13 - Risiko Kecurangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RISIKO KECURANGAN



Disusun oleh:



Kelompok 13 1.



Putu Agus Krisna Yu (15/2002622010387/15)



2.



Desrin Yana Reda (2002622010398/26)



PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Risiko Kecurangan” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pengauditan 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ‘Risiko Kecurangan’ bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ni Wayan Rustiarini, SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen mata kuliah Pengauditan 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Denpasar, 19 Juli 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3 2.1 Jenis-Jenis Kecurangan..................3……………………………………………………1 2.2 Kondisi Penyebab Kecurangan.......3……………………………………………………2 2.3 Penilaian Risiko Kecurangan.........4……………………………………………………3 2.4 Merespon Risiko Kecurangan........5……………………………………………………4 2.5 Pemuktahiran Proses Penilaian Risiko ...................................................... 6…………………………………………………………5 2.6 Area Risiko Kecurangan Spesifik……………………………………………………….6 BAB III PENUTUP....................................................................................................................8 3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8 3.2 Saran



DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skandal kecurangan dalam pelaporan keuangan di awal abad ke 21 telah membuka mata dunia tentangbetapa besarnya kerugian yang diderita para investor yang selama ini mengandalkan keputusan yang diambil berdasarkan informasi dalam laporan keuangan auditan. Hal ini mendorong profesi pengauditan untuk meninjau ulang berbagai standard dan ketentuan yang dipandang sudah tidak memadai. Sebenarnya kecurangan semacam ini sudah sering terjadi jauh sebelumnya. Contoh klasik adalah kecurangan pada mckesson-Robbins yang melukiskan bahwa kecurangan pelaporan keuangan bukan kejadian yang baru terjadi akhir-akhir ini saja. Setelah kasus itu terjadi, profesi auditing di Amerika Serikat menanggapinya dengan membuat standar yang formal untuk prosedur pengauditan. Sebagai tanggapan atas kasus-kasus kecurangan yang terjadi di Amerika Serikat, Congress AS menerbitkan Sarbanas Oxley Act tahun 2002 dan AICPA menetapkan standar standar auditing khusus yang berkaitan dengan penilaian dan pendeteksian risiko kecurangan. Standar audit internasional yang diadopsi oleh IAPI juga mengatur tentang hal yang sama (SAS 240 - Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan), yang menjadi acuan utama makalah ini. Pada makalah ini akan dibahas tanggungjawab auditor untuk menilai risiko kecurangan, dan mendeteksi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan menggambarkan daerah-daerah yang rentan terhadap kecurangan.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis-jenis kecurangan? 2. Bagaimana kondisi penyebab kecurangan? 3. Bagaimana menilai risiko kecurangan? 4. Bagaimana cara merespon risiko kecurangan? 5. Bagaimana memutakhirkan proses penilaian risiko? 1



6. Bagaimana cara memahami area risiko kecurangan spesifik? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mampu memahami jenis jenis kecurangan. 2. Mampu memahami kondisi penyebab kecurangan. 3. Mampu memahami cara menilai risiko kecurangan. 4. Mampu memahami cara merespon risiko kecurangan. 5. Mampu memahami bagaimana memutakhirkan proses penilaian risiko. 6. Mampu memahami area risiko kecurangan spesifik



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Jenis-Jenis Kecurangan. Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan



setiap



ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.  Kecurangan dalam Laporan Keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya. Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan-apakah dengan cara 2



melebihsajikan aset dan pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan bebanbeban, perusahaan-perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan-perusahaan nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi dengan menciptakan cadangan laba atau sebagai ‘celengan’, yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Manajemen laba (earning management) melibatkan tindakan-tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba dimana pendapatam-pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaanperusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi. Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.  Penyalahgunaan Aset. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat. Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi. Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok. Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hirarki organisasi yang lebih rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar 3



serta kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Hasil survei mengenai kecurangan yang diselenggarakan oleh Association of certified Fraud Examiners, menemukan bahwa rata-rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai lainnya.



2.2 kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan. Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle). Segitiga kecurangan (The Fraud Triangle)



Insentif/Tekanan



Kesempatan



Sikap / Rasionalisasi



1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. 2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. 3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka



4



tekanan yang cukup besar sehingga mengakibatkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.



2.3 Menilai Risiko Kecurangan. Standar audit (SA 240) memberi pedoman bagi auditor untuk menilai risiko kecurangan. Auditor harus menjaga tingkat skeptisisme profesional ketika ia mempertimbangkan sejumlah informasi, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk merespons risiko kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan bisa terdeteksi.  Skeptisisme Profesional. Berdasarkan SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lalu auditor menunjukkan adanya kejujuran dan integritas manajemen entitas dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika relevan. Oleh karena karakteristik kecurangan tersebut, sikap skeptisisme profesional auditor menjadi penting terutama ketika mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. 



