hubungan keluarga



) Tidak



Gejala



Riwayat pengobatan/perawatan



________________



________________



_________________________



________________



________________



_________________________



Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan. 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien tidak tamat SMP, pernah gagal dalam bekerja. Klien pada saat kecil pernah bermain bola dan terluka, klien mengadu pada orangtuanya tetapi orangtuanya tidak memperdulikannya dan klien dimarahi oleh orang tuanya. Masalah keperawatan : Harga diri rendah, Koping keluarga inefektif



IV. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda vital



:



TD



: 110/80 mmHg



N



: 80 x/mnt



S



: 36,5 ◦C



P



: 20 x/mnt



2. Ukur



:



TB: 170 cm



3. Keluhan fisik



:



(



Jelaskan



BB : 56 kg



) Ya



( √ ) Tidak



: -



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah



33



V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram



:



Gambarkan



Keterangan : : Laki- Laki : Perempuan : Meninggal : Tinggal serumah : Klien Jelaskan



:



Klien mempunyai kedua orang tua yang orang tua mereka sudah



meninggal dunia. Klien anak ke 4 dari 8 bersaudara, klien tinggal serumah dengan orang tuanya dan kedua saudara nya yang belum menikah. Masalah Keperawatan :



Tidak ada masalah



2. Konsep diri a.



Gambaran diri



:



Klien mengatakan tubuhnya lengkap dan berfungsi dengan baik



b.



Identitas



:



Klien tahu namanya sendiri dan anggota keluarganya.



:



Klien aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti



c. Peran



pengajian dan gotong royong. d. Ideal diri



:



Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat sembuh.



e.



Harga diri



:



Klien mengatakan malu dengan keadaannya karena sering berobat dan ingin cepat sembuh.



Masalah Keperawatan



:



Harga diri rendah.



34



3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti



:



Klien mengatakan keluarga sangat berarti baginya terutama orang tuanya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat



:



Keluarga klien mengatakan klien aktif dalam kegiatan masyarakat seperti pengajian, gotong royong. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain



:



Keluarga klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan



:



Klien beragama islam dan yakin dengan agamanya. b. Kegiatan ibadah



:



Klien mengatakan selalu sholat 5 waktu. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.



VI.



STATUS MENTAL 1. Penampilan (



) Tidak rapi



(



(



) Cara berpakaian tidak seperti biasanya



Jelaskan



) Penggunaan pakaian tidak sesuai



: Kebersihan dan kerapian cukup terawat, kebersihan kulit terjaga, gigi



dan mulut tampak bersih. Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



2. Pembicaraan (



) Cepat



( √ ) Keras



(



) Gagap



(



) Apatis



(



(



) Membisu



(



) Tidak mampu memulai pembicaraan



Jelaskan



) Lambat



(



) Inkoheren



: Kontak mata klien terkadang tidak fokus tetapi klien dapat menjawab



pertanyaan yang diajukan. Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



3. Aktivitas Motorik 35



(



) Lesu



(



) Tegang



(



) Gelisah



(



) Agitasi



(



) Tik



(



) Grimasen



(



) Tremor



(



) Kompulsif



Jelaskan



: Klien bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



4. Alam perasaan (



) Sedih



(



( √ ) Khawatir Jelaskan



(



) Ketakutan



( ) Putus asa



) Gembira berlebihan



: Klien mengatakan sering khawatir jika penyakitnya kambuh.



Masalah Keperawatan



: Harga diri rendah.



5. Afek ( √ ) Datar Jelaskan



(



) Tumpul



(



) Labil



(



) Tidak sesuai



: Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



6. Interaksi selama wawancara (



) Bermusuhan



(



) Tidak kooperatif



( √ ) Kontak mata kurang Jelaskan



(



) Mudah tersinggung



(



) Defensif



(



) Curiga



: Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



7. Persepsi (



) Pendengaran



(



) Penglihatan



(



) Pengecapan



(



) Penghidu



Jelaskan



(



) Perabaan



: Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



8. Proses Pikir (



) Sirkumstansial



(



) Flight of idea



(



) Pengulangan pembicaraan/persevarasi



Jelaskan



( (



) Tangensial



(



) Kehilangan asosiasi



) Blocking



: Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan karena dapat kooperatif.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah. 36



9. Isi pikir (



) Obsesi



(



) Fobia



(



) Hipokondria



(



) Depersonalisasi



(



) Ide yang terkait



(



) Pikiran magis



Waham : (



) Agama



(



) Nihilistik



( √ ) Somatik (



Jelaskan



) Sisip pikir



( (



) Kebesaran



) Siar pikir



(



(



) Curiga



) Kontrol pikir



: Klien mengatakan perutnya sakit jika makan dirumah.



Masalah Keperawatan



: Waham somatik.



10. Tingkat Kesadaran (



) Bingung



Disorientasi (



(



) Sedasi



(



) Stupor



:



) Waktu



Jelaskan



(



) Tempat



(



) Orang



: Klien dalam keadaan sadar penuh. Klien mengenali keluarga dan tempat pada saat dilakukan wawancara.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



11. Memori (



) Gangguan daya ingat jangka panjang



(



) Gangguan daya ingat saat ini



(



) Gangguan daya ingat jangka pendek



(



) Konfabulasi



Jelaskan



: Klien mampu mengingat kejadian masa lalu dan sekarang.



Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah. 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung (



) Mudah beralih



(



) Tidak mampu berhitung sederhana



Jelaskan



(



) Tidak mampu berkonsentrasi



: Klien dapat berhitung sederhana, misal 2x2 = 4, 4+6 = 10.



Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah. 13. Kemampuan Penilaian (



) Gangguan ringan



Jelaskan



(



) Gangguan bermakna



: Klien dapat mengambil keputusan sederhana seperti menentukan untuk makan atau mandi terlebih dahulu



Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah.



37



14. Daya tilik diri (



) Mengingkari penyakit yang di derita



(



) Menyalahkan hal – hal di luar dirinya



Jelaskan



:



Klien menyadari jika sering marah-mrah.



Masalah Keperawatan: Prilaku kekerasan.



VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan ( ) Bantuan minimal



(



) Bantuan total



2. BAB/BAK ( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total Jelaskan : Klien mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain serta klien mampu BAK/BAB ditempatnya. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah. 3. Mandi (



) Bantuan minimal



(



) Bantuan total



(



) Bantuan total



4. Berpakaian/berhias (



) Bantuan minimal



5. Istirahat dan tidur (



) Tidur siang lama



: - s/d -



(



) Tidur malam lama



: 21. 00 s/d 05.00 WIB



(



) Kegiatan sebelum/sesudah tidur : menonton televisi.



6. Penggunaan obat ( √ ) Bantuan minimal



(



) Bantuan total



7. Pemeliharaan kesehatan Ya



Tidak



Perawatan lanjutan



( √ )



(



)



Perawatan pendukung



( √ )



(



)



Ya



Tidak



8. Kegiatan di dalam rumah



38



Mempersiapkan makanan



( √ )



(



)



Menjaga kerapihan rumah



( √ )



(



)



Mencuci pakaian



( )



( √ )



Pengaturan keuangan



(



( √ )



)



9. Kegiatan di luar rumah Ya



Tidak



Belanja



(



)



( √ )



Transportasi



( √ )



(



)



Lain – lain



(



(



)



)



Jelaskan



: Klien mampu melakukan kegiatannya sehari-hari.



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah.



VIII. MEKANISME KOPING Adaftif



Maladaftif



(



) Bicara dengan orang lain



(



) Minum Alkohol



(



) Mampu menyelesaikan masalah



(



) Reaksi lambat / berlebih



(



) Teknik relaksasi



(



) Bekerja berlebihan



(



) Aktivitas konstruktif



( √ ) Menghindar



(



) Olahraga



(



) Mencederai diri



(



) Lainnya ……………………….



(



) Lainnya ……………….



Jelaskan



: Klien mengatakan pada saat marah atau sedang emosi dan tidak ada



kontak mata saat diajak bicara. Masalah Keperawatan



IX.



: Prilaku Kekerasan , Harga Diri Rendah.



MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN (



) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan



kelompok, tampak klien berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. (



) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan terkadang malu dan



menghindar dari lingkungan. (



) Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien mengatakan hanya sampai SMP dan tidak



selesai.



39



(



) Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pekerjaan.



(



) Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien tinggal dengan kedua orangtuanya dan kedua



saudaranya yang belum menikah. (



) Masalah ekonomi, spesifik : Klien tidak ada masalah dengan ekonomi.



(



) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien tidak mau dirawat di RSJ lagi.



(



) Masalah lainnya, spesifik : Tidak ada



Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah, Isolasi Sosial.



X.



PENGETAHUAN KURANG TENTANG : ( √ ) Penyakit Jiwa



(



) Sistem pendukung



(



) Faktor presipitasi



(



) Penyakit fisik



(



) Koping



( √ ) Obat-obatan



(



) Lainnya :



Klien mengatakan terkadang marah-marah dan menyendiri namun tidak



tahu tentang penyakit yang dialaminya dan hanya tahu harus meminum obat secara terus menerus. Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan, Defisit Pengetahuan, Isolasi Sosial.



XI.



ASPEK MEDIK



Diagnosa medik : Schizofrenia Paranoid. Terapi medik : 1. CPZ 1x100 mg 2. Trihexphenidil 2 x 2 mg 3. Haloperidol 2 x 5 mg 4. Risperidon 2 x 2 mg



40



Analisa Data Data



Masalah



DS :



-



Isolasi Sosial Klien mengatakan kadang menyendiri dikamar seharian. Keluarga mengatakan klien di rumah suka menyendiri, jika keinginan klien tidak terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah.



DO :



-



Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif menjawab pertanyaan Mata klien tampak tidak fokus dan terlihat seperti melamun Harga Diri Rendah



DS :



-



Klien mengatakan malu dengan keadaanya saat ini dan kadang-kadang menghindar dari lingkungannya



DO :



-



Klien jarang mengawali pembicaraan dengan orang lain Klien tampak menyendiri



DS :



-



Resiko Prilaku Kekerasan



Klien mengatakan pada saat marah ketika keinginan klien tidak terpenuhi dan klien ngomel-ngomel menyendiri dikamar



DO :



-



Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif mau menjawab pertanyaan Klien tampak tenang



XII. POHON MASALAH Resiko Prilaku Kekerasan



effect



Isolasi Sosial



core



HDR



causa



41



XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.



Isolasi Sosial



2.



Harga Diri Rendah



3.



Resiko Prilaku kekerasan



Palembang, 16 Desember 2021 Mahasiswa



( Amril Sani )



42



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL Nama Klien Ruangan Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial TUM : Klien dapat meningkatkan hubungan sosial



: Tn. D :-



Diagnosis Medis No. RM



: Schizofrenia Paranoid. :-



Tujuan



Kriteria evaluasi



Intervensi



Rasional



TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.



1. Setelah satu kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :  Ekspresi wajah bersahabat.  Menunjukkan rasa senang.  Ada kontak mata.  Mau berjabat tangan.  Mau menyebutkan nama.  Mau menjawab salam.  Mau duduk berdampingan dengan perawat.  Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.



Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik  Sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.  Buat kontrak yang jelas.  Tunjukkan sikap jujur. dan menepati janji setiap kali interaksi.  Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.  Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.  Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.



Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien



Setelah 1x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klien tentang: menyebutkan minimal satu satu penyebab  Orang yang tinggal serumah/sekamar menarik diri dari: dengan klien  Diri sendiri  Orang yang paling dekat dengan klien di  Orang lain rumah/ di ruang perawatan  lingkungan  Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut  Orang yang tidak dengan klien di rumah/ diruang perawatan  Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut



Bila klien sudah mau mengungkapkan semua perasaannya akan mempermudahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatannya.



2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri



 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dngan orang lain 2. Diskusikan dengan klien penyebab dan akibat menarik diri



3. 3.



4.



Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri



Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap



Setelah 1x interaksi klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya:  Banyak teman  Tidak kesepian  Bisa diskusi  Saling menolong Dan kerugian menarik diri, misalnya: Sendiri, kesepian, tidak bisa diskusi



Setelah 1x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan : perawat, perawat lain, klien lain, dan kelompok



1.



Beri pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya



Untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan klien menarik diri dan untuk menilai perasaan klien bila tidak berinteraksi



klien



Untuk meningkatkan harga diri dan percaya diri klien Tanyakan pada klien tentang manfaat Tingkat pengetahuan membantu hubungan sosial dan kerugian menarik diri perawat mengarahkan klien untuk berhubungan dengan orang lain



2.



Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri



Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien dan untuk meningkatkan harga diri dan percaya diri klien



3.



Beri pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya



Reinforcement positif akan menambah rasa percaya diri klien.



1.



klien



Beri motivasi dan Dengan berhubungan secara Bantu klien untuk berkenalan dengan : bertahap, diharapkan klien mampu perawat lain, klien lain, dan kelompok. mengadopsi perilaku tersebut dan memudahkan klien mengingat hubungan yang telah dilakukan.  Tingkatkan interaksi klien secara bertahap Melakukan hubungan secara dengan perawat lain, klien lain, dan kelompok bertahap mengurangi kecemasan klien dalam berhubungan dengan orang lain dan meminimalkan kekecewaan dan meningkatkan percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain  Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok Melibatkan klien dalam aktivitas sosialisasi kelompok akan membuat klien merasa diperlukan dan merasa  Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan harga dirinya bertambah klien untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi



 Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat  Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang telah dilaksanaka 5.



6.



Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial



Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam memperluas hubungan sosial



Setela 1x interaksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : orang lain, dan kelompok.



1. Setelah 1x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang :  Pengertian menarik diri  Tanda dan gejala menarik diri  Penyebab dan akibat menarik diri  Cara merawat klien menarik diri 2. Setelah 1x pertemuan keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien menarik diri



Meningkatkan rasa percaya diri klien, sehingga klien akan mengulangi perbuatan yang serupa



1



Diskusikan dengan klien tentang perasaannya Dengan mengetahui perasaan klien setelah berhubungan sosial dengan orang lain akan mempermudah perawat untuk dan kelompok melakukan intervensi selanjutnya dan untuk menilai kepuasan klien dan hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.



2



Beri pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasannya



1.



klien



Meningkatkan harga diri klien dan memotovasi klien untuk berhubungan dengan orang lain Diskusikan pentingnya peran serta keluarga Dukungan keluarga, mendukung sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku proses perubahan perilaku menarik menarik diri diri yang dialami klien.



2.



Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi prilaku menarik diri



Untuk meningkatkan motivasi klien dalam berhubungan dengan orang lain



3.



Jelaskan pada keluarga tentang :  Pengertian menarik diri  Tanda dan gejala menarik diri  Penyebab dan akibat menarik diri



Untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga sehingga keluarga dapat memahami cara yang tepat dalam menangani klien dan pentingnya perhatian keluarga.



4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri 5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatih 6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi



Agar keluarga dapat merawat klien di rumah secara mandiri.



7. Beri pujian terhadap keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah sakit



Untuk memotivasi keluarga agar terus membantu klien



Untuk meningkatkan motivasi klien dalam berhubungan dengan orang lain



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH Nama Klien Ruangan



: Tn. D :-



Tujuan TUM : Klien dapat meningkatkan harga dirinya. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat



2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki



Diagnosis Medis No. RM



: Schizofrenia Paranoid. :-



Kriteria Evaluasi



Intervensi



Rasionalisasi



1. Setelah 1 kali interaksi, klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi



1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik:  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal  Perkenalkan diri dengan sopan  Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan yang disukai klien  Jelaskan tujuan pertemuan  Jujur dan menepati janji  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya  Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien



Perasaan aman dan percaya dapat membantu klien mengungkapkan perasaan, pemikiran dan permasalahannya



2. Setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan:  Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien  Aspek positif keluarga  Aspek positif lingkungan



2.1. Diskusikan dengan klien tentang:  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan  Kemampuan yang dimiliki klien 2.2. Bersama klien buat daftar tentang:  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan  Kemampuan yang dimiliki klien



Pengungkapan tentang kemampuan diri diperlukan untuk merubah diri klien dan tindakan selanjutnya.



Untuk meningkatkan harga diri klien



3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan



3. Setelah 1 kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan



4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki



4. Setelah 1 kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian



5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat



5. Setelah 1x interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat



2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif. 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya



Penilaian klien terhadap positif dirinya bisa membantu aktualisasi diri



4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan klien:  Kegiatan mandiri  Kegiatan dengan bantuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.



Perencanaan yang baik membantu klien memilih potensi mana yang ingin dia kembangkan



5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan 5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien



Implementasi dapat membuat klien semakin yakin dengan positif dirinya.



Melatih klien untuk melaksanakan kegiatan yang dapat klien lakukan



Meningkatkan harga diri klien 5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada



6. Setelah 1x interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung keluarga yang ada di keluarga



6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.



Dukungan yang terbaik bagi klien adalah orang sekitarnya terutama keluarganya. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan harga diri klien



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN Nama Klien Ruangan Tujuan TUM : Klien tidak melakukan perilaku kekerasan. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.



: Tn. D :-



Diagnosis Medis No. RM Kriteria evaluasi



1. Setelah 1 kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :  Ekspresi wajah bersahabat.  Menunjukkan rasa senang.  Ada kontak mata.  Mau berjabat tangan.  Mau menyebutkan nama.  Mau menjawab salam.  Mau duduk berdampingan dengan perawat.  Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.



Intervensi



Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik  Sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.  Buat kontrak yang jelas.  Tunjukkan sikap jujur. dan menepati janji setiap kali interaksi.  Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.  Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.  Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.



: Schizofrenia Paranoid. :Rasionalisasi



 Bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan klien dapat koopertif, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.



2. Klien dapat mengidentifikasikan penyebab kekerasan.



Setelah 1 kali interaksi klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan.  Diejek, diremehkan, diganggu, merasa terganggu.



 Bantu klien mengungkapkan perasaanya  Bantu klien mengungkapkan penyebab timbulnya marah ( orang lain, situasi atau diri sendiri ) .



3. Klien dapat mengidentifikasikan tanda - tanda perilaku kekerasan



Setelah 1 kali interaksi klien dapat mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan :  Ingin memukul, memaki, mengamuk dan mengancam.



4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerassan yang biasa dilakukan.



Setelah 1 kali interaksi klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan :  Memaki, mengancam, merusak barang.



 Anjurkan klien mengungkapkan hal yang di lami dan dirasakan saat jengkel atau marah.  Observasi tanda perilaku kekerasan.  Diskusikan dengan klien tanda –tanda perilaku kekerasan  Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.  Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasaan yang biasa dilakukan.  Diskusikan bersama klien apakah dengan cara yang klien lakukan masahnya selesai.  Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang digunakan klien  Diskusikan dengan klien akibat cara yang dilakukan.  Tanyakan apakah klien ingin belajar cara yang baru dan sehat.



5. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. 6. Klien mendapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan.



Setelah 1 kali interaksi klien dapat mengidentifikasi dan mengungkapakan akibat perilaku kekerasan yang biasa di lakukan :  Dimusuhi , dimarah-marahi, dikurung di rumah Setelah 1 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalm merespon kemarahannya :  Mampu menjelaskan kembali 2 dari 4 cara marah yang sehat.



2. 3. 4.



Tanyakan pada klien apakah dia mengetahui cara lain yang lebih sehat. Beri reinforcement positif jika klien mengetahui cara lain yang sehat. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :  Secara fisik : tarik napas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal



 Mengetahui kondisi klien saat itu mengurangi tekanan kemarahan klien.  Mengidentifikasi penyebab.



dan



 Identifikasi penyebab marah.  Identifikasi perubahan fisik.  Menyamakan persepsi bahwa hal tersebut terjadi dan ada pada klien a. Identifikasi cara klien dalam mengungkapkan perilaku kekerasan. b. Mempermudah perawat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan saat marah. c. Memberikan wawasan yang baru bagi klien terhadap tindakan yang maladaptif. d. Bantu klien dalam mengidentifikasi kerugian dari cara yang dilakukan  Menyamakan persepsi dalam merespon perilaku yang salah .  Membantu klien mencari cara yang terbaik..



 Identifikasi pengetahuan dan keinginan klien untuk melakukan cara yang sehat.  Sebagai motivasi untuk melakukan perilaku yang sehat.  Di dapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam mengekspresikan marahnya.















7. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.



Setelah 1 kali interaksi klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol :  Menampilkan cara mengontrol marah secara fisik, verbal, sosial dan spiritual.



   



8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.



Setelah 1 kali interaksi, keluarga dapat memberi dukungan kepada klien dalam mengontrol perilakunya:  Terlibat dalam perawatan.  Bersedia mengontrol pentalaksanaan pengobatan di rumah.  Mampu menjelaskan kembali 2 dari 4 cara marah yang sehat.



atau olahraga atau pekerjaaan yang memerlukan tenaga Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersingggung / jengkel : saya marah, karena mama tidak penuhi keinginan saya. Secara sosial : latihan dalam kelompok – kelompok cara marah yang sehat : latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasaan. Secara spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah lain : meminta kepada Tuhan agar diberi kesabaran dan mengadu kepada-Nya bila sedang jengkel / kesal. Bantu klien memilih cara yang disukai / cocok dengan klien. Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klien jengkel / kesal. Diskusikan dengan klien manfaat cara yang telah digunakan. Beri pujian atas keberhasilan klien.



 Buat kontrak dengan keluarga pada saat membawa klien ke RS: 1. Pertemuan rutin dengan perawat. 2. Pertemuan dengan keluarga.  Bantu keluarga mengindentifikasi kemampuan yang dimiliki : 1. Siapa yang dapat diterima klien. 2. Fasilitas yang dimiliki keluarga di rumah.  Jelaskan cara merawat klien pada keluarga seperti cara marah yang sehat melalui fisik, verbal, sosial dan spiritual.  Latihan keluarga cara merawat klien di rumah dan terapi pengobatan.



 Cara yang cocok akan membuat klien nyaman.  Praktek langsung lebih tepat untuk mengetahui manfaat cara yang dilakukan.  Identifikasi adanya keuntungan dan kekurangan.  Membangkitkan motivasi dan minat klien.  Kejelasan waktu, tempat dan topik akan membantu keluarga untuk kooperatif.  Perlu dilakukan secara bertahap.  Memudahkam pemahaman dan penerimaan.  Memberikan wawasan kepada keluarga dalam menggali kemampuan yang ada.



