Tugas Observasi Museum Sri Baduga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS OBSERVASI MUSEUM SRI BADUGA Laporan kunjungan Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas MAKAR (Masa Kaderisasi Sejarah) tahun 2013/2014



Disusun oleh : Mega Wulandari



1304184



Aditya Chandra Nugraha



1307110



Desi Al Kautsar



1303667



Dika Nugraha



1301402



Gilang G Ramadhan



1301484



Intan Juli Yolanda



1306424



Ismail Fajar



1301840



Ririn Rindu Nugraha



1300226



Widiana



1307240



UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH 2013



Museum Sri Baduga



Page 1



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan laporan kunjungan observasi ke museum Sri Baduga. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas MAKAR. Kami menyadari bahwa selama penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penyusunannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan bagi pembaca. Amin.



Bandung, 18 Oktober 2013



Penyusun,



Museum Sri Baduga



Page 2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR………………………………………..



i



DAFTAR ISI…………………………………………………



ii



BAB I PENDAHULUAN……………………………………...



1



1.1 Latar Belakang………………………………………



4



1.2 Rumusan Masalah……………………………………



5



1.3 Tujuan Penulisan…………………………………….



5



1.4 Manfaat Penulisan……………………………………



5



1.5 Rincian Waktu Perjalanan……………………………



6



BAB II ISI……………………………………………………….



7



BAB III PENUTUPAN…………………………………….......,



19



3.1 Kesimpulan…………………………………………



19



3.2 Saran……………………………………………….



19



LAMPIRAN……………………………………………………..



21



Museum Sri Baduga



Page 3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



Laporan perjalanan yang harus kami buat dari tugas MAKAR mengawali perjalanan kami pada salah satu museum yang terdapat di daerah bandung tepatnya Jl. BKR No.180 yaitu museum Sri Baduga, seperti yang kita ketahui bahwa museum adalah tempat dimana kita bisa menemukan benda- benda peninggalan masa lampau yang berasal dari zaman prasejarah maupun sejarah.Yang berupa fosil, peninggalan sosial ekonomi dan tidak terlepas dari kebudayaan yang berada di sekitar Jawa Barat. Adapun latar belakang dari museum Sri Baduga yaitu Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda, sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat



.



Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasang surut nya pola kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat Museum Sri Baduga



Page 4



Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi menggunakan gedung pemerintah, yaitu bekas Kawedanaan Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi. Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. DAUD JOESOEF didampingi oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama "Sri Baduga" Raja yang memerintah di Pajajaran. Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang. 1.2 Rumusan Masalah A. Bagaimana latar belakang pendirian Museum Sri Baduga? B. Apa saja fasilitas yang ada di Museum Sri Baduga? C. Apa saja Tugas Pokok,Visi, dan Misi Museum Sri Baduga? D. Bagaimana Struktur Keorganisasian di Museum Sri Baduga? E. Bagaimana perkembangan museum Sri Baduga dari masa ke masa ? 1.3 Tujuan Penulisan A. Untuk lebih mengenal tentang Museum Sri Baduga. B. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang sosial dan budaya. C. Untuk melatih diri dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan. D. Untuk belajar mencintai dan melindungi warisan budaya bangsa. E. Untuk memenuhi salah satu tugas Masa Kaderisasi Jurusan Pendidikan Sejarah 2013. 1.4 Manfaat Penulisan A. Dapat lebih mengenal sosial budaya yang ada di Jawa Barat. B. Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang sosial budaya di Jawa Barat. C. Dapat lebih menghargai budaya yang ada di Jawa Barat. D. Turut serta dalam melestarikan kebudayaan Jawa Barat



