Tugas Makalah Pemanfaatan Limbah Pertanian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN



Oleh: Rohmad A1H014005



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah dengan judul “ Pemanfaatan Limbah Pertanian”. Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Riana Listanti, S.TP.,M.sc, selaku dosen mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah yang telah memberikan kuliah dan pengarahan demi terselesaikan tugas makalah ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah.



28 Mei 2017



Penulis



I.



PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat berupa



pemanfaatan



mikroorganisme



dan



bioenzim



dalam



pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian



karena



menyangkut



sekumpulan



kegiatan



yang



dilakukan dalam budidaya. Disamping menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber energi, serta untuk mengelola



lingkungan



hidupnya,



kegiatan



pertanian



juga



menghasilkan produk sampingan yang berupa limbah pertanian. Limbah pertanian yang semakin banyak lambat tahun akan menimbulkan



masalah



besar



bagi



lingkungan



disekitarnya.



Pemanfaatan limbah pertanian selama ini kurang maksimal hanya digunakan sebagai campuran pakan ternak dan bahan bakar sehingga menjadi sumber pencemaran lingkungan.



Berdasarkan



hal



tersebut



perlu



upaya-upaya



untuk



memanfaatkan limbah pertanian tersebut diantaranya untuk pupuk organik, sebagai nutrisi untuk pakan lokal serta sebagai sumber energi bahan bakar alternatif yang terbarukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas sebagai mana yang telah penulis jelaskan maka dapat ditarik beberapa masalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini: 1. Bagaimana potensi dan prospek limbah



pertanian



di



indonesia. 2. Bagaimana cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk organik. 3. Bagaimana cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan ternak. 4. Bagaimana cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi sumber energi alternatif. C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui



potensi



dan



prospek



limbah



pertanian



di



indonesia. 2. Mengetahui cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk organik. 3. Mengetahui cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan ternak. 4. Mengetahui cara pemanfaatan limbah pertanian menjadi sumber energi alternatif.



II. PEMBAHASAN



A. Potensi Limbah Pertanian Secara umum limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di berbagai daerah Indonesia, namun potensi limbah tersebut



untuk



digunakan



sebagai



pakan



ternak



belum



dikembangkan secara optimal. SIREGAR dan THALIB (1992) melaporkan



bahwa



pemanfaatan



limbah



pertanian



dan



perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 39% dari potensi yang tersedia saat ini, sehingga sebagian besar dari limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, dan bahkan dibuang,



dibakar



atau



digunakan



untuk



keperluan



non-



peternakan. Potensi ketersediaan beberapa limbah pertanian dan perkebunan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk organik dan energi alternatif. Produksi limbah pertanian diperoleh dari hasil perhitungan luas areal panen padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar (BPS, 2001) di kali dengan produksi bahan kering (BK) ton/ha jerami/pucuk limbah pertanian. Untuk produksi limbah pertanian berdasarkan total digestible nutrient (TDN) dan protein kasar (PK) diperoleh dari produksi BK di kali dengan kandungan TDN dan PK masing-masing limbah pertanian. Angka konversi



produksi BK (ton/ha), kandungan TDN dan PK masing-masing limbah pertanian menurut DITJEN PETERNAKAN dan FAKULTAS PETERNAKAN UGM (1982). Potensi dan prospek pemanfaatan limbah pertanian sangat besar. hal ini dikarenakan pemanfaatan limbah pertanian yang kurang maksimal. Limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk organik dan energi alternatif. B. Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan maupun kotoran hewan, dapat berupa pupuk hijau, pupuk kandang, kompos cair maupun padat. Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia, seperti urea, ZA, TSP, SP36 dan KCl (Indriani 2000). Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Meskipun kandungann haranya rendah, penggunaan pupuk organik semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian organik. Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber pupuk organik yang biasa dimanfaatkan petani. Sebagai bahan organik, jerami kering yang dihasilkan dari panen padi sawah mencapai 28.608 ton dan padi gogo 5.694 ton,



berangkasan jagung 10.038 ton, biomas kacang tanah 1.316 ton, biomas kacang kedelai 603 ton, dan biomasa kacang hijau 444 ton. Hasil samping panen padi berupa jerami padi mencapai 5 t/ha. Penyusutan jerami segar menjadi kompos mencapai 50% (Balittanah



2008).