 Memberikan cara perawatan yang tepat dan mencegah cara yang salah atau kurang tepat.  Membiasakan keluarga agar terlatih dalam



9. Klien dapat menggunakan obat yang benar.



Setelah …x interaksi klien dapat menggunakan obat dengan benar baik jumlah, jenis, waktu dan dosis obat, serta manfaatnya :  Obat diminum sesuai aturan.  Klien mengungkapkan perasaanya selama minum obat.



 Jelaskan obat yang harus di minum klien pada klien dan keluarga.  Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa izin dokter.  Jelaskan prinsip 5 benar obat : baca nama yang tertera di label obat, waktu, cara dan kenali warna obatnya.  Anjurkan klien minum obat dan minum obat tepat pada waktunya.  Anjurkan klien melapor pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.  Beri pujian jika klien minum obat.



pelaksanaan di rumah. .  Kejelasan akan membantu klien dan keluarga untuk melaksanakan tindakan yang benar.  Dengan tahu manfaat dan kerugian keluarga dan klien akan lebih perhatian.  Kejelasan akan membantu pelaksanaan tindakan yang benar.  Waktu yang tepat didasari pada kerja dan efektifitas dan penggunaan obat.  Efek obat yang diketahui lebih awal memudahkan penanganan akibat efek tersebut.  Membangkitkan minat dan motivasi.



SRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN PERTEMUAN PERTAMA,KEDUA,KETIGA,KEEMPAT Tanggal ,17,18,19,20 Desember 2021 1.



Strategi Pelaksanaan I & II Perilaku kekerasan Pertemuan



:1



Hari/Tanggal : Jumat / 17 Desember 2021 Tempat



: Ruang Tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan pada saat marah ketika keinginan klien tidak terpenuhi dan klien ngomel-ngomel menyendiri dikamar DO : Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif mau menjawab pertanyaan Klien tampak tenang B. Diagnosis Keperawatan Perilaku Kekerasan C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab peilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peilaku kekerasan 4. Klien dapat mengidentifikasi peilaku kekerasan yang digunakan 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat peilaku kekerasan 6. Klien dapat menyebutkan akibat cara mengontrol peilaku kekerasan 7. Klien dapat mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik dengan Tarik nafas dalam dan pukul bantal



D. Tindakan Keperawatan 1.



Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik



a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.



2.



Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan



3.



Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan



4.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



5.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



6.



Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : Tarik nafas dalam dan pukul bantal



7.



Memasukkan ke jadwal kegiatan harian



E.    Strategi Pelaksanaan 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Amril Sani, panggil saya Amril, “Saya Mahasiswa Profesi Keperawatan STIKes Pertamedika”. “Kalau boleh Saya tahu nama bapak dan senang dipanggil dengan sebutan apa?” a.



Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak saat ini, ada keluhan pak?”bagaimana tidurnya semalam?



b.   Kontrak 1)   Topik



“Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak.” 2)   Waktu “Berapa



lama



bapak



mau



kita



berbincang



-bincang?



Bagaimana jika 15 menit?” 3)   Tempat “Di mana enaknya kita duduk -duduk untuk berbincangbincang, pak? Bagaimana jika di ruang tamu?” 2.    Fase Kerja “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Apa penyebabnya? Ooo.. jadi itu ya penyebab marah bapak ya”. “Pada saat bapak sedang marah apa yang bapak rasakan? Misalnya saat bapak pulang ke rumah orang tua bapak bapak belum menyiapkan makanan (misalnya ini yang jadi penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” “Apakah bapak merasa kesal, terus dada bapak berdebar –  debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”. “Setelah itu apa yang bapak lakukan? Ooo.. iya.. jadi bapak menyendiri dikamar ya. “Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan, Benar. Maukah bapak belajar cara mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? “Ada beberapa cara mengatasi marah, pak. Salah satunya dengan cara Tarik nafas dalam dan pukul bantal. Jadi menyalurkan marah lewat kegiatan ini. Dari beberapa cara tadi bagaimana jika kita belajar satu cara dulu?” “Begini pak, jika tanda – tanda marah tadi sudah bapak rasakan, maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan



napas



perlahan –  lahan



melalui



mulut



sambal



membayangkan bahwa bapak sedang mengeluarkan kemarahan.



Silahkan bapak mencoba melakukannya. Bagus...coba lakukan sampai lima kali. bagus sekali bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?”   “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, bapak sudah terbiasa melakukannya.” “Selanjutnya Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan napas dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul Kasur atau bantal.” “Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana kamar bapak? Jadi, jika nanti bapak merasa kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul bantal atau kasur. Nah, coba bapak lakukan. Bagus... bapak dapat melakukannya.” “Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.” “Cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada rasa marah. Dan jangan lupa rapikan kembali tempat tidurnya.”   3.   Fase Terminasi a.   Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?” b. Evaluasi objektif “Ya itu penyebab marahnya bapak (sebutkan), dan yang bapak rasakan (sebutkan), yang bapak lakukan (sebutkan) serta akibatnya (sebutkan). Coba selama saya tidak ada bapak mencoba mengingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan bila marah, yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan nafas dalamnya dan pukul bantalnya ya pak.” c.    Rencana tindak lanjut “Baik, bagaimana jika besok saya datang dan kita latihan verbal misalnya berbicara baik menolak baik?.”



d.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang latihan verbal?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 10.00 WIB selama 15 menit, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau di ruang tamu ini lag 2.



Strategi Pelaksanaan III Perilaku kekerasan Pertemuan



:2



Hari/Tanggal : Sabtu / 18 Desember 2021 Tempat



: Ruang Tamu



A. Proses Keperawatan 1.



Kondisi Klien Data Subjektif



:



Klien mengatakan perasaannya senang Klien mengatakan masih ingat dengan yang diajarkan sebelumnya Data Objektif



:



Mata klien tampak tidak fokus Klien menjawab pertanyaan cukup kooperatif B. Diagnosis Keperawatan Perilaku Kekerasan C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab peilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peilaku kekerasan



4. Klien dapat mengidentifikasi peilaku kekerasan yang digunakan 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat peilaku kekerasan 6. Klien dapat menyebutkan akibat cara mengontrol peilaku kekerasan 7. Klien dapat mengunggapkan rasa marah dan kesal secara verbal.



D. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik



a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.



2.



Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan



3.



Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan



4.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



5.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



6.



Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara berbicara yag baik menolak yang baik



7.



Memasukkan ke jadwal kegiatan harian



E.    Strategi Pelaksanaan 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Selamat pagi pak, sesuai janji saya kemarin , sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi dengan bapak tentang mencegah perilaku kekerasan dengan cara berbicara yag baik menolak yang baik ?.” b.



Evaluasi/validasi



“Kemarin sudah kita pelajari bahwa jika bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain Tarik napas dalam maka bapak juga bisa memukul bantal ya?’ ‘Coba bapak sebutkan lagi bagaimana caranya?’….Wah bagus sekali bapak…pinter yah?” c.   Kontrak 1)   Topik “Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang mengenai berbicara yag baik menolak yang baik ?.” 2)   Waktu “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 15 menit?” 3)   Tempat “Di mana enaknya kita duduk -duduk untuk berbincangbincang, pak? Bagaimana jika di ruang tamu?” 2.    Fase Kerja “Jika rasa marah sudah disalurkan dengan cara bernapas dalam atau memukul Kasur serta benar cara minum obat setelah lega kita berbicara kepada orang yang membuat kita marah, ada tiga caranya yaitu: a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar b. Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus! c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, katakan: saya jadi ingin marah dengan perkataan mu itu, tetapi tidak dengan nada kasar apalagi mengancam. Coba bapak praktekkan. Bagus, pak! 3.   Fase Terminasi a.   Evaluasi subjektif



“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mencegah marah dengan berbicara yang baik menolak baik?” b. Evaluasi objektif “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari. Bagus.” c.    Rencana tindak lanjut “Besok pagi kita berjumpa lagi untuk meredakan amarah dengan cara latihan spiritual.” “Sampai jumpa.” d.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya mengontrol meredakan amarah dengan cara latihan spiritual.?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 10.00 WIB selama 15 menit, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ruang keluarga ? 3. Strategi Pelaksanaan IV Perilaku Kekerasan Pertemuan



:3



Hari/Tanggal



: Minggu / 19 Desember 2021



Tempat



: Ruang Keluarga



A. Proses Keperawatan 1.



Kondisi Klien DS : Klien mengatakan perasaannya senang Klien mengatakan masih ingat dengan yang diajarkan sebelumnya DO : Mata klien tampak tidak fokus



Klien menjawab pertanyaan cukup kooperatif B. Diagnosis Keperawatan Perilaku Kekerasan C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab peilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peilaku kekerasan 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang digunakan 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat peilaku kekerasan 6. Klien dapat menyebutkan akibat cara mengontrol peilaku kekerasan 7. Klien dapat melakukan latihan spiritual



D. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien. 2.



Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan



3.



Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan



4.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



5.



Melatih mencegah perilaku perilaku kekerasan dengan cara latihan spiritual untuk klien



6.



Memasukkan ke jadwal kegiatan harian



E.    Strategi Pelaksanaan 1.   Fase Orientasi



a.   Salam Terapeutik “Selamat pagi pak, kemarin sudah kita pelajari bahwa jika bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdeba-debar, mata melotot, bapak juga bisa Tarik nafas dalam dan memukul bantal serta latihan verbal yang baik?” a.



Evaluasi/validasi



““Bagaimana perasaan bapak setelah melakukannya?” “Coba saya liat jadwal kegiatannya. Bagus! Nah, jika kegiatan napas dalam dan latihan memukul bantal dan latihan verbal yang baik tulis M (Mandiri). .?” c.   Kontrak 1)   Topik “Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi dengan bapak, tentang mengontrol amarah dengan latihan spiritual?” 2)   Waktu ““Bagaimana pak? Berapa lama? 15 menit yah ? 3)   Tempat “Di mana enaknya kita duduk -duduk untuk berbincangbincang, pak? Bagaimana jika di ruang keluarga?” 2.    Fase Kerja “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bapak lakukan. Bagus... Wah banyak sekali. Yang mana yang mau kita coba?” Beristigfar dan berdoa?” “Nah, jika bapak sedang marah, coba bapak langsung duduk dan Tarik napas dalam sambil beristigfar, jika tidak reda juga segera rebahkan badan agar rileks. Bila masih tidak reda juga, segera berdoa lagi.” “Bapak bisa berdoa secara teratur untuk mencegah kemarahan jangan lupa memohon ampun kepada tuhan dan memohon agar terlindungi dari sifat pemarah.” 3.   Fase Terminasi a.   Evaluasi subjektif



“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol amarah dengan beribadah tadi?



b. Evaluasi objektif “Coba bapak sebutkan lagi cara mengontrol amarah dengan beribadah tadi”. Bagus.” “ bagaimana jika kita masukkan jadwal berdoa dan ibadah ke jadwal sehari-hari bapak.” c.    Rencana tindak lanjut “Besok sore kita berjumpa lagi untuk latihan cara yang lain untuk mencegah atau mengontrol marah dengan cara minum obat yang benar ya pak?” “Sampai jumpa.” d.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara minum obat yang benar?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 16.00 WIB selama 15 menit, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat ruang tamu ?”



