Tugas Kelompok Ke-2 Week 4: Jawaban [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kelompok ke-2 Week 4 ALIFA TUEZAQIA- 2502028544 MIFTHACHUL AFIF- 2502032693 ATIKAH LIVIA CAHYA PUTRI – 2502044005 CHELSEA NATASYA - 2502044996 DIAMONDA MITASARI MAJID - 2301955106 Formalisme agama merupakan suatu bentuk penghayatan iman keagamaan yang hanya mementingkan dimensi legalistik-formalistiknya. Ia lebih mengutamakan dimensi ekspresi artifisial daripada dimensi transfisik-subtansialnya. Sehingga penampilan fisik lebih diutamakan daripada penghayatan rohani-batiniah. Formalisme ini bisa terwujud dalam praktik perilaku atau sikap-sikap religius yang dangkal dan jauh dari substansi agama yang sesungguhnya. Tugas: 1. Silahkan kelompok menjelaskan lagi dengan baik disertai contoh-contoh tentang bentuk penghayatan iman dan agama yang disebut formalisme agama itu (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban : Formalisme agama artinya adalah menghayati agama dengan sangat ketat sambil menekankan struktur, aturan atau hukum yang sangat mengikat bahkan menuntut sikap disiplin diri yang radikal. Sehingga disimpulkan bahwa formalisme agama merupakan suatu sistem religius keagamaan yang menekankan prinsip-prinsip, aturan dan hukum-hukum sebagai unsur yang paling penting dalam penghayatan hidup religius dan kriteria evaluasi diri. Para penganutnya berpegang teguh pada tradisi-tradisi agama secara kukuh-radikal dan menjadikan itu sebagai patokan dalam menilai tingkat ke taatan hidup religius. Contoh dari formalisme agama yang terjadi di Indonesia contohnya seperti banyak pihak yang berusaha menjadikan negara Indonesia sebagai negara Islam, dengan doktrin yang mereka bawa.Yang mana doktrin tersebut tidak bisa diterapkan dalam negara seperti Indonesia. Yang mana mempunyai begitu banyak agama yang ada dan mendapat pengakuan oleh negara. Atau beberapa rumor di era pandemi yang ada, dan beberapa oknum yang mengaitkannya dengan ummat Islam lain terutama perempuan, yang tidak menutup auratnya, terutama pada bagian wajah. Atau yang lebih parah adalah dengan pendapat mereka yang kemudian mendefinisikan orang yang melakukan apa yang menjadi perintah pemerintah, sebagai orang yang jauh dari agama.



Character Building: Agama



2. Paparkan sikap atau penilaian kalian atas cara penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama, disertai argumen yang kuat dan masuk akal (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban : Formalisme ini bisa terwujud dalam praktik perilaku atau sikap-sikap religius yang terekspresikan dalam penghayatan hidup keseharian yang dangkal dan jauh dari substansi agama yang seharusnya (das sollen). Dan menurut kelompok kami formalisme agama pada akhirnya bisa berkembang ke arah fundamentalisme agama kearah negatif yang pastinya tidak dapat dihindari. Para penganutnya berpegang teguh pada tradisi-tradisi agama secara kukuhradikal dan menjadikan itu sebagai patokan dalam menilai tingkat kesalehan hidup religius. Tapi, kelompok kami menyadari sekaligus meyakini bahwa agama resmi yang ada di Indonesia menjadikan manusia yang menghayati agamanya dan meyakini dengan benar sebagai pribadi yang lebih baik lagi bukannya menjadikan seseorang yang melakukan perilaku negatif. Sebagai contoh agama Islam, Ayat kitab suci Al-Qur’an “dan dalam diri utusan Tuhan benar-benar telah ada contoh yang sempurna bagi orang yang mengharapkan kerelaan Allah, kebahagiaan akhirat dan senantiasa ingat akan tanda-tanda kebesaran Allah”



(QS al-



Ahzâb(33):21), dapat digunakan sebagai pengingat bagi kita akan pentingnya arti pelestarian lingkungan alam dan penjagaan kepentingan kita dalam apa yang dinamakan kasus makro. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya menjadi tekanan bagi gerakan-gerakan Islam dalam membangun sebuah bangsa, justru bukannya mementingkan formalisasi ajaran-ajaran agama tersebut dalam kehidupan. Karena itu, persoalan formalisasi ideologi Islam dalam kehidupan bernegara tidak menjadi kebutuhan utama. Justru penampilan dari agama tersebut harus terwujud tanpa formalisasi dirinya dalam kehidupan bernegara, seperti di negara ini. Dengan demikian, agama Islam menjadi sumber inspirasi bagi gerakan-gerakan Islam dalam kehidupan bernegara. Dasar perjuangan seperti inilah yang sebenarnya mengilhami juga lahirnya partai-partai CDU (Christian Democratic Union, Uni Demokratik Kristen), di Jerman dan sejumlah negara lain. Inti dari pandangan seperti itu, terletak pada kesadaran bahwa agama harus lebih



