VARICELLA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP TEORI PENYAKIT VARICELLA 1. Definisi Varicella / Chicken Pox / Cacar Air adalah penyakit menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus (VZV) yang merupakan penyakit primer



VZV,



yang



pada



umumnya



menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau shingles merupakan suatu reaktivitas infeksi endogen pada periode laten dan umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun. Penyakit varicella ini lebih menular dari pada Mumps (Parotitis), tetapi kurang menular bila dibandingkan dengan campak (Sumarmo (2002) dalam (Nurafif & Kusuma, (2015)). 2. Etiologi Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam 8 jenis herpes



virus



Herpesviridae.



dari



family



VZV



masuk



kedalam tubuh melalui mukosa saluran napas bagian atas atau orofaring pembuluh darah dan limfe (viremia pertama).



dan



menyebar



ke



Satu minggu kemudian virus kembali



menyebar melalui pembuluh darah (Viremia kedua) dan timbul gejala demam serta malaise. Kemudian menyebar ke seluruh tubuh terutama pada kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak bersamaan sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal, siklus ini



berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan hormonal dan selular spesifik (Nurafif & Kusuma, 2015).



3. Manifestasi Klinis 1. Stadium prodromal Gejala pada stadium ini timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, yaitu ruam kulit yang disertai demam dan malaise. pada anak lebih besar-besar dan dewasa didahului demam selama 2-3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung dan pada beberapa kasus terdapat nyeri tenggorokan dan batuk. 2. Stadium Erupsi Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, badan dan ekstremitas. Penyebaran lesi varicella menjadi krusta 8-12 jam dan akan lepas dalam waktu 1-3 minggu tergantung kepada dalamnya kelainan kulit (Nurafif & Kusuma, 2015). 4. Epidemiologi Secara global, Negara tropis dan subtropis memiliki insidens infeksi varicella pada orang dewasa yang lebih tinggi dibandingkan negara beriklim sedang seperti Amerika Serikat dan Eropa. Tidak terdapat perbedaan insidensi berdasarkan jenis kelamin maupun ras. Varicella memiliki kemungkinan penularan sebesar 90% pada individu yang rentan. Varicella dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, dan hampir 90% pasien dengan varicella adalah anak usia di bawah 10 tahun dengan insidensi terbesar pada umur 5 – 9 tahun. Sebelum adanya vaksin varicella, tercatat sekitar 4 juta kasus epidemi varicella di Amerika Serikat setiap musim dingin dan musim semi. Sejak diperkenalkan vaksin varicella anak pada tahun 1995, angka kejadian varicella di Amerika Serikat menurun hingga 90% disertai penurunan angka mortalitas sekitar 66%.



Di Indonesia sendiri belum ada pencatatan data mengenai angka kejadian varicella secara nasional. Pada tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro mencatat 1.370 warga terkena infeksi cacar air (varicella) (Arliesta, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Christa et al., 2015) di RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado terdapat 27 kasus varisela (2,68%), terbanyak adalah kelompok umur 15-24 tahun (33,3%), jenis kelamin perempuan (59,3%), musim kejadian tersering adalah musim panas (55,6%), sumber penularan tidak diketahui (92,6%), dan terapi yang banyak digunakan adalah terapi kombinasi antivirus dan antibiotik topikal atau antibiotik sistemik (55,6%). 5. Patofisiologi Cacar air biasanya didapat dengan menghirup tetesan pernapasan di udara dari inang yang terinfeksi. Sifat virus varicella-zoster (VZV) yang sangat menular mendasari epidemi yang menyebar dengan cepat melalui sekolah. Titer virus yang tinggi ditemukan pada vesikula karakteristik cacar air; dengan demikian, meskipun risiko terkait lebih rendah, penularan virus juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan vesikula ini. Setelah menghirup pertama kali tetesan pernapasan yang terkontaminasi, virus menginfeksi konjungtiva atau mukosa saluran pernapasan bagian atas. Proliferasi virus terjadi di kelenjar getah bening regional saluran pernapasan bagian atas 2-4 hari setelah infeksi awal; diikuti oleh viremia primer pada hari ke 4-6 pasca infeksi. Putaran kedua dari replikasi virus terjadi di organ dalam tubuh, terutama hati dan limpa, diikuti oleh viremia sekunder 14-16 hari setelah infeksi. Viremia sekunder ini ditandai dengan invasi virus yang menyebar ke sel endotel kapiler dan epidermis. Infeksi VZV pada sel-sel lapisan malpighian menghasilkan edema antar sel dan edema intraseluler, menghasilkan vesikel yang khas. Paparan VZV pada anak yang sehat memulai produksi antibodi host immunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM), dan imunoglobulin A (IgA); Antibodi IgG bertahan



