Tugas Pendahuluan Modul 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PENDAHULUAN MODUL 4 SEDIAAN TETES MATA



1. Apa yang kalian ketahui tentang sediaan tetes mata? Sediaan tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan sediaan pada selaput lendir mata, disekitar kelopak mata, dan bola mata (Depkes, 1979). Obat tetes mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal untuk merealisasikan efek farmakologis yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat di sekitar mata (Voight, 1995). 2. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat dari sediaan tetes mata! Syarat sediaan tetes mata adalah jernih, steril, isotonik, isohidris, dan stabilitas. Pemberian etiket pada sediaan tetes mata harus tertera tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka (Puspitasari, 2009). a. Jernih Sediaan tetes mata harus jernih, bebas dari partikel asing dan melayang. Cara yang paling sederhana untuk menjamin kejernihan sediaan adalah dengan melakukan penyaringan. Penggunaan polysorbat 20 dan polysorbat 80 dengan konsentrasi maksimal 1% bisa juga digunakan untuk menjernihkan sediaan tetes mata. b. Steril Sediaan tetes mata harus steril. Beberapa cara sterilisasi seperti: Sterilisasi sediaan obat mata dapat dilakukan dengan filtrasi menggunakan membran filter steril secara aseptik, penyaringan menggunakan penyaringan bakteri, dan pemanasan kering (jika tidak mempengaruhi stabilitas sediaan). Sedangkan untuk wadah sediaan dapat disterilisasi menggunakan autoclave. Selain itu, untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri pada sediaan obat tetes mata dapat ditambahkan pengawet yang sesuai.



c. Isotonis Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan natrium klorida P 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan natrium klorida P 0,6% dan tertinggi setara dengan larutan natrium klorida P 2,0% tanpa gangguan nyata. d. Isohidris Secara ideal larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan pH air (pH = Β± 7,4) (isohidris). Namun, kebayakan obat tetes mata merupakan garam alkaloid yang bersifat asam lemah sehingga untuk menjaga pH sediaan dilakukan penambahan dapar. Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. (Voight, 1995) 3. Sebutkan dan jelaskan metode yang dapat digunakan untuk menghitung tonisitas! 1) Metode Liso Metode ini dipakai jika data E dan βˆ†Tf tidak diketahui. ● Hubungan antara Ekuivalen NaCl (E) dengan Liso E = 17 x



πΏπ‘–π‘ π‘œ 𝑀



Keterangan E



: Ekuivalensi NaCl



Liso



: Nilai tetapan Liso zat



M



: Massa molekul zat



● Hubungan antara βˆ†Tf dengan Liso βˆ†Tf =



πΏπ‘–π‘ π‘œ . π‘š . 1000 𝑀.𝑉



Keterangan βˆ†Tf



: Penurunan titik beku



Liso



: Nilai tetapan Liso zat



m



: Bobot zat terlarut (g)



M



: Massa molekul zat



V



: Volume larutan (mL)



2) Metode Ekuivalen NaCl Suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama atau ekivalensi natrium klorida memberikan jumlah natrium klorida (g) yang menghasilkan tekanan osmotik sama seperti 1 g bahan obat dengan syarat bahwa baik natrium klorida maupun bahan obat berada dalam larutan bervolume sama.



Keterangan : m



: Massa bahan obat (g)



E



: Ekuivalensi NaCl



3) Metode Penurunan Titik Beku Suatu sediaan dikatakan isotonis jika mengakibatkan penurunan titik beku (βˆ†Tf) sebanyak 0,520 dari titik beku pelarut murni yang digunakan. βˆ†Tf 0,520 ini adalah penurunan titik beku yang diakibatkan oleh 0,9% NaCl atau 5,5% Dekstrosa dalam air. Pada metode ini diperoleh hubungan antara metode penurunan titik beku, yaitu data E dan βˆ†Tf. Ada 2 cara dalam menghitung tonisitas dengan metode ini, yaitu: ● Cara 1 W=



0,52 βˆ’ π‘Ž 𝑏



Keterangan : W



: Jumlah (g) bahan pengisotonis dalam 100 ml larutan



a



.: Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1%



b



: Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis. Jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0.



● Cara 2 Tb =



𝐾 . π‘š . 𝑛 . 1000 𝑀.𝐿



Keterangan : Tb



: Turunnya titik beku larutan terhadap pelarut murninya



K



.: Turunnya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukkan turunnya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan



m



: Zat yang ditimbang (g)



n



: Jumlah ion



M



: Berat molekul zat terlarut



L



: Massa pelarut (g) (Ayuhastuti, 2016)



4. Berdasarkan data dibawah, berapa NaCl yang perlu ditambahkan agar sediaan dapat isotonis?



W=



0,52 βˆ’ βˆ†π‘‡π‘.𝐢 0,576



W=



0,52 βˆ’ [(0,16 π‘₯ 0,05) + (0,09 π‘₯ 0,01) 0,576



W=



0,52 βˆ’ [(0,008) + (0,0009)] 0,576



W=



0,52 βˆ’ 0,0089 0,576



W=



0,5111 0,576



w = 0,887 gram / 100 ml ➝ 0,0887 gram / 10 ml NaCl yang dibutuhkan yaitu 0,887 gram dalam 100 ml, maka NaCl yang dibutuhkan pada sediaan diatas untuk 10 ml yaitu 0,0887 gram agar sediaan isotonis. 5. Sebutkan dan jelaskan evaluasi yang dibutuhkan untuk sediaan tetes mata! 1) Evaluasi Fisika ● Uji Organoleptik Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna secara makroskopis. Sediaan memenuhi syarat bila warna dan bau sesuai dengan spesifikasi sediaan. ● Penetapan pH pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar, kemudian pH meter dimasukkan ke wadah yang berisi sampel uji lalu ditunggu sampai angka konstan. Sediaan tetes mata dinyatakan stabil apabila memiliki pH pada rentang pH stabilitas yaitu pH Β±7,4 dan tidak terdapat adanya perubahan pH yang signifikan. ● Uji Viskositas Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai hasil terapi yang besar. Biasanya yang digunakan untuk menaikkan viskositas adalah CMC dengan kadar 0,25-1%. Viskositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab jika tidak, maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. ● Uji Kejernihan / Pemeriksaan Visualisasi Pemeriksaan visualisasi merupakan uji kejernihan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati endapan atau kekeruhan pada sediaan tetes mata selama waktu penyimpanan (28 hari).



● Penentuan Bahan Partikulat Penentuan bahan partikulat untuk memastikan larutan yang di konstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parental, bebas dari partikel yang dapat diamati secara visual. ● Uji Kebocoran -



Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru.



-



Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas akan basah. (c) wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.



-



Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b).



2) Evaluasi Kimia: ● Penetapan kadar Penentuan kadar dilakukan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung telah memenuhi persyaratan. Selain itu, penentuan kadar juga dilakukan untuk mengetahui apabila terjadi penurunan kadar akibat reaksi tertentu seperti reaksi hidrolisis atau reaksi lainnya. ● Identifikasi



Uji



identifikasi



dilakukan



sesuai



dengan



monografi



sediaan



masing-masing. 3) Evaluasi Biologis ● Uji Sterilitas Sediaan tetes mata harus bersifat steril, sehingga perlu dilakukan uji sterilitas dengan menggunakan media uji untuk mengetahui adanya pertumbuhan mikroorganisme. Media uji yang telah dibuat harus dievaluasi sebelum digunakan dalam uji sterilitas. Pengujian media tersebut meliputi uji sterilitas media, uji fertilitas media, dan uji efektivitas media. ● Uji Pirogen Kelinci ditempatkan dalam kandang dengan suhu antara 20-23Β°C. Larutan parenteral yang diuji disuntikkan dengan dosis 10 ml per kg bobot badan kelinci, melalui vena tepi telinga dan penyuntikan dilakukan selama waktu 10 menit. Suhu direkam secara berturut-turut antara jam pertama sampai jam ketiga setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada satupun kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5Β°C atau lebih. Bila ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5Β°C atau lebih, uji dilanjutkan menggunakan lima ekor kelinci lain. Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila tidak lebih dari 3 dari 8 ekor masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5Β°C atau lebih dan jumlah kenaikan suhu max 8 kelinci tidak melebihi 3,3Β°C. ● Uji Endotoksin Bakteri Uji endotoksin bakteri adalah uji untuk mendeteksi atau mengkuantisasi endotoksin bakteri yang mungkin terdapat dalam sampel yang diuji. Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yang diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam kepiting ladam kuda (Limulus polyphemus atau Tachypleus tridentatus) dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL. (Abdassah et al., 2015 ; Kemenkes, 2020)



DAFTAR PUSTAKA Abdassah, M., Noviardani, T., Levita, J., dan Suherman, S. E. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology. Vol. 2(1): 33-44. Ayuhastuti, A. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Tersedia



secara



online



di



http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-Tekn ologi-Sediaan-Steril-Komprehensif.pdf [Diakses pada 24 Oktober 2022]. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Ed. VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Puspitasari, F. 2009. Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Tetes Mata Pada Sediaan Generik dan Paten secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto Fakultas Farmasi. Voight, R. 1995. Buku Pengantar Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.