Museum Sri Baduga



Page 5



1.5 Rincian laporan perjalanan



08.30 : Pemandu melakukan pengkondisian anggota di gerbang 2 09.09 : Kami menyewa mobil angkutan kota jurusan kalapa-ledeng dengan harga 60.000 rupiah setelah menyewa angkot kami pun berangkat menuju museum sri baduga dengan antusias. 09.30 : Kami terjebak lampu merah di Pasteur 10.07 : Kami pun sampai di museum Sri Baduga yang berada di jl.BKR No.180 10.08 : Pemandu melakukan pengkondisian anggota di gerbang masuk museum Sri Baduga 10.13 : Kami memasuki area museum Sri Baduga 10.15 : Kami menunggu datangnya narasumber untuk membimbing kita di museum sri baduga 10.20 : Narasumber pun datang dan melakukan perkenalan dahulu lalu kita menyampaikan maksud kita datang ke museum Sri Baduga 10.25 : Narasumber mulai membimbing kita danmenjelaskan tentang museum Sri Baduga 11.00 : Kami berangkat ke lantai 2 untuk melihat koleksi museum ini yang lainnya dan tentu dipandu oleh narasumber 11.30 : Kami berangkat ke lantai 3 dan sayang nya disana kami tidak melihat koleksi nya secara lengkapkarena ada satu ruangan yang tertutup dan terkunci sehingga kami tidak bisa masuk. 12.00 : Kami melakukan wawancara dengan narasumber mengenai museum ini 12.30 : Kami pun meninggalkan museum ini dan persiapan untuk beribadah Sholat jumat bagi lelaki 13.30 : Setelah menunggu laki-laki jumatan kami pun bergegas untuk pulang dan seperti semula kami menyewa angkutan kota dengan harga yang sama.



Museum Sri Baduga



Page 6



BAB II Pembahasan Latar belakang didirikan museum ini adalah karena adanya gagasan di tingkat nasional agar semua provinsi mendirikan museum dimana untuk mencegah barang-barang budaya ke luar negeri sehingga ada pemampungan dan pemberdayaannya di berbagai daerah. Museum dibangun di bawah departemen pendidikan dan saat ini berada pada naungan departemen kepariwisataan. Museum sri baduga dikelola oleh pemerintah. Pada tahun ’90-an, muncul peraturan yang mengharuskan tiap museum memberi nama yang khas dan sesuai dengan museum tersebut. Awalnya, museum tersebut bernama museum jawa barat yang kemudan diganti menjadi museum sri baduga. Provinsi jawa barat merupakan wilayah yang sebagian besar dihuni oleh orangsunda, maka sering disebut tatar sunda atau tanah sunda. Pembangunan gedung dirintis sejak tahun 1974 dengan mengambil modelbangunan tradisional jawa barat, berbentuk bangunan suhunan panjang dan rumahpanggung yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Gedung dibangun di atastanah bekas areal kantor kewedanaan tegallega seluas 8,415,5 m. Bangunan bekaskantor kewedanaan tetap dipertahankan, sebagai bangunan cagar budaya yangdifungsikan sebagai salah satu ruang perkantoran.pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1980, dengan nama museumnegeri jawa barat, diresmikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan ri , dr.daud joesoef didampingi oleh gubernur jawa barat h. Aang kunaefi (1975-1985) tanggal 5 juni 1980. Pada tanggal 1 april 1990 terjadi penambahan nama sri baduga,diambil dari gelar seorang raja pajajaran yang memerintah tahun 1482-1521 masehi.dengan demikian nama lengkap museum waktu itu adalah museum negeri provinsi jawa barat “sri baduga.” Pada era otonomi daerah (otda) berdasarkan peraturan daerah no.5 tahun 2002 sebagai unit pelaksana teknis (upt) bergabung dengandinas kebudayaan provinsi jawa barat dengan nama balai pengelolaan museumnegeri sri baduga hingga sekarang.



Museum Sri Baduga



Page 7







Tempat Parkir Halaman museum yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan daya tampung sampai dengan 20 buah bus.







Ruang Perpustakaan Selain mengunjungi ruang pameran museum pengunjung dapat pula melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada hari Senin Sampai dengan jumat pukul 08.00 15.30 WIB







Ruang Auditorium Digunakan sebagi ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan ini digunakan pula sebagai tempat untuk penerimaan rombongan pengunjung yang dating ke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum masuk ke ruang pameran.







Ruang Pameran Khusus Digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiata pameran khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk disewakan







Ruang seminar Digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh museum maupun untuk disewakan.



Tugas Pokok dan Fungsi : Melaksanakan pengumpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media pembelajaran serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat.



Museum Sri Baduga



Page 8



Misi: 1. Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat 2. Mengembangkan/memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya daerah 3. Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah dan filterterhadap pengaruh buruk budaya global 4. Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah 5. Menata museum sebagai salah satu aset wisata budaya 



Kepala Museum :Memimpin mengkoodinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengetahuan museum.







