Varicella [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varisela Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel. Di negara barat kejadian variselaterutama meningkat pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Namun, variseladapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah. Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varicella. Masa inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari Varisela Zooster Virus masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi viremia primer. Pada viremia primer ini virus menyebar melalui peredaran darah dan sistem limfa Manifestasi klinis variselaterdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi. Pada stadium prodormal, individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise. Kemudian menyusul stadium erupsi, timbul ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Makula kemudian berubah menjadi papula, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12



1



jam, sehingga varisela secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorfik. Pengobatan yang diberikan hanya bersifat simptomatik bila terdapat keluhan seperti demam, pusing bisa diberikan antipiretk, gatal bisa diberikan antihistamin ataupun bedak salisil, dan anti virus Acyclovir sesuai dengan dosis diberikan selama 7 hari.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Varisela atau cacar air adalah penyakit infeksi akut primer oleh virus yang menyerang kulit dan mukosa, merupakan suatu infeksi virus menular yang menyebabkan gambaran kulit berupa gejala klinik konstitusi, kelainan kulit yang polimorfik, terutama di bagian sentral tubuh. Ruam kulit yang muncul sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta krusta, yang menimbulkan rasa gatal. Varisela atau cacar air disebabkan oleh virus varicellazoster (VZV).1,4 2.2 Epidemiologi 1,4,5 Varisela tersebar secara kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Negara-negara dengan iklim tropis dan semi tropik memiliki insiden cacar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan iklim yang hangat (misalnya, Amerika Serikat, Eropa). Cacar air adalah penyakit yang umum, dengan sebagian besar kasus terjadi pada anak. Sejak diperkenalkannya imunisasi pada anak secara luas di Amerika Serikat pada tahun 1995, kejadian varisela telah menurun secara signifikan, mendekati hingga 90%. Kematian dari varisela juga sama mengalami penurunan sejak dimulainya program vaksinasi di AS, dengan angka kematian menurun sekitar 66%.



2.3 Etiologi 1,2,4,5 Virus variselazoster memasuki tubuh manusia melalui inhalasi (aerogen) yaitu udara yang berhubungan dengan pernapasan seperti batuk, bersin atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai



3



dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diberitahukan tentang cara penularan dari penyakit tersebut. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. 2.4 Patofisiologi4,5,6 Cacar air biasanya diperoleh dari menghirup udara pernapasan yang mengandung droplet dari inang terinfeksi. Sifat yang sangat menular dari VZV menjelaskan wabah cacar air yang menyebar melalui sekolah-sekolah dari salah satu anak yang terinfeksi dengan cepat menyebar virus ke banyak teman-teman sekelas. Titer virus tinggi ditemukan dalam karakteristik vesikel cacar air, dengan demikian, penularan virus juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan vesikel ini, walaupun resikonya yang lebih rendah. Setelah inhalasi awal droplet pernafasan yang terkontaminasi, virus menginfeksi kunjungtiva atau mukosa saluran pernapasan bagian atas. Proliferasi virus terjadi di kelenjar getah bening regional pada saluran pernapasan atas 2-4 hari setelah infeksi awal dan diikuti oleh viremia primer pada hari 4-6 setelah infeksi. Tahap kedua replikasi virus terjadi dalam organ-organ tubuh, terutama hati dan limpa, diikuti dengan viremia sekunder pos infeksi 14-16 hari. Viremia sekunder ini ditandai oleh invasi virus menyebar dari sel-sel endotel kapiler dan epidermis. Infeksi VZV pada sel lapisan Malphigi menghasilkan edema intraseluler dan interselular, mengakibatkan karakteristik vesikel. Paparan VZV pada anak yang sehat memulai produksi imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM), dan imunoglobulin A (IgA) antibodi; antibodi IgG bertahan untuk hidup dan memberi kekebalan. Respon imun diperantarai sel juga penting dalam membatasi ruang lingkup dan durasi infeksi variselaprimer. Setelah infeksi primer, VZV diduga menyebar dari lesi mukosa dan epidermis ke saraf sensorik lokal. VZV kemudian tetap laten dalam sel-sel ganglion dorsal saraf sensorik.