Penilaian Kritis atau Bukti Audit. Ketika menemukan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, auditor harus dengan cermat menanggapi permasalahannya, meminta tambahan bukti yang diperlukan dan berkonsultasi dengan anggota tim yang lain. Auditor harus hati-hati untuk tidak 5



membenarkan ataupun berasumsi bahwa suatu kesalahan penyajian adalah suatu kejadian terisolasi. Sebagai contoh, misalkan seorang auditor menemukan suatu penjualan tahun ini yang seharusnya mencerminkan suatu penjualan di tahun yang akan datang. Auditor harus mengevaluasi alasan kesalahan penyajian ini, menentukan apakah hal itu terjadi karena disengaja ataukah merupakan suatu kecurangan dan perimbangan pula apalakah terjadi juga kesalahan penyajian lain semacam itu. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan Standar Audit jarang mencakup pembuktian keaslian dokumen, karena auditor tidak terlatih atau diharapkan dapat menjadi ahli dalam pembuktian keaslian seperti itu. Namun, ketika auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebakan auditor percaya bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal lain dalam dokumen tersebut telah dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor, maka prosedur mungkin dilaksanakan untuk menginvetigasi lebih lanjut hal tersebut dalam meliputi: -



Mengonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga



-



Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.



 Sumber Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan. 1. Pembahasan di antara Tim Perikatan (Tim Audit) Mendiskusikan kerentanan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dalam laporan keuangan entitas dengan perikatan Memberikan kesempatan bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman untuk berbagi wawasan mereka tentang bagaimana dan diarea mana laporan keuangan mungkin rentan terjadi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan respons yang tepat terhadap kerentanan tersebut dan untuk menentukan anggota tim perikatan yang akan melaksanakan prosedur audit tertentu Memperkenankan auditor untuk menentukan bagaimana hasil prosedur audit akan dibagi diantara tim perikatan dan bagaimana merespon dugaan kecurangan yang mungkin menjadi perhatian auditor 2. Meminta Keterangan dari Manajemen. Standar audit (SA 240. 17) mewajibkan auditor untuk meminta keterangan secara khusus tentang kecurangan pada setiap audit, yang meliputi: 6



a) Penilaian manajemen tentang risiko bahwa kemungkinan terjadi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk sifat, saat, luas, dan frekuensi dari penilaian risiko tersebut. Manajemen menerima tanggung jawab atas pengendalian internal dan atas penyusunan laporan keuangan entitas. Oleh karena itu, selayaknya auditor mewawancarai manajemen terkait penilaian risiko kecurangan dan pengendalian yang diterapkan untuk mecegah dan mendeteksi kecurangan tersebut. Sifat, luas dan frekuensi penilaian risiko dan pengendalian tersebut oleh manajemen mungkin berbeda di antara suatu entitas dengan entitas yang lainnya. Di beberapa entitas, manajemen mungkin melakukan penilaian secara rinci setiap tahun atau sebagai bagian dari pemantauan berkelanjutan. Di entitas-entitas lain, penilaian manajemen adalah relevan bagi pemahaman auditor terhadap lingkungan pengendalian entitas. b) Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk entitas, termasuk setiap risiko spesifik atas kecurangan yang telah di identifikasi oleh manajemen atau yang telah menjadi perhatiannya, atau golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang untuknya mungkin terjadi risiko kecurangan. Dalam kasus entitas yang memiliki berbagai lokasi, proses yang dilakukan oleh manajemen dapat meliputi berbagai tingkat pemantauan yang berbeda0beda terhadap lokasi operasi atau segmen bisnis. Manajemen mungkin juga telah mengidentifikasi lokasi operasi atau segmen bisnis tertentu yang risiko kecurangannya lebih tinggi. c) Komunikasi manajemen, jika ada, kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang proses untuk mengidentikasi dan merespons risiko kecurangan dalam entitas d) Komunikasi manajemen, jika ada, kepada karyawan tentang pandangan manajemen terhadap praktik bisnis dan perilaku etika. 3. Minta Keterangan dari Auditor Internal Untuk entitas yang memiliki fungsi audit internal, auditor harus meminta keterangan dari bagian audit internal untuk meminta keterangan apakah mereka memiliki pengetahuan mengenai setiap kecurangan yang aktual, diduga, atau dicurigai



7



yang berdampak pada entitas, dan untuk memperoleh pandangan mereka tentang risiko kecurangan. SA 315 dan SA 610 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan dalam mengaudit entitas-entitas yang memiliki fungsi audit internal. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut, dalam konteks kecurangan, auditor dapat meminta keterangan tentang aktivitas spesifik audit internal yang mencakup, sebagai contoh: -



Prosedur yang dilakukan, jika ada, oleh auditor internal sepanjang tahun untuk mendeteksi kecurangan



-Apakah manajemen telah merespons secara memuaskan atas temuan-temuan dari prosedur tersebut. Risiko KKecurangan Auditor harus mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko lain dan aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan bahwa terdapat satu atau lebih faktor risiko kecurangan. Meskipun faktor risiko kecurangan belum tentu mengindikasikan adanya kecurangan, faktor tersebut sering ada di dalam kondisi yang di dalamnya telah terjadi kecurangan dan oleh karena itu dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan penyajian material yang di akibatkan oleh kecurangan. Fakta bahwa kecurangan biasanya disembunyikan dapat membuat hal ini makin sulit di deteksi. Meskipun demikian, auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atau kondisi-kondisi yang dpaat menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau kondisi yang memberikan peluang untuk melakukan kecurangan (faktor risiko kecurangan). Sebagai contoh: -



