Villa Isola [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian mengenai Villa Isola. Laporan penelitian ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan penelitian tentang Villa Isola ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Bandung, 6 Desember 2018



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 3 D. Metode Penelitian ........................................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN UMUM ..................................................................................................... 4 A. Sejarah Villa Isola ........................................................................................................... 4 B. Sejarah Art Deco (Arsitektur Villa Isola) ....................................................................... 5 BAB III TINJAUAN KHUSUS ................................................................................................ 9 A. Arsitektur Villa Isola....................................................................................................... 9 1.



Peletakkan Massa ........................................................................................................ 9



2.



Fasad dan Interior ...................................................................................................... 13



3.



Tahap Pemugaran ...................................................................................................... 15



B. Bentuk Furnitur di Villa Isola ....................................................................................... 16 1.



Desainer Furnitur Art Deco ....................................................................................... 17



2.



Penataan Art Deco pada Interior Villa Isola ............................................................. 17



3.



Kontruksi pada Furnitur Art Deco ............................................................................ 18



4.



Bahan dan Finishing Furnitur Art Deco .................................................................... 19



5.



Furnitur Villa Isola Saat Ini ....................................................................................... 20



C. Pencahayaan Alami Villa Isola ..................................................................................... 18 1.



Orientasi Bukaan Jendela .......................................................................................... 18



2.



Luas dan Jumlah Bukaan........................................................................................... 18



ii



3.



Bentuk dan Kedalaman Ruang .................................................................................. 19



4.



Tingkat Pencahayaan Alami...................................................................................... 19



5.



Kualitas Warna .......................................................................................................... 23



6.



Warna Interior ........................................................................................................... 23



7.



Tekstur Permukaan Interior ....................................................................................... 24



BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 25 A. Kesimpulan ................................................................................................................... 25 B. Saran ............................................................................................................................. 26 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27 LAMPIRAN............................................................................................................................. 28



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Villa isola merupakan rumah tinggal mewah, megah dan indah yang di desain oleh CP Wolff Schoemaker pada tahun 1933. Memiliki arsitektur bangunan dan tata letak yang menarik ini dapat menjadi contoh perpaduan serasi antara seni bangunan barat dan timur. Dibangun oleh pengusaha Belanda keturunan Italia bernama Berreti. Bangunan ini terletak di Jl. Dr. Setiabudi km 8 dengan bentuk bangunan menyerupai kapal.1 Bangunan ini mampu menunjukkan semangat aliran modernisme dengan sentuhan Art Deco. Dipadukan dengan lingkungan berkontur, yaitu terletak pada punggung bukit, sehingga kita bisa menikmati pemandangan ke utara yakni Gunung Tangkuban Perahu dan ke selatan ke arah Kota Bandung. Pemandangan ke berbagai arah ini dapat dinikmati dari berbagai sudut seperti ruang tidur, keluarga, makan, dan terutama teras atau balkon, membuat kehadiran bangunan ini sangat menonjol. Villa Isola merupakan pembangkit memori sebagian besar masyarakat akan kota bandung. Setiap melihat gambar Villa Isola, ingatan masyarakat tertuju pada kota bandung. Peran suatu karya arsitektur dalam membangkitkan kenangan orang banyak akan suatu tempat merupakan salah satu aspek dalam penilaian makna cultural yang dimiliki Villa Isola. Aspek lain adalah sejarah, dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1954 Villa Isola dibeli pemerintah untuk keperluan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Bandung yang diberi nama Bumi Siliwangi dengan keadaan bangunan yang rusak dan banyak rumpunan semak belukar akibat peperangan. Dari peristiwa itulah akhir kemewahan dan kemegahan Villa Isola.2 Villa Isola dibangun berdasarkan pada gaya Art Deco. Gaya Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian, perhiasan, dll. Suatu gerakan yang memberikan kesempatan berkembangnya



keindahan dan kemewahan



demokrasi,



keramahtamahan serta



kemewahan arsitektur. Gerakan Art Deco mempengaruhi seluruh aspek desain, terutama diantaranya arsitektur, desain interior, desain produk industri, fashion, produk kerajinan tangan dan desain grafis. Gerakan tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan seni 1 2



http://id.wikipedia.org/wiki/Villa_Isola, diakses pada tanggal 2 Desember 2018 jam 14.42 WIB. www.dianekawati.files.wordpress.com, diakses pada tanggal 2 Desember 2018 jam 14.53 WIB.



1



lukis dan seni patung modern pada waktu itu. Art Deco ditandai dengan detail pada bangunan, seperti lampu dan ornamen titik, bunga, dan lainnya, di bagian dalam bangunan. Arsitektur Art Deco adalah suatu arsitektur yang sangat kaya yang mengacu pada berbagai gaya seni dekoratif tradisional maupun bentuk dekorasi modern yang dijadikan perbendaharaan berbagai gaya dalam gerakan arsitektur modern. Suatu gerakan yang memberikan kesempatan berkembangnya keindahan dan kemewahan demokrasi, keramahtamahan serta kemewahan arsitektur. Gaya Art Deco mudah di terima di Indonesia karena banyak mengandung ornament atau hiasan dan ukiran yang sebelumnya banyak terdapat pada candi-candi dan rumah-rumah tradisional di Indonesia. Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern antara lain Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya dari Mesir, Siria dan Persia. Gaya campuran dunia barat dan tradisional sering disebut juga sebagai gaya Indische.3 Art Deco pada bangunan akan sangat jelas terlihat pada fasade bangunan itu sendiri dan didukung pula oleh furniture. Seiring dengan perubahan dan perkembangan kebudayaan pada zaman yang labil, menuntut pembaruan berupa keinginan akan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan pada zaman tersebut. Gaya Art Deco mudah di terima di Indonesia karena banyak mengandung ornament atau hiasan dan ukiran yang sebelumnya banyak terdapat pada candi-candi dan rumah-rumah tradisional di Indonesia. Gaya Art Deco ini tidak hanya muncul pada fasad bangunan tapi juga pada furniture di ruang dalam Villa Isola. Namun sekarang banyak yang dialih fungsikan pada gedung tersebut sehingga furniture yang lama pun tidak berfungsi lagi dan sedikit demi sedikit disingkirkan.



