Unsur-Unsur Jasmani Dan Rohani Kel 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STUDY ISLAM III UNSUR-UNSUR JASMANI DAN ROHANI



OLEH : Kelompok 3 Deby dwi vayana



1710142010045



Liza Anggraini



1710142010013



Nadia Hanifa



1710142010020



Noveldo Eko Putra



1710142010023



Ovilia Zulita



1710142010025



Tio Vyna oktavia dewi



1710142010041



Welly Utama



1710142010042



Dosen Pembimbing : Hengky Januardi



STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI TA 2019/2020



KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan



taufiq



dan



hidayahNya



kepada



kita sehingga



kita



mampu  membedakan jalan  yang benar dan yang salah. Sholawat dan salam tetap kita curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebab dengan kehadiran beliau di dunia ini kita dapat mentauladaninya yang agung.             Makalah  yang berjudul “Unsur-Unsur Jasmani dan Rohani” ini dibuat selain untuk memenuhi tugas Ilmu  Akhlak  tetapi juga agar  mahasiswa mengetahui macam-macam unsur yang terdapat di dalam diri manusia.             Sesungguhnya dalam  penulisan  Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Amin.



Bukittinggi, 8 Maret 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................... DAFTAR ISI......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 1 1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................... 1 1.4. Manfaat Penulisan....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Jasmani dan Rohani................................................................... 3 2.2. Unsur-Unsur Jasmani dan Rohani............................................................... 9 2.3. Konsep Roh dalam Islam.............................................................................15 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan..................................................................................................24 3.2. Saran............................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah hanya dengan satu  tujuan yaitu untuk menyembah kepada-Nya. Manusia itu terdiri dari 2 unsur yaitu unsur jasmani dan unsur rohani (roh, akal, hati, dan nafsu). Menyadari asal kejadian manusia, seharusnya manusia sadar bahwa dirinya adalah makhluk lemah yang tidak sepatutnya bersikap angkuh dan sombong. Allah memberikan kita waktu untuk hidup di dunia ini tidaklah lama, hal ini dimaksudkan agar manusia itu sadar untuk mengisi hidupnya dengan hal-hal yang baik. Oleh karena itu jadilah orang yang “malamnya bercermin kitab suci, siangnya bertongkat besi” yang artinya dimalam hari menjadi hamba Allah yang khusuk dalam beribadah dan siang harinya menjadi pekerja keras. 1.2. Rumusan Masalah 1. Pengertian Jasmani dan Rohani 2. Unsur- Unsur Jasmani dan Rohani 3. Konsep Roh dalam Islam 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum Penulis mampu menjelaskan unsur – unsur jasmani dan rohani 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Penulis mampu menjelaskan pengertian jasmani dan rohani 2. Penulis mampu menjelaskan unsur-unsur jasmani dan rohani 3. Penulis mampu menjelaskan konsep ruh dalam islam



1



1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Bagi Penulis Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun makalah serta menambah pengetahuan penulis mengenai unsur-unsur jasmani dan rohani 1.4.2. Bagi Pembaca Dapat menambah wawasan pembaca/mahasiswa mengenai unsur-unsur jasmani dan rohani



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Jasmani dan Rohani 2.1.1. Pengertian Jasmani Jasad (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk biotik lahiriah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air. Keempat unsur diatas merupakan materi yang abiotik(mati).ia akan hiduo jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik(tqabah al-jismiat). Energi kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup. Ibnu maskawaih dan abu alhasan al-asy'ary menyebut energi tersebut dengan albayat(daya hidup) sedangkan al Ghazaliy menyebutnya dengan al ruh jasmaniat (ruh material). Dengan daya ini jasad manusia dapat bernafas, merasakan sakit, panas dingin, pahit manis, haus lapar, seks dan sebagainya. Al bayat berbeda dengan ar ruh, sebab ia ada sejak adanya sel kelamin, sedangkan arruh menyatu dalam tubuh manusia setelah embrio berusia 4 bulan dalam kandungan. Ruh bersifat substansi (jaubar) yang hanya dimiliki manusia, sedangkan nyawa merupakan sesuatu yang baru('aradb) yang juga dimiliki oleh hewan. Jisim manusia memiliki natur tersendiri. Alfarabi menyatakan bahwa komponen ini dari alam ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergeraj dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ. Begitu juga al ghazali memberikan sifat komponen ini dnegan daoat bergerak,memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan tidak berbeda dengan benda-benda yang lain. Sementara Ibnu Rusyid berpendapat bahwa komponen jasad merupakan komponen materi. Sedangkan menurut ibnu maskawaih bahwa badan sifanya material. Ia hanya dapat menangkap satu bentuk yang kongkrit, dan tidak dapat menangkap yang abstrak. Jika ia telah menangkap satu bentuk kemudian perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain makan bentuk pertama itu lenyap.



3



Ciri-ciri jasmani yaitu: 



Bersifat materi yang tercipta karena adanya proses (tahap)







Adanya bentuk berupa kadar dan bisa disifati







Ekstetensinnya menjadi wadah roh







Terikat oleh ruang dan waktu







Hanya mampu menangkap yang kongkret bukan yang abstrak







Substansinya temporer dan hancur setelah mati



2.1.2. Pengertian Rohani Ruh



merupakan



substansi



psikis



manusia



yang



menjadi



esensi



kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism lathif), ada yang substansi sederhana (jauhar basith), dan ada yang substansi ruhani (jauhar ruhani).