Kebutuhan untuk memenuhi harapan pihak ketiga untuk mendapatkan tambahan ekuitas dapat menimbulkan tekanan untuk melakukan kecurangan



-



Pemberian bonus signifikan jika target laba yang tidak realistis dapat dipenuhi akan mendorong terjadinya kecurangan



-



Lingkungan pengendalian yang tidak efektif dapat menciptakan peluang untuk melakukan kecurangan



8



4.



Informasi Lain Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi lain yang diperoleh



auditor mengindikasikan risiko-risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Diskusi diantara anggota tim mungkin menyediakan informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko tersebut. Disamping itu, informasi yang diperoleh dari klien, serta pengalaman yang diperoleh dari perikatan lainnya dengan entitas tersebut, sebagai contoh perikatan untuk mereview informasi keuangan interim, mungkin relevan dalam mengidentifikasi risiko-risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. 5.



Prosedur Analitis Auditor harus mengevaluasi apakah prosedur analitis yang dilaksanakan



berdekatan dengan akhir audit, ketika membentuk kesimpulan secara keseluruhan tentang apakah laporan keuangan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas, mengindikasikan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan yang tidak disadari sebelumnya. Penentuan kecenderungan tertentu dan keterkaitannya dapat mengindikasikan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan memerlukan pertimbangan profesional. Hubungan yang tidak biasa terkait dengan pendapatan dan penghasilan khususnya pada akhir tahun adalah relevan. Hal ini dapat mencakup, sebagai contoh: penghasilan dalam jumlah besar yang tidak biasa dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir periode pelaporan atau transaksi tidak biasa, atau pendapatan yang tidak konsisten dengan kecenderungan arus kas operasi.



2.4 Merespon Risiko Kecurangan. Standar Audit (SA 330) menetapkan sebagai berikut: “Auditor harus menentukan respons keseluruhan terhadap hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan.”



9



Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan teridentifikasi, auditor pertama-tama harus mendiskusikan temuan tersebut dengan manajemen tentang potensi kecurangan dan adanya rancangan pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan penyajian material. Seperti telah disinggung di atas, manajemen seyogyanya memiliki program yang dirancang untuk mencegah, menghalangi dan mendeteksi kecurangan, begitu pula pengendalian yang dirancang untuk memitigasi risiko spesifik kecurangan. Selanjutnya auditor harus mempertimbangkan apakah program inti kecurangan dan pengendalian tersebut memitigasi risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan kecurangan yang teridentifikasi atau apakah pengendalian tidak dapat mengurangi meningkatnya risiko kecurangan. Respons auditor terhadap terhadap risiko kecurangan hal-hal berikut: -Menentukan respons keseluruhan. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsive terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. -Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsive terhadap risiko yang terkait dengan pengabaian pengendalian oleh manajemen. 



Menentukan Respon Keseluruhan. Menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisisme professional. Dalam menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan, auditor dapat memilih di antara respons-respons berikut: a)



Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan meningkat, auditor harus menugasi dan mengawasi personel dengan mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan individual mereka untuk diberi tanggung jawab perikatan signifikan dan penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan untuk perikatan tersebut. Dalam kasus tertentu, spesialis kecurangan bisa dlibatkan menjadi anggota tim audit.



10



b)



Pelaku kecurangan seringkali individu yang mengerti tentang prosedur audit. Oleh karena itu standar audit mengharuskan auditor untuk memasukkan unsur tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan merupakan hal penting karena individu-individu dalam entitas yang terbiasa dengan prosedur audit yang umumnya dilakukan dalam suatu perikatan mungkin lebih dapat menyembunyikan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.



 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material. Respon auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat, dan luas prosedur dalam beberapa cara di bawah ini: -Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan. -waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau mendekati akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas kesalahan penyajian material karena kecurangan. -Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. contohnya, peningkatan ukuran sampel, atau melakukan prosedur analitis secara lebih rinci dapat lebih tepat. Auditor dapat mengidentifikasi kesalahan penyajian material karena kecurangan yang berdampak pada beberapa akun dan asersi. Hal ini mencakup penilaian asset, estimasi yang terkait dengan transaksi spesifik (seperti akuisisi, restrukturisasi, atau pelepasan segmen bisnis), dan kewajiban akrual lainnya (seperti pensiun dan kewajiban imbalan pasca kerja lainnya, atau liabilitas pemulihan lingkungan). Risiko ini juga dapat berkaitan dengan perubahan signifikan dalam asumsi yang berkaitan dengan estimasi yang sudah ada.



