Tugas Literasi Tik BIG6 SKILLS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Topic : politik (Perkembangan Kondisi Sosial sara dan Politik di Indonesia) The big6 skills and activities : 1. Task definition (mendefinisikan masalah)  Define the problem(mendefinisikan permasalahannya) Dalam pengambilan topic politik dengan judul perkembangan “kondisi social berupa adanya sara dan politik di Indonesia” permasalahan yang dapat di definisikan dapat menggunakan berbagai metode salah satunya 5w+1h maupun free writing  Identifity the information needed(mengidentifikasi kebutuhan informasi) Kebutuhan informasi yang dapat kita indentifikasi dalam topic tersebut berupa: - Awal mula terjadinya isu - Peristiwa dan aksi lanjutan - Dampak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi 2. Information seeking strategis  Determinate all possible sources - Banyak sumber yang berhubungan dengan topic politik , namun beberapa web tentunya tidak menyediakan informasi yang factual serta terpecaya. Setelah menelaah dengan seksama beberapa web memiliki berita yang di kemas dengan baik.  Select the best source - http://himepuaj.org/2017/05/29/perkembangan-kondisi-sosial-dan-politikdi-indonesia-jangan-biarkan-isu-sara-dan-agama-memecah-belah-bangsa/ - http://m.rmol.co/read/2017/03/23/285069/Isu-SARA-Langkah-MundurPerkembangan-Demokrasi-Indonesia3. location and access  locate sources - mengunjungi beberapa sumber referensi di social media berupa internet explorer.  Find information within sources - Menggunakan search engine untuk internet



4. Use the information  engage  extract relevant information



5. synthesis/sintesa  organize information from multiple source mengabungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi satu satuan bentuk produk yang sistematis .  present the result



Topic : politik Judul : Perkembangan Kondisi Sosial dan Politik di Indonesia : Jangan Biarkan Isu Sara dan Agama Memecah Belah Bangsa Beberapa waktu belakangan ini, kondisi sosial dan politik Indonesia menghadapi berbagai cobaan dan tekanan dari berbagai kelompok dan golongan yang sepertinya memiliki kepentingan tertentu. Hal tersebut semakin terasa sejak masa pra-pilkada DKI dan berlanjut hingga saat ini. Pada awalnya, memang kondisi ini hanya terliat seperti riak – riak pilkada antara dua pendukung paslon. Namun, hal ini mulai terasa janggal karena setelah pilkada usai isu – isu sara dan agama mengemuka dan mulai mengotak – ngotakan masyarakat di lapangan. Hal ini harus menjadi concern utama pemerintah dan sesegera mungkin untuk ditindak lanjuti. Apalagi bagi Indonesia negara yang sangat majemuk, kaya akan suku, etnis, budaya dan wilayah geografis. Masalah seperti ini harus dihinindari dan dihapus dari pola pikir masyarakat, karena memang ke-Bhinekaan dan kemajemukan adalah dasar yang kuat bagi negara kita melalui pancasila.



Awal Mulanya Belakangan, isu – isu seperti ini memang sudah sering digunakan untuk memenangkan kepentingan dan golongan tertentu. Isu kepada capres Jokowi pada pilpres 2014 adalah salah satunya. Waktu itu, Jokowi yang berasal dari keluarga muslim dituding beretnis Tionghoa, beragama katolik dengan orangtua mantan pengikut PKI, namun hal tersebut masih dapat diredam. Kemudian Isu seperti ini kembali mengemuka setelah Jokowi dan Basuki Cahaya Purnama (Ahok) menjabat sebagai presiden dan Gubernur DKI Jakarta. Ormas dan kubu oposisi yang mengatasnamakan kepentingan dan agama tertentu menggunakan isu – isu ini untuk menggoyang dan mencari – cari kesalahan pemerintah. Hal tersebut mencapai puncaknya ketika kasus surat Al maidah 51 mengemuka. Peristiwa ini bermula, ketika pidato Gubernur DKI Jakarta Ahok (26/9/16) menceritakan pengalaman politiknya sebagai minoritas yang dihadang segelintir orang dengan menggunakan ayat kitab suci Alquran Al maidah 51 di kepulauan seribu. Lalu, video pidato Ahok dalam peristiwa tersebut dipolitisasi yang kemudian menjadi trigger dan media untuk memecah belah masyarakat, khususnya antara masyarakat muslim dan non-muslim (sebagai mana kita tahu Ahok beragama kristen dan beretnis Tionghoa). Beberapa kelompok umat Islam yang merasa disakiti atas perkataan Ahok menuntut Gubernur DKI tersebut agar disidang dan dihukum seberat – beratnya. Aksi demonstrasi besar – besaran dan berseri digalakan demi menuntut penegakan hukum bagi sang “penista agama Islam’’ (Ahok) yang dimotori beberapa ormas – ormas yang mengatas namakan Islam. Ya, isu ini pun makin terlihat bernuansa politis dan sara karena semakin panjang dan membesar, apalagi peristiwa tersebut disela – sela pilkada berlangsung, dan menjelang pemilu 2019 yang tinggal 2 tahun lagi. Akhirnya, peristiwa yang dialami Ahok berlanjut ke persidangan dan menyebabkan suara paslon cagub tersebut menurun dan kalah pada pilkada DKI, terlebih lagi paska pilkada selesai Ahok akhirnya diputuskan bersalah dan menerima hukuman penjara 2 tahun. Peristiwa dan Aksi Lanjutan Setalah vonis Ahok ditetapkan, ternyata muncul pergerakan – pergerakan yang simpatik dan berkelanjutan dari masyarakat pro-pemerintah dan Ahok yang merasa kecewa atas keputusan pengadilan. Aksi solidaritas muncul di berbagai wilayah Indonesia lintas agama, suku dan ras menuntut pembebasan sang Gubernur.