Character Building: Agama



berfungsi nyata dalam kehidupan, daripada membuat dirinya menjadi wahana bagi formalisasi agama yang bersangkutan dalam kehidupan bernegara. Maka dari itu, sebagai umat yang memeluk agama yang diyakininya harus paham dan menghayati sumber fundamental agamanya sendiri karena semua agama pasti mengajari kebaikan didalamnya. 3. Apa saja yang menjadi penyebab tumbuh-kembangnya penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama itu (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban : Faktor penyebab tumbuh-kembangnya penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama yakni sebagai berikut : •



Adanya paham dualisme dalam pemahaman dan penghayatan keagamaan, yaitu agama dan dunia dilihat sebagai dua hal yang terpisah bahkan bertentangan. Realitas kehidupan ini seringkali dianggap sebagai hal yang tidak berkaitan dengan iman akan Allah atau agama. Ada sekat-sekat di dalam bidang kehidupan yang masing-masing tidak saling berhubungan. Dalam paham yang demikian ini agama diajarkan dan dihayati sebagai sesuatu yang bersifat kultis belaka. Tekanan hidup keagamaan terbatas kepada ritus-ritus peribadatan saja, dan melupakan agama sebagai unsur penggerak kehidupan. Dalam istilah yang berbeda dapat dikatakan bahwa ada jarak antara Altar (pusat peribadatan) dan kehidupan sehari-hari.







Penafsiran yang salah terhadap nilai-nilai keagamaan baik oleh pribadi ataupun oleh lembaga agama. Nilai-nilai kebenaran ajaran agama seringkali tidak dipahami secara komprehensif, entah karena penafsiran ajaran agama yang literalis (berlawanan dengan kontekstual) atau yang terlalu longgar. Dalam kehidupan umat beragama ditemukan bahwa penafsiran salah ini disebabkan oleh pemahaman terhadap kebenaran ajaran iman kurang mendalam.







Ajaran agama tidak terinternalisasi dalam pribadi orang yang memeluk agama. Nilainilai kebenaran yang diajarkan oleh agama sebatas pemahaman dan kurang dihayati secara utuh dalam hidup umat beragama, yang mengakibatkan nilai-nilai kebenaran agama tidak menjadi sikap pribadi orang atau kelompok.







Agama sebagai Identitas Pribadi, Beragama semestinya merupakan panggilan dan pilihan pribadi setiap orang dengan bebas. Dengan demikian orang akan tergerak untuk menghidupi nilai yang diajarkan oleh agama karena dorongan dari dalam dirinya. Kenyataan yang terjadi di Indonesia tidaklah selalu seperti itu. Ketika beragama menjadi



Character Building: Agama



suatu kewajiban, maka panggilan itu tidak pernah datang dari diri pribadi orang yang bersangkutan melainkan sebagai kewajiban yang datang dari luar dirinya. Kewajiban mencantumkan kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) menyumbang banyak terhadap terjadinya formalisme agama ini.







Agama sebagai Identitas Kelompok, ketika semangat komunalisme mendominasi, penghayatan iman personal dibahayakan maka yang muncul adalah kepentingan kelompok seperti penambahan jumlah, mempertahankan eksistensi dan lainlain. Perang terhadap kelompok lain mudah sekali muncul. Dapat juga terjadi orang mengikuti agama tertentu agar terjamin keselamatannya dan kepentingan kelompoknya.



4. Uraikan bagaimana menurut kalian bentuk atau wujud penghayatan iman dan agama yang sesungguhnya itu, dan bagaimana menumbuh-kembangkan hal itu? (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban : Menurut kelompok kami, sepakat bahwa iman dan agama harus terintegrasi karena agama tanpa iman adalah agama yang kosong, hidup umat beragam pun menjadi hambar dan tidak berguna. Tanpa iman agama menjadi formalism dan tanpa isi. Sebaliknya tanpa agama komunikasi iman tidak mungkin terjadi. Artinya penghayatan iman memerlukan agama. Tidak ada iman tanpa agama, tetapi tentu saja bentuk agama berbeda-beda. Juga tidak ada agama tanpa iman, tetapi tidak semua umat beragama memiliki iman. Pusat dan inti dari semua agama adalah iman. Dari Allah segala makhluk diciptakan, diatur, dan bahkan diberi kemampuan untuk Bersatu dengan-Nya. Allah itu transenden (maha kuasa), dan sekaligus imanen (maha dekat) dengan segala makhluk. Oleh iman Allah diakui dan diyakini sebagai sumber dan penyangga hidup. Seluruh ciptaan mencerminkan kebesaran dan kasih-Nya. Oleh karena itu Allah dipercayai sebagai asal,penyelenggara dan tujuan hidup manusia. Iman terjadi karena wahyu. Iman tumbuh dan berkembang berdasarkan wahyu. Dalam kehidupan sehari-hari wahyu sering diartikan dengan kata “wangsit” dan “ilham”. Wangsit berarti petunjuk,isyarat,perintah,ajaran yang darang dari “kekuatan di atas” dan biasanya disebut