Subag Tata Usaha :Melaksanakan penyusunan rencana kerja pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, umum dan pelaporan.







Kelompok Jafung :Adalah pegawai museum yang diberi tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pembinaan kebudayaan.







Seksi Perlindungan :Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, penyimpanan dan pengamanan koleksi.







Seksi Pemanfaatan :Melaksanakan penyusunan rencana peningkatan promosi museum.



Museum Sri Baduga



Page 9



Koleksi Museum Sri Baduga 1.Geologika / Geografika TEODOLIT Ukuran : Ukuran P: 90 cm, T: Kaki 120 cm, d: 10 cmAsal : Pangalengan, Kab. BandungTeodolit adalah alat ukur sudut yang biasa digunakan oleh Juruh ukur tanah. Terbuatdari besi dan pada kedua ujung pipa ber-diameter 10 cm dengan panjang 90 cm ditutuptabung kuningan berbentuk kotak. Pada sisi belakang batang pipa tertera plat kuninganbertuliskan nomor dan negara pemegang hak paten. Sedang pada sisi depan terdapatdua buah lubang berkaca untuk membidik sudut sasaran. Pada bagian tengah terdapatdua buah gelang kuningan tempat mengikatkan besi hitam sebagai pegangan tanganuntuk mengatur posisi teodolit. Pada sisi belakang pipa antara kedua gelang kuninganterdapat tiga buah lubang bertutup kaca, masing-masing ber-fungsi sebagai teroponguntuk membidik sasaran, yang layarnya dilengkapi angka-angka dan jarum pengukursudut.Teodolit ini diletakkan pada dua buah besi bercabang yang terdapat padapermukaan standar besi berkaki tiga. Alat ukur sudut dibuat pada abad ke-19 di negaraJerman.13



Museum Sri Baduga



Page 10



Biologika FOSIL RUAS TULANG BELAKANG IKAN PAUS PURBA Ukuran : T: 21 cm, P: 17cm, d: 30 cm Asal : Surade, SukabumiFragmen fosil ruas tulang belakang seluruh-nya berjumlah 6 buah berwarna putihbercampur tanah, salah satu fragmen tidak utuh (sompel). Pada sisi samping kiri dankanan atas ruas terdapat ba?gian mencuat di permukaan tulang rusuk yang telah patah.Menurut Yan Rizal seorang Paleontolog dari ITB, fosil tulang-tulang tersebutdiperkirakan ruas tulang punggung binatang purba se-jenis ikan paus yang diperkirakanhidup sekitar 8 juta tahun yang lalu. Lokasi temuan yang termasuk ke dalam zonapegunungan selatan Jawa Barat, dan diperkirakan dulunya merupakan zona laut.14



Museum Sri Baduga



Page 11



TENGKORAK KEPALA KERBAU PURBA



Paleo Kerabau) ini terdiri dari tengkorak kepalabagian atas serta kedua tanduk, tulang rahang bawah dengan gigi bawah dan beberapapotongan tulang lainnya. Hewan ini diperkirakan pernah hidup di Pulau Jawa kuranglebih 1,8 juta tahun yang lalu (masa Plestosen akhir). Fosil hewan ini ditemukan di desaSukadami, Kabupaten Bekasi.



Museum Sri Baduga



Page 12



ANGKLUNG GUBRAG



Ukuran : T: Besar 183 cm, L: Besar 91 cmAsal : JakartaAngklung Gubrak adalah angklung khas suku Baduy selain sebagai sarana hiburan jugadipakai sebagai sarana upacara.Angklung Gubrak merupakan kesenian pusaka,karenadipertunjukan pada saat tertentu,yaitu waktu melaksanakan upacara mnyongsongmusim tanam(nyesek) dan musim kemarau sebagai syarat untuk musim hujan.Menurutkepercayaan bunyi-bunyian yang ditimbulkan dapat membangunkan Dewi Sri untuk menjaga ladang agar tetap subur.Dalam satu perangkat terdiri 6 (enam) buah yiitu :Angklung gunjing (2 buah), Engklok(2 buah), dan roel 2 buah.Setiap angklungmemiliki tiga buah rumpung dengan ukuran berbeda.Bahan terbuat dari bambuberdiameter besar dan tinggi.Bentuk setiap rumpung dicowak membentuk resonatordan bumbung peredam suara serta kaki di letakan pada cowakan hingga dapatdigetarkan tiang atas dihiasi jumbai-jumbai daun yang dibentuk kepang.