Ruh yang menjadi pembeda antara esensi manusia dengan esensi



makhluk lain. Ruh berbeda dengan spirit dalam terminilogi psikologi, sebab term ruh memiliki arti jauhar (substance), sedang spirit lebih bersifat aradh (accident). Istilah yang sering disebut dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan unsur manusia yang bersifat rohani adalah ruh dan nafs. Tentang ruh dijelaskan dalam surah al-Hijr/15: 28-29 Allah berfirman:



Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup- kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. al-Hijr: 28-29)



4



Sebagaimana yang digambarkan dalam ayat di atas, ruh adalah unsur terakhir yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat diambil pemahaman bahwa ruh adalah unsur yang sangat penting karena merupakan unsur terakhir yang menyempurnakan proses penciptaan manusia. Ruh juga dikatakan sebagai bagian unsur yang mulia, hal ini tersirat dari perintah Allah kepada para malaikat (termasuk pula iblis) untuk sujud kepada manusia sebagai tanda penghormatan setelah dimasukkannya unsur ruh. Apakah ruh itu? Pertanyaan ini pernah diajukan kepada Rasulullah saw sebagaimana yang tergambar dalam surah al-Isra’/17: 85 sebagai berikut:



Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.(QS. Al-Isra’: 85). Ayat di atas menyiratkan bahwa pengetahuan manusia tentang ruh sangat terbatas sehingga tidak mungkin dapat mengetahui hakikat ruh secara detail. Sekalipun ayat di atas menyatakan bahwa pengetahuan manusia tidak akan mencapai pemahaman yang rinci tentang hakikat ruh, tetapi tidak satupun terdapat ayat Al-Qur’an yang menghalangi atau melarang para ulama atau cendikiawan muslim untuk berusaha memahami hakikatnya.15 Pintu untuk menyelidiki tentang hakikat ruh masih terbuka dengan selebar-lebarnya. Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut Ibnu Sina, ruh adalah kesemournaan awal jisim alami manusia yang tinggi memiliki kehidupan dengan daya. Sedangkan bagi alfarabi, ruh berasal dari alam oerintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad. Hal itu dikarenakan dari allah, kendatipun dia tidak sama dengan dzatnya. Sdangkan menurut al ghazali, ruh merupakan lathifa (sesuatu yang halus yang bersifat ruhani). Ia dapat berpikir, mengingat, mengetahui dsb. Sedangkan ibnu Rusyid memandang ruh sebagai citra



5



kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik. Kesempurnaan awal ini karena ruh dapat dibedakan dengan kesempurnaan yang lain yang merupakan pelengkap dirinya, seperti yang terdapat oada berbagai perbuatan. Sedangkan diaebut organik karena ruh menunjukkan jasad yang terdiri dari organ-organ. Fitrah ruh multidimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Ruh daoat keluar masuk kedalan tubuh manusia. Ruh hidup sebelum tubuh manusia yang ada (QS. Al A'raf:172,Al-Ahzab:72). Kematian tubuh bukan berarti kematian ruh. Ruh masuk pada tubuh manusia ketika tubuh tersebut siap menerimanya. Menurut hadist nabi, bahwa kesiapan itu ketika manusia empat bulan dalam kandungan. Pada saat inilah ruh berubah nama menjadi al nafs (gabungan antara ruh dan jasad). Ruh ini diciptakan di alam ruh (‘alam al-arwah) atau di alam perjanjian (‘alam al-mitsaq aw ‘alam al’ahd). Karena itu, ruh munazzalah ada sebelumtubuh manusia ada, sehingga sifatnya sangat gaib yang adanya hanya diketahui melalui informasi wahyu. Ruh al-munazzalah melekat pada diri manusia. Ruh ini dapat dikatakan sebagai fitrah asal yang menjadi esensi (hakikat) struktur manusia. Fungsinya berguna untuk memberikan motivasi dan menjadikan dinamisasi tingkah lakunya. Ruh ini membimbing kehidupan spiritual nafsani manusia. Kehidupan nafsani manusia yang dimotivasiole ruh al-munazzalah akan menerima pancaran nur ilabi yang suci yang menerangi ruangan nafsani manusia. Meluruskan akal budi dan mengendalikan implus-implus rendah. Dalam Al-Qur’an untuk menamakan unsur rohani manusia ialah nafs. Ruh dan nafs adalah dua buah istilah yang pada hakikatnya sama. Ciri-ciri rohani yaitu : 



Adanya di alam arwah (immateri)