4



Reaktivasi kembali hasil dari VZV memberikan sindrom klinis yang berbeda yaitu herpes zoster (herpes zoster). 2.5 Gejala Klinis Secara masa inkubasi penyakit ini adalah 14-21 hari. Gejala awal yang terjadi (Gejala prodromal) umumnya terjadi 1-3 hari yaitu dengan demam dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops) berukuran milier-lentikuler. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel –vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Setelah 8-12 jam cairan di vesikel menjadi lebih keruh (pustula), kemudian menjadi krusta. Perubahan vesikel menjadi pustule lalu krusta berlangsung selama 2-12 hari dengan rata-rata 6 hari. Setelah itu krusta dapat lepas sendiri dan terkadang meninggalkan bekas (sikatrik) yang umumnya dapat hilang secara perlahan. Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. Penderita sembuh sempurna rata-rata setelah 7-34 hari (rata-rata 16 hari ). Beberapa lesi dapat muncul di orofaring. Untuk mendiagnosa variselabiasanya cukup berdasarkan anamnesa dan gejala klinis, terkadang diperlukan pemeriksaan penunjang Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai gejala prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, lemas, dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gejala polimorfi.1



5



Penyebaran terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstrimitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit varisela ini biasanya disertai dengan rasa gatal.1 Penderita sembuh sempurna rata-rata setelah 7-34 hari (rata-rata 16 hari ). Beberapa lesi dapat muncul di orofaring 2.6 . Diagnosis Cacar air biasanya didiagnosis bisa di diagnosis hanya dengan ananmnesis dan pemeriksaan fisik, melalui anamnesis seperti adanya gejala prodromal berupa demam, malaise yang disertai ruam yang khas pada kulit, dan riwayat perjalanan penyakit. Cacar air pada orang dewasa dan remaja mungkin akan didahului oleh prodrome mual, mialgia, anoreksia, dan sakit kepala.2,3,4 Dari pemeriksaan fisik ditemukannya ruam yang khas tersebut pada kulit, dan lokalisasi yang khas diawali di bagian sentral tubuh (ruam papulovesikuler, polimorfik, penyebaran sentrifugal, lesi bergelombang)



4,5



, dan bila perlu



pemeriksaan penujang seperti Tes tzanck, Kultur virus dari dasar vesikel, dan Tes serologic dan material biopsy Karakteristik vesikel cacar air, dikelilingi oleh halo erythematous, digambarkan sebagai titik embun di kelopak bunga mawar (dewdrops on the rose fetal).



Gambar 2.1 Tetesan embun4 Cacar air secara klinis ditandai dengan adanya lesi aktif dan penyembuhan, di semua tahapan perkembangan, pada lokasi yang terkena. Karakteristik penyembuhan



6



lesi tanpa jaringan parut, meskipun ekskoriasi atau superinfection bakteri sekunder menjadi faktor predisposisi pembentukan parut.4 Orang dewasa dengan cacar air memiliki rangkaian yang lebih rumit daripada yang terjadi pada anak-anak. Orang dewasa mungkin mengalami ruam yang lebih luas, demam berkepanjangan, dan kemungkinan peningkatan komplikasi, kejadian pneumonia yang paling umum.4 Cacar air dan exanthems virus lainnya dapat muncul pada area di mana paparan sinar matahari yang intens terjadi selama periode inkubasi. Penderita dengan dermatitis atopik mungkin menunjukkan distribusi atipikal dari varicella, di mana karakteristik erupsi terutama ditemukan di daerah lichenified.4,5 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tzanck tes, dengan cara mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan diwarnai dengan giemsa. Hasil yang didapat adalah sel datia yang berinti banyak.1 2.7 Diagnosis Banding1,4,7 Beberapa penyakit kulit yang merupakan diagnosis banding dari varisela adalah variola, herpes zoster generalisata, pemfigus bulosa, dermatitis herpetomorfis, impetigo, erupsi obat, herpes simpleks, eritema multiform, gigitan binatang.



Tabel 2.1 Diagnosis Banding Varicella Diagnosis



Karakteristik



Variola



Lebih



berat,



gambaran



monoporf



dan



penyebaran dimulai dari bagian akral tubuh (telapak tangan dan telapak kaki) Herpes zoster generalisata



Vesikel berkelompok diatas kulit eritema mengikuti dermatom, unilateral, disertai rasa nyeri. Kel. Limfe regional bengkan dan nyeri



Pemfigus bulosa



vesikel dan bula timbul cepat dan gatal



7



menyeluruh, dengan plak urtikaria Dermatitis herpetiformis



Vesikel atau bula, dinding tegang diatas kulit eritema, berkelompok dan simetris



Impetigo



Tidak ada gejala konstitusi, predileksi wajah, sekitar hidung, dan ketiak, lesi tertutup krusta tebal berwarna kuning seperti madu



Erupsi obat



Eksantema fikstum, terdapat makula merah kebiruan



atau



vesikel/bula



di



atas



kulit



eritema/kebiruan, dan timbul pada tempat yang sama setiap minum obat tertentu Herpes simplex



vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit



Eritema multiforme



vesikel atau bulla yang timbul dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor)



Gigitan serangga



bulla



dengan



papul



pruritus



(gatal)



berkelompok di daerah yang terkena gigitan



2.8 Penatalaksanaan 1 ,7 Pengobatan pada varisela bersifat simptomatik dengan menggunakan antipiretik dan analgesik, seperti paracetamol 3x500mg, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedative atau terapi topikal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal seperti bedak salicil, dapat diberikan anti virus : Anak-anak



8



: Acyclovir 20mg/kgBB selama 7 hari, dewasa : Acylovir 5x 800mg selama 7 hari. Antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi sekunder, dapat diberikan amoksisilin atau eritromisin. 2.9 Prognosis dan Komplikasi Prognosis dari varisela akan memberikan prognosis yang baik apabila mendapat perawatan yang teliti dan memperhatikan higienitas dari penderita. Jaringan parut yang timbul juga akan sedikit apabila tidak digaruk dan tidak terdapat infeksi sekunder. Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa, berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).1 Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan variselakongenital pada neonatus.1



2.10



Pencegahan1,2,3



Cacar air dapat dicegah dengan vaksinasi, vaksinasi memberikan perlindungan penuh dari cacar air pada 8 – 9 dari 10 orang. Pada orang yang tetap mengalami cacar air setelah vaksinasi, cacar air yang dialami sangat ringan, dengan jumlah ruam di bawah 50, demam ringan atau tanpa demam, dan hanya berlangsung beberapa hari. Vaksinasi aktif dianjurkan pada pasien dengan defisiensi imunologis untuk mencegah komplikasi dan kematian bila kemudian terinfeksi oleh varisela. Vaksin pasif dilakukan dengan memberikan zoster imun globulin (ZIG) dan zoster imun plasma (ZIP). ZIG adalah globulin-gama dengan titer antibody yang tinggi, yang didapatkan dari pasien yang telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Pemberian ZIG sebanyak 5ml dalam 72 jam setelah kontak dengan pasien varisela dapat mencegah penyakit ini pada anak yang sehat. Tetapi pada nak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan lainnya, pemberian ZIG tidak menyebabkan pencegahan yang



9



sempurna; lagi pula diperlukan ZIG dengan titer yang tinggi dan dalam jumlah yang lebih besar. ZIP adalah plasma yang berasal dari pasien yang baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 ml/kgBB. Pemberian ZIP dalam 1-7 hari setelah kontak dengan pasien varisela pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insidens varisela dan dapat mengubah perjalanan penyakit varisela menjadi ringan serta dapat mencegah variseka untuk kedua kalinya. Pemberian globulin gama akan menyebabkan perjalanan penyakit varisela menjadi ringan tetapi tidak mencegah timbulnya varisela. Gama-globulin dianjurkan diberikan pada bayi yang baru dilahirkan dalam waktu 4 hari setelah terlihat ibunya mempunyai tanda-tanda varisela dan dapat dilaksanakan pada jam pertama kehidupan bayi tersebut.