11



 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Risiko yang Terkait dengan Pengabaian Pengendalian oleh Manajemen. Risiko manajemen melakukan pengabaian pengendalian ada hampir pada setiap audit. Manajemen berada pada posisi yang unik untuk melakukan kecurangan karena kemampuan manajemen untuk memanipulasi catatan akuntansi dan menyusun laporan keuangan yang mengandung kecurangan melalui pengabaian pengendalian yang seharusnya berjalan secara efektif. Meskipun tingkat risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen berbeda antara entitas yang satu dengan entitas yang lain, risiko tersebut akan selalu ada pada semua entitas. Mengingat tidak dapat diprediksi terjadinya pengabaian pengendalian oleh manajemen, maka hal ini merupakan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan oleh karena itu, merupakan risiko signifikan. Ada 3 (tiga) prosedur yang harus dilakukan pada setiap audit seperti: 1. Menguji ketepatan entri jurnal yang tercatat dalam buku besar dan penyesuaian lain yang dibuat dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk pengujian tersebut, 2. Menelaah estimasi akuntansi untuk menemukan hal bias dan mengevaluasi apakah kondisi yang menyebabkan hal bias tersebut, merupakan kesalahan penyajian material yang diakibatkan kecurangan. 3. Mengevaluasi dasar bisnis untuk transaksi signifikan yang tidak biasa. Bagi transaksi signifikan di luar aktivitas bisnis normal entitas, atau sebaliknya terlihat tidak biasa berdasarkan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya serta informasi lain yang diperoleh selama audit, auditor harus mengevaluasi apakah dasar bisnis yang ada (atau yang kurang atau tidak ada) atas transaksi tersebut menunjukkan bahwa transaksi tersebut mungkin telah dilakukan dengan tujuan untuk melaksanakan kecurangan dalam pelaporan keuangan atau untuk menyembunyikan terjadinya penyalahgunaan asset.



2.5 Pemutakhiran Proses Penilaian Resiko. Jika auditor mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian, auditor harus mengevaluasi apakah kesalahan penyajian tersebut mengindikasikan suatu kecurangan. Jika ada indikasi seperti itu, auditor harus mengevaluasi dampak kesalahan penyajian tersebut dalam kaitannya dengan aspek-aspek audit lainnya, 12



terutama terhadap keandalan representasi manajemen, dengan menyadari bahwa kecurangan tidaklah mungkin merupakan suatu kejadian yang berdiri sendiri. Oleh karena kecurangan melibatkan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan hal tersebut atau beberapa pembenaran atas tindakan tersebut, maka suatu kejadian kecurangan tidak mungkin merupakan suatu kejadian yang terisolasi. Dengan demikian, kesalahan penyajian sepeti sejumlah kesalahan penyajian pada suatu lokasi tertentu walaupun efek kumulatifnya tidak material, dapat merupakan indikasi risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian, baik material maupun tidak, dan auditor memiliki alasan untuk memercayai bahwa itu tidak mungkin merupakan suatu akibat dari kecurangan dan bahwa manajemen (terutama manajemen senior) terlibat di dalamnya, maka auditor harus mengevaluasi ulang penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit untuk merespons risiko yang telah ditentukan tersebut. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kolusi yang melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak ketiga ketika mempertimbangkan kembali keandalan bukti yang sebelumnya diperoleh. Implikasi dari kecurangan yang teridentifikasi tergantung dari kondisi. Sebagai contoh, suatu kecurangan yang tidak signifikan dapat menjadi signifikan, bila kecurangan tersebut melibatkan manajemen senior. Dalam kondisi tersebut, keandalan bukti yang diperoleh sebelumnya dapat dipertanyakan, karena mungkin terdapat keraguan terhadap kelengkapan dan kebenaran representasi yang dibuat serta keaslian catatan dan dokumentasi akuntansi. Jika auditor menginformasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan tentang apakah, laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian secara material yang diakibatkan oleh kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit, SA 450 dan SA 700 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas evaluasi dan tindak lanjut (disposition) kesalahan penyajian, serta dampaknya terhadap opini auditor dalam laporan auditor.  Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan. 13



Jika sebagai akibat kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh kecurangan atau dugaan kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan, maka auditor harus: a)



Menentukan tanggungjawab profesional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi tersebut, termasuk apakah ada ketentuan bagi auditor untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus kepada badan pengatur.



b) Mempetimbangkan apakah sudah tepat menarik diri dari perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku c)



Jika auditor menarik diri dari perikatan, auditor harus: -Membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak yang



bertanggungjawab atas tata kelola tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasan. -Menentukan apakah ada ketentuan profesional atau hukum untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus kepada badan pengatur tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya.



 Representasi Tertulis. Dikarenakan sifat kecurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mendeteksi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berasal dari kecurangan, adalah penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, yang menyatakan bahwa mereka telah mengungkapkan kepada auditor halhal sebagai berikut: -



Hasil penilaian manajemen tentang risiko bahwa terdapat



kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, dan -



Pengetahuan mereka tentang kecurangan yang aktual, diduga,



atau dicurigai yang memengaruhi entitas. 14



Standar Audit (SA 230.39) menegaskan secara lebih rinci bahwa auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bahwa: -



Mereka menyatakan tanggungjawab mereka untuk merancang, mengimplementasikan dan memelihara pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan



-



Mereka telah mengungkapkan kepada auditor, hasil penilaian manajemen atas risiko laporan keuangan mengandung kesalah penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan -



Mereka telah mengungkapkan kepada auditor pengetahuan



mereka mengenai adanya dugaan kecurigaan, yang berdampak terhadap laporan keuangan entitas, yang dikomunikasikan oleh karyawan, mantan karyawan, analisi, badan pengatur atau pihak-pihak lainnya.



 Komunikasi Kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola. 1. Komunikasi kepada manajemen Jika auditor telah mengidentifikasi adanya kecurangan atau telah memperoleh informasi yang mengindikasikan kemungkinan adanya kecurangan, maka auditor harus mengomunikasikan dengan segera hal tersebut kepada tingkat manajemen yang tepat, dengan tujuan untuk menginformasikan kepada pihak yang memiliki tanggungjawab utama untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan tentang hal-hal relevan dengan tanggung jawab mereka. Hal ini dilakukan bahkan jika hal yang ingin disampaikan tersebut tidak berdampak (sebagai contoh: pencurian kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan tingkat rendah dalam organisasi entilitas). 15



2. Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata Kelola Kecuali semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, dalam hal auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya kecurangan yang melibatkan: -Manajemen -



Karyawan yang memiliki peran penting dalam pengendalian internal, atau



-



Karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan.



Maka auditor harus mengomunikasikan secara tepat waktu hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Jika auditor menduga manajemen terlibat dalam kecurangan, maka auditor akan mengomunikasikan dugaan ini kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan membahas dengan mereka tentang sifat, saat, dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan audit. 3. Komunikasi kepada badan pengatur dan penegak hukum Jika auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya suatu kecurangan, maka auditor harus menentukan apakah ada tanggungjawab auditor harus melaporkan kejadian atau dugaan tersebut kepada pihak di luar entitas. Meskipun tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin menghalangi pelaporan tersebut, tanggungjawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas menjaga kerahasiaan tersebut dalam beberapa kondisi. Di



beberapa



negara,



auditor



suatu



institusi



keuangan



memiliki



tanggungjawab untuk melaporkan kecurangan kepada badan pengawas. Selain itu, di beberapa negara auditor memiliki tanggungjawab untuk melaporkan kesalahan penyajian kepada badan yang berwenang atas hal tersebut ketika manajemen dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola gagal untuk melakukan perbaikan.



2.6Area Risiko Kecurangan Spesifik 1. Risko Kecurangan Pendapatan Dan Piutang Usaha 16



Akun-akun pendapatan, dan piutang usaha yang bersangkutan, serta kas sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Suatu studi yang disponsori oleh Committee Of Sponsoring Organization (COSO) menunjukkan bahwa 50% dari kecurangan pelaporan keuangan di Amerika Serikat menyangkut akun pendapatan dan piutang usaha. Demikian pula, karena penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau segera bisa dikonversi ke kas, maka kas juga sangat rentan terhadap pencurian. Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Pendapatan Sebagai akibat dari tingginya frekuensi pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, IFRS menerbitkan pedoman untuk pengakuan pendapatan. Standar audit juga secara khusus mewajibkan auditor untuk mengidentifikasi pengakuan pendapatan sebagai risiko kecurangan pada kebanyakan audit. Ada sejumlah alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Paling utama adalah karena pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi, sehingga oleh karenanya suatu persentase yang kecil dalam kesalahan penyajian pendapatan masih dapat berpengaruh besar terhadap laba. Suatu pelaporan lebih saji pendapatan sering kali meningkatkan laba bersih dengan jumlah yang sama, karena harga pokok penjualan yang bersangkutan biasanya tidak diakui dalam pengakuan pendapatan fiktif atau prematur. Perkembangan pendapatan sering kali merupakan indikator kunci kinerja bagi para analis dan investor, sehingga menjadi pendorong yang besar untuk menggelembungkan pendapatan. Alasan lain mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah karena dalam banyak situasi terdapat kesulitan dalam penentuan saat yang tepat untuk mengakui pendapatan. Ada tiga tipe utama manipulasi pendapatan yaitu: 1. Pendapatan fiktif 2. Pengakuan pendapatan prematur 3. Manipulasi penyesuaian terhadap pendapatan Pendapatan Fiktif



