Tugas Sintaksis 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS 1 SINTAKSIS “PENGENALAN TENTANG SINTAKSIS” Dosen: Dr. Novia Juita, M.Hum.



Tanggal Penyerahan Rabu, 28 Agustus 2019



Nama



: Nadya Afra Novita



NIM



: 18017080



Kelas



: Sastra Indonesia B



Universitas Negeri Padang 2019



A. Identitas Buku Judul: Linguistik Umum Pengarang: Abdul Chaer Tahun Terbit: 2007 Cetakan: 3 Kota dan lembaga penerbit: Jakarta dan Rineka Cipta Tebal buku: 386 halaman Garis besar buku: Buku ini membahas mengenai pendahuluan, linguistik sebagai ilmu,, objek linguistik: bahasa, tataran linguistik (1): fonologi, tataran linguistik (2) : morfologi, tataran linguistik (3): sintaksis, tataran linguistik (4): semantik, dan sejarah beserta aliran linguistik.



B. Isi Buku 1. Hakikat dan Pengertian Sintaksis 



Menurut Sitindoan (1984:102), sintaksis adalah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan hubungan-hubungan yang terjadi.







Menurut Ramlan (2001:18), sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.







Menurut Verhaar (1981:70), sintaksis adalah menyelidiki semua hubungan antar kelompok kata atau antar frasa dalam suatu sintaksis itu. Sintaksis mempelajari hubungan gramatika di luar batas kata, tapi di dalam satuan yang disebut kalimat.







Menurut Abdul Chaer (2007:206), sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.



Jadi sintaksis ini merupakan cabang linguistik yang membahas bagian internal dan bisa saja eksternal kalimat karena ia membahas frasa, klausa dan kalimat itu sendiri beserta hubungan antar unsur tersebut.



2. Alat dan Satuan Sintaksis



a. Alat Sintaksis 1) Urutan kata adalah letak atau posisi kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu kontruksi sintaksis. Perbedaan urutan kata ini dapat menimbukan perbedaan mana. Contohnya saja konstruksi urutan kata tiga jam memiliki makna yang tidak sama dengan kontruksi urutan kata jam tiga.



2) Bentuk kata, alat ini dalam Bahasa Indonesia memiliki peranan yang amat penting. Contohnya saja pada sapu yang dipakai dalam beberapa kalimat berikut: - ibu menyapu lantai, - ibu disapu lantai.



3) Intonasi, perbedaan modus kalimat Bahasa Indonesia ditentukan oleh intonasi daripada komponen segmentalnya. Batas antara subjek dan predikat dalan Bahasa Indonesia ditandai dengan intonasi berupa nada naik dan tekanan. Contoh pada kalimat kucing makan tikus mati.



-



Kucing/ makan tikus mati



-



Kucing makan tikus/ mati



-



Kucing/ makan// tikus/ mati



Ket: / = batas subjek prediket // = batas klausa



Dalam hal ini terlihat bahwa kalimat tersebut apabila diberikan tekanan sebagai batas subjek dan predikat pada tempat yang berbeda, maka kalimat tersebut memiliki makna gramatikal yang berbeda,



4) Konektor, biasanya berupa morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang tertutup. Konektor berfungsi untuk menghubungkan satu konstituen dengan konstituen lain baik yang berada dalam maupun diluar kalimat. Ada 2 jenis konektor diantaranya yaitu: 



Konektor Koordinatif, yaitu konektor yang menghubungkan dua konstituen yang sama kedudukannya atau sederajat. Contohnya: dan, atau, tetapi.







Konektor Subordinatif, yaitu konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederejat. Contohnya: kalau, meskipun dan karena.



b. Satuan Sintaksis 1) Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis. Kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis dan penyatuan satuan atau bagian dari satuan sintaksis. Kata bisa dibedakan menjadi: 



Kata Tugas (functionword), yaitu kata yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan didalam penuturannya tidak bisa berdiri sendiri. Contohnya: dan, meskipun







Kata Penuh (fullwond), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna, memiliki kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan bisa berdiri sendiri sebagai satuan tuturan.



2) Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Contohnya: tanah tinggi, belum makan, kamar tidur dan lain sebagainya. Frase bisa dibedakan menjadi: -



Frase Endosentrik, yaitu frase yang salah satu unsur/komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya



salah



satu



komponennya



bisa



menggantikan



kedudukan



secara



keseluruhan. -



Frase Eksosentrik, yaitu frase yang komponennya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase ini terbagi dua yaitu: a. Frase eksosentrik yang direjtif/ frase preposional yaitu frase yang komponen pertamanya berupa preposisi dan komponen keduanya berupa preposisi atau kelompok kata (biasanya nomina) b. Frase eksosentrik yang nondirektif, yaitu frase yang komponen pertamanya berupa artikulus (si, sang, yang, para, kaum) daan komponen keduanya berupa kelompok kata berkategori nomina, ajektiva atau verba.



