Cara Merespon Risiko Kecurangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cara Merespon Risiko Kecurangan Standar Audit (SA 330) menetapkan sebagai berikut: “Auditor harus menentukan respons keseluruhan terhadap hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan”. Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi: 1) Menentukan Respon Keseluruhan Dalam menentukan respons keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan, auditor dapat memilih respon-respon berikut: a) Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan meningkat, auditor harus menugasi dan mengawasi personel dengan mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan individual mereka untuk diberi tanggungjawab perikatan signifikan dan penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan untuk perikatan tersebut. Dalam kasus tertentu, spesialis kecurangan bisa dilibatkan menjadi anggota tim audit. b) Pelaku kecurangan seringkali individu yang mengerti tentang prosedur audit. Oleh karena itu, Standar Audit mengharuskan auditor untuk memasukkan unsur tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan merupakan hal yang penting karena individu-individu dalam entitas yang terbiasa dengan prosedur audit yang umumnya dilakukan dalam suatu perikatan mungkin lebih dapat menyembunyikan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan. Sebagai contoh, hal ini dapat diperoleh dari:  Melaksanakan prosedur substantif terhadap saldo akun dan asersi-asersi yang tidak terpilih untuk dilakukan pengujian berdasarkan materialitas atau risiko.  Melakukan perubahan waktu pelaksanaan prosedur audit dari yang diperkirakan.  Menggunakan metode sampling yang berbeda.



 Melakukan prosedur audit dilokasi yang berbeda atau pada lokasi yang tidak diberitahukan sebelumnya. 2) Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan Oleh Kecurangan Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat, dan luas prosedur dalam beberapa cara dibawah ini: a) Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan. Hal ini dapat berdampak pada tipe prosedur audit yang akan dilakukan dan kombinasi diantara keduanya. b) Waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas kesalahan penyajian material karena kecurangan. c) Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Sebagai contoh, peningkatan ukuran sampel, atau melakukan prosedur analitis secara lebih rinci dapat lebih tepat. 3) Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Risiko yang Terkait Dengan Pengabaian Pengendalian Oleh Manajemen Risiko manajemen melakukan pengabaian pengendalian ada hampir pada setiap audit. Manajemen berada pada posisi yang unik untuk melakukan kecurangan karena kemampuan manajemen untuk memanipulasi catatan akuntansi dan menyusun laporan keuangan yang mengandung kecurangan melalui pengabaian pengendalian yang seharusnya berjalan secara efektif. Ada tiga prosedur yang harus dilakukan pada setiap audit seperti: a) Menguji Ketepatan Entri Jurnal yang Tercatat dalam Buku Besar dan Penyesuaian lain yang Dibuat dalam Penyusunan Laporan Keuangan. Dalam merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk pengujian tersebut, auditor harus:



- Mewawancarai individu yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan mengenai aktivitas yang tidak semestinya atau tidak biasa yang terkait dengan pemrosesan entri jurnal dan penyesuaian lain. - Memilih entri jurnal dan penyesuaian lain yang dibuat pada akhir periode pelaporan. - Mempertimbangkan apakah perlu dilakukan pengujian terhadap jurnal dan penyesuaian lain sepanjang periode laporan keuangan. Ketika melakukan pengidentifikasian dan pemilihan entri jurnal dan penyesuaian lain untuk menguji dan menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung yang mendasari entri yang dipilih, hal-hal berikut ini relevan: - Penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. - Pengendalian yang telah diimplementasikan terhadap entri jurnal dan penyesuaian lainnya. - Proses pelaporan keuangan entitas dan sifat bukti yang dapat diperoleh. - Karakteristik entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang mengandung kecurangan. Karakteristik tersebut mencakup entri yang: a) dibuat ke akun yang tidak terkait, tidak biasa atau jarang digunakan, b) dibuat oleh individu yang umumnya tidak melakukan entri jurnal, c) dicatat pada akhir periode atau sebagai entri pasca penutupan yang memiliki sedikit atau tanpa penjelasan atau uraian, d) dibuat baik sebelum atau selama penyiapan laporan keuangan yang tidak memiliki nomor akun, e) mengandung jumlah yang bulat atau angka akhir yang konsisten. - Sifat dan kompleksitas akun. - Entri jurnal atau penyesuaian yang lainnya yang diproses di luar kegiatan bisnis normal. b) Menelaah Estimasi Akuntansi untuk menemukan Hal Biasa dan Mengevaluasi Apakah Kondisi yang Menyebabkan Hal Biasa Tersebut, Merupakan Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan Kecurangan Dalam melaksanakan penelaahan tersebut, auditor harus:



- Mengevaluasi apakah pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam memasukkan estimasi akuntansi tersebut dalam laporan keuangan, meskipun jika estimasi akuntansi tersebut masuk akal secara individu, mengindikasikan suatu hal biasa yang mungkin terjadi pada manajemen entitas yang mungkin merupakan kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Jika demikian, auditor harus mengevaluasi kembali estimasi akuntansi secara keseluruhan. - Melakukan penelaahan retrospektif atas pertimbangan dan asumsi manajemen yang terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam laporan keuangan tahun lalu. Tujuan pelaksanaan penelaahan retrospektif terhadap pertimbangan dan asumsi manajemen yang terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam laporan keuangan periode lalu adalah untuk menentukan apakah terdapat indikasi terjadinya kemungkinan penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan profesional auditor pada tahun lalu yang dibuat berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu. c) Mengevaluasi Dasar Bisnis untuk Transaksi Signifikan yang Tidak Biasa Bagi transaksi signifikan di luar aktivitas bisnis normal entitas, atau sebaliknya terlihat tidak biasa berdasarkan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya serta informasi lain yang diperoleh selama audit, auditor harus mengevaluasi apakah dasar bisnis yang ada (atau yang kurang atau tidak ada) atas transaksi tersebut menunjukkan bahwa transaksi tersebut mungkin telah dilakukan dengan tujuan untuk melaksanakan kecurangan dalam pelaporan keuangan atau untuk menyembunyikan terjadinya penyalahgunaan asset.