3. Strategi Pelaksanaan 5 Perilaku Kekerasan Pertemuan



:4



Hari/Tanggal



: Senin / 20 Desember 2021



Tempat



: Ruang Keluarga



A. Proses Keperawatan 1.



Kondisi Klien DS



:



Klien mengatakan akan melakukan cara mengatasi marah yang sudah diajarkan Klien mengatakan masih ingat dengan yang diajarkan sebelumnya DO



:



Klien kooperatif menjawab pertanyan. B. Diagnosis Keperawatan Perilaku Kekerasan C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab peilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peilaku kekerasan 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang digunakan 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 6. Klien dapat menyebutkan akibat cara mengontrol perilaku kekerasan 7. Klien dapat melakukan latihan cara minum obat yang benar



D. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal



b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien. 7.



Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan



8.



Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan



9.



Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan



10. Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan 11. Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara minum obat yang benar



12. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian E.    Strategi Pelaksanaan 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Selamat pagi pak, sesuai janji saya kemarin , sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi dengan bapak tentang mengontrol marah dengan cara minum obat dengan baik dan benar.” a.



Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak saat ini?” Adakah hal yang membuat bapak kesal.



c.   Kontrak 1)   Topik “Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang cara minum obat ang baik dan benar? 2)   Waktu “



Berapa



lama



bapak



Bagaimana jika 15 menit?” 3)   Tempat



mau



kita



berbincang-bincang?



“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? “Bagaimana kalau ditempat ruang tamu?”



2.    Fase Kerja “Bapak saya Tanya sudah berapa lama dan berapa obat yang dikasih oleh dokter ?” Selanjutnya berapa macam obat serta warnanya?” Bagus…Jam berapa bapak minum obatnya?” wah…bapak pintar” obat nya ada empat macam ya pak warna orange namanya CFZ gunanya agar fikiran bapak tenang minumnya jam 07.00 pagi dan 18.00 sore ,yang putih ini nama obatnya THP minumnya jam 07.00 pagi gunanya agar fikiran teratur dan rasa marah berkurang, obat yang terakhir warnanya biru ini nama obatnya Haloperidol minumnya jam 07.00 pagi gunanya mengatasi perilaku bapak pada saat emosi.”Ok bapak apakah bapak ingat ?” coba bapak sebutkan lagi?” “ Bapak harus ingat yah… sebelum minum obat ada 5 benar cara minum obat,yaitu: 1. Benar nama pasien 2. Benar nama obat 3. Benar dosis obat 4. Benar waktu minum obat 5. Benar cara pemberian obat “Apakah sudah benar bapak cara minum obatnya?” “ Bapak jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dan control dengan dokter yah…karena dapat terjadi kekambuhan jika obatnya tidak diminum secara teratur” 3.   Fase Terminasi a.   Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang tentang cara 5 benar minum obat?”



b. Evaluasi objektif “Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!” Sekarang mari kita masukkan jadwal minum obat ke jadwal kegiatan aktivitas bapak.” Lalu akukan kedua cara yang sudah kita pelajari tadi bila ada keinginan marah sewaktu-waktu ya pak.” c.    Rencana tindak lanjut “Besok sore kita berjumpa lagi untuk megatasi masalah bapak berikutnya ya.“Sampai jumpa.” d.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi Untuk mengulangi pelajaran yang sudah kita pelajari dan mengatasi masalah bapak berikutnya.?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 10.00 WIB selama 15 menit, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat ruang tamu?



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN STIKes PERTAMEDIKA Nama : Tn.”D”



Ruangan : -



TANGGA



DIAGNOSA



L DAN



IMPLEMENTASI



JAM 17/12/2021



TINDAKAN KELEPRAWTAN Diagnosa: Resiko Prilaku Kekerasan



RM No : EVALUASI



S: - Klien mengatakan penyebab Jam : 16.00 DS : marahnya karena tidak suka WIB Klien mengatakan pada saat marah ketika ditanya-tanya apa yang dilakukannya keinginan klien tidak terpenuhi dan klien - Klien mengatakan tanda ngomel-ngomel menyendiri dikamar marah: wajah memerah, tegang, mata melotot, DO : tangan mengepal, suara Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif keras. - Klien mengatakan marah mau menjawab pertanyaan yang biasa dilakukan Klien tampak tenang dengan membanting barang - Klien mengatkan akibatnya Implementasi bisa melukai orang lain Sp I - Klien mengatakan cara mengontrol marah dengan 1. Mengidektifikasi penyebab PK latihan fisik ( nafas dalam 2. Mengidentifikasi tanda dan dgejala PK dan pukul bantal, secara 3. Mengidentifikasi Pk yang dilakukan verbal, secara spiritual dan 4. Mengidentifikasi akibat PK minum obat 5. Menyebutkan cara mengontrol PK 6. Membantu klien mempraktekkan latiha O: cara mengontrol fisik I - Klien bisa menyebutkan 7. Menganjurkan klien memasukkabn penyebab, tanda, akibat dalam jadwal kegiatan harian dan cara mengontrol SP 2 marah. 1. Mengevaluasi jadwal - Kontak mata tidak fokus kegiatan harian klien - Klien dapat mempraktekan 2. Melatih klien cara mengontrol latihan



mengontrol PK dengan cara fisik II 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam A : jadwal kegiatan harian P : 1. Recana Tindak Lanjut -



Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal



fisik I ( nafas dalam ) Resiko prilaku kekerasan belum teratasi Mengevaluasi jadwal



kegiatan harian klien 2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal 3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Tanggal 18/12/2021 jam 10.00



WIB tempat diruang tamu 18/12/21 Diagnosa : Resiko Prilaku Kekerasan S: - Klien mengatakan sudah Jam : 10.00 Data Subjektif : melakukan latihan fisik 2 ( WIB Klien mengatakan perasaannya senang pukul bantal ) - Klien bisa melakukan cara Klien mengatakan masih ingat dengan yang verbal dalam mengontrol diajarkan sebelumnya marah misal pada saat meminta bantuan dengan Data Objektif : orang lain. Mata klien tampak tidak fokus O: - Klien tampak meminta Klien menjawab pertanyaan cukup kooperatif tolong jika ingin sesuatu Implementasi - Klien tampak meminta maaf jika melakukan Sp III kesalahan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien A : Resiko prilaku kekerasan belum teratasi 2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara P: verbal 1. Mengevaluasi jadwal 3. menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian klien jadwal kegiatan harian 2. Melatih klien mengontrol Rencana Tindak Lanjut PK dengan cara spiritual -



Melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual



3.



menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal



Tanggal 19/12/21 jam 10.00 WIB 19/12/21



Diagnosa : Resiko Prilaku kekerasan



tempat ruang tamu S:



Jam 10.00 WIB



DS



:



-



Klien mengatakan bisa



Klien mengatakan perasaannya senang



sholat dan mengaji



Klien mengatakan masih ingat dengan yang



-



diajarkan sebelumnya



pergi ke masjid untuk sholat



DO



O:



:



Klien mengatakan sering



Mata klien tampak fokus



-



Klien tampak melakukan



Klien menjawab pertanyaan cukup kooperatif



sholat



Implementasi



-



Sp 4



mengumandangkan adzan



Klien bisa



1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien A : Resiko prilaku kekerasan 2. Melatik klien mengontrol PK dengan cara P: spiritual 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam 1. Mengevaluasi jadwal jadwal kegiatan harian kegiatan harian klien Rencana Tindak Lanjut



2.



Melatih klien mengontrol



-



Melatih klien mengontrol PK dengan



PK dengan minum obat



minum obat



3.



menganjurkan klien



memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Tanggal 20/12/21 jam 16.00 WIB 20/12/21 Jam 16.00 WIB



Diagnosa : Resiko Prilaku kekerasan



tempat ruang tamu S:



DS:



-



Klien mengatakan bisa melakukan yang sudah



tentang 5 cara minum obat



diajarkan



-



DO:



minum obat agar penyakitnya



Klien cukup kooperatif menjawab pertanyaan



tidak kambuh.



Implementasi



O:



Sp 5



-



1.



Mengevaluasi jadwal kegiatan harian



klien 2.



Klien mengatakan tahu Klien mengatakan manfaat



Klien tampak mencatat



nama obat,dosis obat, waktu dan cara minum obat.



Melatih klien mengontrol PK dengan



A : Resiko Prilaku kekerasan



minum obat



teratasi



3.



P:



menganjurkan klien memasukkan



dalam jadwal kegiatan harian



-



Rencana Tindak Lanjut -



keperawtan pada masalah



Mengevaluasi kegiatan yang sudah diajarkan pada klien



Melanjutkan rencana berikutnya Isolasi Sosia



-



Tanggal 21/11/21 jam



Membuat jadwal untuk mengatasi



l6.00 WIB tempat ruang



masalah klien berikutnya



keluarga



SRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL PERTEMUAN PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA Tanggal 21,22,23 November 2021 1. Strategi Pelaksanaan I Isolasi Sosial



1.



Pertemuan



:1



Hari/ Tanggal



: Selasa / 21 Desember 2021



Tempat



: Ruang Tamu



Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data subjektif : Klien mengatakan kadang menyendiri dikamar seharian. Keluarga mengatakan klien di rumah suka menyendiri, jika keinginan klien tidak terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah Data Objektif : Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif menjawab pertanyaan Mata klien tampak tidak fokus dan terlihat seperti melamun 2. Diagnosis Keperawatan ISOLASI SOSIAL 3. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri 3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap 5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social



4. Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien 2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang 5. Menganjurkan klien mamasukkan kegiatan latihan berbincangbincang dengan orang lain dalam kegiatan harian B. Strategi Komunikasi 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Assalamualaikum, selamat pagi pak” Bagaiman kabarnya hari ini? Kemarin kita sudah berkenalan bapak masih ingat dengan nama saya? b.   Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?” c.   Kontrak 1)   Topik “Apakah bapak tidak keberatan untuk berbincang-bincang dengan saya?” Bagaimana kalau kita ngobrol tentang masalah yang sedang bapak hadapi saat ini? 2)   Waktu “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 15 -20 menit? Bisa ya pak?” 3)   Tempat “Di mana kita akan bincang-bincang pak ?” “Bagaimana kalau di ruang tamu ini aja ?”