17



Bentuk kecurangan pendapatan yang paling sering dijumpai adalah mencipakan pendapatan fiktif. Pendapatan fiktif adalah pencatatan pendapatan atas penjualan akibat transaksi fiktif. Pelaku kecurangan melibatkan banyak pihak untuk mendukung pendapatan fiktif. Sebagai contoh, aktivitas kecurangan pada Equity Funding Corp. Of America yang berlangsung antara 1964-1973, menyangkut penerbitan polis asuransi fiktif, dan melibatkan belasan karyawan. Pelaku kecurangan melibatkan bagian penanganan arsip untuk menciptakan polis asuransi fiiktif. Pengakuan Pendapatan Prematur Pengakuan pendapatan prematur adalah pengakuan pendapatan sebelum saat pengakuan pendapatan sebagaimana ditentukan dalam standar akuntansi. Hal ini berbeda dengan kesalahan pisah batas (cutoff error) yaitu karena kurang hati-hati, transaksi dicatat pada periode yang salah. Bentuk paling sederhana dari pengakuan pendapatan prematur adalah penjualan yang seharusnya dicatat tahun depan tetapi dicatat sebagai penjualan periode kini. Perusahaan sering mempercepat saat pengakuan pendapatan untuk memenuhi tujuan pencapaian laba atau memenuhi peramalan penjualan. Salah satu metode kecurangan melalui percepatan pendapatan adalah dengan melanggar aturan akuntansi dengan cara yang disebut penjualan “bill-and-hold”. Penjualan nominalnya diakui pada saat barang dikirim, tapi dalam penjualan “billand-hold” barang difaktur sebelum barang dikirim. Jenis penjualan seperti ini bisa sah tergantung pada termin dalam perjanjian, tetapi bisa menjadi melanggar aturan akuntansi apabila tidak memenuhi termin yang telah diperjanjikan. Metode lain adalah dengan cara menerbitkan perjanjian ttambahan untuk memodifikasi syarat dalam transaksi penjualan. Sebagai contoh, pengakuan pendapatan kemungkinan besar tidak tepat apabila banyak pelanggan sepakat untuk “membeli” sejumlah besar perssediaan pada akhir tahun, tetapi perjanjian tambahan memberi persetujuan harga yang lebih menguntungkan pembelidan retur barang tak terbatas apabila barang tersebut tidak berhasil dijual oleh si pembeli. Manipulasi Penyesuaian atas Pendapatan



18



Penyesuaian yang paling sering dilakukan terhadap pendapatan berkaitan dengan retur dan pengurangan harga penjualan. Perusahaan bisa menyembunyikan retur penjualan dari auditor sehingga dapat menaikkan penjualan bersih dan laba. Apabila barang yang dikembalikan dihitung sebagai bagian dari persediaan fisik, maka pengembalian tersebut akan menaikkan laba dalam laporan. Dalam hal ini, kenaikan aset diakui melalui perhitungan fisik persediaan, tetapi penurunan dalam akun piutang usaha yang bersangkutan tidak dilakukan. Perusahaan juga bisa mengecilkan jumlah beban kerugian piutang (bad debt expense), karena diperlukan pertimbangan yang signifikan untuk menentukan jumlah yang benar. Perusahaan bisa berusaha untuk mengecilkan beban kerugian piutang dengan menggecilkan cadangan kerugian piutang. Karena besarnya cadangan yang diperlukan tergantung pada umur dan kualitas piutang usaha, banyak perusahaan yang mengubah umur piutang usaha sehingga nampak umumnya lebih pendek dari yang sesungguhnya. Tanda Peringatan untuk Kecurangan Pendapatan Banyak tanda peringatan potensial atau gejala menunjukkan adanya kecurangan pendapatan. Dua diantaranya yang paling berguna adalah prosedur analitis dan ketidakcocokan dokumen. Prosedur Analitis Prosedur analitis sering memberi peringatan tentang adanya kecurangan pendapatan, terutama analisis persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover) piutang usaha. Pendapatan fiktif akan menaikkan besarnya persentase laba kotor, dan pengakuan pendapatan prematur juga akan menaikkan laba kotor apabila harga pokok penjualan yang bersangkutan tidak diakui. Pendapatan fiktif juga akan mengurangi kecepatan perputaran piutang usaha, karena pendapatan fiktif juga dimasukkan kedalam piutang tak tertagih. Dalam kecurangan tertentu, manajemen membuat pendapatan fiktif agar hasil prosedur analitis, misalnya laba kotor, sama dengan tahun sebelumnya. Dalam kecurangan semacam ini, prosedur analitis biasanya tidak bermanfaat untuk memberi peringatan adanya kecurangan.