dari



Tuhan.



Dalam



agama



wahyu



diartikan



sebagai



petunjuk,perintah,larangan,ajaran,sabda Allah yang disampaikan kepada umat-Nya.



Character Building: Agama



Melalui para nabi dan rasul-Nya. Wahyu Allah termuat dalam kitab suci, maka kitab suci memiliki kewibawaan sebagai pedoman hidup dalam beragama, beriman dan bermoral. Tetapi kitab suci bukan satu-satunya pedoman hidup, karena wahyu Allah juga disampaikan kepada umat-Nya melalui tradisi dan pengalaman hidup manusia. Dalam hidup ini manusia dapat memiliki pengalaman iman, yaitu pengalaman yang membawa manusia percaya kepada Allah. Sejarah perwahyuhan Allah berjalan terus menerus sepanjang sejarah hidup manusia. Allah lah yang memberikan hidup,nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Allah juga telah menyapa manusia secara pribadi, dan telah menyingkapkan kepada manusia rencana keselamatan-Nya. Allah mengajak manusia untuk hidup dan Bersatu dengan-Nya. Jadi wahyu bukan hanya sekedar sabda Allah, tetapi komunikasi dari Allah yang mengundang manusia untuk Bersatu dengan-Nya. Dilihat dari pihak Allah, komunikasi atau pertemuan antara Allah dan manusia disebut wahtu. Sedangkan kalua dilihat dari pihak manusia pertemuan itu disebut iman. Dalam kehidupan beragama iman berarti kepercayaan kepada Allah. Iman bukan hal yang otomatis terjadi, apalagi secara kebetulan terjadi. Iman merupakan jawaban atas wahyu Allah. Iman adalah penyerahan total kepada Allah dan mengandalkan Allah dalam hidupnya, bukan karena terpaksa tetapi dengan “bebas dan sukarela”. Kebebasan iman berarti keyakinan bahwa lebih baik menyerahkan diri kepada Allah daripada memusatkan segala perhatian kepada diri sendiri. Iman membebaskan karena memecahkan belenggu kekuatiran,ketakutan dan kecurigaan. Iman tidaklah buta dan iman bersifat rasional, makai man membutuhkan kecerdasan manusia. Manusia harus mengetahui: kepada siapa ia menyerahkan



diri?,



mengapa



ia



menyerahkan



diri?,



dan



bagaimana



ia



mempertanggungjawabkan imannya?. Yang pokok dalam iman adalah pengalaman hidup menyerahkan diri secara total kepada Allah, yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Rasionalitas iman bukan terletak pada teori tentang Allah dan pengalam hidup manusia. Rasionalitas iman terletak pada refleksi atas pengalamannya, dan dari pertanggung jawaban imannya. Singkatnya, iman bersifat rasional dan membutuhkan pertimbangan akal budi, bukan karena dibuktikan, tetapi karena dipertanggung jawabkan. Iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi menyangkut seluruh kepribadian manusia: cipta,rasa,karsa dan karya.



Character Building: Agama



Daftar Pustaka Wahid, Abdurrahman. (29 Juni 2018). Retrieved September 20, 2022, from Islam dan Formalisme Ajarannya: https://islami.co/islam-dan-formalisme-ajarannya/ Ayu. (13 September 2021). Retrieved September 20, 2022, from Formalisme Agama Definisi dan Pandangan Menurut Islam: https://organisasi.co.id/formalisme-agama-3-definisipandanga-menurut-islam/ Suryanti, Chatarina. "PENGHAYATAN IMAN DAN TANTANGANNYA DALAM MENGEMBANGKAN MORALITAS KAUM MUDA." (2017). Wahid, Abdurrahman. 2006. Retrieved September 23, 2022, from Islamku, Islam Anda, Islam Kita: https://gusdur.net/islam-dan-formalisme-ajarannya/



Character Building: Agama