B. Rumusan Masalah a. Tinjauan Umum 1. Bagaimana Sejarah dari Villa Isola? 2. Bagaimana Sejarah dari Art Deco (Arsitektur Villa Isola)? b. Tinjauan Khusus 1. Bagaimana Arsitektur dari Villa Isola? 2. Bagaimana Bentuk Furniture-Furniture di Villa Isola? 3. Bagaimana Pencahayaan Alami dari Villa Isola?



3



Adriana Boidi, Furniture from Rococo to Art Deco, (Evergreen: 1988), hlm. 17.



2



C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui dan memahami bagaimana, sejarah, arsitektur, bentuk furniture, pencahayaan, dan relasi pelestarian dari Villa Isola itu sendiri.



D. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Arkeologi dan Sejarah dan menggunakan Deskriptif Analitif. Penulis mengunjungi langsung Villa Isola pada tanggal 21 dan 28 November 2018, disana penulis mengamati langsung bagaimana bentuk arsitektur dari Villa Isola hingga ke furniture-furniture-nya.



3



BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Villa Isola Di awal tahun 1930-an seluruh dunia mengalami krisis global, termasuk Indonesia yang pada saat itu perekonomian indonesia di bawah kendali Hindia Belanda. tapi krisis tersebut tidak berpengaruh bagi seseorang yang bernama Dominique Willem Berrety yang merupakan keturunan campuran Jawa-Italia. Saat Berretty masih muda dia pernah bekerja di surat kabar Java Bode, sampai akhirnya pada tahun 1907 mendirikan usaha jasa telegraf yang konon katanya merupakan perusahaan jasa telegraf pertama di Indonesia. Karir Berretty makin menanjak pada saat dia mendirikan agen pers ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap) di Batavia. Dengan karir ini Berretty mampu memonopoli pengadaan barangbarang Hindia Belanda.4 Kesukesean Berretty menjadikannya seseorang yang kaya raya dan selebriti pada masa itu, namun banyak sekali orang tidak senang dengan kesuksesan dan ketenararannya. Setelah Berretty kaya raya, dia mulai merencanakan pembangunan Villa Isola dengan biaya yang sangat fantastik yaitu 500.000 gulden. Dari zaman dahulu sampai saat ini Bandung terkenal dengan udaranya yang sangat sejuk, terlebih daerah Bandung utara atau Lembang sekitarnya, dari situlah Berretty memilih tempat yang tepat untuk membangun sebuah vila. Villa Isola dibangun di atas tanah seluas ± 1 hektar yang mencakup: bangunan, taman, kolam, dan kebun anggur, tepat nya di Jl. Setiabudi No.229 atau Lembang Wegh (orang Hindia Belanda biasa menyebutnya). Villa Isola didesain oleh seorang arsitek ternama pada masa itu, yaitu C.P Wollf Schoemaker, gedung ini dibangun dengan waktu yang sangat singkat (Oktober 1932-Maret 1933). Schoemaker dikenal sebagai Arsitek Art Deco yang mahir menyelaraskan arsitektur eropa dengan lingkungan tropis dan keahliannya dalam memadukan elemen dekoratif kuno dengan arsitektur modern, sehingga dia dikenal sebagai arsitek terbaik pada masa itu. Villa Isola selesai dibangun pada tahun 1933, namun tragis bagi pemiliknya, pada 20 Desember 1934, Pesawat Uiver (pesawat milik KLM, yang menjadi simbol kebanggaan Belanda karena berhasil memenangkan perlombaan udara London-Melbourne pada Oktober 1934) yang mengangkut 350 kg surat, 4 orang awak dan 3 penumpang, termasuk Berrety, jatuh di Suriah, perbatasan Irak dalam penerbangan reguler dari Amsterdam menuju Batavia. 4



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



4



Penyebab kecelakaan menurut versi resmi pemerintah Belanda adalah, mesin pesawat lumpuh akibat diterjang kilat yang menewaskan semua awak dan penumpangnya, namun pesawat masih bisa terbang tanpa pilot dan jatuh kemudian terbakar di Suriah. Setelah Beretty meninggal, Villa ini dibeli oleh Savoy Homann untuk menjadi bagian dari hotel tersebut. Pada masa kemerdekaan, bangunan ini menjadi markas tentara Jepang dan pernah menjadi markas tentara pejuang kemerdekaan. Pada tanggal 20 Oktober 1954, gedung ini diserahkan oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjodjo kepada Menteri Pendidikan Muhammad Yamin sebagai gedung utama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), dan peristiwa ini menandai berdirinya PTPG. PTPG kemudian berangsur-angsur berkembang dan berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari Universitas Padjadjaran (1958), kemudian menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung (IKIP Bandung, 1963) sampai akhirnya sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, 1999).5 Pada masa pendudukan Jepang, Gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jenderal Hitoshi Imamura saat menjelang Perjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Tentara Indonesia kemudian berhasil merebut Vila Isola. Semenjak itulah nama Villa Isola berubah menjadi Bumi Siliwangi yang mengandung arti rumah pribumi. Saat itu keadaan Villa Isola atau Bumi Siliwangi berupa puing-puing bangunan yang telah hancur di beberapa bagian. Pada tahun 1954 Villa Isola pun dibeli pemerintah Indonesia. Villa Isola atau Bumi Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP atau UPI Bandung saat ini. Semenjak tahun 1954 Vila Isola menjadi kantor rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan Sekretariat Universitas masih menempati Villa Isola.