19



Ketidakcocokan Dokumen Transaksi fiktif jarang memiliki bukti dokumen yang tingkat keabsahan yang sama dengan transaksi yang sah. Dalam kasus kecurangan ZZZZ Best yang terkenal, kontrak restorasi bernilai jutaan dollar didukung hanya dengan satu atau dua halaman perjanjian dan tidak ada dokumen pendukung detil lainnya, seperti misalnya izin membangun bangunan (IMB) dari pemerintah yang lazim diperlukan dalam kontrak semacam itu. Auditor harus waspada dengan tanda-tanda tak lazim dan perubahan dalam dokumen, dan sebaiknya mengandalkan pada dokumen asli, bukan pada dokumen duplikat. Karena pelaku kecurangan berusaha untuk menyembunyikan kecurangankecurangan, satu saja transaksi tidak bisa ditemukan dalam sampel harus dipandang sebagai indikasi potensi kecurangan yang harus diselidiki. Penggelapan Penerimaan Menyangkut Pendapatan Meskipun penggelapan penerimaan kas jarang sematerial kecurangan pelaporan pendapatan, kecurangan semacam ini bisa sangat berarti bagi persahaan karena menimbulkan kerugian aset secara langsung. Suatu contoh tipikal penggelapan kas adalah dengan tidak mencatat penjualan atau piutang untuk menyembunyikan pencurian. Tidak Mencatat Penjualan Salah satu kecurangan yang paling sulit ditemukan adalah apabila penjualan tidak dicatat dan penerimaan kas dari penjualan tersebut kemudian dicuri. Kecurigaan semacam ini akan lebih mudah dideteksi apabila barang dijual kepada konsumen secara kredit. Penelusuran dokumen pengiriman barang ke jurnal penjualan dan penghitungan semua dokumen pengiriman dapat digunakan untuk memeriksa apakah semua penjualan telah dicatat. Akan jauh lebih sulit untuk memeriksa apakah semua penjualan tunai telah dicatat, terutama apabila tidak digunakan dokumen pengiriman barang yang dapat digunakan untuk memeriksa kelengkapan penjualan, dan tidak ada catatan ke buku pembantu pelanggan yang mendukung penjualan. Dalam situasi semacam itu, jenis bukti dokumen dibutuhkan untuk memeriksa bahwa semua penjualan telah dicatat. 20



Sebagai contoh, pada perusahaan yang menjual barang secara eceran, semua penjualan wajib dilakukan dengan melalui register kas. Penjualan menurut catatan selanjutnya bisa dibandingkan dengan total jumlah penjualan yang tercatat dalam pita kertas register kas. Apabila penjualan tidak dilakukan dengan melalui register kas, hampir tidak mungkin untuk mendeteksi kecurangan. Pencurian Penerimaan Kas setelah Penjualan Dicatat Akan jauh lebih sulit untuk menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Apabila pembayaran konsumen dicuri, bagian penagihan akan dengan cepat menemukan kecurangan. Akibatnya, untuk menyembunyikan pencurian, pelaku kecurangan harus menurunkan jumlah dalam akun pelanggan dengan salah satu dari tiga cara berikut : 1. Mencatat suatu retur atau pengurangan harga penjualan. 2. Menghapus akun pada pelanggan. 3. Menerapkan pembayaran dari pelanggan yang satu ke akun pelanggan yang lain, yang biasa disebut lapping. Tanda Peringatan Penggelapan Pendapatan dan Penerimaan Kas Relatif sedikit pencurian penjualan dan penerimaan kas terkait yang bisa dicegah dan dideteksi oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimumkan biaya kesempatan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih beasr, prosedur analitis dan pembandingan lainnya dapat digunakan. 2. Risiko Kecurangan Persediaan Pada banyak perusahaan, persediaan sering kali merupakan akun terbesar, dan auditor sering menghadapi masalah dalam memeriksa keberadaan dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan menjadi rentan terhadap manipulasi oleh manajemen yang berkeinginan untuk mecapai suatu tujuan pelaporan tertentu. Selain itu, karena persediaan sering kali juga berbentuk barang yang siap dijual, maka perusahaan juga rentan terhadap penggelapan. Risiko Pelaporan Keuangan Mengandung Kecurangan untuk Persediaan



21



Standar audit mewajibkan auditor untuk memeriksa keberadaan fisik persediaan yang dalam pelaksanaannya pengujian audit dilakukan atas dasar sampel, dan tidak pada persediaan disemua lokasi. Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor memberi informasi di muka kepada klien tentang lokasi persediaan yang akan diuji. Akibatnya, menjadi mudah bagi klien untuk memindahkan barang ke lokasi yang akan diuji. Tanda Peringatan untuk Kecurangan Persediaan Sama dengan kecurangan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan potensial atau gejala menunjuk pada kecurangan persediaan. Prosedur analitis adalah salah satu teknik yag berguana untuk mendeteksi kecurangan persediaan. Prosedur Analitis Prosedur analitis, terutama persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover) persediaan, sering membantu dalam mengungkapkan kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan membuat harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan akibatnya membuat laba kotor menjadi lebih tinggi. persediaan fiktif juga membuat kecepatan perputaran menjadi lebih rendah. 3. Risiko Kecurangan Pembelian Dan Utang Usaha Pelaporan kurang saji utang usaha biasanya mengakibatkan pembelian dan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan laba bersih menjadi lebih tinggi. Kecuranga signifikan yang melibatkan pembelian dapat juga terjadi dalam bentuk pembayaran ke pemasok fiktif, dan juga melalui pengaturan-pengaturan melanggar hukum dengan pemasok. Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Utang Usaha Perusahaan bisa saja melaporkan utang usaha lebih rendah dan melaporkan laba bersih tinggi. Hal ini bisa dicapai dengan tidak mencatat utang usaha hingga periode berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif atas utang usaha.