-



Frase Apesitif, yaitu frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya sehingga urutan komponennya bisa dipertukarkan.



-



Frase Koordinatif, yaitu frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial bisa dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik tunggal maupun terbagi.



3)



Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruktif predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib yaitu, subjek dan predikat.Selain itu, klausa juga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa dapat dibedakan atas  Klausa Bebas, yaitu klausa yang memiliki unsur-unsur lengkap minimal subjek dan predikat, karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor. Contohnya: Ibuku masih cantik.  Klausa Terikat, yaitu klausa yang memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja/objek saja/keterangan



saja. Contoh : Konstruksi “tadi pagi” yang bisa menjadi kalimat jawaban untuk kalimat tanya “Kapan kakek membaca koran?” 4)Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlikan, serta disertai dengan intonasi final. Kalimat dapat dibedakan atas  Kalimat inti disebut juga kalimat dasar, yaitu kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral dan afirmatif  Kalimat tunggal yaitu kalimat yang klausanya hanya satu, kalimat majemuk yaitu kalimat yang memiliki klausa lebih dari satu.



3. Objek dan Ruang Lingkup Kajian Sintaksis Objek kajian sintaksis merupakan struktur internal kalimat.Dalam sintaksis dikaji struktur frase, klausa, dan kalimat.Frase merupakan objek kajian sintaksis yang terkecil dan kalimat merupakan objek kajian sintaksis yang terbesar.Berkaitan dengan frase dikaji struktur frase, unsur pembentuk frase. Relasi antara unsur frase, proses pembentukan frase dan jenis frase.Berkaitan dengan klausa mengkaji struktur klausa, unsur pembentuk klausa, relasi antar klausa, proses pembentukan klausa dan jenis klausa. Berkaitan dengan kalimat mengkaji strukur kalimat, unsur pembentuk kalimat, relasi antar unsur kalimat dan jenis kalimat.



4. Hubungan Sintaksis dengan Subbidang Kajian yang Lain 1) Sintaksis dan Fonologi Di awal tentu kita sudah paham tentang apa itu fonologi bukan? Jika belum, jangan khawatir, anda masih bisa membacanya lagi dalam artikel master linguistik berjudul Pengertian fonologi. Secara sederhana, fonologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengaji tentang bunyi bahasa ujaran manusia.Dalam fonologi, kita mengenal istilah unsur segmental dan suprasegmental.unsur segmental adalah unsur yang ada di dalam kata-kata yang diucapkan di antaranya konsonan, vokal, diftong, kluster. Sedangkan unsur suprasegmental adalah unsur



yang menyertai pengucapan kata-kata yaitu lafal, jeda atau kesenyapan, intonasi, dan ritme. Unsur suprasegmental yaitu jeda, mengisyaratkan batas bagian tuturan satu dengan bagian tuturan yang lain. jeda yang menandai batas kalimat ialah jeda panjang yang dilambangkan dengan palang ganda (#), diletakkan di awal dan di akhir kalimat. Jeda yang menandai batas klausa ialah jeda sedang yang dilambangkan dengan garis miring rangkap (//). Jeda yang menandai batas frasa ialah jeda pendek yang dilambangkan dengan garis tunggal (/). (Surono, 2014: 34) Dari paragraf di atas jelas sekali terlihat hubungan antara sintaksis dan fonologi, yiatu jeda yang merupakan unsur suprasegmental ternyata menjadi batas atau segmentasi frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.Segmentasi ini merupakan tahap awal yang harus dilalui sebelum analisis lanjutan. Penempatan jeda yang benar akan membantu penentuan bagian-bagian kalimat. 2) Sintaksis dan morfologi Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang seluk beluk kata, sedangkan sintaksis membahas tentang frasa, klausa, dan kalimat.Keduanya saling berhubungan karena sebelum kita mempelajari sintaksis, ada baiknya untuk memahami morfologi terlebih dahulu.Secara lebih jelas, istilah untuk menyebut gabungan antara morfologi dan sintaksis di sebut grammar.Morfologi membahas tentang bentuk dan struktur kata yang sekaligus merupakan unsur terkecil dalam sintaksis.Kita tahu bahwa unsur terkecil dalam pembentukan frasa, klausa, dan kalimat, adalah kata. Agar lebih jelas lagi misalnya deretan morfologis buku, membukukan, pembukuan merupakan tiga bentuk kata yang berbeda dari satu leksem yang sama yaitu buku. Perbedaan itu mengakibatkan perbedaan konstruksi sintaksis yang mungkin dihasilkan yaitu buku tulus, membukukan tulis, pembukuan tulis.Frasa kedua dan ketiga tidak gramatikal, sedangkan frasa pertama gramatikal. Sehingga



dapat disimpulkan bahwa bentuk kata sebagai objek kajian morfologi bisa berpengaruh terhadap konstruksi sintaksis yang dihasilkan(Surono, 2014: 5) 3) Sintaksis dan Semantik Sintaksis dalam pemilahan kalimat memerlukan bantuan semantik, misalnya untuk menentukan apakah sebuah kaimat itu merupakan kalimat berita atau deklaratif, kalimat perintah atau imperatif, dan kalimat tanya atau interogatif. Penentuan tersebut berdasarkan isi kalimat atau maknanya, yang kita tahu merupakan ranah dari semantik.Kemudian, untuk menganalisis peran konstituen kalimat, sintaksis membutuhkan bantuan dari semantik. Fungsi-fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek, secara kategorial diisi oleh nomina, verba, adjektiva, adverbia, dsb, dan secara semantik diisi oleh peran agentif, aktif, objektid, benefaktif(Surono, 2014: 5) 4) Sintaksis dan wacana Kita



mengenal



istilah



struktur



makro



dan



mikro



dalam



analisis



wacana.Struktur mikro ini mencakup berbagai bidang salah satunya sintaksis.Hal yang diamati sintaksis di sini adalah bagaimana pendapat disampaikan, dan elemennya adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti.Pengamatan ini ditentukan oleh penguasaan pola-pola klausa dan kalimat, proses penyusunan kalimat khususnya kalimat luas atau majemuk.Di samping itu, pengetahuan tentang kepaduan kalimat, pengektifan kalimat merupakan hal yang penting dalam analisis wacana. Dengan demikian, sintaksis merupakan salah satu bidang yang dapat dijadikan landasan dalam analisi wacana.(Surono, 2014: 6) 5. Perkembangan Kajian Sintaksis Menurut eurekapendidikan.com, sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang cukup tua. Sintaksis telah sejak lama digunakan untuk menyelediki bahasa-bahasa dibenua asia dan benua-benua lainnya. Ilmu bahasa ini digunakan untuk menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat.Berdasarkan hal ini, sintaksis sering disebut dengan istilah tata kalimat.



Hasil penyelidikan sintaksis bahasa-bahasa di Eropa mempengaruhi pola pikiran para ahli bahasa yang menyelidiki bahasa-bahasa di Asia termasuk juga di Indonesia. Sebelum abad ke-20 beberapa orang telah menulis mengenai tata bahasa Indonesia yakni Werndly (1736) dan masrden (1812). Buku-buku hasil karya mereka disusun menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa inggris dan bahasa belanda karena pada tahun-tahun ini indonesia masih dalam pendudukan penjajah. Kedua penulis tersebut meninjau bahasa Indonesia ketika masih bernama bahasa Melayu yang merupakan embrio dan unsur penting dalam pembentukan bahasa Indonesia yang seperti sekarang ini. Oleh ahli bahasa tersebut, bahasa Melayu dipandang dengan menggunakan kacamata bahasa Barat sehingga konsep-konsep yang ada dalam bahasa Barat tersebut diterapkan begitu saja dalam uraiannya tentang bahasa Melayu. Dalam beberapa buku yang telah ditulis oleh kedua ahli bahasa tersebut, uraian tentang sintaksis bahasa Melayu sangat sedikit, akan tetapi lebih banyak menguraikan tentang masalah pembentukan kata.



Kridalaksana (1991) menunjukkan bahwa konsep-konsep yang terdapat dalam buku bahasa yang ditulis oleh Werndly diwarisi secara langsung oleh Hollander dan diteruskan oleh Sosrosoegondo, Alisjahbana, dan Keraf dalam buku-buku tata bahasa yang ditulisnya. Sepanjang proses pewarisannya tersebut, tentu saja konsep-konsep yang ada semakin bertambah luas seiring dengan perubahan kata dan pengejaan kata serta berkembangnya ilmu bahasa.



Pada awal pembicaraan sintaksis hanya merupakan bagian kecil dalam buku tata bahasa Indonesia. Seorang ahli tata bahasa yang dipandang sebagai penulis yang cukup terkenal yaitu, Zain pernah menulis buku tata bahasa Indonesia pada tahun 1942 yang diberi nama Djalan Bahasa Indonesia. Dalam buku tersebut, Zein menguraikan masalah frasa atributif, frasa posesif, pemakaian kata "yang" dan kata "ada", serta persoalan kalimat pasif. Namun, pembicaraan yang lebih banyak dalam adalah uraian tentang jenis kata dan pembentukan kata.Pembicaraan morfologi yang lebih banyak dilakukan dari pada sintaksis dilakukan oleh tata bahasa yang berasal



dari Belanda bernama C.A Mees yang menulis buku berjudul Tatabahasa Indonesia pada tahun 1951.



Pada masa berikutnya, pembahasan mengenai sintaksis mendapatkan tempat yang lebih luas, bahkan pembicaraan sintaksis menjadi satu jilid buku tersendiri. Misalnya Alisjahbana menyusun buku mengenai tata bahasa Indonesia yang berjudul Tatabahasa Baru Indonesia. Buku ini sejak tahun 1949 sampai akhir tahun 1970-an mejadi buku yang terkenal dan dipakai secara luas dalam pengajaran bahasa Indonesia. Dalam buku ini berisi mengenai ilmu tata kalimat bahasa Indonesia.Sedangkan pada buku jilid 2 berisi tentang pembentukan kata bahasa Indonesia (Morfologi).Kaitannya dengan buku jilid 1 terdapat sebuah konsep yang cukup terkenal yaitu hukum D-M. Hukum ini menunjukkan perumusan tentang susunan kata dalam bahasa Indonesia, yakni baik dalam kelompok kata, kata majemuk, maupun kalimat, segala sesuatu yang menerangkan (M) selalu terletak dibelakang yang diterangkan (D) Sebagai contoh:



Sinta, Siswa SMA, Membeli buku tulis D



(M1



M2)



D



(D



M) (D



D



(D



M)



(D



M3) (D



M4))



Penulisan buku tata bahasa mulai mendapat perhatian pemerintah yang pada waktu itu disebut Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.Buku karangan Madong Lubis dengan judul Paramasastra Lanjut (1954) pernah dipesan oleh pemerintah untuk dipakai di sekolah-sekolah lanjutan.Pemerintah juga pernah menugasi seorang bernama S.Zainudin yang pada waktu itu bergelar Pangeran Batuah untuk menyusun buku mengenai tata bahasa yang berjudul Dasar Tatabahasa Indonesia (1950).Buku yang khusus berisi mengenai uraian sintaksis ditulis oleh A.A. Fokker dengan judul Pengantar Sintaksis Indonesia.



Selanjutnya, pada tahun 1985 Samsuri menerbitkan buku yang berjudul Tata Kalimat Bahasa Indonesia.Dalam bukunya, Samsuri menjelaskan bahwa sebuah uraikan kalimat boleh terdiri atas struktur makna atau semantik yang dihubungkan dengan struktur ujaran. C. Komentar Menurut saya, materi yang dapatkan dari buku Linguistik Umum yang ditulis oleh Abdul Chaerini sudah menjelaskan secara baik bagaimana hakikat dan pengertian sintaksis beserta alat dan juga satuannya. Namun kekurangan buku ini adalah tidak adanya mencantumkan sebagaimana objek kajian sintaksis dan juga bagaimana perkembangan serta hubungan sintaksis tersebut dengan subbidang kajian ilmu lain sehingga saya mencari di beberapa blog digoogle dan juga buku Sutisno yang berjudul Analisis Frasa-Kalimat Bahasa Indonesia. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. D. Penutup Dari laporan bacaan yang saya buat berdasarkan buku Linguistik Umum ini saya dapat menyimpulkan bahwasa nya materi dari kalimat per kalimat dalam buku ini disajikan dengan baik dan kalimat yang mudah dipahami.Walau ada beberapa kalimat yang kita memerlukan sikap kritis dalam menjabarkan kembali supaya kita lebih paham. Selain bahasanya mudah dimengerti, contoh dan gambar-gambar pendukung materi per bab menjadikan pembaca lebih nyaman dan tidak membosankan disaat membaca buku ini.



DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka cipta Surono.2014. Analisis Frasa-Kalimat Bahasa Indonesia. Semarang: Gigih Pustaka Pribadi. https://masterlinguistik.blogspot.com/2017/01/hubungan-sintaksis-dan-subsistem-lain.html https://masterlinguistik.blogspot.com/2017/01/hubungan-sintaksis-dan-subsistem-lain.html https://www.eurekapendidikan.com/2015/04/sejarah-singkat-sintaksis.html