B. Sejarah Art Deco (Arsitektur Villa Isola) Ungkapan Art Deco diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Décoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema “Les Années 25“ yang bertujuan untuk meninjau kembali pameran internasional “Exposition Internationale des Arts Décoratifs et Industriels Modernes“ yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Sejak saat itu nama Art Deco menjadi dikenal dan semakin populer dengan munculnya beberapa artikel dalam media cetak. Pada tanggal 2 5



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



5



November 1966 artikel yang berjudul “Art Deco“ dimuat di The Times, setahun kemudian artikel “Les Arts Déco“ dari Van Dongen, Chanel dan André Groult furniture dimuat dalam majalah Elle. Ungkapan Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art Deco“ karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969. Jadi sebelum tahun 1966, masyarakat belum mengenal nama Art Deco dan menamai seni yang populer di antara kedua perang dunia itu sebagai seni modern“. Pengaruh Art Deco meresap ke segala bidang, hal ini dapat dilihat pada karya kapal Normandie. Dengan adanya penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang perkapalan, transportasi laut pada saat itu maju dengan pesat, terbukti dengan selesai dirakitnya kapal layar Normandie pada tahun 1935, yang mempunyai panjang 313 meter. Kapal layar Normandie yang pada saat itu adalah kapal terbesar dan tercepat dengan interiornya yang mewah merupakan lambang kebanggaan rakyat Perancis, karena data-data teknis yang dipunyai, kapal layar tersebut berhak memakai tanda “Blue Band” yaitu sebuah simbol yang melambangkan kapal layar tercepat di Atlantik utara. Dalam interior kapal layar Normandie banyak dijumpai karya-karya seniman Art Deco Perancis, seperti misalnya Perusahaan Daum (di kota Nancy), Sabino dan René Lalique yang merancang barang-barang dengan bahan dari kaca, mereka merancang cawan sampanye, pemanas ruangan, lampu di ruang makan sampai kolam kaca dengan air terjunnya. Perusahaan Jules Leleu, Ala-voine dan perusahaan interior Dominique merancang tata letak dan mebelnya. Christofle merancang semua barang-barang yang dibuat dari bahan dasar emas dan perak, Roger dan Gallet merancang parfum, Raymond Subes merancang barang-barang dari logam, Jean Puiforcat merancang peralatan makan, sedangkan hiasan-hiasan tambahan seperti patung, relief-relief dirancang oleh Léon Drivier, Pierre Poisson, Saupique, Pommier, Delamarre, Bouchard, Baudry dan Dejean. Meskipun banyak ahli interior dan dekorator yang ikut berperan dalam penataan ruang dan dekorasinya, misalnya Leleu, Montagnac, Dominique, Follot, Simon, Laprade, Pascaud, Süe, Prou, Domin, hasilnya tidak bertabrakan satu sama lain karena semuanya sudah direncanakan dengan seksama. Oleh karena itu tidak berlebihan bila kapal layar Normandie dinamai dengan pameran berjalan, karena banyaknya seniman Art Deco yang ikut andil serta beragamnya barang-barang yang dirancang. Dari gambaran ini terlihat bahwa spektrum Art Deco mencapai berbagai macam bidang.6 Telah kita ketahui bahwa Art Deco berkembang dengan baik pada tahun-tahun setelah terjadinya perang dunia pertama dan sebelum meletusnya perang dunia kedua. Tetapi dapat



6



https://www.scribd.com/doc/50971786/Sejarah-Art-Deco, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 20.30 WIB.



6



dikatakan bahwa Art Deco yang orisinal lahir pada awal tahun-tahun setelah berakhirnya perang dunia pertama, saat para seniman sedang bereksperimen mencari perspektif baru dengan menolak menggunakan ornamen yang identik dengan Art Nouveau, mereka seolaholah ingin memutuskan diri dengan gaya Art Nouveau. Di samping menggunakan lagi ornamen-ornamen historis, mereka saling bertukar pikiran untuk berbagi inspirasi. Untuk menggabungkan kesemuanya itu, mereka menggunakan pendekatan eklektik. Para seniman dari berbagai media dengan cepat mengadopsi gaya yang spektakuler ini. Poster, perhiasan, mebel, keramik, patung, lukisan, pekerjaan dari metal bahkan pakaian ikut memeriahkan seni modern yang sedang populer pada saat itu. Beberapa desainer sangat identik dengan Art Deco, misalnya Jaques-Emile Ruhlmann yang dikenal sebagai master Art Deco melalui karya mebelnya yang hampir selalu memakai material mahal. Desainer mebel lain misalnya Paul Follot, Pierre Chareau, Clement Rousseau, tim desain Süe et Mare (Louis Süe and André Mare) serta Eileen Gray. Rene Lalique dikenal dengan hiasan dari kaca dan desain perhiasannya, Susie Cooper dan Clarice Cliff terkenal dengan keramiknya, Jean Puiforcat dengan perak dan pekerjaan metalnya, Paul Poiret terkenal dengan motif tekstilnya, dan A.M Cassandre dikenal dengan poster-posternya. Desainer Art Deco terbagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah desainer yang mengkonsentrasikan diri pada desain yang individual dan dikerjakan dengan kemampuan pekerjaan tangan yang tinggi, rancangan tersebut hanya dapat dibeli oleh kalangan atas, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok desainer yang mengutamakan desain berbentuk geometri dengan berdasarkan pada pertimbangan fungsional.7 Beberapa desainer Art Deco yang menciptakan barang-barang untuk masyarakat banyak misalnya Susie (Susan Vera) Cooper (1902-1995) yang terkenal tidak saja sebagai desainer tetapi juga sebagai produser keramik. Ketertarikannya pada keramik ditekuninya sejak tahun 1922. Pada awalnya ia bekerja pada A. E. Gray & Co. Tujuh tahun kemudian ia mendirikan studio serta pabriknya yang memproduksi peralatan makan dan peralatan minum teh untuk masyarakat kelas menengah. Desainer Art Deco lainnya yang berusaha memproduksi barang-barang untuk masyarakat luas adalah René Lalique (1860-1945). René Lalique selain dikenal sebagai desainer perhiasan dikenal juga sebagai desainer glass/kaca. Ia mengawali karirnya sebagai desainer perhiasan Art Nouveau yang sangat inovatif. Pada awal abad ke-20 ia mengalihkan perhatiannya pada material kaca, ia merintis teknik-teknik memproduksi glass/kaca secara massal dalam pabriknya. Ia mendesain berbagai macam jenis