22



Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai liabilitas. Hal ini relatif mudah diperiksa apabila perusahaan memeriksa penggunaan laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercatat (prenumbered). Namun apabila laporan penerimaan barang tidak bernomor urut tercetak, atau perusahaan secara sengaja menghilangkan laporan penerimaan barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk memeriksa apakah semua liabilitas telah dicatat. Dalam situasi semacam itu, bukti analitis, seperti misalnya perubahan rasio yang tidak biasa, bisa menjadi petunjuk bahwa utang usaha dilaporkan lebih rendah. Perusahaan sering kali memiliki kesepakatan yang kompleks dengan pemasok yang mengakibatkan pengurangan utang usaha untuk pemasangan advertensi yang telah



dilakukan



perusahaan



dan



pengurangan-pengurangan



harga



lainnya.



Pengaturan-pengaturan ini sering kali tidak didokumentasikan sebaik transaksi pembelian. Sejumlah perusahaan menggunakan pengurangan fiktif atas utang usaha untuk membuat laba bersih menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, auditor harus membaca dengan cermat kesepakatan dengan pemasok apabila jumlahnya material dan memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan substansi dari kesepakatan tersebut. Kecurangan Dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran Kecurangan yang paling umum terjadi dalam bidang pembelian adalah si pelaku kecurangan melakukan pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyetorkan kas ke akun fiktif. Kecurangan seperti ini bisa dicegah apabila pembayaran hanya dimungkinkan dilakukan kepada pemasok yang telah disetujui oleh perusahaan dan setelah dokumen pendukung pembelian diperiksa dengan teliti oleh petugas yang telah ditetapkan perusahaan setelah pembayaran dilakukan. Dalam kasus kecurangan lain, pegawai bagian utang usaha mecuri check yang akan dikirimkan ke pemasok yang sah. Dokumen-dokumen pendukung pembelian tersebut kemudian diajukan kembali untuk permohonan check yang akan dibayarkan kepada pemasok yang tadi. Kecurangan seperti ini bisa dicegah dengan cara memberi tanda (cap atau dipervorasi) pada dokumen pendukung agar tidak dapat digunakan kembali untuk dimintakan pembayaran ulang. 4. Area Lain Risiko Kecurangan



23



Meskipun sejumlah akun lebih rentan daripada akun lainnya, pada hakekatnya setiap akun bisa dimanipulasi. Berikut beberapa akun yang dengan risiko spesifik untuk terjadinya pelaporan yang mengandung kecurangan atau penyelewengan. 1. Aset Tetap Aset tetap sering menjadi target manipulasi, terutama pada perusahaanperusahaan yang tidak memiliki persediaan atau piutang usaha yang material. Sebagai contoh, perusahaan bisa mengkapitalisasi beban reparasi atau beban operasi lainnya sebagai aset tetap. Kecurangan semacam ini mudah terdeteksi apabila auditor memeriksa bukti pendukung penambahan aset tetap. Meskipun demikian, kasus-kasus pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan di masa lalu, seperti kasus WorldCom, ternayata telah melibatkan pengkapitalisasian aset yang tidak tepat. Karena nilainya yang tinggi dan kemudahan untuk dijual, aset tetap sering menjadi target pencurian. Hal seperti itu terjadi pada aset-aset tetap yang mudah diangkat (portable) seperti misalnya komputer laptop. Untuk mengurangi kemungkinan pencurian, jika memungkinan aset tetap harus dilindungi secara fisik, diberi label permanen, dan harus diperiksa keberadaan dan keadaannya secara periodik. 2. Beban Gaji Perusahaan bisa melaporkan persediaan dan laba bersih dengan jumlah yang lebih tinggi dengan cara menambahkan beban gaji pada persediaan. Pegawai perusahaan juga kadang-kadang digunakan untuk mengkonstruksi aset tetap. Dalam situasi demikian, tambahan beban gaji atau upah bisa dikapitalisasi sebagai aset tetap. Tunjangan-tunjangan lain yang material bisa juga menjadi sasaran manipulasi. Kecurangan gaji yang melibatkan penyalahgunaan aset sering juga terjadi, tetap jumlahnya biasanya tidak material. Dua area kecurangan yang sering dijumpai adalah menciptakan karyawan fiktif dan menggelembungkan jam karyawan. Keberadaan karyawan fiktif



biasanya bisa dicegah dengan



menggadakan pemisahaan antara bagian SDM dengan fungsi penggajian.



24



Penggelembungan jam kerja biasanya bisa dicegah dengan menggunakan mesin pencatat jam kerja atau pemberian persetujuan atas jam kerja.



25



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset. Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle) yaitu tekanan/insentif, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.



3.2 Saran Apabila auditor mencurigai adanya kecurangan, penulis menyarankan agar auditor harus mengumpulkan bukti tambahan, seringkali dengan cara meminta keterangan, dan bertanggungjawab untuk melakukan sejumlah komunikasi tentang kecurangan yang dicurigai atau terdeteksi dengan manajemen senior dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.



26



DAFTAR PUSTAKA



Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Jusuf, Haryono. 2011. Auditig (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi 2. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.



27



28