Untuk



tanaman



jagung,



diperoleh



hasil



samping panen berupa batang, daun, dan tongkol kering sebesar 8-10 t/ha (Subandi dan Zubachtirodin 2004; Sariubang et al. 2000, Yasin 2009, dan Yasa dan Adijaya 2004). Tanaman kacang tanah menghasilkan biomas sebesar 4 t/ha (Sumarno 1986). Tanaman kedelai dan kacang hijau masing-masing menghasilkan 2 t/ha (Puslitbangtan 2007). Jerami tanaman pangan sebagian dimanfaatkan petani untuk pakan ternak dan sebagian lainnya dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik. Sebanyak 50% jerami dimanfaatkan petani



sebagai



pupuk,



atau



40.930



ton



jerami.



Dapat



diasumsikan kalau penyusutan jerami menjadi pupuk kompos 50% maka diperoleh kompos sebesar 20.465 ton dari limbah tanaman pangan. Pupuk organik merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi bahan organik akibat interaksi mikroorganisme yang bekerja didalamnya. Pupuk organik dapat berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, air kencing hewan atau limbah organik lainnya



baik berbentuk padat maupun cair. Sebagai hasil dekomposisi sisa-sisa makhluk hidup pupuk organik tergolong pupuk yang lengkap, mengandung unsure hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Limbah pertanian yang tidak terpakai didekomposisi atau dikomposkan oleh mikroorganisme dan selanjutnya dibiarkan sampai membusuk. Kompos atau pupuk organik yang dihasilkan dalam kegiatan ini dimanfaatkan untuk tanaman pertanian seperti tanaman cabe tanaman hortikultura yang juga diusahakan dalam kegiatan usaha taninya. C. Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Pakan Ternak Pakan merupakan salah satu faktor terpenting, dalam semua usaha peternakan, baik ternak ruminansia maupun ternak unggas. Besarnya pengaruh pakan terhadap produksi menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk pakanpun tidak bisa dianggap ringan. Sekitar 60 – 80 % dari keseluruhan biaya produksi ditentukan oleh faktor biaya pakan (Djanah, 1985). Pakan dalam melakukan usaha budidaya ternak, merupakan salah satu sarana produksi yang amat penting dan sangat strategis, karena kecukupan dan mutunya yang secara langsung berkorelasi dengan performan ternak. Keterbatasan pakan dapat menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah menurun



atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi. Hal ini dapat diatasi bila potensi pertanian/industri maupun limbahnya dapat dioptimalkan penggunaannya sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan bahan pakan alternatif sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain bahan pakan tersebut tersedia dalam satu tempat dalam jumlah yang banyak, sehingga untuk memperolehnya tidak membutuhkan biaya yang besar. Limbah adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama limbah.



Limbah pertanian adalah bagian tanaman pertanian



diatas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil utamanya dan merupakan pakan alternatif yang digunakan sebagai pakan ternak. Berbagai hasil ikutan pertanian dapat dijadikan sebagai sumber bahan pakan baru baik untuk ternak ruminansia maupun ternak unggas. Sumber limbah pertanian diperoleh dari komoditi tanaman pangan, dan ketersediaanya dipengaruhi oleh pola tanam dan luas areal panen dari tanaman pangan di suatu wilayah. Jenis limbah pertanian sebagai sumber pakan antara lain : limbah tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kedelai, tanaman kacang tanah, tanaman ubi kayu, tanaman ubi jalar, dll. 1 Tanaman Padi



Padi (beras) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia.



Pemanfaatan padi sebagai pakan ternak terutama



ternak unggas sangat bersaing dengan kebutuhan manusia. Akan tetapi limbah dari tanaman padi sangat berpotensi untuk dijadikan pakan ternak. Limbah tersebut berupa jerami, dedak, dan bekatul. a Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.



Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak



telah umum dilakukan di daerah tropik, terutama sebagai makanan ternak pada musim kemarau.



Jumlah jerami yang



dihasilkan dalam satu hektar padi sawah adalah sebanyak 1,44 kali dari jumlah hasil panennya. Dengan mengetahui jumlah jerami yang dihasilkan maka dapat diketahui juga daya tampung ternak dalam satu hektar sawah dalam satu tahun.