BAB III LAPORAN KASUS



3.1 Identitas Pasien Nama



: IGDS



Jenis Kelamin



: Laki-laki



10



Umur



: 10 Tahun



Alamat



: Jln. Karangsari No.12



Bangsa



: Indonesia



Suku



: Bali



Agama



: Hindu



Pekerjaan



: Pelajar



Status



: Lajang



Tanggal Pemeriksaan : 06 Oktober 2015



3.2. Anamnesis Keluhan utama Muncul bintik-bintik di muka dan tubuh Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Puskesmas 1 Denpasar timur pada tanggal 06 Oktober 2015, dengan keluhan muncul bintik-bintik di seluruh tubuh. Awalnya timbul bintikbintik kemerahan pada daerah perut, punggung dan kemudian menyebar ke lengan, leher, dan wajah. bintik-bintik merah kemudian berubah menjadi gelembunggelembung kecil berisi cairan. Bintik-bintik dikeluhkan sejak ± 2 hari sebelum ke puskesmas. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah terasa sedikit gatal pada daerah yang terdapat lepuh, badan terasa panas dan lemes. Keluhan ini baru diderita pasien pertama kali, sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit yang sama. Riwayat Pengobatan Pasien saat ini sedang tidak mengkonsumsi dan menggunakan obat. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit sistemik seperti penyakit paru, ginjal, kencing manis dan hipertensi disangkal Riwayat Penyakit Keluarga



11



Riwayat penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi dan asma pada keluarga disangkal oleh keluarga pasien. Riwayat Pribadi dan Sosial Pasien saat ini adalah pelajar sekolah dasar. Pasien mengatakan bahwa seminggu yang lalu terdapat kontak dengan teman sepermainan pasien yang mengalami cacar air.



3.3Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda Vital Keadaan umum : Baik Kesadaran



: Compos mentis (E4V5M6)



Tekanan darah : Nadi



: 85 kali/menit, regular, isi cukup



Pernapasan



: 20 kali/menit, tipe torakoabdominal



Suhu aksila



: 37,6oC



Berat badan



: 35 Kg



Tinggi badan



: 140 Cm



Status General Mata



: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterus (-/-), reflex pupil (+/+) isokor, edema palpebral (-/-)



THT



:



Telinga: bentuk normal (+/+), inflamasi (-/-), discharge (-/-) Hidung



: bentuk normal, discharge (-/-), deviasi septum (-), napas cuping hidung (-)



Tenggorokan : tonsil (T1/T1), faring hiperemis (-), atropi papil lidah (-) bibir sianosis (-) Leher



: Jugular Vein Pressure Point of Reference + 2 cmH2O Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)



Aksila



: Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)



12



Thoraks



:



Cor Inspeksi



: ictus cordis tidak nampak



Palpasi



: ictus cordis teraba di ICS V, 1 jari lateral MCL S



Perkusi



: batas atas MCL S, ICS II batas kanan PSL D, ICS III batas bawah ICS V, 1 jari lateral MCL S batas kiri ICS V, 1 jari lateral MCL S



Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Pulmo Inspeksi



: dinding dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)



Palpasi



: vokal fremitus N



N



N



N



N



N Sonor Sonor



Perkusi



:



Sonor Sonor Sonor Sonor



Auskultasi :



vesikuler



ronchi



wheezing -



-



-



-



-



-



13



Abdomen



:



Inspeksi



: distensi (-), pulsasi epigastrial (-)



Auskultasi



: bising usus (+) normal, bruit (-)



Perkusi



: timpani (+), shifting dullnes (-), undulating wave (-), nyeri ketok CVA (-/-)



Palpasi



: dalam batas normal



Inguinal



: pembesaran kelenjar getah bening (-/-)



Ekstremitas



:hangat



edema -



-



-



-



Status dermatologis : Regio facialis, coli, thorakalis, abdomen, antebrachii : Di temukan adanya vesikel berkelompok dan papul dengan dasar eritematosus tidak terdapat erosi.



