Tugas Kelompok 2 Keperawatan Kritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN KRITIS SISTEM ENDOKRIN



Oleh : SRI HARTINA HM SRI MULIANA RULYANIS MUHRINA SALMIAH NURANNISA BERLIN



DOSEN PEMBIMBING : A. Budiyanto, S.Kep., Ns. M.Kep



Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita ungkapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada kita, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik yang membahas tentang Sistem Endokrin pada Keperawatan Kritis. Selanjutnya, salam dan salawat kita sanjungkan kepada Rasulullah saw, beserta keluarga dan para sahabat beliau yang telah membawa ummat manusia dari alam kebodohan ke alam penuh ilmu pengetahuan. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Dan apabila sekiranya terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan masa depan kami.



Samata, 15 October 2019



Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier pada Masalah dengan Kasus Kritis pada Sistem Endokrin B. Peran dan Fungsi Perawat C. Fungsi Advokasi pada Kasus Kritis Terkait Sistem Endokrin D. Asuhan Keperawatan Kritis BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011). Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).



B. Rumusan Masalah



1. Apa saja pencegahan primer, sekunder, tersier pada masalah dengan kasus kritis pada sistem endokrin ? 2. Bagaimana peran dan fungsi perawat ? 3. Apa saja fungsi advokasi pada kasus kritis terkait sistem endokrin ? 4. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kritis ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier pada masalah dengan kasus kritis pada sistem endokrin 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan peran dan fungsi perawat 3. Untuk mengetahui fungsi advokasi pada kasus kritis terkait sistem endokrin 4. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses asuhan keperawatan kritis



BAB II PEMBAHASAN A. Pencegahan Kasus Kritis pada Sistem Endokrin (Hipertiroidisme) 1. PENCEGAHAN PRIMER a. Obat antitiroid. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat. Obat



yang



sering



dipakai



dari



golongan thionamide adalah propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja



menghambat



sintesis



hormon



tetapi



tidak



menghambat



sekresinya, yaitu dengan menghambat terbentuknya monoiodotyrosine (MIT)



dan



diiodotyrosine (DIT),



serta



menghambat



diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif.



coupling PTU juga



menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan. b. Yodium. Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam masa 3 minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism



dari kelenjar yang bersangkutan, sehingga meski



sekresi terhambat sintesa tetap



ada. Akibatnya



terjadi



penimbunan



hormon dan pada saat yodium dihentikan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi menghebat. c. Penyekat Beta (Beta Blocker).



Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap katekolamin. Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan akan menghambat pengaruh hati.Reserpin, guanetidin dan penyekat beta (propranolol) merupakan obat yang masih digunakan. Berbeda dengan



reserpin/guanetidin, propranolol lebih efektif terutama dalam



kasus-kasus yang berat. Biasanya dalam 24 - 36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala. Khasiat propranolol : 1) penurunan denyut jantung permenit 2) penurunan cardiac output 3) perpanjangan waktu refleks Achilles 4) pengurangan nervositas 5) pengurangan produksi keringat 6) pengurangan tremor (Schteingart. 2006) 2. PENCEGAHAN SEKUNDER a. Pembedahan 1) Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif 2) Tiroidektomi. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar. (Schteingart. 2006) 3. PENCEGAHAN TERSIER a. Istirahat



Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit. b. Diet Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif. c. Obat penenang Mengingat pada PG sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang dapat diberikan. Di samping itu perlu juga pemberian psikoterapi. (Gandhour. 2011) B. Peran dan Fungsi Perawat Kritis 1. Peran Sepuluh Tanggung jawab peran perawatkeperawatan kritis oleh AACN a. Mendukung



dan



menghormati



otonomi



pasien,serta



pengambilan



keputusan yang diinformasikan. b. Menjadi penegah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang dilayani. c. Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan. d. Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien. e. Memberikan edukasi kepada pasien/yang mewakilkan dala pengambilan keputusan. f. Menerangkan hak pasien utnuk memilih.



g. Mendukung keputusan pasien/yang mewakilkan atau memindahtangnkan perawatan kepada perawat keperawatab kritis dengan kualifikasi yang setara. h. Menjadi perantara bagi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan juga pasien yang memerlukan intervensi darurat. i. Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan. j. Berlaku sebagau penghubung antara pasien/keluarga pasien dan anggota tim kesehatan lain. 2. Fungsi a. Bedsite Nurse (Pemberian Asuhan keperawatan). b. Pendidik Critical Care (Pemberian Penkes). c. Case Manager (Mengelola Kasus) d. Manager Unit atau dapertemen (Kepela Bagian). e. Perawat Klinis Spesialis (Membantu Memberikan Asuhan Keperawatan). f. Perawat Praktisi (Untuk memenuhi Kebutuhan Pasien)



DAFTAR PUSTAKA Bararah,



V.F.,



2009.



Waspadai



Gejala



Hipertiroid



Pada



Wanita.



www.healthdetik.com Gandhour, A., Reust, C. 2011. Hyperthyroidisme: A Stepwise Approach to Management. The Journal of Family Practice Vol. 60, No. 07: 388-395 Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of Physiologi and Biophysics. Mississippi. Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011. Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia S., Pita W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36.