7



https://www.scribd.com/doc/50971786/Sejarah-Art-Deco, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 20.30 WIB.



7



barang, misalnya botol parfum, lampu, vas, peralatan makan, patung dan perhiasan dari kaca. Dari pakaian, perhiasan, poster sampai perabot dan peralatan rumah tangga, semua karyakarya ini memeriahkan dunia Art Deco, para seniman yang menghasilkannya berasal dari berbagai latar belakang. Mereka mencoba menghadirkan karya-karya yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat itu ditengah perubahan jaman. Partisipasi masyarakat luaslah yang membuat seni ini menjadi spektakuler.



8



BAB III TINJAUAN KHUSUS A. Arsitektur Villa Isola Gedung ini berarsitektur modern dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat arsitektur Jawa bersumbu kosmik utara-selatan seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi kosmik ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak lurus dengan sumbu melintang bangunan ke arah Gunung Tangkuban Perahu. Bangunan berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkunglengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan.8 1. Peletakkan Massa Dalam meletakkan massa Villa Isola, Schoemaker menggunakan sumbu imajiner utara-selatan dengan arah utara menghadap Gunung Tangkuban Perahu dan arah selatan menghadap Kota Bandung. Penggunaan sumbu utara-selatan dengan berorientasi pada sesuatu yang sakral (gunung atau laut) merupakan orientasi kosmis masyarakat di Pulau Jawa. Hal yang sama diterapkan dalam pengolahan tapak Technische Hoogheschool te Bandoeng (Institut Teknologi Bandung/ITB) yang berorientasi pada Gunung Tangkuban Perahu dan Kota Yogyakarta pada Gunung Merapi. Villa Isola terletak di antara dua taman yang memiliki ketinggian berbeda. Taman di bagian selatan lebih rendah daripada taman di bagian utara. Taman di utara didesain dengan menghadirkan nuansa Eropa di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan kolam berbentuk persegi dengan patung marmer di tengahnya. Pada taman ini terdapat jalur yang merupakan as yang membagi taman menjadi dua bagian simetris. Mendekati bagian utara bangunan, akan terlihat tangga berbentuk setengah lingkaran yang titik pusatnya berada pada bangunan. Hal serupa juga diterapkan pada taman bagian selatan. Pengolahan bentuk anak tangga setengah lingkaran berpusat pada bangunan Villa Isola. Kedua taman yang memiliki perbedaan ketinggian dihubungkan dengan dua tangga melingkar pada sisi barat dan timur bangunan. Pengolahan taman dengan menggunakan bentuk melingkar yang berpusat pada 8



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



9



bangunan yang juga memiliki bentuk melingkar, menjadikan bangunan menyatu dengan lahan di sekitarnya.9



Gambar Peletakkan Massa 2. Fasad dan Interior Fasad bangunan Villa Isola diperkaya dengan garis-garis lengkung horizontal. Hal ini merupakan ciri arsitektur Timur yang banyak terdapat pada candi di Jawa dan India. Pada saat-saat tertentu, garis dan bidang memberi efek bayangan dramatis pada bangunan. Seperti kebanyakan karya Schoemaker, Villa Isola memiliki bentuk simetris. Suatu bentuk berkesan formal dan berwibawa. Pintu utama terdapat pada bagian tengah bangunan, menghadap ke utara. Pintu ini dilindungi sebuah kanopi berupa dak beton berbentuk melengkung yang ditopang satu tiang pada ujungnya. Bangunan berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan. Bagian villa yang menghadap utara dan selatan digunakan untuk ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan; masing-masing dilengkapi jendela dan pintu berkaca lebar, sehingga penghuni dapat menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Pemandangan indah ini juga dapat diamati dari teras yang memanfaatkan atap datar dari beton bertulang di atas lantai tiga. Pada taman belakang terdapat kolam dengan pergola untuk bungadan dilengkapi dengan lapangan tenis. Di depan sebelah utara jauh terpisah dari bangunan utama ditempatkan unit 9



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



10



pelayanan terdiri dari garasi untuk beberapa mobil, rumah sopir, pelayan, gudang dan lainlain. Pintu gerbang masuk ke komplek villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan portal datar dari beton bertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang mirip dengan bagian rumah Toraja (tongkonan). Setelah melalui pintu utama terdapat vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya. Ruang penerima ini terdapat di balik pintu masuk utama selain berfungsi untuk tempat mantel, payung tongkat dan lain lain juga sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang di dalam. Dari vestibula ke kiri dan ke kanan terdapat tangga yang melingkar mengikuti bentuk gedung secara keseluruhan. Tangga ini terus-menerus sampai ke atap. Ruang-ruang seperti diekspresikan pada wajah gedung bagian utara (depan) maupun selatan (belakang) juga simetris. Ruang-ruang yang terletak di sudut, dindingnya berbentuk



1 4



lingkaran. Lantai paling bawah digunakan untuk rekreasi, bermain anak-anak dilengkapi dengan mini bar langsung menghadap ke teras taman belakang. Selain itu pada bagian ini, terdapat juga ruang untuk kantor, dapur, kamar mandi dan toilet. Di atasnya adalah lantai satu yang langsung dicapai dari pintu masuk utama. Pada lantai ini, di belakang vestibule terdapat hall cukup besar, permukaannya sedikit lebih rendah, karena itu dibuat tangga menurun. Kemudian setelah tangga langsung ke salon atau ruang keluarga yang sangat luas. Antara hall dan salon dipisahkan oleh pintu dorong sehingga bila diperlukan, kedua ruangan ini dapat dijadikan satu ruang yang cukup luas. Jendela pada ruangan ini juga mengikuti dinding yang berbentuk lingkaran sehingga dapat leluasa memandang kota Bandung. Ruang makan terletak di sebelah kiri (barat) salon. Di sebelah kanan (timur) ruang makan terdapat ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan ruang ketik di belakangannya (utara). Semua ruang berjendela lebar kecuali untuk menikmati pemandangan luar, juga sebagai ventilasi dan saluran sinar matahari. Pembukaan jendela, pintu yang lebar merupakan penerapan konsepsi tradisional yang menyatu dengan alam. Semua ruang tidur ditempatkan pada lantai dua berjejer dan berhadapan satu dengan lainnya yang masing masing dihubungkan dengan gang di tengah. Pembagian ruang tidur dilakukan secara simetris. Di sebelah selatan terdapat ruang tidur utama, tengah utara untuk



11



ruang keluarga dan di sebelah barat dan timur terdapat lagi kamar tidur. Masing-masing kamar mempunyai teras atau balkon. Kamar tidur utama sangat luas dengan ruang pakaian dan toilet di kiri kanannya. Antara ruang tidur utama dan teras terdapat pintu dorong selebar dinding sehingga apabila dibuka teras menyatu dengan kamar tidur, menghadap ke arah kota Bandung. Untuk melindungi teras dan ruang tidur dari air hujan, dibuat tritisan dari kaca disangga dengan rangka baja. Bentuk ruang keluarga identik dengan ruang tidur utama, dengan latar belakang ke arah utara, sehingga Gunung Tangkuban Parahu menjadi vistanya. Di atas ruang-rung tidur terdapat lantai tiga yang terdiri atas sebuah ruang cukup luas untuk pertemuan atau pesta, kamar tidur untuk tamu, sebuah bar, dan kamar mandi serta toilet tersendiri. Sama dengan ruang lainnya. ruang ini memiliki teras, jendela dan pintu dorong lebar. Di atas lantai tiga berupa atap datar yang digunakan untuk teras. Semua perabotan dan kaca tritisan diimpor dari Paris, Perancis. Bangunan ini ada tendensi horisontal dan vertikal yang ada pada arsitektur India yang banyak berpengaruh pada candi-candi di Jawa. Dikatakannya dalam arsitektur candi maupun bangunan tradisional, keindahan ornamen berupa garis garis molding akan lebih terlihat dengan adanya efek bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek masa lampau dalam mengeksploitasi sinar matahari tropis. Schoemaker banyak memadukan falsafah arsitektur tradisional dengan modern dalam bangunan ini. Secara konsisten, ia menerapkannya mulai dari kesatuan dengan lingkungan, orientasi kosmik utara selatan, bentuk dan pemanfaatan sinar matahari untuk mendapat efek bayangan yang memperindah bangunan. Seperti pintu masuk utara, pintu masuk selatan berhadapan langsung dengan taman. Pengolahan lahan, taman, dan elemen-elemennya turut mendukung keunikan Villa Isola terutama dari segi bentuk. Semuanya itu menyuarakan satu bentuk yaitu lingkaran.10 3. Tahap Pemugaran Pada tahun 1954 Villa Isola pun dibeli pemerintah Indonesia. Villa Isola atau Bumi Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP atau UPI Bandung saat ini. Semenjak tahun 1954 Villa Isola menjadi kantor rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan Sekretariat Universitas masih menempati Villa Isola.



10



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



12



Kini pihak UPI sedang melakukan pembangunan revitalisasi “Isola Heritage” yang dimulai sejak tahun 2009 yang direncanakan selesai pada tahun 2011. Isola Heritage akan mencakup dan memakan lahan 2 hektar. Biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini pun tidak tanggung-tanggung yaitu berkisar antara 4-5 miliar rupiah. Kawasan Isola Heritage ini memiliki konsep eduturisme karena menggabungkan hutan kota sekaligus sebagai areal penelitian. Didukung dengan botanical garden, diharapkan Isola Heritage pun dapat berfungsi sebagai paru-paru kota. Proses revitalisasi Gedung Isola diantaranya dengan pemugaran taman dan kolam serta penambahan monumen pendidikan dan gedung informasi di sekitarnya. Isola Heritage akan jadi kawasan cagar budaya yang dapat dinikmati seluruh kalangan sebagai bagian dari wisata pendidikan. Karena ini merupakan area publik, siapa pun boleh datang ke sini tidak terbatas untuk internal UPI saja.11



B. Bentuk Furnitur di Villa Isola Dilihat dari arus perkembangan seni dekoratif modern pada furnitur Art Deco Villa Isola, dinilai juga menampilkan seni dekoratif yang paling ekletik. Sedangkan dilihat dari perkembangannya, pada awalnya banyak yang menampilkan berbagai variasi watak sejarah seni dekoratif masa lalu, diantaranya bersumber dekoratif pada temuantemuan arkeologi seperti budaya Mesir, budaya Klasik Yunani, budaya Maya dan Inka, sedangkan data di Indonesia memperlihatkan adanya usaha pemanfaatan peninggalan elemen dekoratif dari percandian Hindu. Adapun ciri-ciri dari furnitur art deco, sebagai berikut: a. Ornamen geometris, garis lurus yang paralel, zig zag, chevron, lozenges (bentuk seperti berlian, tapi tidak kotak). b. Bergaya motif tumbuhan. c. Bergaya figur pahatan. d. Ornamen matahari dan pola tumbuhan. e. Warna kuat terra cota, kaca, batu bata dipasangi kaca berwarna, potongan mosaik, cermin berwarna. f. Ornamen relief rendah dengan tepi keras mengelilingi pintu dan jendela, seperti step di muka bangunan dan dan step di atas jendela. Namun seiring dengan perkembangan zaman ciri- ciri Art Deco di atas terutama pola simetris tidak lagi menjadi titik acuan utama dari pembuatan furnitur Art Deco. 11