14



3.4 Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan 3.5 Assesment  Diagnosis Utama



:



Varisela zoster  Diagnosis banding



:



15



Variola, dermatitis herpetiformis



3.6 Penatalaksanaan 3.7



Paracetamol 3 x ¾ tablet Acyclovir 5 x 400 mg selama 7 hari Bedak salisil Vitamin C 1 x 1 KIE



Prognosis : Dubius ad bonam BAB IV PEMBAHASAN



Diagnosis varisela didasarkan atas anamnesis, pemeriksaaan fisik serta pemeriksaan penunjang, pada kasus ini diagnose ditegakkan berdasarkan : 1. Anamnesis Pasien datang ke Puskesmas 1 Denpasar Timur dengan keluhan muncul bintik-bintik di seluruh tubuh. Awalnya timbul bintik-bintik kemerahan pada daerah perut, punggung dan kemudian menyebar ke lengan, leher, dan wajah bintik-bintik merah kemudian berubah menjadi gelembung-gelembung kecil berisi cairan. Bintikbintik dikeluhkan sejak ± 2 hari sebelum ke puskesmas. Dari anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari variselapada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari variseladapat juga menyerang selaput lender mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah terasa sedikit gatal pada daerah yang terdapat lepuh, badan terasa panas dan lemes. Keluhan ini baru diderita pasien



16



pertama kali, sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit yang sama seperti ini, keluhan lain tidak ada. Berdasarkan



kepustakaan



disebutkan



bahwa



gejala



prodromal



dari



variselabiasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi. Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain, yaitu teman sekelas pasien 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VZV bisa secara aerogen, kontak langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas. 2.Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler 37,6°C yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis yang didapati pada wajah, leher, dada, perut, dan punggung pasien tampak seperti tetesan embun dan macula eritema, papul , vesikel, pustul, erosi dan krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien tampak papul dengan dasar kemerahan. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam - macam. Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa variselamempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorfik 3. Pemeriksaan penunjang Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan jika diperlukan adalah tzanck tes, dengan cara mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan diwarnai dengan giemsa 4. Penatalaksanaan



17



Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus, diberikan anti virus : Anak-anak : Acyclovir 20mg/kgBB selama 7 hari, dewasa : Acylovir 5x 800mg selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus varisela zooster, analgetik dan antipiretik jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk mengurangi gatal yang dirasakan serta mempertahankan vesikel agar tidak pecah.. Antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi sekunder. Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel. Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari kemudian. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien, mencegah terjadinya infeksi sekunder, mencegah terjadinya komplikasi dan munculnya jaringan parut serta untuk mengetahui perkembangan penyakitnya . Pada kasus ini, diberikan penatalaksanaan berupa : -



Paracetamol 3 x ¾ tablet Acyclovir 5 x 400 mg selama 7 hari Bedak salisil Vitamin C 1 x 1 KIE



18



KESIMPULAN Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varisela Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel . Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Diagnosis varisela dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti tes tzank dan laainlain. Pengobatan pada varisela biasanya bersifat simptomatik dengan menggunakan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedative atau terapi topikal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal seperti bedak salicil, dapat diberikan anti virus : Anak-anak : Acyclovir 20mg/kgBB selama 7 hari, dewasa : Acylovir 5x 800mg selama 7 hari. Antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi sekunder, dapat diberikan antibiotik. Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. Varisela merupakan penyakit yang bersifat self limiting disease dan tidak mengganggu kehidupan sosial penderita, sebab penanganan yang cepat maka perjalanan penyakit dapat diperpendek.



19



DAFTAR PUSTAKA 1. Handoko R.P., Penyakit virus. Di dalam: Djuanda A et al (editor). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 2. Anonim, Cacar Air, 2010 (last update). Available at: http://milissehat.web.id/? p=513 3. Hirsch



L.



Chickenpox.



2006



(last



update).



Available



from



http://www.kidshealth.org/parent/infections/skin/chicken_pox.html 4. Papadopoulos A.J., Chickenpox, eMedicine. 2009 (last update). Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1131785-overview 5. Mehta P.N., Varicella, eMedicine. 2010 (last update). Available at: http://emedicine.medscape.com/article/969773-overview 6. Anonim, Cacar Air, Available at: http://medicastore.com/penyakit/38/ CacarAir.html 7. Duarsa W., Phinda S., Bratiartha M., Swastika M., Wardhana M., Darmada I.G.K., Wiraguna A.A.G.P.,Nusantara G.A., Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu Kesehatan Kulit dan



Kelamin. Denpasar : Fakultas Kedokteran



Universitas Udayana; 2007



20