Tidak meiliki bentuk, kadar dan tidak bisa disifati







Ada energi rohaniah yang disebutal-amanah







Ekstitensi energi rohaniah tertuju pada ibadah







Tidak terikat oleh ruang dan waktu







Dapat menangkap beberapa bentuk konkret dan abstrak 6



Pembahasan tentang ruh dibagi menjadi dua bagian : 1. Ruh yang berhubungan dengan zatnya sendiri disebut dengan almunazzalah. Ruh al-munazzalah berkaitan dengan esensi asli ruh yang diturunkan atau diberikan secara langsung dari allah SWT kepada manusia. Ruh ini dapat dikatakan sebagai fitrah asal yang menjadi esensi (hakikat) struktur manusia. Fungsinya berguna untuk memberikan motivasi dan menjadikan dinamisasi tingkah lakunya. Ruh ini membimbing kehidupan spiritual nafsani manusia. Kehidupan nafsani manusia yang dimotivasiole ruh al-munazzalah akan menerima pancaran nur ilabi yang suci yang menerangi ruangan nafsani manusia. Meluruskan akal budi dan mengendalikan implusimplus rendah. Wujud ruh al-munazzalah adalah al-amanah. Faizur rahman menyatakan bahwa amanah merupakan inti kodrat manusia yang diberikan sejak awal penciptaan, tanpa amanah manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk-makhluk lain. Amanah adalah titipan atau kepercayaan allah yang dibebankan (taklif)kepada manusia untuk menjadi hamba dan khalifah di muka bumi. Tugas hamba adalah menyembah dan berbakti kepada penciptanya (QS. Alzakariyah:56), sebab dialam arwah manusia sudah berjanji bahwa allah adalah tuhannya (QS. Al-‘araf:`172). Sedang tugas khalifah adalah menjadi wakil allha imuka bumi (QS. Al- baqarah:30.shad:26), pengganti dan penerus person yang mendahuluinya (QS. Alan’am:165), pewaris-pewaris dibumi (QS. Al- naml:62). Ru almunazzalah perlu pengingat, petunjuk maupun pembimbing. Sedang pengingat yang dimaksud adalah Al-Quan (QS. Al-baqarah:2) dan sunnah (QS. Al-hasyr:7). Apabila aspek inhetn ruhani (algharizah)lupa akan dirinya, maka ruh ini memberi peringatan. 2. Ruh yang berhubungan dengan badan jasmani disebut dengan algharizah, atau disebut dengan nafsaniah. Ruh ini esensinya tidak berubah, sebab jika berubah berarti berubah pula eksistensi manusia. Ruh al-gharizah adalah bagian dari ruh manusia yang berhubungan dengan jasad.



7



2.1.3. Perbedaan Jasmani dan Rohani No 1



2



3



4



5 6 7



8



9 10



Substansi Ruh (Rohani) Substansi Jasad (Jasmani) Adanya dialam arwah (imateri) Adanya di alam dunia/jasadi (materi) atau alam perintah (amar) atau alam penciptaan (khalq) Tercipta secara langsung dari Tercipta secara bertahap allah



tanpa



melalui



graduasi Tidakmemiliki



atau



proses melaluiperantara



bentuk,



rupa, Memiliki bentuk, rupa, kadar, dan



kadar, dan tidak dapat disifati dapat disifati Naturnya halus dan suci Naturnya buruk dan kasar, bahkan (cenderung ber-islam atau ber- mengejar kenikmatan syahwati tauhid)



dan



mengejar



kenikmatan ruhaniah Memiliki energi ruhaniah yang Memiliki



energi



jasmaniah



yang



disebut dengan al-amanah disebut dengan al-hayah Eksistensinya memotivasi Eksistensinya menjadi wadah ruh kehidupan manusia Tidak terikat oleh ruang dan Terikat oleh ruang dan waktu waktu Dapat



menangkap



bentuk



yang



beberapa Hanya mampu menangkap satu bentuk



kongkrit



dan kongkrit dan tidak mampu menangkap



abstrak yang abstark Substansinya abadi tanpa ada Substansinya temporer dan hancur kematian setelah kematian Tidak dapat dibagi-bagi karena Dapat dibagi-bagi dengan beberapa



satu keutuhan komponen 2.2. Unsur-Unsur Jasmani dan Rohani 2.2.1. Unsur-Unsur Jasmani Organisme manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara, dan air. Unsurunsur pembentukan materialnya bersifat proporsional antara keempat unsur tersebut, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna dan terbaik penciptaannya. Sebagaimana pada penciptaan awalnya, fitrah jismiah adalah citra 8



penciptaan fisik manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Pada citra ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan, ataupun tumbuhan, sebab ssemuanya termasuk bagian dari alam. Setiap alam biotik lahiriah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara, dan air. Sedangkan manusia merupakan makhluk biotik yang unsurunsur pembentukan materialnya bersifat proporsional antara keempat unsur tersebut, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna dan terbaik penciptaannya. Firman Allah SWT : 



“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. At-Tiin : 4)             Keempat unsur di atas merupakan materi yang abiotik (tidak hidup). Ia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqat al-jismiat). Energi kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup. Nyawa atau daya hidup pada diri manusia ini telah ada sejak adanya sel-sel seks pria (sperma) dan wanita (ovum). Sperma dan ovum itu hidup dan kehidupannya mampu menjalin hubungan sehingga terjadilah benih manusia (embrio). Dengan begitu, maka al-hayat(hidup) berbeda dengan al-ruh, sebab alhayat ada sejak adanya sel-sel kelamin, sedangkan al-ruh ada setelah embrio berusia empat bulan dalam kandungan. Kematian al-hayat tidak berarti kematian al-ruh, sebab al-ruh selalu hidup sebelum dan sesudah adanya nyawa manusia. Ruh bersifat subtansi (jauhar), sedang nyawa merupakan sesuatu yang baru datang (‘aradh). Daya hidup pada diri manusia memiliki batas, yang batas itu disebut dengan ajal. Apabila batas energi tersebut telah habis, tanpa sebab apapu manusia akan mengalami kematian (al-mawt). Daya hidup telah menyatu pada semua organ tubuh manusia yang pusat peredaranny pada jantung. Apabila organ vital manusia rusak atau tidak berfungsi sebagaimana hukum atau sunnahnya maka daya hidup tersebut belum waktunya habis. Kerusakan organ tubuh dapat diakibatkan oleh 9