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



13



1. Desainer Furnitur Art Deco Beberapa desainer sangat identik dengan Art Deco, misalnya Jaques-Emile Ruhlmann yang dikenal sebagai master Art Deco melalui karya furniturnya yang hampir selalu memakai material mahal. Desainer furnitur lain misalnya Paul Follote, Pierre Chareau, Clement, Rousseau, tim desain Süe et Mare (Luois Süe and André Mare), Eileen Gray serta Kem Weber. Rene Lalique dikenal dengan hiasan dari kaca dan desain perhiasaannya, Susie Cooper dan Clarice Cliff terkenal dengan keramiknya, Jean Puiforcat dengan perak dan pekerjaan metalnya, Paul Poiret terkenal dengan motif tekstilnya, dan A.M Cassandre dikenal dengan poster-posternya. 2. Penataan Art Deco pada Interior Villa Isola Art Deco lebih membicarakan estetika dibandingkan fungsional, oleh karena itu semua bagian furniturnya diperlihatkan. Mulai dari depan, samping dan belakang semuanya sama, diberi ornament-ornament atau ukiran, oleh karena itu harganya sangat mahal hingga sekarang. Pada umumnya furnitur Art Deco di Isola di letakkan di tengahtengah ruangan dan tidak ada yang terletak di sudut ruangan serta tidak semua sudut furniturnya bersandar ke dinding karena dinding juga memiliki fungsi dan ornament yang sama detailnya seperti sengaja untuk diperlihatkan atau dipamerkan.



Salah satu ruangan dalam di Villa Isola Gambar di atas memperlihatkan meja kerja yang penataannya sangat berbeda dengan sekarang. Meja kerja terletak di tengah ruang seolah menjadi point centre ruangan tersebut yang terletak tepat di bawah lampu gantung. Sofa dan credenzanya pun terletak ditengah bukan dipojok yang menempel ke dinding. Semuanya memiliki detail yang unik. Jika lebih diperhatikan lagi lampu gantung yang tepat di tengah – tengah ruangan menjadi patokan bagi penataan ruang tersebut. Pada gambar yang kedua terlihat posisi credenza yang melintang seolah menghalangi jalan dan sebenarnya menjadikan ruangan terasa padat dan sempit. Akan tetapi itulah yang merupakan eye cathing dari gaya Art Deco itu sendiri. Begitulah furnitur 14



Art Deco sangat memperhatikan detail yang merupakan daya tarik tersendiri dan tetap terlihat rapi dan indah. 3. Kontruksi pada Furnitur Art Deco Dari segi studi ergonomisnya arsitek Villa Isola sepertinya sudah sangat memperhatikan bahan material dengan fungsinya ini terlihat pada meja kerja pada ruang yang diberi nama Bureau. Pada bidang kerja yang sering digunakan terdapat material yang berbeda dengan bagian yang jarang digunakan padahal masih pada satu meja. Bidang yang jarang digunakan dilapisi dengan kaca sedangkan yang sering digunakan dari material yang mirip dengan akrilik atau plastik.Mungkin ini disebabkan lokasi villa Isola yang terletak pada dataran tinggi, pegunungan yang iklimnya lebih dingin akan menyebabkan kaca mudah berembun. Oleh karena itu pada bagian atas meja terdapat dua material. Furnitur Art Deco terkenal dengan ukuran yang besar terutama pada sofa. Kemungkinan ini disebabkan karena melambangkan posisi pemiliknya dalam masyarakat. Furnitur Art Deco terlihat bagus karena pekerjaannya yang manual dan membuat harganya pun sangat mahal. Jadi hanya orang-orang tertentu yaitu ekonomi menengah keatas yang dapat membelinya seperti orang-orang kerajaan. Sandaran sofa yang tinggi dapat melambangkan wibawa dan kedudukan pemiliknya. Jika diperhatikan kembali itu sangat tidak ekonomis karena lebih besar dari ukuran seharusnya dan fungsinya hanya sebagai sofa. Oleh karena itu kenapa Art Deco sering dibilang lebih memperhatikan ukuran dibandingkan fungsional. Namun semua furniture Art Deco masih terukur dan dapat diukur.



Detail meja dan sofa di Villa Isola.



15



4. Bahan dan Finishing Furniture Art Deco



Salah satu contoh sofa bergaya Art Deco (Furniture from Rococo to Art Deco,1988). Sofa pada gambar di atas terbuat dari rangka kayu oak dengan sambungan kayu yang horizontal. Pada bagian kepala dan dudukannya dilapisi goni dan kain katun yang juga digunakan sebagai finishing. Mahogany Sideboard (Furniture from Rococo to Art Deco,1988) Mahogany sideboard diatas terbuat dari kayu mahoni dan metal geometris yang bertahtakan motif dekorasi dengan tiga potongan cembung pada bagian depannya.



Lampu Meja (Furniture from Rococo to Art Deco,1988)



Berlandaskan bentuk dan desain yang sederhana, lampu meja ini sengaja memperlihatkan logam yang berkilauan dengan pernis permukaan yang halus. Furniture di atas merupakan beberapa contoh furnitur art deco. Bahan lain yang sering digunakan yaitu kayu hitam / ebony yang berasal dari Makasar, Indonesia. Aniline green-dyed wood, aluminium dan kaca. Pernis yang juga sebagai bahan akhir menggunakan kulit Morocco, chrome plate metal, cat warna gading, light-coloured walnut veneer niches and bronze mounts dan lain sebagainya.