Sebagai contoh perhitungannya adalah sebagai



berikut : 1) Produksi padi sawah tadah hujan/rawa dengan asumsi panen 1 kali dalam satu tahun dengan hasil rata-rata sebanyak 4 ton/ha, maka jumlah jerami yang dihasilkan sebanyak = 1,44 x 4 = 5,76 ton/ha. 2) Jika konsumsi ternak per hari sebanyak 8 kg/ekor/hari maka konsumsi ternak perekor/tahunnya adalah sebanyak 1 tahun = 8 kg x 365 hari = 2920 kg/tahun



3) Maka tiap hektar



= 5760 kg/ha : 2920 kg/tahun = 1,97



dibulatkan menjadi 2 ekor ternak/ha/tahun. Bila dilihat dari daya tampung ternak maka potensi jerami padi sebagai pakan ternak dapat diterapkan di Kabupaten Bangka Barat.



Selain potensi ketersedian bahan bakunya



penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu kandungan protein rendah, serat kasar tinggi, serta kecernaan rendah.



Untuk mengatasi hal



tersebut maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan, yaitu dengan dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan (Rahadi. S, 2008). b Dedak dan bekatul sebagai limbah dari penggilingan padi, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ternak ruminansia.



Banyaknya dedak yang dihasilkan tergantung



pada cara pengolahan.



Dedak kasar dapat dihasilkan



sebanyak 14,44%, dedak halus sebanyak 26,99%, bekatul sebanyak 3% dan 1-17% menir dari berat gabah kering (Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Pakan Ternak di Kabupaten Bangka Barat, 2014). Di Kabupaten Bangka Barat,



berdasarkan hasil analisa laboratorium Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (2014), kandungan protein kasar dalam dedak padi merah cukup tinggi, yaitu sebesar 11,57%. Sedangkan kandungan serat kasarnya cukup tinggi yaitu sebesar 14,78%. Untuk dedak padi putih kandungan protein kasarnya sebesar 7,41%, sedangkan serat kasarnya sangat tinggi yaitu sebesar 29,86%. kasar



tersebut



merupakan



Tingginya kandungan serat penyebab



terbatasnya



penggunaan dedak dalam ransum ternak, terutama ternak unggas. 2. Tanaman Jagung Setelah produk utamanya dipanen hasil ikutan tanaman jagung dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia, yaitu berupa jerami, klobot dan tongkol jagung baik sebelum atau sesudah melalui proses pengolahan.



Jumlah produk



ikutan jagung dapat diperoleh dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber serat/pengganti hijauan untuk 1 satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan konsumsi pakan kering 3% bobot hidup) dalam setahun. Upaya untuk meningkatkan nilai gizi limbah pertanian dengan menggunakan teknologi pakan telah diterapkan di



masyarakat seperti perlakuan fisik, kimiawi serta biologis. Ditingkat peternak penerapan teknologi peningkatan kualitas limbah pertanian memiliki hambatan dengan berbagai alasan, seperti jumlah limbah yang dapat dikumpulkan oleh peternak relatif sedikit karena kurangnya fasilitas untuk penyimpanan dan terjadinya penambahan beban biaya dan tenaga kerja bagi peternak dengan melakukan teknologi tersebut (Djajanegara, 1999), sehingga dibutuhkan teknologi pakan yang sederhana, murah dan mudah diadopsi oleh peternak. Limbah-limbah



pertanian



tersebut



rata-rata



memiliki



kandungan serat kasar yang tinggi, namun ketersediaannya cukup melimpah dialam sehingga perlu adanya pemanfaatan yang lebih lanjut dengan sentuhan teknologi yang dapat mengubah bahan baku tersebut menjadi pakan bergizi dan sumber energi bagi ternak sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan terutama ternak ruminansia.



D. Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Sumber Energi Alternatif



Bahan bakar alternatif merupakan bahan bakar yang dapat digunakan sebagai energi alternatif dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam menjalankan roda kehidupannya. Berbagai aktivitas masyarakat sebagian besar ditopang dari pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi utama. Mulai dari rumah tangga sampai industri, semuanya bergantung pada ketersediaan dari bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Berbagai



peralatan



memerlukan



solar



yang sebagai



digerakkan bahan



oleh



bakar,



mesin



diesel



sebagian



besar



kendaraan roda dua atau roda empat memerlukan bensin sebagai bahan bakar, untuk memasak keperluan dapur sebagian masyarakat memerlukan minyak tanah dan gas sebagai bahan bakar. Jadi dapat dikatakan bahwa hampir segala sisi kehidupan masyarakat menggunakan bahan bakar yang bersumber dari bahan bakar fosil (minyak bumi). Petrolium dan bahan bakar fosil lainnya telah menjadi sumber energi utama sepanjang hidup manusia. Melalui sumber energi tersebut industri di dunia ini berkembang dan menopang segala sisi kehidupan (Mohanty dan Abdullahi, 2016). Limbah sisa hasil usaha pertanian dapat diolah menjadi berbagai bahan bakar alternatif pengganti atau pensubstitusi bahan



bakar



minyak



dan



batubara.



Bahan-bahan



limbah



pertanian seperti kulit nenas, kulit pisang, molase atau ampas



tebu yang mengandung karbohidrat seperti glukosa, selulosa, dan



lignoselulosa



pembuatan



dapat



bioetanol.



dijadikan



Limbah



sebagai



ampas



kelapa



bahan



baku



yang



masih



mengandung minyak sekitar 12,2 – 15,9% dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan biodiesel (Markopala, 2007). Selanjutnya tempurung kelapa, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket yang nilai ekonominya akan lebih tinggi dibandingkan arang itu sendiri. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar alternatif seperti bioetanol, biodiesel, biogas, dan biobriket. Penggunaan bahan-bahan terbarukan sebagai bahan baku pembuatan etanol menjadi lebih ekonomis karena murah dan mudah tersedia dalam jumlah besar dari limbah pertanian (Hemalatha



et



al.,



2015).



Sebagian



besar



limbah



hasil



pengolahan bahan-bahan pertanian berupa bahan-bahan yang mengandung selulosa dan lignoselulosa. Biomassa lignoselulosa merupakan sumber terbarukan untuk bahan bakar kendaraan di masa yang akan datang (Wi et al., 2015). Limbah ampas kelapa merupakan salah satu bahan sisa pengolahan daging buah kelapa yang telah diambil santan atau minyaknya. Ampas kelapa masih mengandung minyak sekitar



12,2 – 15,9% (Markopala, 2007). Hal tersebut memungkinkan ampas kelapa untuk dapat diolah menjadi biodiesel sebagai salah satu sumber bahan bakar alternatif. Proses pengolahan ampas kelapa menjadi biodiesel telah dilakukan sesuai dengan prosedur proses produksi biodiesel yaitu melalui metode transesterifikasi. Proses ini menggunakan katalis basa yang dilarutkan dalam alkohol



sebagai



larutan



natrium



metoksida



atau



kalium



metoksida. Bahan limbah pertanian lain yang dapat digunakan sebagai sumber bahan baku untuk produksi energi alternatif adalah sampah-sampah pasar yang terdiri dari kulit buahan-buahan seperti kulit nenas (Hemalatha et al.,2015) dan kulit pisang, atau sayuran dan buah –buahan yang mengalami pembusukan. Bahan-bahan tersebut dapat diproses menjadi biogas dimana produk samping dari pegolahan biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik. Selain sampah pasar, ampas kelapa, dan ampas tebu, tempurung kelapa juga merupakan bahan baku potensial yang dapat dikonversi menjadi salah satu sumber energi alternatif dalam bentuk biobriket. Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan bakar dalam bentuk arang tempurung kelapa telah lama digunakan, namun apabila arang tersebut dapat dikemas dalam bentuk biobriket maka secara ekonomi akan memberikan nilai



lebih. Nilai jualnya dapat melebihi nilai jual dari pada arang itu sendiri.