upaya manusia seperti bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, kurang menjaga kesehatan dan terlalu mengekploitasi energi fisik dengan kerja diluar kemampuan fisiknya Cara menyikapi unsur jasmani manusia : 1. Melalui anggota tubuh seperti sholat, puasa, haji, dan lain sebagainya dan untuk mengusahakan anggota tubuh ke arah yang lebih baik, maka harus menggunakan amalan-amalan yang telah diwajibkan oleh Allah atas hamba-hambaNya dengan cara melakukan perbuatan baik dan memperkokoh iman dengan taqwa. 2. Melalui perasaan kita terhadap Allah, dengan cara perbanyak berdzikir dan memohon ampun kepadanya atas semua kesalahan yang telah dilakukan. 2.2.2. Unsur-Unsur Rohani 2.2.2.1. Ruh Istilah ruh yang diungkapkan dalam pergaulan sosial sehari-hari sering disamakan dengan roh atau rohani. Kata rohani sendiri biasanya dilawankan dengan jasmani, sehingga kedua kata ini merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang memang mengandung dua unsur tersebut. Rohani adalah spiritual yang berkaitan dengan rasa batin yang tidak nampak dan tidak bisa diukur dengan kualitas kebendaan, meskipun kualitas batin itu sendiri dapat saja muncul dari benda-benda. Rohani adalah tubuh atau badan yang kasat mata. Menurut Imam Al-Ghazali ruh (nyawa) adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar dengan perantara uraturat yang merasuk kebagian-bagian lainnya. Dan perjalanannya ruh pada badan, banjirnya



cahaya-cahaya kehidupan,



perasaan, penglihatan,



pendengaran,



penciuman, dari padanya atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya lampu yang diputar disudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai kesuatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan cahaya itu. Kehidupan itu diumpamakan seperti cahaya yang menyinari dinding-dinding. Nyawa itu barat



10



lampu, perjalanan ruh atau gerakannya terhadap hati seperti merapatnya cahaya ke sudut-sudut ruangan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 85



“Katakanlah : Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.” Ruh merupakan perkara dan urusan yang luar biasa, kebanyakan akal dan pemahaman manusia tidak mampu menangkap hakikatnya. 2.2.2.2. Hati Menurut Imam Al-Ghazali hati mempunyai 2 arti umum yaitu : a.



Hati dengan arti daging yang berbentuk buah shanubari yang diletakkan pada sebelah kiri dada yaitu daging yang khusus dan di dalamnya ada lobang, dan di dalam lobang itu ada darah yang hitam yang menjadi sumber ruh dan tambangnya. Hati ini ada pada binatang-binatang dan orang, bahkan orang mati.



b.



Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan) ruhaniyah (kerohanian). Dia mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani (yang bertubuh ini). Hati yang halus inilah hakekat manusia. Dialah yang mengetahui yang mengerti yang mengenal diri manusia. Dialah yang diajak bicara, yang disiksa, yang dicela dan dituntut. Hati yang halus itu mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani dan akal



kebanyakan makhluk bingung dalam mengetahui segi kaitannya dengan hati yang jasmani itu, seperti menyerupai kaitannya perangai-perangai yang terpuji dengan tubuh, dan sifat-sifat dengan yang disifati atau kaitannyaorang yang memakai alat dengan alatnya atau kaitannya orang yang tempat dengan tempatnya. Psikologi sufi menyatakan bahwa hati itu menyimpan kecerdasan dan kearifan terdalam. Cita-cita para sufi adalah menumbuhkan kecerdasan hati yang lembut dan penuh kasih sayang. Dikatakan bahwa jika mata hati terbuka, akan dapat mendengar kebenaran yang tersembunyi dibalik kata-kata yang diucapkan.



11



Hati menyimpan percikan atau ruhilahiyah di dalam diri manusia. Karenanya, hati adalah rumah Tuhan. Bagi para pemilik rumah ini akan selalu mencoba dan mengingat untuk memperlakukan segala sesuatu, lebih-lebih sesama manusia, dengan kebaikan dan penghormatan. Ada 3 klasifikasi hati manusia yaitu : 



Qalbun Shahih Yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang suci) menentang



perintah



penyimpangan



yang



dan



larangan



menyalahi



pengabdian (ubudiyyah) kepada 



dari setiap nafsu yang



Allah,



keutamaan-Nya.



dan



dari



setiap



ini



murni



Hati



AllahSWT.



Qalbun Mayyit  Hati yang mati tidak pernah mengenal tuhannya, tidak menyembah Nya, tidak mencintai atau ridha kepada Nya.