seumur hidup dan memberikan kekebalan. Respon imun yang dimediasi sel juga penting dalam membatasi ruang lingkup dan durasi infeksi varicella primer. Setelah infeksi primer, VZV diduga menyebar dari lesi mukosa dan epidermal ke saraf sensorik lokal. VZV kemudian tetap laten di sel ganglion dorsal dari saraf sensorik. Reaktivasi VZV menyebabkan sindrom herpes zoster (herpes zoster) yang berbeda secara klinis (Papadopoulos, 2018). 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : a. Isolasi virus (3-5 hari) b. Polimerase Chain Reaction (PCR) c. Enzyme Linked ImmunoSorbent Assay (ELISA) d. Fluorescent Antibodi to Membrane Antigen (FAMA) (Nurafif & Kusuma, 2015)



7. Diagnosa Banding Pada kasus Varicella terdapat beberapa diagnose banding (Papadopoulos, 2018) antara lain: a.



Bullous Pemphigoid



b.



Dermatitis Herpetiformis



c.



Dermatologic Manifestations of Herpes Simplex



d.



Drug Eruptions



e.



Erythema Multiforme



f.



Impetigo



g.



Insect Bites



h.



Smallpox



i.



Syphilis



8. Penatalaksanaan



1. Penatalaksanaan secara umum Varicella dan Herpes Zoster pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis, yaitu : a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah b. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder c. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya syndrome reye. d. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan 2. Penatalaksanaan dengan Obat Antivirus a. Pemberian obat antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu sembuh akan lebih singkat. b. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi dikulit muncul. c. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiclovir, valasiclovir dan famasiklovir. d. Dosis antivirus untuk pengobatan varicella dan herpes zoster adalah sebagai berikut: -



Neonates : asiclovir 500 mg/m2 IV diberikan setiap 8 jam selama 10 hari.



-



Anak (2-12 tahun) : asiclovir 4 x 20 mg / kgBB/hari/oral selama 5 hari.



-



Pubertas dan dewasa : asiclovir 5 x 800 mg/hari/oral selama 7 hari atau Valasiclovir 3 x 1 gr/hari/oral selama 7 hari atau famasiklovir 3 x 500 mg/hari/oral selama 7 hari (Nurafif & Kusuma, 2015).



9. Web of Coution (WOC) Primary Infection With VZV Varicella (Chicken Pox) Latency



Zoster Sine Herpete



Zoster (Shingles)



Viremia (antibody Virus)



Postherpetic Neuralgia



Kurang Pengetahuan Ansietas



Nyeri



Demam Akut



Hepato/Splenomegali



Aktivitas Komplemen



Hipertermi



Mendesak rongga abdomen



Pelepasan Omatila Toksin



Mual, Muntah



Permeabilitas dinding kapiler ↑



Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh



Kebocoran plasma dari endotel



Hematokrit ↑ Imunitas ↓ Risiko Infeksi



Penumpukan cairan ekstravaskuler + rongga serosa Edema extremitas dan jaringan ikat rongga, timbul bula



Kulit



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT VARICELLA 1. Pengkajian a. Anamnesa a) Identitas Klien Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. b) Keluhan Utama Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fase-fase awal. c) Riwayat Penyakit Sekarang Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam. d) Riwayat Kesehatan Lalu Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya e) Riwayat Kesehatan Keluarga



Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini. f) Riwayat Psikososial Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah: 1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh. 2) Menarik diri dari kontak social. 3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang. b. Pemeriksaan fisik Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.



Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Varicella adalah: a. Hipertermia b. Kerusakan integritas kulit c. Nyeri akut d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh e. Risiko infeksi f. Ansietas



3. Rencana Asuhan keperawatan No 1



Diagnosa Keperawatan Domain 11 : Keamanan/Perlindungan Kelas 6 : Termoregulasi Hipertermi (00007)



NOC



NIC



DAFTAR PUSTAKA



Arliesta,



A.



S.



(2018).



Cacar



Air



(Varicella).



Alomedika.



https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/cacar-air Christa, C. S., Kandou, R. T., & Kapantow, G. M. (2015). PROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE



JANUARI







DESEMBER



2012.



E-CliniC,



3(1),



181–185.



https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.6820 Nurafif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. In Jilid 3. Mediaction. Papadopoulos,



A.



J.



(2018).



Chickenpox.



https://emedicine.medscape.com/article/1131785-overview



EMidicine.