Upaya Berhenti Merokok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MANAJEMEN



MARET



2016



UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)



DISUSUN OLEH : NAMA



: WAHYUNI M.R. RUSENG



STAMBUK



: N 111 13 022



PEMBIMBING : dr. ROCHMAT JASIN M. drg. ELLI YANE B. M.KES



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2016



BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, menurut WHO (2008) Indonesia menduduki peringkat ketiga perokok terbesar di dunia pada tahun 2008 setelah China dan India. Berdasarkan data WHO (2013), prevalensi penduduk usia dewasa yang merokok setiap hari di Indonesia sebesar 29% yang menempati urutan pertama se-Asia Tenggara. Sejalan dengan data hasil survei Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah



perokok aktif



terbanyak dengan prevalensi perokok laki-laki sebesar 67% (57,6



juta) dan



prevalensi perokok wanita sebesar 2,7% (2,3 juta). Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok dan terpapar asap rokok di lingkungannya. Anak yang terpapar asap rokok mengalami pertumbuhan terhambat, dan lebih muda terkena infeksi saluran napas. Proporsi penduduk umur 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). Proporsi tertinggi Pada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%). Dibandingkan dengan penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada penduduk kelompok umur 15 tahun, proporsi perokok laki-laki 67,0 persen dan pada Riskesdas 2013 sebesar 64,9 persen, sedangkan pada perempuan menurut GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 persen menurut Riskesdas 2013. Proporsi mengunyah tembakau menurut GATS 2011 pada laki-laki 1,5 persen dan perempuan 2,7 persen, sementara Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi laki-laki 3,9 persen dan 4,8 persen pada perempuan. Dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia dan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan maka Departeman Kesehatan berupaya mengurangi jumlah perokok dengan melaksanakan banyak program upaya berhenti merokok (UBM) diantaranya penyuluhan ke masyarakat, dan anak sekolah, kawasan tanpa rokok, konseling



merokok dan penjaringan (screnning) perokok dengan menggunakan alat micro smokerlyzer.



1.2. RUMUSAN MASALAH Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai “ penjaringan perokok dengan micro smokerlyzer” yang merupakan salah satu Upaya Berhenti Merokok (UBM) dari program Penyakit Tidak Menular (PTM) 1. Mengetahui apa saja yang dilakukan dalam program Upaya Berhenti Merokok (UBM) 2. Mengetahui bagaimana cara penjaringan perokok dengan micro smokerlyzer 3. Mengetahui bagaiman pelaporan dan evaluasi kegiatan penjaringan perokok dengan micro smokerlyzer 4. Mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan penjaringan perokok dengan micro smokerlyzer



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. DEFINISI ROKOK Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang asapnya mengandung Nikotin dan Tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok adalah kegiatan membakar



rokok dan/atau menghisap asap



rokok.



2.2. EPIDEMIOLOGI Menurut Riskesdas 2013, rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3 persen. Proporsi perokok saat ini terbanyak di Kepulauan Riau dengan perokok setiap hari 27,2 persen dan kadang-kadang merokok 3,5 persen. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun 32,2 persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah proporsi perokok aktif setiap hari yang terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.



2.3. DAMPAK MEROKOK Beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI antara lain: a. Penyakit jantung dan stroke. Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan “sudden death” ( kematian mendadak). b. Kanker paru.



Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian, karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar, tulang dan otak. 



Kanker mulut. Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit gusi.







Osteoporosis. Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang.







Katarak. Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.







Psoriasis. Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada seluruh tubuh.







Kerontokan rambut. Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.







Dampak merokok pada kehamilan. Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbon Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.







Impotensi. Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.



Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan 3 sub tipe ini : a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Stimulation to pik them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, misalnya merokok dengan pipa. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological addiction. Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.