16



5. Furnitur Villa Isola Saat Ini Banyak hal yang bisa kita lihat dan pelajari dari bangunan Villa isola, salah satu bangunan yang menonjol seni art deconya dan sangat populer di kota Bandung. Namun sekarang tidak lebih dari sekadar gedung atau kantor rektorat UPI saja. Bangunan yang telah lama dirubah fungsi tanpa memikirkan nilai sejarah dan seninya untuk masa depan. Tidak satu pun furnitur asli yang masih ada di Isola kecuali Piano dan dudukannya serta sebuah Bench berbentuk sofa yang joknya pun telah diganti yang diletakkan di sembarangan tempat. Kesadaran akan nilai sejarah dan seni yang kurang telah membuat Gedung ini perlahan-lahan dilupakan jati dirinya. Ini juga membuktikan tidak menghargainya bangsa kita akan sebuah nilai sejarah yang mendukung kemajuan zaman.



Suasana ruang kantor Villa Isola dengan furnitur yang modern



Ruang museum yang kini digunakan sebagai ruang kerja dari pembantu rektor



Furniture yang ada sekarang juga merupakan furnitur yang mengalami perubahan sesuai pada perkembangan zamannya. Furnitur yang begitu modern dan disesuaikan dengan fungsi gedung tersebut. Tidak ada motif atau ukiran apalagi patung karena dianggap akan membuat sempit dan tidak berfungsi. Hanya patung di taman yang masih bertahan dengan keadaan yang tidak indah lagi karena rusak. Tempat tidur diganti dengan meja kerja dan kursi. Mebel-mebel tersebut dibuat sesederhana mungkin dan lebih mengutamakan fungsinya walaupun sebenarnya bahan dasar yang digunakan hampir sama cuma cara kerja dan



17



finishingnya jauh lebih modern dan ringan. Kamar- kamar tidur pun berganti menjadi ruang rapat dan ruang kerja lainnya. Lukisan-lukisan unik diganti dengan foto-foto rektor. Villa Isola pun menjadi sangat formal dan hanya orang-orang tertentu dan yang punya keperluan dan izinlah yang bisa masuk ke gedung ini.12



C. Pencahayaan Alami Villa Isola 1. Orientasi Bukaan Jendela Orientasi bukaan pada bangunan Villa Isola cenderung berada pada sisi utara dan selatan, dikarenakan kedua sisi ini memang tidak langsung menerima cahaya matahari, tetapi melalui cahaya langit, sehingga cahaya alami yang didapatkan cukup ideal, tidak terlalu besar. Pada kedua sisi ini pun terdapat bukaan yang lebih banyak dibandingkan sisi timur dan barat. Sedangkan pada sisi timur dan barat, bukaan dibuat lebih sedikit, serta ukurannya tidak terlalu besar, dikarenakan kedua arah tersebut merupakan garis lintasan matahari. Sehingga cahaya yang masuk ke dalam tidak akan terlalu banyak. Pada sisi timur dan barat juga ditempatkan bukaan pada sudut bangunan, sebagai upaya meminimalisir cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan. 2. Luas dan Jumlah Bukaan



(a)



(b)



(c)



(d)



(a) Sisi utara, (b) Sisi selatan, (c) Sisi timur, (d) Sisi barat (Sumber: Data Pribadi). 12



Lemei, W. 1934. Villa Isola.



18



Melalui analisa untuk menghitung standar minimal bukaan pada gedung Villa Isola ini, dengan metode membandingkan luas bukaan cahaya minimal 20% dari luas permukaan muka bangunan, didapatkan hasil bahwa hampir sebagian besar berada di bawah standar minimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari keempat sisi bukaan pada bangunan Villa Isola, yang memenuhi persyaratan minimal bukaan untuk pencahayaan alami hanya pada sisi selatan bangunan. 3. Bentuk dan Kedalaman Ruang



(a)



(b) (a)Potongan kedalaman ruang sisi timur-barat lantai 5, (b) Potongan kedalaman ruang sisi utara-selatan lantai 5 (Sumber: Data Pribadi). Setelah dilakukan analisis pada potongan interior bangunan Villa Isola Bandung secara keseluruhan, sisi yang kurang memenuhi standar minimal kedalaman ruang khususnya pencahayaan alami berada pada sisi timur dan selatan bangunan, sedangkan sisi utara dan barat bangunan cukup memenuhi standar minimal. 4. Tingkat Pencahayaan Alami



(a)



(b)



(a)Tingkat pencahayaan alami pada lantai 4, (b) Tingkat pencahayaan alami pada lantai 5 (Sumber: Data Pribadi).



19



Luas permukaan lantai yang memenuhi standar persyaratan minimal kenyamanan visual secara keseluruhan bangunan, terdapat pada lantai 4 dan 5 bangunan, dikarenakan persentase luas bidang permukaan lantai yang terkena cahaya matahari langsung lebih besar dari 30%. Serta daerah yang memenuhi standar persyaratan minimal kenyamanan visual berada di sekitar sisi bukaan cahaya yang memiliki nilai tingkat pencahayaan alami sebesar 300 LUX. 5. Kualitas Warna



Colour Rendering (Sumber: Data Pribadi). Kualitas warna yang didapatkan pada bangunan Villa Isola belum semuanya menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun pada beberapa sisi seperti sisi timur dan barat, beberapa ruangannya menunjukkan spektrum yang cukup terang (Light). 6. Warna Interior



Interior Ruang Kerja Staff (Sumber: Buku Panduan Wisata Edukasi Heritage UPI tahun 2010) Warna interior bangunan Villa Isola umumnya berwarna krem, dan plafon berwarna putih. Warna putih sendiri dapat memantulkan cahaya antara 70%-80%, sedangkan warna muda dapat memantulkan cahaya antara 40%-60%, sehingga pemantulan cahaya di dalam ruangan bangunan Villa Isola dapat cukup optimal.