Hasil



pembuatan



arang



briket



yang



pada



proses



selanjutnya akan dapat diolah menjadi arang aktif. Jadi arang briket merupakan bahan baku untuk industri arang aktif. Pembuatan



arang



briket



ini



belum



banyak



yang



menggunakannya, padahal potensi bahan baku dan potensi pasar cukup besar. Ditinjau dari aspek teknologi, pengolahan arang briket relatif masih sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha skala kecil dan menengah. Arang briket dapat diproduksi



menggunakan



peralatan



mesin



Hydrolic



Press



(Machmud, 2011). Potensi briket arang (biobriket) cukup besar untuk menggantikan batu bara yang berupakan bahan bakar yang berasal dari bahan tambang seperti halnya minyak bumi.



III.



PENUTUP



A Kesimpulan



1. Potensi dan Prospek limbah pertanian cukup tinggi untuk dimanfaatkan menjadi pakan ternak, pupuk organik dan energi alternatif. 2. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik adalah jerami difermentasi atau dekomposisi bahan organik akibat interaksi mikroorganisme, sehiungga menjadi kompos atau pupuk organik. 3. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah jerami dan jagung dan belum mengetahui dan menerapkan teknologi pengolahan sebagai pakan ternak serta pembuatan silase (berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia atau dijadikan biofuel melalui digesti anaerobik). 4. Pemanfaatan limbah pertanian alternatif



adalah



konversi



sebagai



limbah



bioetanol, biodiesel, biogas dan biobriket. B. Saran



sumber



pertanian



energi menjadi



Perlu



adanya



peningkatan



dan



sosialisasi



tentang



pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak, pupuk organik dan energi alternatif kepada para petani.



DAFTAR PUSTAKA



Badan Pusat Statistik. 2001. Survei Pertanian Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Balai Penelitian Tanah. 2008. Pupuk organik untuk tingkatkan produksi pertanian. Balittanah. Bogor. [email protected]. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN dan FAKULTAS PETERNAKAN UGM. 1982. Laporan Survei Inventarisasi Limbah Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan dan Fakultas Peternakan UGM, Jakarta. Djanah D.1985. Beternak Ayam dan Itik. CV. Yasaguna. Jakarta. Djajanegara, A. 1999. Local livestock feed resources. In: Livestock Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis. RAP Publication 1999/37 : 29-39. Hemalatha R., Saravanamurugan C., Meenatchisundaram S., dan Rajendran S. 2015. Comparative Study of Bioethanol Production from Agricultural Waste Materials Using Saccharomyces cerevisiae (MTCC 173) and Zymomonas mobilis (MTCC 2427) by Enzymatic Hydrolysis Process. International Journal of Microbiological Research 6 (2): 74-78. Indriani, Y. H, 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta p. 5-7. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Teknologi Pakan Ternak di Kabupaten Bangka Barat. 2014. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Barat dengan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Machmud, Senen. 2011. Kajian Ekonomi Industri Briket Arang Tempurung Kelapa. Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship. 5 (1) : 45-51. Markopala, P. 2007. Studi Efektivitas Transesterifikasi In Situ Pada Ampas Kelapa (Cocos nucifera) Untuk Produksi Biodiesel. [Tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Mohanty B. dan Abdullahi I.I. 2016. Bioethanol Production from Lignocellulosic Waste-A Review. Biosci., Biotech. Res. Asia, Vol. 13(2), 1153-1161. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Kedelai: teknik produksi dan pengembangan. Bogor. 523 hal. Rahadi S. 2008. Pembuatan Amoniasi Urea Jerami Padi. Sulawesia Selatan. Sariubang, M., D. Pasambe., S.N. Tambing., S. Bahar, dan A. Nurhayu, 2000. Alternatif pengembangan ternak ruminansia melalui pendekatan integrasi dengan peternakan terpadu. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. p. 473477. Subandi dan Zubachtirodin, 2004. Prospek pertanaman jagung dalam produksi biomas hijauan pakan. Prosiding Seminar Nasional. Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melaui Teknologi Tepat Guna. BPTP NTB. Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung. 79p. Wi S.G., Cho E.J., Lee D.S., Lee S.J., Lee Y.J. dan Bae H.J. 2015. Lignocellulose conversion for biofuel : a new pretreatment greatly improves downstream biocatalytic hydrolysis of various lignocellulosic materials. Biotechnol Biofuels. 8 : 228. Yasa dan Adijaya, 2004. Daya dukung limbah jagung dan kacang tanah untuk pakan sapi di lahan marginal. Prosiding Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi dalam Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan di Lahan Marginal. Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.