d. Tujuan “ Dimana tujuan kita berbincang-bincang hari ini untuk mendiskusikan



keuntungan



dan



kerugian



berinteraksi



dan



bersosialisasi serta saya akan mengajarkan cara perkenalan dengan teman yang lain” 2.    Fase Kerja Kalau saya boleh tahu apa masalah yang sedang di hadapi bapak saat ini? “Apakah ada penyebab yang membuat bapak mengurung diri di rumah?” “Apa yang membuat bapak malu dan terkadang menyendiri dikamar seharian ?” “Siapa saja yang dekat dengan bapak saat ini?” “Pada keadaan apa, yang membuat bapak malu dan menyendiri?” “Apa yang dirasakan bapak pada saat menyendiri?” “Apa yang bapak lakukan saat perasaan itu muncul ketika bapak menyendiri?” “Apakah dengan cara itu perasaan bapak lebih baik?” “Alhamdulillah, bapak sudah mau mengungkapkan semua masalah dan perasaan bapak kepada saya, hal ini sangat baik bapak lakukan agar kita dapat mencari jalan keluar dari masalah bapak selain dengan obat dari dokter, dan saya sangat senang bapak sudah percaya kepada saya.” “Bagaimana



kalau



kita



berdiskusi



bersama



tentang



manfaat



berhubungan sosial dan kerugian menarik diri?” “saya akan menjelaskan manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.” “Dengan kita bersosialisasi dengan orang lain, kita membangun hubungan Kerjasama dan interaksi akan membangun kepercayaan terhadap orang tersebut sehingga kita akan mempunyai banyak teman,



sahabat tempat kita bercerita, bercanda, menyelesaikan masalah yang kita hadapi sehingga kita bisa saling tolong menolong



jika kita



mendapatkan masalah, hal ini bisa bapak lakukan karena bapak sama dengan mereka di sekitar bapak ada kekurangan dan ada kelebihan, dengan berteman bapak bisa belajar meningkatkan kekurangan bapak menjadi kelebihan karena kelebihan bapak juga bisa menutupi kekurangan teman bapak, Seperti sekarang bapak sudah sangat baik kita sudah berteman dan saling bebagi serta berdiskusi ” “Sekarang saya akan menjelaskan kerugian menarik diri, dengan kita menarik diri kita merasa sendiri, kesepian dan kita sudah menyianyiakan kebahagian kita, seharusnya kita bisa memecahkan masalah itu Bersama –sama, dengan kita menyendiri kita sulit memecahkan masalah yang kita hadapi karena kita sendirian dan semestinya kita bisa bersendagurau dan mengikuti banyak kegiatan yang mengasikkan kita telah



menyia-nyiakan sehingga kita



kesepian.” “baiklah pak tadi sudah saya jelaskan apakah bapak mengerti dan mau mengulang menyebutkannya kembali ” “Allhamdulillah bapak sangat pintar bisa mengulang lagi penjelasan saya .” “Sekarang bagaimana kalau kita berkenalan sama teman saya, orangnya baik, ganteng dan ramah sama seperti bapak, pasti teman saya sangat senang berkenalan dengan bapak” “ Baik pak ini teman saya, teman saya akan memperkenalkan diri kepada bapak selanjutnya bapak ya… memperkenalkan diri karena teman saya sangat ingin mengenal bapak yang ganteng, baik dan ramah, ayo kita mulai ya perkenalannya?” 3.   Fase Terminasi a.    Evaluasi 1. Evaluasi subjektif



“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? Apakah bapak merasa senang berkenalan dengan teman saya?”     2. Evaluasi objektif “Setelah kita berbincang-bincang tadi apakah Bapak masih ingat dengan nama saya dan nama teman saya ? coba Bapak sebutkan kerugian menarik diri dan keuntungan berhubungan sosial ?.” b.    Rencana tindak lanjut “Bagaimana kalau kita buat jadwal perkenalan dan berbincangbincang dimana akan ada teman saya yang baru lagi akan berkenalan dengan bapak. Bapak mau? Baik akan kita jadwalkan kapan dan dijam berapa ?” c.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol dan kenalan lagi dengan teman saya yang lain pak?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 16.00 WIB, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat ini lagi? 2. Strategi Pelaksanaan II Isolasi Sosial Pertemuan



:3



Hari/ Tanggal



: Rabu / 22 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A.



Proses Keperawatan 1. Kondisi klien DS : Klien mengatakan sudah mau berkenalan dengan beberapa orang dan tidak merasa malu lagi DO : Klien kooperatif, kontak mata (+) 2. Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial 3. Tujuan 1. Klien mampu mengikuti kegiatan dan mempraktekkan perkenalan. 2. Klien mampu berbincang – bincang dengan orang lain 4. Tindakan Keperawatan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 2. Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.



B. Strategi Komunikasi 1. Orientasi a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, pak? Bagaimana kabarnya hari ini? b. Evaluasi validasi : ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang keuntungan bersosialisasi dan kerugian menarik diri ya pak, bapak masih ingat? Dan bapak juga kemarin sudah berkenalan dengan teman saya, apakah bapak senang dan ingat nama teman saya?



c. Kontrak : 1. Topik ”Sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincangbincang dan berkenalan lagi dengan teman baru lagi ya pak?”. 2. Waktu : ”Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 1520 menit saja, bagaimana apakah bapak setuju?” 3. Tempat : ”Dimana tempat yang menurut bapak cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini?” 2. Fase kerja ”baik bapak kita akan berkenalan dengan teman baru kita, dan perkenalan ini kita akan memulai dari bapak untuk berkenalan terlebih dahulu dan akan di lanjutkan dengan saya dan teman baru kita, apakah bapak sudah siap ?” Waw sangat baik sekali perkenalan bapak, saya dan teman baru kita sangat senang berkenalan dengan bapak.” ” Sekarang saya yang berkenalan dilanjut teman-teman yang lain ya” ” Perkenalkan nama saya Ratna Juwita biasa di panggil ratna, saya dari Stikes Pertamedika, di sini saya akan mengajak teman baru untuk berkenalan dengan bapak kita yang ganteng dan ramah ini dan akan dilanjutkan untuk berbincang-bincang. 3. Terminasi a. Evaluasi 1. Evaluasi subyektif : ”Baiklah bapak tidak terasa kita sudah berkenalan dan berbincang-bincang cukup lama. Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dan berbincang-bincang?”



2. Evaluasi obyektif : ”Nah coba bapak sebutkan ulang nama teman baru kita ini ?” b. Rencana tindak lanjut ”sekarang saya membantu bapak membuat jadwal kegiatan harian bapak di rumah ya ?” Nanti kalau di rumah bapak bisa memasukan kegitan bapak seperti sholat, mengaji, berbincang-bincang dengan tetangga.” c. Kontrak yang akan datang 1. Topik ”Bagaimana kalau besok kita berkenalan dan berbincangbincang lagi dengan ketiga teman kita, dan saya akan melihat perkembangan aktifitas ibu yang sudah kita jadwalkan tadi ya bu.” 2. Waktu : ”Bagaimana kalau besok jam yang sama jam 16.00 sekitar 15-20 menit ? 3. Tempat : ”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Bagaimana kalau disini saja ya pak? baiklah pak. 3. Strategi Pelaksanaan III Isolasi Sosial Pertemuan



:3



Hari/ Tanggal



: Kamis / 23 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien DS : Klien mengatakan sudah bisa berinteraksi dengan tetangga sekitar rumah klien walau masih malu-malu. DO : Klien tampak kooperatif.



2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial 3. Tujuan Khusus 1. Klien mampu mengikuti kegiatan dan mempraktekkan perkenalan. 2. Klien mampu berbincang – bincang dengan orang lain dalam satu kelompok 3. klien dapat melakukan kegiatan harian yang sudah terjadwal 4. Tindakan Keperawatan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengabn dua orang atau lebih 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. B. Strategi Komunikasi 1. Orientasi : a. Salam terapeutik ” Assalamualaikum pak? b. Evaluasi / validasi ” Bagaimana perasaannya hari ini ? apakah sudah siap kita perkenalan dan berbincang-bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin untuk berkenalan dan berbincang- bincang dengan ke tiga teman kita pak ?” c. Kontrak 1. Topik : ”Seperti janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang memulai perkenalan dan berbincang- bincangnya? ” dan akan dimulai dari



bapak yang ganteng ini lagi ya, dan dilanjut dengan teman-teman yang lain.” 2. Tempat : ” Bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini saja ya? 3. Waktu : ”Kita nanti akan berbincang kurang lebih 15-20 menit, bagaimana pak setuju?” 2. Fase Kerja ”Baiklah bapak kita akan memulai perkenalan kita dan akan dimulai dari bapak lagi ya, dan dilanjut dengan teman-teman yang lain.” ”Wah bapak sangat pintar dalam perkenalannya, selanjutnya kita perkenalan dari teman-teman ya, bapak juga ingin tau nama temen-temen.” Baiklah tadi kita sudah perkenalan dan berbincang-bincang, sekarang saya mau melihat kegiatan yang sudah bapak lakukan sesuai jadwal yang kita buat kemari, apakah sudah bapak lakukan dengan baik?” Waw bapak pinter sekali sudah melakukan kegiatannya dengan baik, apakah bapak senang melakukan kegiatan ini?” bagaimana perasaan bapak setelah melakukan kegiatannya?” Alhamdulillah bapak sangat senang ya, sudah bagus ya mempunyai beberapa kegiatan, nah sekarang bisa membuat jadwalnya secara teratur mulai bangun tidur bapak langsung sholat, mandi, sarapan pagi, minum obat, menyapu rumah atau teras, membuang sampah, menonton tv menjelang siang, makan, beribadah, istirahat siang, lalu menjelang sore bapak bisa melakukan olahraga, menjelang malam kebersihan diri, beribadah, makan malam, minum obat, lalu kembali beristirahat malam. Nah bagaimana bapak, apakah bapak bisa melakukan aktifitas seperti itu setiap hari tujuannya adalah agar bapak mempunyai kegiatan untuk banyak beraktivitas dan bersosialisasi. Baik pak kalau begitu, mulai besok sudah bisa dilalukan ya, lama-lama juga akan terbiasa.”



3. Terminasi a. Evaluasi 1. Evaluasi subyektif : ”Baiklah pak tidak terasa kita sudah berbincang-bincang cukup lama, saya senang sekali bapak mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?” 2. Evaluasi obyektif : ”Coba bapak sebutkan lagi nama ketiga teman kita tadi dan jadwal kegiatan harian bapak? b. Rencana Tindak lanjut : ”Bagaimana nanti bapak terus mencoba untuk melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan tetangga ya pak?” c. Kontrak yang akan datang 1. Topik: ”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi tetapi bapak mengajak keluarga bapak ya, saya ingin berbincang-bincang dengan keluarga bapak juga.” 2. Waktu : ”Jam berapa bapak bisa? Bagaimana kalau jam 16.00? bapak setuju?” 3. Tempat : ”sore kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Baiklah pak. Sampai ketemu besok sore ya pak”



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN STIKes PERTAMEDIKA Nama : Tn. D TANGGAL DAN JAM



Ruangang : -



RM No. : -



DIAGNOSA IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN



21/12/21 Diagnosa : Isolasi Sosial Jam:16.00WIB Tempat Ruang DS : tamu - Klien mengatakan kadang menyendiri dikamar seharian. - Keluarga mengatakan klien di rumah suka menyendiri, jika keinginan klien tidak terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah. DO : - Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif menjawab pertanyaan - Mata klien tampak tidak fokus dan terlihat seperti melamun



EVALUASI



S: -



Klien mengatakan senang berdiskusi tentang kerugian menarik diri dan keuntungan bersosialisasi Klien mengatakan senang berkenalan dengan teman baru Klien mengatakan mau untuk mengikuti kegiatan kelompok



O: - Pada saat interaksi klien cukup kooperatif, mau menjawab pertanyaan; -



Implementasi



Klien bisa menyebutkan kerugian menarik diri dan keuntungan brsosialisasi.