Qalbun Maridl  Yaitu hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit. Kadang ia “berpenyakit”



dan



kadang



pula hidup secara normal, bergantung ketahanan (kekebalan) hatinya. 2.2.2.3. Nafsu Nafsu mempunyai banyak pengertian :  Nafsu merupakan nyawa manusia yang wujudnya berupa angin yang keluarmasuk di dalam tubuh manusia melalui mulut dan kekosongan.  Nafsu merupakan gabungan psiko-fisik manusia dan merupakan struktur kepribadian manusia.  Nafsu adalah daya-daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan Al-Ghadhabiyat dan Al-Syaharaniyat. Al-Ghadab adalah suatu daya yang berpotensi untuk meghindari diri dari segala yang membahayakan. Ghadab dalam terminologi psikolog-analisa disebut dengan “defense” (pertahanan, pembelaan dan penjagaan) yaitu tingkah laku yang berusaha membela atau melidungi ego terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa



12



malu ; perbuatan untuk melindungi diri sendiri ; dan memanfaatkan dan merasioanalisasikan perbuatannya sendiri. Al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan. Syahwat dalam terminologi psikologi disebut dengan “appetitte”, yaitu suatu hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu, motif atau impuls berdasarkan perubahan keadaan psikologi Dalam tinjauan tasawuf, nafsu cenderung menghimpun sifat-sifat tercela dalam diri manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, nafsu itu disifati dengan sifat yang bermacam-macam menurut keadaannya. Jika nafsu itu tenang dibawah perintah maka ia disebut nafsu mutmainah. Artinya jiwa yang tenang. Al-Qur’an menjelaskan : “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (Qs. Al-Fajr 27-28).” Nafsu mutmainah itu selalu tenang dan mendukung pada kebaikan. Ada pula tingkatan nafsu dibawah mutmainah yang disebut nafsu lawwamah yaitu nafsu yang ‘mencaci’ pemiliknya jika ia teledor dalam beribadah kepada Tuhannya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an :



“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (diri sendiri). (Qs. Qiyamah:2). Jadi ketika seseorang telah menuruti budi durjana kemudian menyesal, maka yang memainkan penyesalan itu adalah nafsu lawwamah. Nafsu ini memprotes kepada pemiliknya karena telah mematuhi kedurjananan budi. Kesimpulannya, nafsu itu ada dua yaitu nafsu yang senantiasa mendorong seseorang menyembah budi durjana dan nafsu yang tenang yang mendorong berbuat kebaikan. Cara-cara menyikapi unsur-unsur ruhani manusia.



13







Melalui amalan hati yang berasal dari agama dan kenyataannya amalan hati ini bisa diterima apabila dilandasi dengan perbuatan hati seperti keikhlasan dan ketulusan kepada Allah.







Amalan hati memimpin atas setiap orang dan bila meninggalkannya dianggap tidak mempunyai nilai terpuji kepada Allah SWT. Karena hati merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting yang dapat melakukan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari apabila hati baik maka tubuh kita juga baik dan apabila buruk maka buruk pula semuanya.



2.2.2.4. Akal Secara etimologi, akal memiliki al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), alhajs (menahan), al-nahy(melarang), dan man’u (mencegah). Orang yang berakal (al-‘aqil) adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi. Akal merupakan bagian dari fitrah nafsani manusia yang memiliki dua makna: a) Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini lazimnya disebut dengan otak (al-dimagh) b) Akal ruhani, yaitu cahaya (al-nur) nurani dan daya nafsani yang dipersiapkan dan mampu memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) dan kognisi (al-mudrikat) Akal memang mulia kedudukannya bagi manusia. Begitu mulianya, hingga melahirkan berbagai ungkapan yang bernada sanjungan kepada orang-orang yang bisa menggunakannya dengan baik. Tidak ketinggalan para budayawan juga menyanjungnyadengan mengatakan, “Teman sejati seseorang adalah akalnya, sedangkan musuh yang akan mencelakakannya adalah kebodohan”. Para ahli bahasa juga berkata, “sebaik-baiknya karunia adalah akal dan sejelek-jeleknya bencana adalah kebodohan.”



14



Demikian juga dengan akal tersebut, ia bisa membedakan antara kebaikan dan kejelekan. Akal yang dianugerahkan kepada manusia ini ada dua macam : Ghariziy (instinktif)



a.



Akal instinktif adalah akal yang dimiliki manusia yang membedakannya dengan binatang, ia tidak berkembang tidak juga berkurang. b.



Muktasab (diusahakan). Akal muktasab adalah kemampuan nalar yang bisa dicapai dengan usahausaha tertentu.



Dalam pandangan Ibn Rusyd, akal dibagi menjadi tiga macam. a.



Akal demonstratif (burhani), yaitu akal yang mampu memahami dalildalil atau bukti-bukti yang meyakinkan dan tepat.



b.



Logika



(manthiq),



akal



yang



sekedar



memahami



fakta-fakta



argumentatif, tanpa melalui pembuktian yang jelas dan pasti. c.



Akal retorik (khitabi), akal yang hanya mampu menangkap hal-hal yang bersifat nasihat dan retorik, tidak dipersiapkan untuk memahami aturan berpikir secara sistematis.



Akal adalah fitrah insinktif dan cahaya orisinal yang menjadi sarana manusia dalam memahami realitas. Akal adalah nabi bagi perjalanan hidup manusia, yang akan membimbing menuju realitas yang haqiqi. 2.3. Konsep Ruh dalam Islam 2.3.1. Hakikat Ruh Roh adalah makhluk yang di ciptakan dan diurus. Jika roh itu adalah sesuatu yang baru dan diciptakan, sedangkan ia merupakan urusan Allah SWT., lantas bagaimana mungkin urusan Allah merupakan sesuatu yang baru dan tercipta? Allah telah menggambarkan tentang penciptaan Adam, bahwa Adam diciptakan dengan tangan-Nya dan meniupkan rohnya pada diri Adam.Allah menyandarkan kata tangan dan roh kepada Nya dalam bentuk satu penyandraan.



