Wacana, Teks, Dan KalimatB. H. Hoed [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengantar Analisis Wacana Bahasa Indonesia Putri Rosmalia Octaviyani; 1006699505 05 Maret 2013



Laporan Bacaan Wacana, Teks, dan Kalimat B. H. Hoed Pada artikel yang berjudul Wacana, Teks, dan Kalimat, Hoed mencoba untuk memberikan pendapat dan pandangannya tentang pengertian dan posisi wacana dalam satuan analisis linguistik. Ia juga berusaha membedakan antara sistem dan struktur wacana, sistem dan struktur kalimat, teks, dan kalimat formal. Pada awal usahanya memahami makna dari “wacana”, Hoed menyetarakan antara “wacana” dengan “teks”. Hoed membedakan antara “wacana” dengan “kalimat” menjadi “system-sentence” dan “text-sentence”, atau kalimat sebagai satuan dalam kategori gramatikal (sintaksis) dan sebagai satuan dalam kategori semantis. Dalam “system-sentence” kalimat dilihat berdasarkan aspek morfologis atau semantis dengan memperhatikan kaidah-kaidahnya, sedangkan dalam “text-sentence” kalimat dilihat berdasarkan konteks dan situasi tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, Hoed kemudian menyimpulkan bahwa kalimat merupakan satuan gramatikal, sedangkan wacana merupakan satuan semantis. Berpedoman pada teori de Saussure (1915) tentang langue (segi abstraksi suatu bahasa yang berada di tingkat sosial dan budaya) dan parole (segi realisasi atau perwujudan suatu bahasa), van Dijk (1977:3) tentang makna “wacana”, serta Halliday dan Hasan (1976:293) tentang tata bahasa dan tata wacana, Hoed menyimpulkan bahwa tata bahasa adalah sistem yang mengatur kalimat, sedangkan tata wacana adalah sistem yang mengatur hubungan antara ujaran dengan lingkungannya. Hoed juga menyimpulkan bahwa kalimat dan wacana sama-sama terdapat pada tataran langue. Namun, kalimat adalah ujaran yang dilihat sebagai produk dan merupakan bagian dari suatu sistem yang tertutup karena dikaji tanpa kerangka acuan. Sementara itu, wacana adalah ujaran yang dilihat sebagai proses dan berada pada suatu sistem yang terbuka karena dikaji dalam kaitannya dengan kerangka acuan tertentu. Berdasarkan sifatnya, Hoed kemudian menggolongkan wacana dan teks sebagai unsur bahasa mengacu pada kerangka acuan atau unsur di luar bahasa yang bersandar pada pengalaman manusia. Teks merupakan realisasi dari sebuah wacana. Teks berada pada tataran parole yang sejajar dengan kalimat, sedangkan wacana sejajar dengan sistem dan struktur kalimat. Kalimat sendiri menurut Hoed terbagi menjadi dua, yaitu kalimat pada tataran langue dan kalimat pada tataran parole. Kalimat yang berada pada tataran langue adalah yang



Pengantar Analisis Wacana Bahasa Indonesia Putri Rosmalia Octaviyani; 1006699505 05 Maret 2013



mengandung hubungan paradigmatis. Sementara itu, yang berada pada tataran parole adalah yang mengandung hubungan sintagmatis. Hoed mengatakan bahwa wacana dapat digambarkan sebagai suatu sistem dan struktur. Hal tersebut berpegangan berdasarkan makna wacana yang merupakan sebuah bangun teoretis. Pengidentifikasian sistem dan struktur tersebut dapat dilakukan melalui penelitian pada sejumlah teks yang sejenis. Hal lain yang juga dibahas oleh Hoed adalah kohesi dan koherensi. Hoed berpendapat bahwa agar dapat dianggap sebagai wacana, sebuah teks harus koheren atau memiliki kepaduan semantis antara proposisi yang satu dengan yang lain. Koherensi tidak selalu harus dicapai dengan bantuan kohesi, tetapi kohesi dapat berperan sebagai pendukung terjadinya koherensi.



Sumber Referensi Hoed, B. H. 1993. Wacana, Teks, dan Kalimat, hlm. 125—135. Depok: Universitas Indonesia.