Museum Sri Baduga



Page 13



KAIN PANJANG BATIK MERAK NGIBING



Ukuran : Kain, ukuran P: 240 cm; L: 106 cmAsal : TasikmalayaKain panjang atau samping kebat batik ini dibuat dengan tehnik tulis, di atas bahanmori primisima. Warna dasar pulas gumading (soga/krem kekuningan) ciri khas warnakain batik Garutan. Motif latar rereng/rereng apel, sedang motif utama burung merak sedang bercengkrama saling memamerkan ekornya yang indah sehingga para perajinbatik Garut menyebutnya merak ngibing. Kain panjang ini biasanya digunakan sebagaipelengkap busana tradisional yang dipadukan dengan kebaya.



Museum Sri Baduga



Page 14



Arkeologika REPLIKA PRASASTI CIARUTEUN



Ukuran : Fiber qlass, T: 168 cm, L: 130 cmAsal : BandungBenda asli terbuat dari batu andesit, ditemukan dialiran sungai Ciaruteun. Kini prasastitersebut dipindahkan kedarat dan diberi cungkup ( Pelindung ). Prasasti ini sebagai buktihadirnya Kerajaan Tarumanagara (+ abad 5 Masehi ) di Jawa Barat dan sekaligus awaldikenalnya tradisi tulis. Pada prasati ini terdapat pahatan sepasang telapak kaki, gambar laba-laba dan empat baris tulisan dalam aksara pallawa dan bahasa sansakerta, berbunyi:vikrantasya vanipateh srimatah purnnavarmmanah tarumanagarendrasya visnor iva padadvayam Artinya : Ini ( bekas ) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnuialah kaki yang mulia Purnawarmanraja di negeri Taruma raja yang gagah berani di dunia.



Museum Sri Baduga



Page 15



PATUNG ARGASURYA Ukuran : L dan T: 30 cm, d: 25 cmAsal : Cirebon Timur Jawa Barat Pembuatan patung nenek moyang ini masih kasar,berwarna kemerah-merahan.Bentuknya gemuk pendek,muka bundar dan agak gepeng,kepala gundul,mata sebelahkanan bundar.sebelah kiri sipit,hidung pesek,bibir tebal,telinga agak ke belakang dantebal serta pipi kembung.Posisi patung dalam keadaan duduk dengan berpangku tangan.



Numismatika / Heraldika UANG KERTAS GUNTING SAFRUDIN Ukuran : Kertas, P: 7,8 cm, L: 7,4 cmAsal : Bandung Untuk mengurangi peredaran uang asing dan menekan devaluasi maka pada tanggal 20 Maret1950 Mentri keuangan RIS (Republik Indonesia Serikat), Mr. Sjafruddin Prawiranegaradengan surat keputusan Mentri keuangan Pemerintah Republik Indonesia Serikat (KabinetHatta) No. PU/1 tanggal 20 Maret 1950 mengeluarkan kebijakan dramatis yaitu melakukanpengguntingan uang yang dikeluarkan De Javansche Bank, dan Hindia Belanda pecahanbernilai 5 rupiah (gulden) ke atas. Potongan uang bagian kanan ditukar dengan obligasi Negara jaminan biaya 3 % pertahundalam jangka 40 tahun, sedangkan bagian kiri dinyatakan masih berlaku sebagai alatpembayaran yang syah dengan nilai 50 % dari nilai sebelumnya dan berlaku hingga tanggal 8April 1950 jam 18.00.