15



Roh itu sesuatu yang menakjubkan dan dalilnya pasti serta mematahkan orang-orang yang mengingkari kebesaran Allah SWT., yakni mereka yang terusmenerus berupaya dengan berbagai peralatan elektronik untuk menemukan hakikarnya. Al-Ruh dan al-rawh berasal dari huruf yang sama yaitu ra‟, waw dan ha.Tetapi, penggunaan al-ruh lebih banyak merujuk kata nafs dan juga istilah bagi sesuatu yang menyebabkan hidup, bergerak, memperoleh manfaat juga mengelak dari pada kemudharatan Dalam al-Qur‟an jiwa diungkapkan dengan kata nafs atau ruh, yang artinya tidak selalu sama karena nafs sendiri tidak satu ada yang berarti jiwa, hati ,jenis, sedangkan ruh ada yang berarti jiwa, malaikat Jibril, dan wahyu. Ibnu Qayyim mengatakan, ”Roh adalah jisim yang sama sekali berbedadengan jisim yang dapat diindera. Ia jisim yang mengandung cahaya, berada di tempat tinggi, lembut, hidup, dan bergerak dinamis. Ia menelusup ke dalam anggota tubuh dan mengalir di dalamnya sebagaimana aliran air dari sumbernya, airan minyak di dalam zaitun, atau kobaran api di kayu bakar. Firman Allah swt,



“Allahlah yang menciptakan segala sesuatu.“(QS.Ar-Ra‟du 13:2).



Lafadz ini umum yang tidak mengkhususkan dari segi manapun. Sifatsifatnya tidak termasuk di dalamnya, karena sifatnya masuk dalam apa yang disebut dengan nama-Nya. Allah SWT., adalah illah yang disifati dengan sifat kesempurnaan. Ilmu, kekuasaan, kehidupan, kemauan, pendengaran, pengelihatan dan beberapa sifat-Nya termasuk dalam apa yang disebutkan dalam hambama Nya, tidak masuk dalam sesuatu dari makhluknya. Roh ada yang diberi nikmat, dimurkai, dan tersesat lagi menderita. Seperti inilah keadaan sesuatu yang dikuasai dan dimiliki, tidak seperti keadaan sesuatu yang qadim dan tidak diciptakan. Roh disifati dengan menepati janji, kematian,



16



penahana, pengutusan. Ini semua adalah sifat-sifat makhluk dan hal baru yang dikuasai Allah SWT berfirman :



“Allah mengenang jiwa (orang) ketika matinya dan (mengenang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kakum yang berfikir.”(QA. Az-Zumar [39]:42). Roh adalah suatu kekuatan yang menumbuhakan kehidupan di alamini, baik pada tumbuh-tumbuhan, binatang, maupun manusia. Ibnu Qayyim berpendapat bahwa roh itu adalah makhluk yang di ciptakan dan diurus. Begitupula dengan Ibnu Taimiyah bahwa roh manusia itu makhluk yang diciptakan sebagaimana kesempakatan para pendahulu umat ini, para imam mereka, dan seluruh Ahlus Sunnah. Roh adalah sesutau yang tidak menempati ruang, sehingga tak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indera. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun kecilnya zat itu. Keadaan dan hakikat roh tidak dapat diketahui dan dipelajari oleh siapa pun, sekalipun para Nabi dan para Rasul. Roh merupakan perkara ghaib yang tidak akan pernah dilihat betuknya oleh manusia. 2.3.2. Penciptaan Ruh Secara individual, seseorang memang tidak terlibat dan tidak mempunyai andil sedikitpun dalam proses penciptaan dirinya, penciptaan dirinya sepenuhnya berada dalam hokum hukum alam.34 Mengenai penciptaan ruh manusia, ada dua pendap at dikalangan ulama. Ada yang mengatakan bahwa ruh manusia diciptakan lebih dahulu daripada badanya. Kemudian ruh itu ditiupkan kedalam diri manusia ketika masih berupa janin dalam rahim ibunya.



17



Menurut ibnu qayyim ruh manusia diciptakan lebih dahulu dari pada bandannya mengacu kepada kepada dua ayat alqur‟an yaitu surat Al-A‟raf7 : 172.



“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam darisulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (saya berfirmasan): Bukankah Aku ini Tuhanmu?‟ Mereka menjawab: „Betul (Engkau Tuhan kami)‟.”(QS.Al-A‟raaf [7]: 172).



Yang di maksud dalam ayat 172 surat Al-A‟raf ialah roh. Ayat ini menjelaskan bahwa roh telah ada sejak dahulu, sebelum diciptakannya badan kedunia. Sebelum roh dihembuskan kebadan serta ia telah tahu tentang sesuatu dan tentang tuhan mereka. Dengan demikian, roh merupakan makhluk yang pertama diciptakan oleh tuhan.Ini sekaligus berarti bahwa roh lebih dahulu di ciptakan dari pada bandan manusia. Roh kemudian turun kedunia untuk ditiupkan ke dalam badan manusia ketika masih berupa janindalam rahim ibunya. Mengenai ayat 172 Al-A‟raf bahwa Allah SWT., telah menetapkan semua roh itu setelah mengeluarkan mereka dari tempatnya dan setelah selesai dari penciptaan, kemudian setiap waktu akan datang dan mengririmkannya sekelompok sekelompok kepada badannya masing-masin.Kemudian, ash Shabuni mengenai ayat 172 surat Al-A‟raf menjelaskan proses penciptaan anak keturuan Adam yang lahir dari tulang sulbi ayahnya, dan mereka ditetapkan pada paham tauhid atau mengesakan Allah, dan sebagian menjadi saksi atas sebagian yang lain mengenai tauhid ini. Ruh itu merupakan ciptaan Allah yang berarti dia makhluk dan baharu. Kemudian kapan roh itu di ciptakan dan bagaimana Allah menciptakannya, hanya dialah yang tahu. Walaupun asal ruh itu tidak terpisahkan dari kelahiran jasad namun bukan bererti bahwa antara ruh dengan jasad itu sama asalnya.