Ahok digambarkan sebagai sosok yang bersih, anti korupsi dan nasionalis yang ternyata banyak mengundang rasa simpatik warga masyarakat. Peristiwa tersebut bertambah rumit lagi ketika pemimpin dari salah satu ormas anti-Ahok tersandung kasus dugaan pornografi dan sexual. Masyarakat benar – benar terlihat seperti terpecah menjadi kubu atau kotak – kotak tertentu, terjadi juga kegaduhan di daerah – daerah antara masyarakat pro dan anti. Terlihat ada gap yang cukup besar di antara masyarakat, mereka yang mampu menyaring informasi tepat dan menyikapi dengan bijak juga yang sebaliknya. Dampak Dari Peristiwa – Peristiwa yang Terjadi Jika kita mencermati dengan seksama, isu – isu berbau sara dan agama ini memang sepertinya disusupi kepentingan politik dan golongan tertentu. Akibat berbagai peristiwa ini, kubu pemerintah (Jokowi dan Ahok adalah simbol dari pemerintah) digambarkan menjadi kubu yang anti-Islam, sangat liberal, pro-asing bahkan isu PKI kembali muncul. Padahal, pembangunan dan efisiensi yang dilakukan pemerintah saat ini sangat masif dan progresif. Kebijakan pro-rakyat pun banyak yang dilaksanakan terutama pembangunan provinsi – provinsi yang tertinggal. Kemudian, yang sangat populer namun tidak logis adalah isu mengenai PKI. Padahal jika dicermati antara liberalisme dan komunisme adalah hal yang sangat bertolak belakang, terlebih lagi Jokowi dan seluruh kabinetnya juga orang yang beragama dan mayoritas Islam. Namun, isu – isu ini tetap tersebar luas dan menggiring opini anti-pemerintah dan semakin mengotak – ngotakan antara masyatakat moderat dan nasionalis dengan agamawis, bahkan juga memecah belah masyarakat Muslim itu sendiri. Memang hal ini harus menjadi pembahasan yang khusus, terutama karena masyarakat sangat mudah terpengaruh dengan informasi – informasi yang belum tentu benar asal muasal dan sumbernya. Padahal, dasar negara kita Pancasila sangat jelas mengakomodir seluruh etnis, agama, dan suku. Atas dasar Pancasila dan ke-Bhinekaan juga Indonesia bisa berdiri dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat mulai lupa bahwa Indonesia adalah negara yang berdiri diatas kemajemukan bukan atas kepentingan satu ras, agama dan golongan tertentu. Masyarakat juga mudah diganggu dengan informasi yang mengecoh terutama berbasis sara dan agama, sehingga kinerja pemerintah yang rill pun dirasa tidak ada dan dipenuhi dengan rasa kebencian yang tidak jelas. Padahal di era saat ini dengan keterbukaan informasi sangat bebas, data dan fakta sangat mudah kita cari kebenaranya jika kita cerdas menyikapi informasi.



6. evaluation



authority



Timeliness



relevancy



quality



Bias



- Andrew Toedjono - http://himepuaj.org/author/mbuitian/ The date of publication : By HiMEP UAJ May 29, 2017  Make sure the content in accordance with the purpose? Ya web tersebut sudah menacakup tujuan yang di tuju  Is the content relevant to your information needs? Ya Check grammar, spelling, and punctuation! -tatabahasa sudah baik dan benar Check if the information is arranged and have a clear path and structured! -ya, informasi sudah tersusun dengan akurat Writing purpose. Is anything being sold? -tidak ada unsur kepentingan pribadi , hanya saja penulis mengingatkan akan berhati hati dalam menanggapi suatu isu apalagi isu sara yang dapat memecah-belahkan nkri Indonesia