Museum Sri Baduga



Page 16



KELUH Ukuran : Logam, d: 1,3 cmAsal : BandungBenda-benda dari bahan perunggu yang menyerupai perhiasan ini diperkirakan pernahdigunakan masyarakat prasejarah sebagai alat tukar kurang lebih 1000 tahun yanglalu.Benda-benda berbentuk terompet, binatang dan anting serta cincin ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur dan masyarakat setempat menyebutkan Keluh atau didalam istilah Numismatik disebut Dumblee Ring atau Interapted Ring.23



Museum Sri Baduga



Page 17



GAMBAR TOONG Ukuran : Kayu dan Kaca, T: 135 cm, L: 78 cmAsal : TasikmalayaGambar toong sejenis tontonan anakanak berupa gambar disimpan dalam sebuahkotak dengan alat penerang lampu semprong/lampu minyak melalui lensa teropongyang dipasang pada sisi dindingnya. Anak-anak yang menonton duduk diatas bangkuyag telah disediakan. Selama gambar di dalam kotak ditampilkan, pengamen/pemilik tontonan anak-anak ini berceritera sesuai gambar yang ditayangkan sambil memainkanakordeon.Bagian kotak pipih dibagian atas berfungsi sebagai wadah gambar yangdilengkapi tali-tali berbandul uang kepeng pada dinding depan dan belakang untuk menaikturunkan gambar dan membuka-menutup layar lensa. Kotak cembung di bagiantengah berisi lensa dan lampu semprong. Kotak tinggi ramping paling bawah berdaunpintu untuk menyimpan akordeon dan pakaian ganti. Tontonan anak-anak ini dijajakanke kampung-kampung. Pada saat berpindah tempat kotak gambar toong dan peralatanlainya diangangkut dengan cara dengan cara dipikul.Teknologi gambar toong merupakan cikal bakal teknologi playstation di zamanmodern saat ini.25



Museum Sri Baduga



Page 18



BAB III PENUTUPAN 3.1 Kesimpulan Dari uraian di atas dapat kami simpulkan Museum Sri Baduga dibangun sejak tahun 1974 dan di resmikan oleh Gubernur Provinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi, pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. DAUD JOESOEF. Fasilitas yang ada di museum tersebut terdiri dari tempat parkir,ruang perpustakaan,ruang auditorium yang digunakan sebagai ruang audio visual dan tempat pertunjukan berbagai kesenian Jawa Barat. Tugas pokok museum ini yaitumelaksanakan pengumpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif . Perkembangan museum Sri Baduga dari masa ke masa terdapat perubahan, dalam segi pembangunan bertahap terdapat satu ruang pameran studi kelayakan penyimpanan benda-benda yang akan dipamerkan. Jika ditinjau dari situasi keadaan dahulu dari segi oprasi masih menerapkan colection oriented (pengadaan koleksi,ritual dan penyucian) sedangkan pada masa sekarang lebih menerapkan public oriented (keinginan masyarakat). 3.2 Saran 3.2.1 Saran untuk pihak pengelola museum 1



Diharapkan kepada pihak pengelola museum Sri baduga agar membubuhkan kisah historis pada keterangan benda/artefak yang hanya diberikan nama dan asal daerah saja tanpa keterangan yang rinci tentang sejarahnya, cara menggunakannya, pemakainya, materialnya, cara membuatnya, dsb. Seharusnya museum merupakan pusat ilmu pengetahuan yang lengkap, bukan hanya sebagai ‘tempat menyimpan’ saja.



2



Pencahayaan pada display sudah bagus, tetapi tidak seluruh display mendapat cahaya, padahal ada detail-detail artefak yang akan lebih jelas terlihat dengan pencahayaan yang baik.



3



Museum Sri Baduga sudah memiliki website. Tampilan website cukup interaktif, enak dilihat, mudah diakses, dan memberi gambaran umum tentang museum tersebut seputar sejarah museum, koleksi museum, kontak, jadwal, dan alamat museum, galeri berisi foto-foto dokumenter kegiatan dan pameran rutin museum, link-link yang berhubungan dengan



Museum Sri Baduga



Page 19



kegiatan-kegiatan museum, serta kolom feedback kepada museum. Sebenarnya website tersebut dapat ditambah dengan versi Bahasa Inggris agar turis-turis asing juga mendapat info seputar museum tersebut. 3.2.2 Saran untuk Masyarakat dan Umum 1



Agar masyarakat mampu mengefektifkan museum sebagai sarana untuk mengembangkan pusat ilmu pengetahuan yang lengkap sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap peninggalan budaya dan nilai-nilai lokal yang terkandung dibalik cerita historis suatu benda.



2



Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peninggalan budaya agar ketika ditemukan hasil peninggalan budaya yang terbaru masyarakat tidak menyalahgunakan benda tersebut dengan merusak dan menjualnya kepada pihak kolektor, Akan tetapi masyarakat bisa menyerahkan hasil temuan ke pihak museum.



