114 - 87 - 44962 - Referat Gangguan Tidur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) * Program Studi Profesi Dokter / Februari 2020 ** Pembimbing / dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ



GANGGUAN TIDUR



Rania Egyptiana, S.Ked * Sisvanesa, S.Ked * Laras Zoesfa Rahmalia, S.Ked * dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ **



PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2020



CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) * Program Studi Profesi Dokter / Februari 2020 ** Pembimbing / dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ



GANGGUAN TIDUR



Rania Egyptiana, S.Ked * Sisvanesa, S.Ked * Laras Zoesfa Rahmalia, S.Ked * dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ **



PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2020 i



HALAMAN PENGESAHAN CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS) GANGGUAN TIDUR



Disusun Oleh : Rania Egyptiana, S.Ked



G1A218048



Sisvanesa, S.Ked



G1A218117



Laras Zoesfa Rahmalia, S.Ked G1A218054



Program Studi Profesi Dokter Bagian Ilmu Psikiatri Rumah Sakit JiwaProvinsi Jambi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi



Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan Pada Februari 2020



Pembimbing



dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ



ii



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science Session (CSS) yang berjudul “Gangguan Tidur” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah Clinical Science Session (CSS) ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca.



Jambi, Februari 2020 Penulis



iii



BAB I PENDAHULUAN Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.Masalah tidur yang menyebabkan stres pribadi yang signifikan atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai gangguan tidur (sleep disorder). Pada beberapa orang tidur merupakan hal yang sulit dilakukan karena adanya gangguan tidur. Gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan adalah insomnia.1,2,3 Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.1-5 Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.1



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



DEFINISI Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang



ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon



terhadap



stimulus



eksternal



dibandingkan



dengan



keadaan



terjaga.Gangguan tidur merupakan salah satu kelainan psikiatri yang secara internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa teori, antara lain:2,3 



ICD 10 (International Classification of Diseases 10th ed), dipublikasikan oleh World Health Organization. Sistem ini membagi gangguan tidur menjadi dua area, yaitu organik dan non organik. Namun dengan klasifikasi ini tidak seluruh gangguan tidur dapat dimasukkan kedalam klasifikasi.







DSM-IV-TR 2000, Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders 4th ed.







ICSD-2 International Classification of Sleep Disorders, 2nd ed. Memiliki 81 diagnosa yang dibagi dalam 8 group besar, yaitu:6 o Insomnia o Sleep related breathing disorders o Hypersomnia of central origin o Circandian rhythm sleep disorder o Parasomnia o Sleep related movement disorders o Isolated symptoms, apparently normal variant, and unresolved issues o Other sleep disorders



2



2.2



FISIOLOGI TIDUR Fungsi tidur ialah menyeimbangkan fungsi homeostatik yang bersifat



menyegarkan dan penting untuk termoregulasi normal dan penyimpanan energi.Periode kurang tidur yang berlangsung lama akan menyebabkan kekacauan ego, halusinasi, dan waham. Pasien yang kekurangan tidur REM dapat menunjukkan iritabilitas dan letargi. Pada penelitian menggunakan tikus, kekurangan tidur menimbulkan sindrom yang mencakup penampilan lemah, lesi kulit, meningkatnya asupan makanan, berat badan turun, meningkatnya pemakaian energi, turunnya suhu tubuh, dan kematian. Perubahan neuroendokrin mencakup peningkatan norepinefrin plasma serta penurunan kadar tiroksin plasma.3,5 Kebutuhan tidur setiap individu berbeda. Penidur pendek (short-sleeper) membutuhkan waktu tidur kurang dari 6 jam, sedangkan penidur panjang (longsleeper) membutuhkan waktu tidur lebih dari 9 jam.Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam, disebut irama sirkadian.Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi SSP. Jadi, seseorang yang tertidur, susunan saraf pusatnya sedang bekerja. Dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi.3,4 Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep



center).



Bagian



susunan



saraf



pusat



yang



menghilangkan



sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center).4 Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:1-5  Tipe Rapid Eye Movement (REM)  Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium, antara lain:1-5



3



1. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium



ini



dianggap



stadium



tidur



paling



ringan.



EEG



menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang teta. 2. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah. 3. Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan. 4. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS). Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalam tidur NREM. 2.3



EPIDEMIOLOGI Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan



pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.Gangguan tidur sangat sering terjadi. Satu per tiga penduduk Amerika mengalami gangguan tidur. Sekitar 20-40% orang dewasa di Amerika dilaporkan mengalami kesulitan tidur, dan 17% masalah tidur ini digolongkan berat.1,4 Angka kejadian gangguan tidur meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% insiden terjadi pada usia 30-50 tahun, dan 30% terjadi pada usia > 50 tahun. pada lansia, waktu tidur berkurang disertai sering bangun saat malam hari.



4



Hal ini dipengaruhi keadaan medis dan konsumsi obat-obatan yang menyebabkan gangguan tidur.Sedangkan insomnia primer lebih sering terjadi pada wanita dengan rasio wanita berbanding pria 3:2. Hal ini dipengaruhi siklus mensturasi dan menopause. Pada obstruktive sleep apnea (OSA) sering terjadi pada pria (4%) dibanding wanita (2.5%).1 Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol. Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),



psychophysiological



(15%),



sindroma



kaki



gelisah



(5-15%),



ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (