Referat Gangguan Tidur Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



GANGGUAN TIDUR PADA LANJUT USIA Definisi Tidur merupakan fenomena kehidupan yang berlangsung dalam suatu siklus tidur bangun berupa irama sirkardian yang berlangsung dan diatur oleh pusat sirkardian di Nucleus SupraKiasmatikus yaitu daerah hipotalamus region anteroventral, yang mempengaruhi siklus endokrin dan pola sikap secara langsung dan tidak langsung. Pusat pengaturan irama tubuh ini akan menterjemahkan rangsang cahaya yang diterima mata sehingga timbul irama terang dan gelap dalam tubuh manusia ( irama sirkardian ). Nucleus SupraKiasmatikus akan mengirimkan sinyal ke badan pineal yang kemudian memproduksi hormon Melatonin. Hormon ini hanya dikeluarkan pada saat gelap, dan dikenal sebagai hormon pengatur waktu tubuh yang mengatur waktu tidur dan bangun manusia. Masalah pengaturan pola tidur pada usia lanjut biasanya meliputi; sulit untuk tidur, tidur dalam yang sebentar, bangun terlalu pagi dan total waktu tidur yang sedikit. Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur, dimana keluhan terhadap kualitas tidur berjalan seiring dengan penambahan usia. Sebagian besar lanjut usia memiliki resiko gangguan tidur yang disebut dyssomnia yang dapat terbagi menjadi bermacam gangguan dengan penyebabnya dan juga parasomnia. Epidemiologi    



Wanita memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur: Kesulitan tidur (> 65 tahun) .Pria 10 %, Wanita 18 %. Gangguan tidur sering terjadi pada pasien-pasien yang berada di rumah sakit dan penghuni rumah perawatan. Pola tidur berubah seiring dengan usia, tetapi perubahan dapat ditandai dengan perubahan fisik atau psikologi. Lanjut usia yang menerima obat-obatan hipnotik yang tidak proporsional.



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



Gambar 1. Hypnograms memerlihatkan perbedaan karakter tidur pada orang muda dan orang tua. Dibandingkan dengan orang muda, Orang tua cenderung memiliki onset tidur yang lama, tidur yang terfragmentasi, bangun terlalu dini di pagi hari dan menurunnya tidur tahap 3 dan 4. Fisiologi Tidur Aktivitas otak selama tidur dapat direkam melalui gelombang otak pada Elektroensephalogram (EEG), gerakan bola mata Elektrookulogram (EOG), dan tonus otot pada Elektromiogram (EMG). Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak. Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak, kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi relaksasi (gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya REM) atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap tanpa mimpi pada frekuensi gelombang delta. Jika kita dapat mengatur frekuensi gelombang otak kita sampai pada taraf gelombang delta, kita tidak memerlukan waktu tidur yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi. Sadar : EEG rekaman menunjukan rekaman dengan gelombang yang berfrekuensi 8-13 siklus per detik (spd), disebut juga sebagai gelombang alfa. Adapun fase tidur normal dibagi 2 fase: 1. REM (Rapid Eye Movement) : Tidur REM ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat, refleks tendon yang melemah atau menghilang, tekanan darah dan pernapasan meningkat, dan mimpi biasanya terjadi pada stadium ini. 2. NREM (Non Rapid Eye Movement) dibagi kedalam 4 tahap : Tidur tahap 1 : EEG memperlihatkan gelombang bervoltase rendah, berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang yang berfrekuensi lebih lambat tanpa adanya gelombang tidur (sleep



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



spindle). Pada tahap ini tonus otot berkurang, kelopak mata menutup dan tampak gerakan bola mata. Tahap ini berlangsung 3-5 menit dan dengan stimulus ringan sudah dapat membangunkannya. Tidur tahap 2 : Tidur memasuki tahap ke dua bila tampak gelombang tidur pada EEG. Gelombang ini berupa gelombang cepat bervoltase tinggi, frekuensi 14-18 spd dengan latar belakang gelombang lambat (3-6 spd) bervoltase rendah. Otot bola mata berhenti bergerak, tetapi tonus otot tetap terpelihara. Tidur tahap 3 dan 4 : EEG memperlihatkan gelombang delta yang berfrekuensi 1-2 spd dengan voltase tinggi. Gelombang delta pada tahap 4 lebih banyak dari pada tahap 3 Keempat tahap tidur dilalui dalam 70 - 100 menit pertama setelah seseorang mulai tidur. Pada tahap REM sebagian besar mimpi dapat diingat kembali bila orang terbangun, sebaliknya pada tahap tidur Non-REM, hanya sebagian kecil yang dapat diingat kembali. Selama tidur itu, tidur REM dan NREM terjadi bergantian 4-6 kali. Jumlah tidur tahap 3, 4 dan REM makin berkurang sesuai dengan makin meningkatnya usia. Pada usia lanjut tidur REM terbagi secara merata sepanjang malam dan tahap 3 dan 4 yang sangat pendek, bahkan sering tidak ada sama sekali. Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron, retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan dengan proses aterosklerotik dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia terjadi pengurangan jumlah tidur gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM). Macam-Macam Gangguan Tidur Pada Lanjut usia 1. Dyssomnia A. Insomnia Adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau untuk mempertahankan keadaan tidur dan biasanya sekunder akibat stress psikologis, gangguan neurologi tertentu, penggunaan substansi atau zat tertentu dan penyakit medis. Gejalanya dapat berupa selalu merasa lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Insomnia berdasarkan penyebab : - Insomnia Psikofisiologi Merupakan insomnia yang menetap yang disebabkan oleh kondisi psikologi atau kejiwaan. Selama periode sementara insomnia, pasien membiasakan diri dengan kesulitan tidurnya, dan ini merupakan bentuk dari anggapan yang memenuhi diri mereka yang merasa cemas bahwa waktu tidur merupakan siksaan berat dibandingkan istirahat. - Gangguan Neuropsikiatri Depresi dan kecemasan biasa terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami kesulitan tidur. Depresi sering berhubungan dengan pola terbangun pada tengah malam atau bangun terlalu pagi, meskipun pasien dengan fase depresi dari gangguan tidur bipolar dapat juga mengalami tidur yang berlebihan. Kecemasan



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



biasanya berhubungan dengan kesulitan untuk memulai tidur. Dari berbagai penyebab, gangguan tidur juga dapat terjadi sekunder akibat gangguan sistem saraf pusat. Insomnia sering disertai demensia multi infark, Alzheimer, delirium, dan demensia lainnya. Merupakan hal yang terpenting lainnya adalah menyingkirkan sebab-sebab metabolik dan toksik. - Gangguan medis Penyakit kronik yang disebabkan proses degeneratif sering menyebabkan pasien terbangun saat tidur. Penyakit jantung Kongestif, Asma, dan COPD dapat menyebabkan pasien sesak dan terbangun pada malam hari, Makroglosia yang berhubungan dengan Hipertiroid juga dapat mempengaruhi nafas pada malam hari melalui obstruksi saluran nafas bagian atas, dan DM yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi tidur karena seringnya buang air kecil pada malam hari. - Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan zat lain Walaupun minuman beralkohol sering digunakan untuk merangsang tidur, waktu paruh yang pendek dapat menyebabkan seseorang terbangun pada malam hari. Pasien dengan alkoholik kronis sering merasakan insomnia selama berbulan-bulan walaupun telah mencapai keadaan tidak mabuk. Pasien-pasien yang menerima pengobatan sedatif atau obat-obatan hipnotik untuk periode waktu tertentu merasakan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut bahkan cenderung untuk menambah dosis obat. Penghentian penggunaan obatobatan secara bertahap penting untuk memperbaiki tidur. Insomnia dapat juga berhubungan dengan penggunaan obat psikostimulan, seperti amphetamine atau methylphenidate. Insomnia berdasarkan waktu :  Transient insomnia: episode tunggal yang berlangsung satu atau beberapa malam, bisa dikarenakan stress yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama.  Short-term insomnia: Berlangsung beberapa hari sampai tiga mingu), terjadi pada mereka yang mengalami stress situasional (kehilangan atau kematian orang terdekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, lingkungan yang berbeda dari biasanya, adanya penyakit fisik dan lain sebagainya)  Long term insomnia: berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun (sering berhubungan dengan kondisi medis, gangguan kejiwaan atau gangguan tidur primer) B. Hipersomnia Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip manajemen diri. Penyebab Hipersomnia antara lain : 1. Kondisi medis: Genetik, menstruasi, kondisi metabolik atau toksik, ensefalitis, pengobatan dengan anti-depresan, efek alkohol, keadaan kurang tidur atau tidur tidak berkualitas . 2. Kondisi kejiwaan: depresi, gangguan irama sirkadian. Kondisi ini biasanya bercampur dengan gangguan tidur yang primer tetapi dapat juga berhubungan dengan lesi di susunan saraf pusat, penyakit paru atau penggunan zat tertentu. C. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan Bentuk yang paling sering adalah obstructive sleep apnea. Faktor risiko terkena gangguan ini antara lain: overweight, usia paruh baya (terutama pada



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



wanita), atau usia lanjut yang pernah mengalami ketergantungan obat. Apnea adalah penyakit yang disebut juga”to fall asleep at the wheel” karena sering dialami ketika penderita sedang mengemudikan mobil. Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung dan tekanan darah. Ketika terserang, penderita seketika merasa mengantuk dan jatuh tertidur. Penderita apnea mengalami kesulitan bernafas yang merupakan akibat dari kolapsnya jaringan palatum lunak, obstruksi parsial jalan pernafasan dan peningkatan tahanan jalan napas. D. Dyssomnia lain Seperti pergerakan kaki yang periodik dan berulang, gerakan menyentak dari ekstremitas bagian bawah (nocturnal myoclinus) selama tidur, lebih sering terjadi pada lanjut usia. Dapat juga terjadi Restless leg Syndrome pada beberapa pasien, yaitu sindroma neurologis idiopatik yang dapat di pengaruhi oleh Klonazepam. E. Narkolepsi Adalah suatu gangguan idiopatik karena aktivitas dari tingkat REM yang berlebihan yang diakibatkan oleh gangguan psikologis dan hanya bisa disembuhkan melalui bantuan pengobatan dari seorang dokter ahli jiwa. Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus-menerus, penderita narkolepsi ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat, biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narkolepsi dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi. Meskipun onset biasanya pada dekade kedua dari kehidupan , kondisi ini terkadang dapat ditemukan pada lanjut usia. Gejaka narkolepsi berupa mengantuk dan terkadang disertai salah satu gejala dari ketiga gejala ini : 1. Katapleksi 2. Paralisis tidur 3. Halusinasi hipnogogik Lamanya serangan bervariasi dari beberapa detik hingga 15-30 menit. Katapleksi terdiri dari hilangnya tonus secara episodik, mendadak dan lengkap sehingga pasien dapat terjatuh tanpa kehilangan kesadaran. Bentuk yang lebih ringan dapat menyerang bagian-bagian dari tubuh, misalnya kelemahan pada lutut. Katapleksi berlangsung beberapa detik hingga menit. Paralisis Tidur adalah suatu keadaan dimana terjadi kehilangan tonus otot sementara. Keadaan ini terjadi antara waktu tidur dan terjaga, dan pasien biasanya tidak mampu bergerak. Halusinasi Hipnogogik adalah halusinasi visual atau auditorik antara waktu tidur dan jaga. Halusinasi ini khusus timbul saat seseorang mulai terlelap dan berlangsung singkat yaitu beberapa detik hingga menit. F. Gangguan ritme sirkadian tidur Pasien lanjut usia memiliki lebih banyak kesulitan beradaptasi dengan perubahan zona waktunya, seperti mereka yang baru melakukan perjalanan. Pasien lanjut usia dapat memperburuk gangguan fase tidur , yang ditandai dengan rasa kantuk yang terlalu dini pada malam hari dan terbangun terlalu cepat pada pagi hari. 2.



Parasomnia Gangguan perilaku tidur REM terjadi paling sering pada pasien lanjut usia. Aktivitas motorik seperti berlari atau menendang dapat terjadi selama mimpi, meskipun atonia biasanya berhubungan dengan tingkat tidur REM. Penatalaksanaan dari somnambulisme dapat termasuk memindahkan objek yang berbahaya dari area tempat tidur atau dengan obat- obatan penekan REM seperti, antidepresan trisiklik dan sedatif (seperti clonazepam dan benzodiazepine) telah dianggap sebagai terapi.



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan insomnia : Tujuan penatalaksanaan pada pasien insomnia : - Menghentikan ketergantungan obat tidur. - Meningkatkan pelaksanaan hygiene tidur. - Memperbaiki gangguan tidur spesifik, contohnya : # Nocturnal myoklonus # Obstruktif sleep apnea # Central sleep apnea - Memperbaiki keadaan yang menganggu tidur. - Memonitor respon terapi secara obyektif. A.



Terapi Non Farmakologis Tujuan ini dapat dicapai dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :  Lingkungan - Dipertahankan suhu yang nyaman dan bebas dari suara-suara mengganggu dengan penerangan yang cukup dan tidak mengganggu mata, juga dalam lingkungan yang bersih. - Tempat tidur juga merupakan salah satu bagian penting. Banyak orang yang menggunakan kasur yang terlalu lunak dan tidak nyaman sehingga mempengaruhi tidur mereka. - Pergunakan bantal alas kepala yang sesuai dan nyaman untuk tidur. - Pakaian tidur dipilih yang bersih dan nyaman dipakai.  Aktivitas - Pasien harus diberitahukan bahwa saat mereka berbaring dalam keadaan sadar selama lebih dari 30 menit, mereka harus meninggalkan kamar, melakukan aktivitas lain di luar kamar sampai merasa lelah, lalu kembali ke tempat tidur. Jika pasien cenderung berbaring dan bangun untuk periode waktu yang lama, mereka harus mengatur jadwal untuk tidur lebih lambat. - Jangan melakukan aktivitas lain di tempat tidur selain untuk untuk tidur. - Olahraga setiap hari tetapi jangan sebelum tidur - Dokter perlu membantu dalam pelaksanaan jadwal siang dan malam yang teratur. Jadwal ini sebaiknya memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur di siang hari dan cukup waktu untuk rileks setelah beraktivitas sebelum beristirahat. Menjelang tidur aktivitas mental perlu dihindari.  Lain-lain - Hygiene tidur yang baik juga termasuk menghindari berkemih pada malam hari dengan membatasi pemasukan cairan pada waktu yang dekat dengan waktu tidur. - Minuman seperti teh, kopi, dan minuman bersoda harus dihindari setelah pukul 6 sore - Segelas susu hangat sebelum tidur merupakan pengobatan tradisional, ataupun mandi air hangat atau pijat dapat membantu relaksasi untuk mempermudah tidur. B. Terapi Farmakologis Hipnotik Pada pemakaian pertama obat hipnotik, memang cenderung mengurangi jeda- jeda pemutus tidur dan memungkinkan orang untuk lebih cepat jatuh tertidur lebih lama . Kebanyakan obat- obatan hipnotik mengurangi tidur REM.  Alkohol



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



Telah lama dikenal berfungsi sebagai hipnotik tua yang selektif bila diminum dalam jumlah yang tidak banyak, akan tetapi bila berlebih dapat menyebabkan gangguan tidur.  L- Triptofan Merupakan asam amino alamiah yang terdapat dalam susu , daging , dan sayuran hijau. Terdapat beberapa bukti bahwa L-Triptofan dapat menginduksi tidur bila diminum dalam dosis 1 gram pada malam hari.  Benzodiazepin Dalam pemberian Benzodiazepin harus dapat diresepkan dalam jumlah kecil dan pengulangan resep harus dihindari. Pasien harus diingatkan agar supaya berhati-hati dalam beraktivitas sehari-hari seperti menyetir , dan lain sebagainya agar tidak membahayakan dirinya sendiri. Golongan ini akan mengganggu pertimbangan sosial, mudah agresif dan resiko bunuh diri meningkat. Pada lanjut usia metabolisme Benzodiazepin berlangsung lebih lambat dan perlahan karena penurunan fungsi ginjal dengan pertambahan usia. Pada pemberian hipnotik ini sebaiknya diberikan saat perut dalam keadaan kosong karena adanya makanan akan memperlambat absorbsi. Keluhan utama sindrom putus obat adalah kecemasan, depresi, perubahan persepsi, perasaan depersonalisasi dan nausea.  Diazepam 5-30 mg Obat ini baik diberikan pada dosis tunggal di malam hari sebelum tidur. Metabolit utamanya, dismentil diazepam, mempunyai waktu paruh yang panjang. Hal ini membuat diazepam bermanfaat pada insomnia yang disebabkan oleh neurosis cemas. Dapat pula terjadi perasaan melayang saat bangun tidur.  Klorazepat dikalium Diubah menjadi dismentil diazepam oleh pH lambung yang asam dan obat ini dapat menghindari terjadinya perasaan melayang pada mereka yang cenderung mengalaminya bila minum diazepam.  Triazolam Dengan dosis 0,125 mg menjelang tidur , atau Temazepam 5-15 mg menjelang tidur bermanfaat sebagai hipnotik kerja singkat. Dari kasus-kasus yang mengeluh sulit tidur, maka triazolam merupakan obat yang paling efektif.  Klonazepam Dosis yang diberikan 0,252 mg menjelang tidur, mengatasi mioklonus malam hari.  Flurazepam Secara eksklusif didasarkan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinis terkontrol telah menunjukan bahwa flurazepam mengurangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah, dan lama terbangun selama tidur maupun lamanya tidur. Obat ini cocok untuk pengobatan insomnia jangka panjang dan jangka pendek disertai gejala anxietas di siang hari. Efek samping berupa pusing, vertigo, ataksia, dan gangguan keseimbangan terutama pada lanjut usia dan penderita yang keadaannya lemas. Flurazepam dikontraindikasikan pada wanita hamil. Dosis oral untuk induksi tidur dewasa 30 mg pada waktu tidur (pada lanjut usia dan penderita yang keadaanya lemas 15 mg ). Obat-obat jenis lain : a) Amitriptilin, doksepin, dotiepin atau nianserin, cocok diberikan kepada insomnia yang disertai depresi. Semua obat golongan ini tergolong sedatif. Efek samping pada jantung mungkin tidak diharapakan pada kelompok usia pertengahan dan lanjut usia.



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



b)



o o o o o o o o



Kloralhidrat 500-2000 mg di malam hari merupakan hipnotik yang popular, efektif dan terjangkau harganya. Obat ini terutama bermanfaat pada lanjut usia karena kecil potensinya untuk terjadi ketergantungan fisik atau psikis. Kloralhidrat tidak menyebabkan perasaan kacau dan hanya sedikit mempengaruhi siklus tidur. Bekerja dalam waktu 30 menit dan efeknya berlangsung hingga 8 jam. Dimetabolisme oleh hati dan diekskresi oleh ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada penyakit hati dan ginjal. Dapat terjadi gastrirtis dan ruam kulit. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita gastritis dan tukak lambung. c) Klormetizol edisilat 500-1000 mg di malam hari, bermanfaat pada lanjut usia, terutama mereka yang menderita demensia dan gangguan tidur. Merupakan suatu derivate vitamin B12 dan memiliki efek sedatif, hipnotik dan anti konvulsan. Dapat timbul sakit kepala, bersin-bersin, iritasi mata, dan ganguan lambung. Gangguan fungsi hati merupakan suatu faktor resiko keracunan obat ini. Obat-obat yang mempunyai rantai samping alifatik (misalnya Chlorpromazine, promazine, dan rifluopromazine) adalah yang paling sedatif. Golongan piperazine bersifat sedatif ringan, sedangkan golongan piperidin memiliki efektivitas sedatif intermediate. Klorpromazine dan tioridazine merupakan sedatif fenotiazine yang cocok untuk kasus insomnia yang menyertai psikosis. Haloperidol 1-3 mg per oral sekali atau dua kali sehari atau 1-5 mg di malam hari dapat mengendalikan perasaan kacau yang dialami pada siang hari dan gangguan yang berkaitan dengan salah persepsi pada malam hari. Klorpromazine 25-30 mg peroral di malam hari, secara tunggal atau secara bersamaan dengan benzodiazepine dapat digunakan pada kasus insomnia yang menyertai penyakit terminal. Barbiturat Barbiturat merupakan golongan anti depresan otak secara umum dan kurang dibandingkan dengan golongan enotiazin dan benzodiazepine. Reaksi paradoks pada lanjut usia yang disertai agresi, agitasi, atau yang serupa itu sering terjadi. Barbiturat kini tidak lagi dipakai sebagai hipnotik karena kecenderungan menimbulkan ketergantungan baik psikis maupun fisik. Antihistamin Antihistamin seperti klorpheniramin (benadryl) dapat merupakan hipnotik yang efektif untuk beberapa pasien. Sindroma Apneu Tidur Pengobatan penderita sindroma apneu tidur bersifat mendesak karena ada resiko kematian mendadak. Perlu dilakukan observasi tidur selama 24 jam, wawancara dengan partner tidurnya dan pemeriksaan polisomnografi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan tekanan aliran udara yang terus menerus (CPAP-Continuous Positive Airway Pressure) Jika pasien gemuk, maka perlu menurunkan berat badan yang dengan sendirinya akan memecahkan persoalan. Asupan alkohol atau obat-obatan yang berlebihan harus dihentikan. Pemberian sedatif, termasuk premedikasi dan anestesia umum berbahaya pada kasus-kasus ini dan perlu dilakukan pengawasan ketat. Medroksiprogesteron asetat 20 mg peroral tioap 8 jam merupakan suatu perangsang pernapasan dan memperbaiki gejala-gejala sindroma ini. Obat ini bekerja dengan merangsang pernapasan sentral. Protriptilin 20-30 mg peroral di malam hari, dapat mengurangi banyaknya episode apneu. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah tidur REM, yaitu saat



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



–saat dimana terjadi periode apneu yang paling berat dan juga dapat mengubah aktivitas otot pernapasan. Narkolepsi  Tidur siang secara teratur dan tidur malam yang lebih panjang dapat membantu mencegah serangan tidur di siang hari dan sedikitnya mengurangi frekuensinya.  Psikoterapi individual atau kelompok baik dari pasien atau keluarga yang dapat membantu dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit dan kecacatannya.  Untuk mengatasi berbagai aspek yang berbeda dari sindroma ini diperlukan pengobatan yang berbeda pula. Kebanyakan penderita mengeluh bahwa serangan tidur di siang hari adalah yang paling menggangu dalam hidup mereka.  Kafeine, ephedrine dan antikonvulsan tidak memiliki tempat dalam pengobatan narkolepsi.  Metilfenidat 80 mg / per hari peroral dapat digunakan untuk mengatasi rasa mengantuk di siang hari. Dosis awal biasanya 5 mg per oral pada jam 8, 12, dan jam 4 sore. Obat ini memiliki masa kerja yang singkat. Absorpsinya berkurang oleh makanan, oleh karena itu harus diberikan 1 jam sebelum atau sesudah makan.  Imipramin 10 – 25 mg dalam dosis terbagi selama siang hari, digunakan untuk mengatasi gejala Narkolepsi lainnya. Dosis rendah lebih efektif untuk katapleksi dari pada untuk pengobatan depresi.  Pemberian bersama Metilfenidat dan Imipramin dapat digunakan untuk mengatasi serangan tidur dan gejala-gejala penyertanya.  Fenelzin dipakai untuk pengobatan narkolepsi yang resisten dan mengatasi semua gejala pada gangguan ini. Transient Insomnia Mungkin tidak diperlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukan nya dapat diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat seperti Triazolam dan Lorazepam, yang juga cepat hilang dari tubuh. Short Term Insomnia Sebagai pengobatan dapat diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat. Biasanya pengobatan tidak lebih dari 3 minggu. Long term Insomnia Dalam keadaan ini obat-obatan yang lebih tepat adalah neuroleptika dengan efek hipnotik yang kuat seperti klorpromazin, levomepromazinem. Parasomnia Dapat diatasi dengan obat REM suppressant seperti antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor. Akan tetapi obat ini beresiko membuat lemah pada pasien lanjut usia. Hal yang penting adalah memindahkan benda-benda yang berbahaya dan mebel yang ujungnya tajam dari sekitar pasien dengan kondisi ini.



Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia



DAFTAR PUSTAKA Sherwood L, Human Physiology: From Cells To Systems. Edisi ke-7. Canada, 2010. Lonergan Edmund T, Clinical Proffesor of Medicine, San Fransisco : University of California, 1996 Budiman R, Insomnia pada Usia Lanjut, Dalam Buku Kumpulan Abstrak/ Makalah, Healty and Active Ageing Symphosium Successful aging an Emerging Paradigm of Gerontology : Illness, Crisis and Loss, Jakarta : Kongres Nasional gerontology, 2004 Setiabudhi T, Gangguan tidur Pada Usia Lanjut, Jakarta: Dalam cermin Dunia Kedokteran,1997 Walsh



D, Insomnia dalam Kapita selekta Penyakit dan terapi, Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997



Wiwie M, Insomnia Pada Usia Senja Deteksi dan Cara Mengatasinya, Dalam Buku Kumpulan Abstrak/ Makalah, ParadoxicalParadigm Toward Active Ageing, Jakarta: Kongres Nasional Gerontology. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.