3



Agar masyarakat lebih memaknai dan menghargai benda – benda peninggalan zaman dahulu.



4



Supaya masyarakat tidak lupa akan budaya-nya dan tidak terbawa arus modernisasi yang semakin meroket.



5



Supaya masyarakat bisa menjaga dan melestarikan kebudayaannya.



Museum Sri Baduga



Page 20



Lampiran



Museum Sri Baduga



Page 21



Draf wawancara Diberbagai tempat ada gagasan di tingkat nasional agar semua provinsi mendirikan museum museum dimana untuk mencegah barang barang budaya ke luar negeri sehingga ada penampungan dan pemberdayaannya di berbagai daerah. Luas museum ini 80.000 m2setelah 10 tahun kemudian diangkatlah nama Sri Baduga dan menjadi nama museum ini sesuai dengan peninggaan padjajaran dan ditulis dari prasasti batu tulis bogor berupa tulisan jawa kuno bahasa sundadan terdapat berbagai naskah dengan tulisan sunda kuno(intan berbicara tidak jelas). Perkembangan 2013 ada pelukis yang menggambarkan suasana zaman padjajaran itu sedang membuat waduk dan pembuatan jalan desa(intan ketawa) dan dibuat dari kampas lukisan itu merupakan berupa prestasi(widiana bertanya) lukisan ini berasal dari imajinasi sang pelukis Di jawa barat banyaknya pada masa glasial banyak kejadian alam salah satunya cekungan danau bandung(narasumber menekan stop kontak dan menunjukan gambar)lingkungan jawa barat banyak ditemukan batuan batuan dan gunung merapi dan merupakan daerah subur (intan tersenyum)merupakan masa memburu (intan berdesah), adanya pengumpulan makanan (foodcatering) dan pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Salah satu cara mereka mengatur hubungan sosialnya mereka melakukan adanya kelompok sosial (intan menanggapi). Mereka tergantung kepada alam (intan menanggapi). Di Cirebon banyak ditemukan fosil-fosil bersejarah (intan menanggapi) di karenakan air laut yang menyusut, sehingga fosil-fosil yang ada pada zaman dahulu dapat ditemukan dan dapat diteliti oleh ITB dan disimpan di museum Arkeologi di Bogor. (intan betanya) hewan-hewan yang di temukan di Garut merupakan hasil pengawetan yang di awetkan oleh museum, begitu pun dengan kura-kura dan buaya yang ada pada zaman dahulu. Hewan-hewan yang merayap merupakan hewan yang dapat menyerap air yang beracun dalam body mereka. Dalam penguburan ada yang berbentuk peti kuburan ada juga yang berbntuk tempayan kubur. Adapun yang paling tua ditemukan di Candi Batu Jaya adanya fosil manusia yang terlentang. Ada yang lebih tua lagi ditemukan fosil manusia secara arkeologi (ismail Museum Sri Baduga



Page 22



menanggapi). Kawasan pecandian Batu Jaya yang melakat agama Hindu-Budha di Jawa Barat yaitu terutama pada masa Tarumanagara. Budaya petanian di Jawa Barat abad ke 18 pengaruh Hindu-Mataram tidak begitu berpengaruh karena masyarakat Jawa Barat telah mengenal sistem petanian yang baik dan system pembagunan yang baik yaitu dengan mengenalnya aram sekam sebagai salah satu bahan untuk membuat bangunan bata. Pengaruh hindu itu telah masuk ke Jawa Barat yaitu dengan ditemukannya bangunan Masjid di Cirebon dengan arsitektur Hindu oleh Sunan Gunung Djati. Ini adalah rumah tradisoinal sunda sebelum ada pengaruh dari eropa bangnan-bangunan dari luar kita dan bangunan tradisional yang sesuai dengan iklim geografis setelah ada pengaruh india belanda abad 18 adanya perkebunan teh di bogor dan cianjur itu para educated itu berpakaian seperti di gambar dulu belanda yang menganangi semuanya (mega berbicara iya iya ) Model dari bangsawan cirebon ini untuk bangsawan style nya sudah style eropa campuran eropa bahwa ada salah satu selir cirebon itu gadis cina (dika menggumam) ukiran gunung punik (intan berbicara) menjelaskan tentang cendrawasih Mata pencaharian salah satu dari 7 unsur ada di air dan darat Hiburan tanaman padi itu dari Dewi Sri yang turun dari kayangan ke dunia supaya dia betah kita buat upacara yang disebut upacara gelembung padi dan kesenian rengkong (gilang berbicara pelan) Pengetahuan kita dulu ada barter tapi tidak efektif maka pada zaman hindu budha dibuatlah mata uang dan dijadikan alat tukar menukar harga yang di komunaluntuk menukarkan barang apalagi dari emas dan perunggu Timbangan itu barang yang berat dan ringan dan dikemas dan perkebunan pokoknya pola perdangangan kita penjualan berkeliling ada oncom kecap dan kelapa ada angklung yang besar dan di cara memainkannya itu di puku (widiana dan adit berbicara dan bertanya pada bapa).yang biasanya digunakan di carnafal Pola-pola yang sederhana masuknya islam adanya rebab, dombuyung, calung, renteng, dan kecapi. Dan setiap daerah memiliki alat kesenian yang berbeda



Museum Sri Baduga



Page 23



Pengrajin dari rerumputan yang tumbuh di pesisiran dan dulu ada untuk tikar yang terbuat dari pandan (intan dan ismail berbicara dan bertanya) pembuatan gerabah ini berlangsung pada zaman perundagian (widiana berbicara dan bertanya) keramik berasal dari cina dan untuk souvenir Wayang dalam bahasa jawa setelah bupati bandung dulu membuat wayang golek cerita sunda yang dipertunjukan dua hari dua malam ceritanya sekarang sudah bergeser menjadi kritisi pada pemerintah berbeda dengan dulu. Siti fatimah pada zaman india belanda dia teguh terhadap dari segi kesenian masih idealis dia berjuang dari segi sinden dan dia masuk penjara karena sindennya ada unsur perjuangan (intan,widianan,ismail,gilang berbicara). Gamelan ajeng yaitu gamelan khas sunda lebih besar dan lebih panjang dibanding gamelan jawa dan lebih simpel (dika mega berbicara).Corak karakter sunda yang berasal dari cirebon Batik megamendung yang biasa dibuat dan biasanya tanaman merambat dan berbunga berdaun besar dan didominasi warna warna cerah.Kalo batik kegunungan lebih ke flora dan fauna Tenun dan bahan awalnya dari kapas.dulu ada tumbuhan kapas pas dipecah dari kulit luarnya diambil dijemur dipisah pisah lalu dipukul pukul biar lebih longgar lalu dililitkan untuk dibuat benang kalau ingin diberi warna setelah menjadi benang lalu digulirkan.sekarang ini tenunan sudah hampir punah.di Indramayu masih ada untuk baduy tetapi bahan dasarnya bukan lagi dari kapas tapi sudah berbentuk bahan jadi dari Jakarta. Perkebunan ada kerja rodi para ibu ibu diwajibkan empat hari dalam seminggu mulai pagi sampai jam satu siang dengan upah yang tidak sesuai. ( Widiana bertanya tentang lokasi kuburan Boscha). Lokasinya di Pangalengan dan Subang ada. Dibawah kepala dinas pariwisata provinsi lalu di struktur organisasinya ada balai pengelolaan di tingkat provinsi,salah satunya yaitu museum Sri Baduga.di museum Sri Baduga ada Kasubbag TU ada tasrik perlindungan dan pemanfaatan.perlindungan ini mengenai koleksi pemanfaatan mengenai pengunjung kami ada jabatan fungsional dan narasumber merupakan salah satu anggotanya.untuk fungsional ini ada tingkatannya ada pelaksana teknis , ada ahli kalo teknis berupa perawatan kalau ahli ada kajian-kajian ada gelar nya juga pemerintah kita banyak yang Museum Sri Baduga



Page 24



tidak suka terhadap musium tidak berorientasi kepada musium karena tidak terlihat ya dan emutuskan generasi tua dan generasi muda. Fasilitas : ada ruang publik dan ruang non publik Ruang publik : pameran, lobi, audutorium, ruang seminar,toilet perpustakaan ,dan taman Ruang non publik : historiz, ruang studi koleksi , labolatorium, dan ruang kajian



Museum Sri Baduga



Page 25