BAB III PEMBAHASAN



3.1. Gambaran UmumPuskesmas Talise Puskesmas Talise berada di wilayah kecamatan Palu Timur yang memiliki luas wilayah 82.53 km2 dan secara administratif pemerintahan terdiri atas 3 kelurahan, 29 RW serta 102 RT. Wilayah kerja Puskesmas Talise mencakup tiga kelurahan yaitu : Kelurahan Talise, Kelurahan Tondo , Kelurahan Layana 3.2. Kegiatan Program Upaya Berhenti Merokok (UBM) di Puskesmas Talise Kegiatan yang dilakukan dalam UBM diantaranya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tantang Peta Jalan Pengandalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, adapun kegiatannya adalah sebagai berikut ; a. Penyuluhan tentang bahaya merokok Penyuluhan dilakukan pada saat masyarakat terutama pada remaja putra dan putri. Dimana program penyuluhan ini dilakukan atas dasar rendahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman bahaya produk tembakau, khususnya rokok. sehingga diharapkan melalui penyuluhan akan memberikan pengetahuan masyarakat akan bahaya merokok dan masyarakat sepenuhnya menyadari ancaman bahaya merokok. Pada Puskesmas Talise program ini telah berjalan dengan baik. b. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan /atau mempromosikan produk tembakau. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ini diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat



umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi masyarakat yang ada dari asap rokok. Dimana landasan hukum KTR adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116. Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat. 2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal. 3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok. 4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula. 5. Mewujudkan generasi muda yang sehat. Dimana indikator output yang diharapkan adalah Lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan tanpa asap rokok, Petugas kesehatan yang



tidak merokok



menegur perokok untuk mematuhi ketentuan KTR. Perokok merokok di luar KTR. Adanya sanksi bagi yang melanggar KTR. Indikator output dari program ini belum tercapai karena rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya merokok. Sehingga masih terdapat masyarakat yang merokok di lingkungan Puskesmas Talise. sehingga diperlukan ketegasan semua petugas kesehatan untuk menegur perokok, agar merokok di luar KTR. c. Konseling Konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada perokok agar dapat berhenti merokok. Dimana teknik konseling merokok dilakukan dalam 3 tahap ; tahap wawancara dasar, tahap ke dua arahan untuk berhenti merokok dan tahap ke tiga respon pasien terhadap proses berhenti merokok. Dimana program ini terkendala pasien yang tidak rutin melakukan kunjungan konseling, sehingga pasien yang sukses untuk berhenti merokok presentasenya sangat sedikit. untuk data kunjungan konseling pada bulan Januari- Maret 2016 adalah sebanyak 70 pasien. Dimana pasien yang dinyatakan sukses berhenti merokok adalah 2 pasien, sedangkan sisanya adalah pasien drop out, kambuh, atau tidak datang kembali untuk konseling.



d. Penjaringan perokok dengan alat micro smokerlyzer Penjaringan perokok dengan alat micro smokerlyzer adalah program untuk menilai tingkat keparahan merokok seseorang. Dimana alat ini mampu menganalisa paparan CO (karbomonoksida) pada napas orang dewasa dan remaja.



Gambar 3.1 Micro smokerlyzer



Program ini dilakukan dengan berkerjasama dengan bidang Penyakit Tidak Menular (PTM), Posyandu Lansia, Promosi Kesehatan (Promkes), Unit Kesehatan Siswa (UKS), bagian TB dan kusta. Sehingga kegiatan penjaringan dilakukan pada saat bagian tersebut melakasanakan programnya. Penjaringan dilakukan petugas yang terlatih. Penggunaan alat ini yaitu pasien diminta untuk menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Pada layar nantinya akan muncul kadar PPM dan COHb( karbonmonoksida hemeohlobin). Pada orang normal PPM dan COHb akan tidak terdeteksi. Sehingga bila terdeteksi menunjukan bahwa orang tersebut adalah perokok



kekurangan program ini hanya mendeteksi perokok aktif. Dan tidak dilakukan deteksi pada perokok pasif. Hal ini terkendala kurangnya tenaga petugas kesehatan yang terlatih.



Gambar 3.2. Penjaringan dengan Micro smokerlyzer



DAFTAR PUSTAKA



1.



Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Riset Kesehatan Dasar 2013, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, 2013