18



2.3.3. Eksistensi Ruh Saat Tidur Ibnu Qayyim berpendapat bahwa roh yang tidur itu naik ke atas hingga sampai ke langit ke tujuh, sujud kepada kepada Allah di depan Arsy‟ lalu di kembalikan lagi ke badan dalam waktu yang amat singkat. Begitu pula roh mayat yang dibawa naik para malaikat hingga tiba di langit ke tujuh. Roh yang menjulur melalui hidung manusia ketika ia tidur, hingga roh itu tiba di langit, berkeliling di tempat mana pun, bertemu dengan roh-roh yang sudah meninggal dunia, kemudian Allah menahan roh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan roh orang orang yang masih hidup ke jasadnya Di riwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari As-Saddi bahwa Firman Allah SWT



"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang tetah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berpikir." (AzZumar: 42)



Abu Abdullah bin Mandah menyebutkan, dari Ibnu Abbas, dia berkata berkaitan dengan ayat ini, "Aku mendengar kabar bahwa roh orang-orang yang hidup dan yang sudah meninggal dapat saling bertemu kala tidur, lalu mereka saling bertanya. Kemudian Allah menahan roh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan roh orang-orang yang masih hidup ke jasadnya."



19



Ibnu Abi Hatim menyebutkan di dalam tafsirnya, dari AsSaddi, tentang firman Allah, "Orang yang belum mati di waktu tidurnya", bahwa Allah memegang roh di dalam tidurnya itu, lalu roh orang yang hidup itu bertemu dengan roh orang yang sudah meninggal, lalu mereka saling mengingat dan saling mengenal. Kemudian roh orang yang hidup kembali ke jasadnya di dunia hingga sampai ajalnya, dan roh orang yang sudah meninggal ingin kembali ke jasadnya, tapi ia ditahan." Inilah salah satu dari dua pendapat tentang ayat ini, bahwa yang ditahan adalah roh orang yang sudah meninggal, dan yang dikembalikan adalah roh yang ditahan karena sedang tidur. Artinya, Allah menahan roh orang yang sudah meninggal dan tidak mengembalikan ke jasadnya kecuali setelah datangnya hari kiamat, dan roh orang yang tidur ditahan lalu dikembalikan lagi ke jasadnya sampai ajal yang telah ditentukan, lalu roh ini akan ditahan ketika dia meninggal. 2.3.4. Keberadaan Ruh Setelah Kematian Sampai Hari Kiamat Setelah menjalani kehidupan di dunia dan tiba ajalnya, manusia mengalami kematian, yaitu ruhnya meninggalkan jasadnya. Proses ruh meninggalkan jasad manusia biasanya berlangsung menegangkan. Abu Hamid al-Ghazali mengutip sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa “Sungguh satu renggutan dari sakaratul maut itu lebih pedih dari pada tiga ratus tebasan pedang.”Itu sebabnya ketika seseorang mengalami sakaratul maut jasadnya akan menghancurkan keringat, kedua matanya membelalak, kuping dan hidungnya mengembang, tulang-tulang rusuknya terangkat, nafasnya memburu dan kulitnya pucat. Ketika ruh telah sampai pada pendakian dan puncak sekarat, maka berbagai fitnah akan menghadangnya. Hal ini karena iblis mengerahkan bala tentaranya kepada manusia yang sedang sekarat itu. Di bawah ini ada beberapa penjelasan tentang keberadaan roh setelah kematian: 1. Penjelsan tentang pendapat yag mengatakan bahwa roh-roh ada disurga.



20



Ibnu qayyim al-jauziyah berkata: dalam shahih bukhari dari Anas bin malikra ,bahwa Ummu Ar-Rabi‟binti Al-Bara‟ dia adalah ibnu haritsah bin suraqah-mendatangi Nabi Saw dan berkata: “wahai Nabi Allah! Tolong beritahu saya dimana Haritsah sekarang?-Haritsah ini terbunuh pada perang badar oleh panah tidak dikenal-jika haritsah berada disutga, maka saya bersabar. Tapi jka ditempat