20



7. Tekstur Permukaan Interior



Permukaan Interior Ruang Rapat (Sumber: Buku Panduan Wisata Edukasi Heritage UPI tahun 2010). Lantai pada bangunan Villa Isola menggunakan marmer, serta dinding permukaannya dibuat halus, sehingga pemantulan cahaya dari permukaan interior cukup baik, dikarenakan marmer putih memiliki daya pantul sebesar 45%.



21



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bangunan Villa Isola yang dulunya merupakan rumah tinggal untuk Berretty sekarang berganti nama menjadi Bumi Siliwangi, merupakan salah satu bangunan Art Deco yang masih bertahan sampai sekarang. Isola memiliki keunikan tersendiri. Namun, banyak peristiwa yang telah terjadi yang mengakibatkan bangunan Villa Isola ini berubah fungsi, yang awalnya untuk rumah tinggal berubah menjadi markas pasukan militer Jepang dan sekarang dibeli oleh pemerintah Indonesia untuk dijadikan tempat kuliah yang bernama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hal ini mengakibatkan perubahan lay-out pada bangunan, penambahan ruang, penambahan tinggi bangunan, perubahan lansekap, dan furnitur. Villa Isola yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa ini, kini tak mendapat perlakuan sebagaimana semestinya. Renovasi yang dilakukan bukannya untuk melestarikan dan memperindah bentuk aslinya, malah membuat keindahan dan nilai sejarahnya makin memudar. Ini dapat langsung terlihat dari fasad, furnitur dan lay out Villa Isola saat ini. Setiap pergantian rektor, furnitur dan tata ruangnya pun berubah. Ruang yang dulunya luas menjadi sempit dan tidak teratur. Furnitur Art Deco yang besar-besar diganti dengan furnitur yang modern dan lebih ergonomis. Seharusnya pihak UPI dan penghuni sebelumnya mengerti akan nilai sejarah Villa Isola serta menyimpan furnitur asli dari Villa Isola walaupun tidak digunakan. Namun sekarang gedung yang mirip dengan Villa Isola telah dibangun dan kemungkinan besar akan digunakan sebagai gedung Rektorat yang baru. Sedangkan Villa Isola akan dijadikan sebagai museum. Perubahan apalagi yang bakal terjadi, seandainya Villa Isola menjadi sebuah museum apa yang bakal dipamerkan ditiap ruangannya jika furnitur aslinya pun tidak ada lagi dan kapan gedung bersejarah ini benarbenar memperlihatkan keindahannya kembali. Pihak UPI pun seharusnya lebih peduli pada Villa Isola atau Bumi Siliwangi sehingga masyarakat Bandung tidak kehilangan salah satu bangunan bersejarahnya. Villa Isola ini juga kurang memenuhi standar minimal pencahayaan alami, hanya pada lantai 3, 4 dan 5. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti luas bukaan, jumlah, dan penempatan bukaan, maupun faktor eksternal berupa bangunan serta vegetasi di sekitar bangunan Villa Isola. Villa Isola ini juga secara tidak langsung sudah mencoba menerapkan prinsip-prinsip dalam sustainable design, dimana sisi yang terpapar langsung oleh cahaya matahari langsung yaitu timur dan barat, bukaannya dibuat lebih sedikit, sedangkan pada sisi



22



utara selatan yang tidak terpapar cahaya matahari bukaannya dibuat cukup banyak, sehingga cahaya alami yang dimanfaatkannya berasal dari cahaya langit. Namun setelah dianalisa, bukaan-bukaan tersebut tidak seluruhnya berhasil mengoptimalkan cahaya alami untuk menerangi bangunan ini, hanya pada beberapa lantai saja yangdapat memanfaatkan cahaya alami secara optimal.



B. Saran Bagi para pembaca, laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai Sejarah dan Arsitektur dari Villa Isola. Selain itu, dalam perkembangan pendidikan sejarah, belum banyak materi yang membahas mengenai sejarah (terutama) arsitektur Villa Isola secara khusus sehingga dari laporan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif materi perkuliahan yang disampaikan kepada mahasiswa.



23



DAFTAR PUSTAKA Boidi, Adriana, 1988, Furniture from Rococo to Art Deco, (Evergreen).



Buku Panduan Wisata Edukasi Heritage UPI tahun 2010.



Lemei, W. 1934. Villa Isola.



http://meunbeatable.blogspot.co.id/2012/07/konservasi-arsitektur-villa-isola.html, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 19.15 WIB.



https://www.scribd.com/doc/50971786/Sejarah-Art-Deco, diakses tanggal 2 Desember 2018 jam 20.30 WIB.



http://id.wikipedia.org/wiki/Villa_Isola, diakses pada tanggal 2 Desember 2018 jam 14.42 WIB. www.dianekawati.files.wordpress.com, diakses pada tanggal 2 Desember 2018 jam 14.53 WIB.



24



LAMPIRAN



Villa Isola



Villa Isola Tampak dari Belakang



Taman Villa Isola



25



Pintu Masuk Villa Isola



Tangga Villa Isola



Pintu Masuk Villa Isola tahun 1933



26



Ruang kantor dan ruang rapat Villa Isola



Ruang Makan di Villa Isola \



Fasad dan Jendela Villa Isola (Rektorat UPI).



27



Sketsa bentuk Atap Villa Isola



Ruang Keluarga di Villa Isola



Ruang Dapur di Villa Isola



28



29



30