SP Ip 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial - Kontak mata tidak fokus klien 2. Mendiskusikan dengan klien tentang - Klien dapat berkenalan keuntungan berinteraksi dengan orang lain A : Masalah Isolasi Sosial belum 3. Mendiskusikan dengan klien tentang teratasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain P: 4. Mengajarkan klien cara berkenalan Klien dievaluasi jadwal kegiatan dengan satu orang Hariannya 5. Menganjurkan klien mamasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang 2. Klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang dengan orang lain dalam kegiatan 3. Klien memasukkan kegiatan harian berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu Rencana Tindak Lanjut kegiatan harian 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien



2.



Berikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan Tanggal 22 Desember 2021, jam 16. dengan satu orang 00 WIB, Tempat ruang tamu 3. Bantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian 22/12/21 Diagnosa : Isolasi Sosial S: Jam 16.00WIB - Klien mengatakan sudah bisa Tempat Ruang DS : menerima untuk berkenalan tamu - Klien mengatakan senang berdiskusi dengan teman yang lainnya tentang kerugian menarik diri dan keuntungan - Klien mengatakan bisa bersosialisasi menjadwal kegiatan harian - Klien mengatakan senang berkenalan dan melaksanakannya walau dengan teman baru belum sepenuhnya - Klien mengatakan mau untuk mengikuti kegiatan kelompok O: - Klien tampak senang dalam DO : perkenalannya - Pada saat interaksi klien cukup kooperatif, mau menjawab - Klien kooperatif, kontak mata pertanyaan, tetapi tatapan mata (+) tampak sering mengarah kearah lain seolah-olah melamun dan jika ada A : Masalah Isolasi Sosial teratasi Sebagian orang lain lewat klien langsung diam -



-



Klien bisa menyebutkan kerugian P : menarik diri dan keuntungan 1. Klien dievaluasi jadwal kegiatan hariannya brsosialisasi. 2. Klien berkenalan dengan dua orang atau lebih Kontak mata tidak fokus 3. Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Klien dapat berkenalan



Implementasi SP 2p Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian Rencana Tindak Lanjut



Tanggal 23 Desember 2021, jam 16. 00 WIB, Tempat Ruang tamu.



1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 23/12/2021 Diagnosa : Isolasi Sosial S: Jam 16.00WIB Tempat Ruang DS : tamu - Klien mengatakan sudah bisa menerima untuk berkenalan dengan teman yang lainnya -



Klien mengatakan bisa menjadwal kegiatan harian dan melaksanakannya walau belum sepenuhnya



Klien mengatakan sudah bisa menerima untuk berkenalan dengan teman lebih dari satu Klien mengatakan mau menjalankan kegiatan hariannya dengan baik



O: DO : - Klien tampak perkenalannya -



senang



Klien kooperatif, kontak mata (+)



dalam



-



Klien kooperatif



-



Klien mengikuti kegiatan harian



jadwal



A : Masalah Isolasi Sosial teratasi



P: - Klien melakukan kegiatan harian Implementasi sesuai terapi yang di berikan - Melakukan intervensi pada SP 3p keluarga klien 1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Tanggal 27/12/21 jam 16.00 WIB klien tempat ruang tamu. 2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Rencana Tindak Lanjut 1. Evaluasi kegiatan harian klien 2. Melanjutkan intervensi keluarga



SRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA ISOLASI SOSIAL PERTEMUAN PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA Tanggal 27,28,29 Desember 2021 1. Strategi Pelaksanaan I Keluarga Isolasi Sosial Pertemuan



:1



Hari/ Tanggal



: Senin / 27 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Keluarga Klien Data subjektif : Keluarga Klien khawatir akan keadaan klien yang suka menyendiri dikamar seharian dan mengatakan belum tau cara merawat klien. Data Objektif : Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif 2. Diagnosis Keperawatan ISOLASI SOSIAL 3. Tujuan Khusus 1. Keluarga mengetahui tetang penyakit klien 2. Kelurga dapat merawat klien 3. Keluarga dapat membantu kegiatan harian klien 4. Tindakan Keperawatan



1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami klien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi social



B. Strategi Komunikasi 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Selamat sore, assalamualaikum ibu” “Boleh Saya kenalan dengan ibu? “ “Nama Saya Amril Sani boleh panggil Saya Amril” “Saya Mahasiswa Profesi Keperawatan STIKes Pertamedika” “Kalau boleh Saya tahu nama ibu dan senang dipanggil dengan panggilan apa?” b.   Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana keadaan bapak “D” sekarang? Ada keluhan tidak tentang masalah bapak “D” ?” c.   Kontrak 1)   Topik “Apakah ibu tidak keberatan untuk berbincang-bincang dengan saya?” Bagaimana kalau kita ngobrol tentang masalah yang sedang dialami bapak “D” saat ini sehingga bapak “D” berobat ke RS ERBA dan cara perawatannya? 2)   Waktu “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 15-20 menit? Bisa ya ibu?” 3)   Tempat “Di mana kita akan bincang-bincang ?” “Bagaimana kalau di ruang ini aja ?” d. Tujuan “ Dimana tujuan kita berbincang-bincang hari ini untuk mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dan saya akan menjelaskan pengertian,



tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami klien beserta proses terjadinya serta saya akan menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi social.” 2.    Fase Kerja “Kalau saya boleh tahu apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat bapak“D”? Apa yang sudah di lakukan? Masalah yang di alami oleh bapak “D” di sebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga di alami oleh pasien-pasien gangguan jiwa lain. Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain,seperti sering di tolak,tidak di hargai,atau berpisah dengan orangorang terdekat.” “ Apabila masalah isolasi sosial ini tidak di atasi maka seseorang dapat mengalami halusinasi,yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang demikian ibu dan anggota keluarga lainnya harus bersabar menghadapi bapak “D”. Dan untuk merawat bapak “D”, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan bapak “D” yang caranya adalah bersikap peduli dengan dengan bapak “D” dan jangan ingkar janji. Kedua keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada bapak “D” untuk dapat melakukan kegiatan bersamasama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien. Selanjutnya jangan biarkan bapak “D” sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakapcakap dengan bapak “D” misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama. Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu? Begini contoh komunikasinya, Ibu “R”:,saya lihat sekarang kakak sudah dapat bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangan juga lumayan lama. saya senang sekali melihat perkembangan kakak, coba kakak bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kakak sholat berjamaah. sholat bersama-sama keluarga atau di Masjid. Bagaimana kakak mau coba kan,kak? Nah coba sekarang ibu peragakan cara komunikasi seperti yang telah saya contohkan Bagus, bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali.Sampai sini ada yang ingin di tanyakan bu?” 3.   Fase Terminasi a.    Evaluasi 1. Evaluasi subjektif



“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan Latihan tadi?     2. Evaluasi objektif “Setelah kita berbincang-bincang Coba ibu ulangi lagi apa yang di maksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial. Selanjutnya dapat ibu sebutkan kembali cara-cara merawat bapak “B” yang mengalami masalah isolasi sosial. Bagus sekali bu, ibu dapat menyebtkan kembali cara-cara perawatan tersebut. b.    Rencana tindak lanjut “Nanti kalau ketemu bapak “D” coba Ibu lakukan dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama? Baik bu, bagaimana kalau kita bertemu lagi dan akan kita jadwalkan kapan dan dijam berapa ?” c.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi latihan langsung ke bapak “D”?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 16.00 WIB, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat ini lagi?



2. Strategi Pelaksanaan II Keluarga Isolasi Sosial Pertemuan



:2



Hari/ Tanggal



: Selasa / 28 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi keluarga klien DS : - Keluarga Klien mengatakan rasa kuatir sudah berkurang akan keadaan klien saat ini dan mengatakan sudah tau cara merawat klien. DO : - Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, mau menjawab pertanyaan, mau menerima penjelasan yang di jelaskan. 2. Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial 3. Tujuan Keluarga dapat mempraktekkan dan merawat klie dengan Isolasi Sosial 4. Tindakan Keperawatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial C. Strategi Komunikasi 1. Orientasi a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, ibu? Bagaimana kabarnya hari ini?



b. Evaluasi validasi : ”Bagaimana perasaan ibu hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang penyakit dan cara merawat bapak ”D”. Ibu masih ingat latihan merawat anak ibu seperti yang telah kita pelajari beberapa kemarin?” c. Kontrak : 1. Topik ”Sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan mempraktekkan da melakukan cara merawat bapak ”D” ya bu?”. 2. Waktu : ”Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 15-20 menit saja, bagaimana apakah ibu setuju?” 3. Tempat : ”Dimana tempat yang menurut ibu cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini?” 2. Fase Kerja ”baik ibu kita mulai ya prakteknyanya ? Selamat pagi, Bapak “D”. Bagaimana perasaan bapak “D” hari ini?, bapak “D” ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus. Tolong bapak “D” tunjukkan jadwal kegiatannya!” (Kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut) “Nah bu, sekarang ibu dapat mempraktikan apa yang sudah kita lakukan beberapa hari lalu.” (Anda mengobservasi keluarga mempraktikan cara merawat pasien seperti yang telah di latihkan pada pertemuan sebelumnya) “Bagaimana perasaan bapak “D” setelah berbincang-bincang dengan ibu “R”? Baiklah,sekarang saya dan ibu “R”berbincang-bincang dulu ya (Anda dan keluarga melakukan terminasi dengan keluarga) 3. Terminasi a. Evaluasi 1. Evaluasi subyektif : “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?” 2. Evaluasi obyektif : ” Ibu sudah bagus. Mulai sekarang ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada bapak ”D”



b. Rencana tindak lanjut ”Besok saya akan membantu ibu membuat jadwal kegiatan harian bapak ”D” di rumah ya ?” Nanti kalau di rumah ibu bisa membantu memasukan kegiatan bapak ”D” seperti menyapu teras, sholat, mengaji, dan minum obat.” c. Kontrak yang akan datang 1. Topik ”Bagaimana kalau besok kita membuat jadwal kegiatan harian bapak ”D” di rumah ya ?” Nanti kalau di rumah ibu bisa membantu memasukan kegitan bapak ”D” menyapu teras, sholat, mengaji, dan minum obat.” saya akan Menjelaskan follow up klien setelah ini ya bu.” 2. Waktu : ”Bagaimana kalau besok jam yang sama jam 16.00 sekitar 15-20 menit ? 3. Tempat : ”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Bagaimana kalau disini saja y bu? baiklah bu. 3. Strategi Pelaksanaan III Isolasi Sosial Pertemuan



:3



Hari/ Tanggal



: Rabu / 29 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi keluarga klien DS : -



Keluarga Klien mengatakan sudah tahu cara merawat klien



DO : -



Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, mau mempraktekkan cara merawat klien