selain



surge,



maka



saya



akan



bersungguh-sungguh



dalam



menangis.”Nabi SAW., menjawa: “Wahai Ummu Haritsah!sesungguhnya surga itu bukan hanya satu tapi sangat banyak. Ketahuilah, sesungguhnya putramu menapat surge Firdaus yang paling tinggi.” Dalil lain bagi berpendapat yang mengatakan: yang berada dalam surga hanyalah orang-orang mati sayhid adalah riwayat Abu Wilada al-Hannath, dia berkata bahwa roh-roh kaum mukmin berada di perut burung-burung hijau berjalan-jalan disurga dan mereka makan dari buah-buahan surge. 2. Roh-roh yang mukmin akan berkumpul disumur zam-zam Pendapat ini tidak memiliki sandaran hukum, baik dari Al-kitab maupun Assunnah, sehingga memungkinkanya. Dan ini adalah pendapat yang tidak benar. Karena sumur itu tidak cukup muat untuk menamoung seluruh roh orang beriman. Dan pendapatini menyelisih hadits yang telah jelas, yaitu,”Bahwa jiwa orang mukmin itu berupa burung yang menggantung di pohon-pohon di surge. Secara umum, pendapat ini adalah pendapat yang paling batil dan yang paling buruk. Pendapat ini lebih rusak dari pada pendapat orang-orang yang meangatakan, bahwa roh orang-orang mukmin berad di jabiyah. Karena jabiyah merupakan tempat yang luas, berbeda dengan sumur yang sempit 3. Roh orang – orang mukmin ada disisi Allah Taala Adapun pendapat yang mengatakan, bahwa roh orang mukmin berada di Iliyyin di langit ke tujuh dan roh orang-orang kafir berada di Sijin di bumi ke tujuh. Ini adalah pendapat yang dinyatakan oleh segolongan ulama salaf dan khala. Hal yang menjadi dasar dari pendapat tersebut adalah sabda nabi Nabi “Ya Allah saya memohon dikumpulkan di Ar-Rafiq Al-„Ala.” Dan juga adits Abu Hurairah yang telah di sebutkan didepan, Bahwa roh orang yang meninggal dunia



21



akan dibawa naik ke langit hingga mencapai slangit ketujuh, yang di sana ada Allah.”Begitu juga hadits dari Al-Bara‟ bin „Azib,” Bahwasanya roh-roh tersebut naik dari langit satu ke langit berikutnya dan ditemani oleh maliakat muqarrabin, sampai langit ke tujuh, dalam lafazh yang lain,” pada sebuah langit, yang di sana ada Allah Namun semuanya ini tidak menunjukan bahwa roh tersebut tinggal di sana, namun hanya menunjukan bahwa roh tersebut naik ke langit untuk di hadapkan ke pada Allah, sehingga akan di tetapkan keputusan untuknya dituliskan catatanya. 4. Bentuk Roh yang Terpisah Oleh Jasad Roh merupakan dzat yang berdiri sendiri (jauhar) ,ia bisa naik, bisa turun, bertemu, berpisah, keluar, masuk, datang, pergi, bergerak, dan tenang. Dan ia tidak bias terpisah dengan badannya setelah kematian menghampirinya. Karenanya, setelah roh mengalami kematian, ia musnah dan sama sekali tidak berbentuk, sebagaimana musnahnya badan dan hilangnya semua sifat kehidupan yang dimiliki badan. 5. Roh –roh yang merasakan azab kubur Di riwayatkan dari Ibnu Mas‟ud r.a. bahwa Nabi SAW., bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang telah itu di siksa dalam kuburnya sehingga binatang-binatang mendengar suara mereka.” Di antara perkara yang harus diketahui bahwa adzab kubur adalah adzab di dalam barzakh. Sehingga siapapun yang meninggal dan berhak mendapat adzab, ia mendapat bagian dari adzab itu. Adzab kubur bukan hanya saja orang kafir yang akan merasakannya, bukan berarti sorang Mukmin akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin pun bias diadzab disebabkan karena mereka berbuat maksiat.  Berpaling dari mengingat Allah  Menangisi mayit dengan meronta-ronta  Wanita yang tidak mau menyusui anaknya  Mengadu domba, berdusta dan mengghibah  Memberi kesaksian palsu  Menuduh para wanita yang suci



22



 Menyebarkan fitnah  Mengajak kepada bid‟ah  Mengatakan tentang Allah dan Rasul-Nya yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan.  Berbicara semaunya tanpa aturan  Memakan riba, baik orang yang mengambil riba, pemberinya, penulisnya dan saksi-saksinya  Mengambil harta anak yatim  Memakan dari uang sogok  Mengambil harta saudaranya sesame muslim secara tidak benar atau mengambil harta ahli dzimmah  Meminum minuman yang memabukkan  Birzina dan homoseks  Mencuri dan menipu  Menumpuk barang  Mengganggu dan menyakiti orang-orang muslim  Mencari-cari aib orang muslim  Orang yang dihukum tidak menurut apa yang diturunkan Allah  Menolong perbuatan dosa dan permusuhan  Membunuh jiwa yang di haramkan Allah untuk dibunuh  Mendirikan masjid di atas kuburan dan menyalakan pelita disana  Berbuat curang ketika menimbang barang, dengan cara meminta tambahan jika



ia



mengingnkan



barang



yang



ditimbang



dan



mengurangi



timbangannya jika ia memberikannya kepada orang lain  Bersumpah palsu atas nama Allah dan berdusta  Tidak membayar zakat mal dengan suka rela dari hatinya  Bertindak semena-mena, sombong, membanggakan diri dan pamer.



23



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Manusia itu terdiri 2 unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Kedua unsur tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Unsur jasmani manusia itu berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Sedangkan unsur ruhani manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Dengan adanya roh yang tinggi yang mengandung akal pikiran yang akan



menimbulkan



sifat



kemanusiaan



sehingga



dapat



dibedakan manusia itu dengan makhluk lain. 3.2. Saran Dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang ubsur-ubsur jasmani dan rohani dalam islam. Dan kami juga membutukan kritikan maupun saran dari pembaca agar menunjang kesempurnaan dari makalah yang kami susun.



24



DAFTAR PUSTAKA