2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial



3. Tujuan Khusus Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning). 4. Tindakan Keperawatan 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up klien. C. Strategi Komunikasi a. Orientasi : a. Salam terapeutik ” Assalamualaikum ibu? b. Evaluasi / validasi ” apa kabar ibu hari ini? Apakah ibu masih ingat tentang diskusi kita sebelumnya? Iya, bagus ya bu kalau sudah paham.” Baik bu, sekarang saya akan membantu ibu membuat jadwal aktivitas bapak “D” di rumah termasuk minum obat ya.” c. Kontrak 1. Topik : ” Baik bu, Seperti janji kita kemarin, sekarang saya akan membantu ibu membuat jadwal aktivitas bapak “D” di rumah termasuk minum obat ya.” 2. Tempat : ” Bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini saja ya? 3. Waktu : ”Kita nanti akan berbincang kurang lebih 15-20 menit, bagaimana ibu setuju?” d. Fase Kerja ”Baiklah ibu saya akan membantu ibu membuat jadwal aktivitas bapak “D” di rumah termasuk minum obat ya. Nah ibu kan sudah tahu kondisi anak ibu saat ini, jadi bapak ”D” perlu bimbingan ibu dalam bersosialisasi atau berkenalan dengan orang disekitarnya. Apakah ibu sudah membantu bapak ”D” berekanalan dengan orang



disekitranya? Sudah berapa orang yang bapak ”D” ajak kenalan bu? Wah sudah beberapa orang ya bu,bagus sekali bu. Sekarang latih bapak ”D” untuk terbiasa dengan orang lain ya bu, contohnya seperti lebih sering sholat berjamaah di langgar, hal inilah yang akan di masukkan ke jadwal harian bapak ”D”. Nanti ibu buat tabel yang isinya no. Waktu kegiatan yang di isi jam berapa dilakukan, kegiatan yang dilakukan diisi kegiatannya apa, seperti menyapu teras, sholat tanggal pelaksanaan disini di isi kode di bawa tanggal seperti T : Tergantung, jika pasien sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat, B : Bantuan, jika pasien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna. Dengan bantuan pasien dapat melaksanakan dengan baik. M : Mandiri, jika pasien melaksanakan kegiatan tanpa di bimbing dan disuruh. , keterangan. Bagaimana bu, apakah ibu dapat memahaminya? Baiklah bu jangan lupa juga follow upnya, Baik bu” ” e.



Terminasi a. Evaluasi 1. Evaluasi subyektif : ” Bagamana perasaan ibu setelah kita berdiskusi tadi, apakah ibu mengerti apa yang kita bahas tadi bu? Iya baik bu” 2. Evaluasi obyektif : ”Coba ibu nanti setelah bapak ”D” menyapu teras, sholat jangan lupa dimasukan ke jadwal hariannya ? b. Rencana Tindak lanjut : ”Bagaimana nanti ibu terus mencoba untuk membantu bapak ”D” melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan tetangga ya bu?” c. Kontrak yang akan datang 1. Topik: ” Baik bu, nanti hari kamis tanggal 30 Desember 2021 kita ketemu lagi ya bu, untuk melakukan terapi yang lain kepada bapak ”D” ibu bisa mendampingi bapak ”D” ya.” 2. Waktu : ”Jam berapa ibu bisa? Bagaimana kalau jam 16.00? ibu setuju?” 3. Tempat : ”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu.”



TANGGAL DAN JAM



DIAGNOSA IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN



EVALUASI



27/12/21 Diagnosa : Isolasi Sosial S: Jam 16.00 WIB - Keluarga Klien mengatakan rasa Tempat DS : kuatir sudah berkurang akan Ruang tamu - Keluarga Klien mengatakan kuatir akan keadaan klien dan mengatakan keadaan klien yang terkadang suka sudah tau cara merawat klien. menyendiri di kamar seharian dan mengatakan belum tau cara merawat klien. O: - Pada saat interaksi keluarga klien DO : cukup kooperatif, mau menjawab - Pada saat interaksi keluarga klien cukup pertanyaan, mau menerima kooperatif. penjelasan yang di jelaskan. Implementasi SP Ik 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami klien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi sosial



A : Masalah kelurga klien Isolasi Sosial belum teratasi P: 1. Keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi sosial 2. Keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial Tanggal 28 Desember 2021, jam 16. 00 WIB, Tempat Ruang tamu



Rencana Tindak Lanjut 1. Latih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi sosial 2. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial Diagnosa : Isolasi Sosial S:



28/12/21 Jam 16.00 WIB Tempat Ruang DS : tamu - Keluarga Klien mengatakan rasa kuatir sudah berkurang akan keadaan klien dan



-



Keluarga Klien mengatakan sudah tahu cara merawat klien



mengatakan sudah tau cara merawat klien. O: DO : - Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, mau menjawab pertanyaan, mau menerima penjelasan yang di jelaskan.



Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, mau mempraktekkan cara merawat klien



A : Masalah keluarga klien Isolasi Sosial teratasi Sebagian



P: 1. Keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat SP 2k (discharge planning) 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara 2. Follow up klien merawat klien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat Tanggal 29 Desember 2021, jam langsung kepada klien isolasi sosial 16.00 WIB, Tempat Ruang tamu Implementasi



Rencana Tindak Lanjut 1. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Jelaskan follow up klien setelah pulang 29/12/2021 Diagnosa : Isolasi Sosial S: Jam 16.00 WIB Tempat Ruang DS : tamu - Keluarga Klien mengatakan sudah tahu cara merawat klien DO : - Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, mau mempraktekkan cara merawat klien



Implementasi



Keluarga Klien mengatakan sudah tahu cara merawat dan membuat jadwal aktivitas klien serta memfollow up klien



O: -



Pada saat interaksi keluarga klien cukup kooperatif, tampak mau merawat klien



A : Masalah keluarga klien Isolasi Sosial teratasi



P: SP 3k 1. Membantu keluarga membuat jadwal - Keluarga klien membantu kegiatan aktivitas di rumah termasuk minum obat harian sesuai terapi yang di (discharge planning) berikan 2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang - Keluarga mendampingi klien tetap control ke RS ERBA secara rutin



Rencana Tindak Lanjut 1. Evaluasi keluarga membantu kegiatan harian klien 2. Anjurkan keluarga mendampingi klien tetap control ke RS ERBA secara rutin



SRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN STRATEGI PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH PERTEMUAN SATU DAN DUA Tanggal 30,31 Desember 2021 1. Strategi Pelaksanaan I Harga Diri Rendah Pertemuan



:I



Hari/ Tanggal



: Kamis / 30 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan malu dengan keadaanya saat ini dan kadang-kadang menghindar dari lingkungannya DO : Klien jarang mengawali pembicaraan dengan orang lain Klien tampak menyendiri. 2. Diagnosis Keperawatan Harga Diri Rendah 3. Tujuan Khusus 1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positifyang dimiliki 2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan 3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan



4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuaikemampuan 5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih 4. Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat dilakukan 3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih 5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien 6. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian



B. Strategi Komunikasi 1.   Fase Orientasi a.   Salam Terapeutik “Selamat pagi, assalamualaikum bapak” “Nama Saya Amril Sani boleh panggil saja Amril” “Saya Mahasiswa Profesi Keperawatan STIKes Pertamedika” “Kalau boleh Saya tahu nama bapak dan senang dipanggil dengan sebutan apa?” b.   Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?” c.   Kontrak 1)   Topik “Apakah bapak tidak keberatan untuk berbincang-bincang dengan saya?” Bagaimana kalau kita ngobrol tentang masalah yang sedang bapak hadapi saat ini sehingga bapak malu dengan kondisi bapak sekarang? 2)   Waktu “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 15 -20 menit? Bisa ya pak?” 3)   Tempat “Di mana kita akan bincang-bincang ?”



“Bagaimana kalau di ruang tamu ini aja pak?” d. Tujuan “ Dimana tujuan kita berbincang-bincang hari ini untuk berdiskusi tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak lakukan, Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak lakukan di rumah, Setelah kita nilai ,kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”



2.    Fase Kerja “Kalau saya boleh tahu apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus apalagi? Saya buat daftar ya, untuk kegiatan rumah tangga yang bisa bapak lakukan?” “Wah bagus sekali ada banyak kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki.” “ Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan salah satu kemampuan yang bapak miliki, bapak mau kan?” Baik mari kita latihan merapikan tempat tidur, tujuannya agar bapak dapat meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya. dimana kamar bapak? Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah sekarang kita pasang lagi seprainya. Kita mulai dari arah atas ya pak. Kemudian bagian kakinya, tarik dan masukan, lalu bagian pinggir dimasukan, sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan dibagian atas kepala. Mari kita lipat selimut. Nah letakkan dibagian bawah. Bagus . Menurut bapak bagaiman perbedaan tempat tidur setelah dibersihakan dibandingkan tadi sebelum dibersihakan? “Mulai sekarang merapikan tempat tidur bisa bapak masukan ke dalam jadawal kegiatan bapak dan jangan lupa diberi tanda ya M (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh , tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T (tergantung/tidak melakukan) sesuai yang pernah saya ajarkan ya pak.” 3.   Fase Terminasi a.    Evaluasi 1. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? Apakah bapak merasa senang setelah kita Latihan merapikan tempat tidur ?”     2. Evaluasi objektif



“Setelah kita berbincang-bincang tadi apakah bapak masih ingat cara merapikan tempat tidur tadi, coba bapak sebutkan urutan merapikan tempat tidur tadi!” b.    Rencana tindak lanjut “Bagaimana kalau besok kita melatih kegiatan yang kedua?”” Sekarang ,mari kita masukkan pada jadwal kegiatan harian bapak sesuai yang sudah saya ajarkan.” c.   Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita kita latihan lagi kemampuan yang kedua ya pak?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 16.00 WIB, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat ini lagi?



2. Strategi Pelaksanaan II Harga Diri Rendah



D.



Pertemuan



:2



Hari/ Tanggal



: Jumat / 31 Desember 2021



Tempat



: Ruang tamu



Proses Keperawatan 1. Kondisi klien DS : Klien mengatakan mulai percaya diri dan sudah bisa melakukan latihan yang di Ajarkan DO : Pada saat interaksi klien cukup kooperatif, mau menjawab pertanyaan dan mau dilatih sesuai kemampuannya 2. Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah 3. Tujuan Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki yang lain 4. Tindakan Keperawatan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien



2. Melatih kemampuan kedua klien 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian E. Strategi Komunikasi 1. Orientasi a. Salam terapeutik : ” Selamat sore, pak? Bagaimana kabarnya hari ini? Masih ingat saya?



b. Evaluasi validasi : ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?, boleh saya lihat kamar tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali. Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata bapak telah melakukan kegiatan merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa manfaat yang bapak rasakan dengan melakukan kegiatan merapikan tempat tidur secara terjadwal.



c. Kontrak : 1. Topik ”Sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan kemampuan yang kedua ya pak?”. 2. Waktu : ”Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 15-20 menit saja, bagaimana apakah bapak setuju?” 3. Tempat : ”Dimana tempat yang menurut bapak cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini?” 2. Fase kerja ”Baik pak kita mulai melatih kemampuan kedua yaitu membaca al-quran ya pak.’ ” sekarang saya akan memperlihatkan dulu cara membaca al-quran kepada bapak, setelah itu bapak lakukan sesuai yang saya bacakan ya.” sebelum membaca al-quran kita menyiapkan alqurannya, kain sarung, baju kokoh, peci, sebaiknya membaca al quran dalam keadaan sudah berwudhu. Baiklah sekarang kita mulai membaca alquran ya pak? Nah sekarang bapak yang coba baca alqurannya. Wah.. suara bapak bagus sekali . “Mulai sekarang membaca alquran bisa masukan ke dalam jadawal kegiatan



bapak dan jangan lupa diberi tanda ya M (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh , tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T (tergantung/tidak melakukan) sesuai yang pernah saya ajarkan ya pak.” 3. Terminasi a. Evaluasi 1. Evaluasi subyektif : ”Baiklah pak tidak terasa kita sudah latihan membaca al quran, bagaimana perasaannya setelah membaca alquran?” 2. Evaluasi obyektif : ”Nah coba bapak sebutkan sebelum kita mengaji kita siapkan ap dulu ?” b. Rencana tindak lanjut ”sekarang bapak sudah dapat memasukan semua kemampuan bapak ke dalam jadwal kegiatan harian bapak.” c. Kontrak yang akan datang 1)   Topik “Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi untuk mengulangi pelajaran yang sudah kita pelajari?” 2)   Waktu “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 16.00 WIB selama 15 menit, bisa?” 3)   Tempat “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalau ditempat teras rumah.



TANGGAL DAN JAM



DIAGNOSA IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN



EVALUASI



30/12/21 Diagnosa : Harga Diri Rendah S: Jam:16.00WIB - Klien mengatakan mulai percaya Tempat Ruang DS : diri dan sudah bisa melakukan tamu Klien mengatakan malu dengan keadaanya latihan yang di ajarkan saat ini dan kadang-kadang menghindar dari lingkungannya O: DO : - Pada saat interaksi klien cukup Klien jarang mengawali pembicaraan dengan kooperatif, mau menjawab orang lain pertanyaan dan mau dilatih



Klien tampak menyendiri.



sesuai kemampuannya



Implementasi SP Ip 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat dilakukan 3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih 5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien



A : Masalah Harga Diri Rendah teratasi sebagian P: 1. Klien melakukan jadwal kegiatan hariannya dan akan di evaluasi 2. Dilatih kemampuan kedua klien 3. Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Tanggal 31 Desember 2021, jam 16. 00 WIB, Tempat Ruang tamu.



6. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Rencana Tindak Lanjut 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Latih kemampuan kedua klien 3. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 31/12/21 Diagnosa : Harga Diri Rendah S: Jam 16.00WIB Tempat Ruang DS : tamu - Klien mengatakan mulai percaya diri dan sudah bisa melakukan latihan yang di ajarkan DO : - Pada saat interaksi klien cukup kooperatif, mau menjawab pertanyaan O: dan mau dilatih sesuai kemampuannya Implementasi



-



Klien mengatakan sudah melakukan kegiatan hariannya dan sudah dapat memasukkan kemampuannya dalan jadwal kegiatan hariannya Klien tampak senang dalam Latihan kemampuannya Klien



kooperatif,



kontak



SP 2p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Melatih kemampuan kedua klien 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Rencana Tindak Lanjut -



mata (+) A : Masalah Harga Diri Rendah teratasi P : -



ANALISA PROSES INTERAKSI Inisial Klien Status Interaksi prwt dan klien Lingkungan Deskripsi Klien Tujuan (berorientasi pada klein)



: Tn. D : SP.1 Isolasi Sosial : Rumah klien, posisi duduk berhadapan : Klien tampak rapi : klien mampu melakukan SP 1 Isolasi Sosial



Komunikasi Verbal



Komunikasi non Verbal



P : selamat pagi pak?



P : memandanng klien tersenyum, kontak mata (+)



Analisa berpusat pada perawat



Nama Mahasiswa Tanggal Jam Tempat



Analisa berpusat pada klien



: Amril Sani : 21-12-2021 : 16.00 Wib : Ruang tamu



Rasional



perawat berharap mampu berinteraksi dengan baik.



klien tampak tenang, kooperatif, mampu memulai interaksi



Mengajak klien memulai untuk berinteraksi untuk melanjutkan SP selanjutnya.



Perawat mengevaluasi dan validasi keadaan pasien



Klien tampak bersedia memulai interaksi dengan keadaan sekarang



Mengevaluasi keadaan pasien sebelum interaksi dilanjutkan.



Perawat berharap klien mau melanjutkan interaksi dengan kooperatif.



Klien tampak menunjukkan bersedia melanjutkan interaksi



Kontrak awal penting untuk memastikan hubungan saling percaya tetap terjaga.



Perawat mengevaluasi Kembali cara klien berkenalan.



Klien tampak terbuka dan percaya serta mau berkenalan dengan satu orang lain yang dihadapannya.



Mengevaluasi klien dalam mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang lain.



K : selamat pagi P : Bagaimana perasaan bapak hari ini? Kemarin kita sudah berkenalan bapak masih ingat nama saya? K : Baik, masih ingat. P : Bagaimana kita berbicang-bincang sekitar 15 menit, sesuai janji kita kemarin ya pak ? K : Iya, baiklah saya bisa. P : baik pak, kita akan mendiskusikan keuntungan dan kerugian berinteraksi dan bersosialisasi serta saya akan mengajarkan cara perkenalan dengan teman



K : Tersenyum, kontak mata (+) P : tersenyum kearah baik. K : klien mengangguk, tampak tersenyum dan berbicara dengan jelas. P : kontak mata(+), memandang pasien. K : klien tampak mengangguk-angguk. P : kontak mata (+), memperhatikan cara klien perkenalan. K : klien cukup kooperatif,



yang lain” K : baik pak. P : “Apakah ada penyebab yang membuat bapak mengurung diri di rumah?” K : jika saya sedang kesal dan marah. P: “Apa yang membuat bapak malu dan terkadang menyendiri dikamar seharian ?” K: saya malu karena sering berobat. “Siapa saja yang dekat dengan bapak saat ini?” K : Ibu saya. P:“Pada keadaan apa, yang membuat bapak malu dan menyendiri?” K: pada saya akan pergi berobat dan marah jika keinginan saya tidak terpenuhi. P: “Apa yang dirasakan bapak pada saat menyendiri?” K : saya merasah sedih. P :“Apa yang bapak lakukan saat perasaan itu muncul ketika bapak menyendiri?” K : saya membaca shalawat atau bertasbih. P : Apakah dengan cara itu perasaan bapak lebih baik?”



P : perawat tersenyum, mengangguk, kontak mata (+) serta memuji klien.



K : klien masih kooperatif, mengangguk, sesekali menunduk serta tersenyum.



Perawat memberi reinforcement atas kemampuan klien.



Klien tampak tersenyum dan mau di bantu untuk membuat jadwal harian



Memberikan reinforcement positif untuk meningkatkan kemampun dan kepercayaan diri klien untuk melanjutkn intervensi berikutnya.



K : ya pak rasanya tenang. P: “Alhamdulillah, bapak sudah mau mengungkapkan semua masalah dan perasaan bapak kepada saya, hal ini sangat baik bapak lakukan agar kita dapat mencari jalan keluar dari masalah bapak selain dengan obat dari dokter, dan saya sangat senang bapak sudah percaya kepada saya.” K: ya pak. P: baiklah pak “Bagaimana kalau kita berdiskusi bersama tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri?” K: baik pak P : “saya akan menjelaskan manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.” “Dengan kita bersosialisasi dengan orang lain, kita membangun hubungan Kerjasama dan interaksi akan membangun kepercayaan terhadap orang tersebut sehingga kita akan mempunyai banyak teman, sahabat tempat kita bercerita, bercanda, menyelesaikan masalah yang kita hadapi sehingga kita bisa saling tolong menolong jika kita



mendapatkan masalah, hal ini bisa bapak lakukan karena bapak sama dengan mereka di sekitar bapak ada kekurangan dan ada kelebihan, dengan berteman bapak bisa belajar meningkatkan kekurangan bapak menjadi kelebihan karena kelebihan bapak juga bisa menutupi kekurangan teman bapak, Seperti sekarang bapak sudah sangat baik kita sudah berteman dan saling bebagi serta berdiskusi ” K : Ya pak. P : “Sekarang saya akan menjelaskan kerugian menarik diri, dengan kita menarik diri kita merasa sendiri, kesepian dan kita sudah menyianyiakan kebahagian kita, seharusnya kita bisa memecahkan masalah itu Bersama –sama, dengan kita menyendiri kita sulit memecahkan masalah yang kita hadapi karena kita sendirian dan semestinya kita bisa bersendagurau dan mengikuti banyak kegiatan yang mengasikkan kita telah menyia-nyiakan sehingga kita kesepian.” K : Ooo.. iya pak ya!



P : Iya pak seperti itu, “baiklah pak tadi sudah saya jelaskan apakah bapak mengerti dan mau mengulang menyebutkannya kembali ” K: iya pak. P; Coba sebutkan pak? K : manfaat bersosialisasi tadi agar kita banyak teman, bisa menyelesaikan masalah bersama. Kerugiannya kita bisa kesepian, menyianyiakan kebahagian. P: “Alhamdulillah bapak sangat pintar bisa mengulang lagi penjelasan saya .” baiklah pak, bagaiman kalau sekarang kita berkenalan dengan teman saya, bapak mau? K : ya saya mau pak. P2 : Perkenalkan nama saya Predi bisa dipanggil Didi. P : Sekarang coba bapak yang berkenalan. K : nama saya Deriyanto, bisa dipanggil Deri. P : Wah, bagus sekali bapak sudah bisa berkenalan. K : ya Pak. P : Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dan berbincang-bincang tadi?



P : perawat tersenyum, kontak mata (+) serta memuji klien. .



Perawat memberi kesempatan klien untuk menyebutkan nama teman barunya



Klien tampak tersenyum dan dapat menyebut nama teman baru dengan baik.



Mengevaluasi klien pada tahap terminasi



K: saya senang P : Nah coba bapak sebutkan kembali nama teman saya tadi dan manfaat bersosialisasi serta kerugian menarik diri? K : Nama Predi tadi di panggil Didi, manfaat bersosialisasi banyak teman dan kerugiannya kita jadi kesepian. P : wah bapak hebat, sudah bisa menyebutkan apa yang kita pelajari tadi. P “Bagaimana kalau kita buat jadwal perkenalan dan berbincang-bincang dimana akan ada teman saya yang baru lagi akan berkenalan dengan bapak. Bapak mau? K : iya, mau P: Baik akan kita jadwalkan kapan dan dijam berapa ?” P : Bagaimana kalau besok kita ngobrol dan kenalan lagi dengan teman saya yang lain pak?” K : iya, saya mau P : Bagaimana kalau besok jam 16.00 wib selama 1520 menit bapak mau? K : iya, saya mau



K : klien tersenyum, tampak percaya diri



P : kontak mata (+), tersenyum, mengangguk.



Perawat menawarkan untuk membuat kegiatan tambahan.



Klien menunjukkan respon kooperatif dan setuju



Meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan hubungan saling percaya, dan mengevaluasi respon klien untuk melanjutkan interaksi selanjutnya.



Perawat menawarkan kontrak pertemuan selanjutnya.



Klien menunjukkan respon kooperatif dan setuju



Melakukan kontrak yang akan datang, untuk melanjutkan interaksi selanjutnya.



K : tampak menganggukangguk. P : kontak mata (+), tersenyum.



P : kita berbincang bincangnya disini saja? K : kontak mata (+) dan



K : ya disini saja. P : Baiklah pak, sampai jumpa besok ya.



tersenyum,mengangguk.