Memutahirkan Proses Penilaian Risiko Jika auditor menginformasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan tentang apakah, laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian secara material yang diakibatkan oleh kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit, SA 450 dan SA 700



menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas evaluasi dan tindak lanjut (disposition) kesalahan penyajian, serta dampaknya terhadap opini auditor dalam laporan auditor. 1) Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan Jika sebagai akibat kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh kecurangan atau dugaan kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan, maka auditor harus: a) Menentukan tanggungjawab profesional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi tersebut, termasuk apakah ada ketentuan bagi auditor untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus kepada badan pengatur. b) Mempetimbangkan apakah sudah tepat menarik diri dari perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku; dan c) Jika auditor menarik diri dari perikatan, auditor harus: - Membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasan; dan - Menentukan apakah ada ketentuan profesional atau hukum untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus kepada badan pengatur tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya. Contoh kondisi penyimpangan yang dapat terjadi dan dapat mempertanyakan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit mencakup: a) Entitas tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh auditor dalam kondisi tersebut, bahkan ketika kecurangan tersebut tidak material terhadap laporan keuangan. b) Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan hasil pengujian audit mengindikasikan risiko signifikan atas kecurangan yang bersifat material dan berdampak luas.



c) Auditor memiliki kepedulian signifikan atas kompetensi atau integritas manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. 2) Representasi Tertulis Dikarenakan sifat kecurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mendeteksi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berasal dari kecurangan, adalah penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, yang menyatakan bahwa mereka telah mengungkapkan kepada auditor hal-hal sebagai berikut: a) Hasil penilaian manajemen tentang risiko bahwa terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, dan b) Pengetahuan mereka tentang kecurangan yang aktual, diduga, atau dicurigai yang memengaruhi entitas. Standar Audit (SA 230.39) menegaskan secara lebih rinci bahwa auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bahwa: a) Mereka menyatakan tanggungjawab mereka untuk merancang, mengimplementasikan dan memelihara pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan, b) Mereka telah mengungkapkan kepada auditor, hasil penilaian manajemen atas risiko laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, c) Mereka telah mengungkapkan kepada auditor pengetahuan mereka mengenai kecurangan atau dugaan kecurangan yang memengaruhi entitas yang melibatkan: Manajemen, Karyawan yang memiliki peran signifikan dalam pengendalian internal, atau Karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan, dan d) Mereka telah mengungkapkan kepada auditor pengetahuan mereka mengenai adanya dugaan kecurigaan, yang berdampak terhadap laporan keuangan entitas, yang



dikomunikasikan oleh karyawan, mantan karyawan, analisis, badan pengatur atau pihakpihak lainnya. 3) Komunikasi Kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola a) Komunikasi kepada Manajemen Jika auditor telah mengidentifikasi adanya kecurangan atau telah memperoleh informasi yang mengindikasikan kemungkinan adanya kecurangan, maka auditor harus mengkomunikasikan dengan segera hal tersebut kepada tingkat manajemen yang tepat, dengan tujuan untuk menginformasikan kepada pihak yang memiliki tanggungjawab utama untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan tentang hal-hal relevan dengan tanggung jawab mereka. Hal ini dilakukan bahkan jika hal yang ingin disampaikan tersebut tidak berdampak (sebagai contoh: pencurian kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan tingkat rendah dalam organisasi entilitas). Penentuan atas tingkatan manajemen yang tepat merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemungkinan kolusi serta sifat dan besaran kecurangan yang diduga. Pada umumnya tingkatan manajemen yang tepat paling tidak adalah satu tingkat di atas individu yang tampaknya terlibat dalam kecurangan yang diduga. b) Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola Kecuali semua pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, dalam hal auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya kecurangan yang melibatkan: Manajemen, karyawan yang memiliki peran penting dalam pengendalian internal, atau karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan. Maka auditor harus mengomunikasikan secara tepat waktu hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Jika auditor menduga manajemen terlibat dalam kecurangan, maka auditor akan mengomunikasikan dugaan ini kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan membahas dengan mereka tentang sifat, saat, dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan audit.



Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. SA 260 mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan apakah komunikasi dilakukan secara lisan atau tertulis. c) Komunikasi kepada badan pengatur dan penegak hukum Jika auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya suatu kecurangan, maka auditor harus menentukan apakah ada tanggungjawab auditor harus melaporkan kejadian atau dugaan tersebut kepada pihak di luar entitas. Meskipun tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin menghalangi pelaporan tersebut, tanggungjawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas menjaga kerahasiaan tersebut dalam beberapa kondisi. d) Dokumentasi Standar Audit (SA 240. Para. 44-47) mengatur tentang dokumentasi yang harus dilakukan auditor sehubungan dengan kecurangan. a. Berkaitan dengan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya: Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit tentang pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya serta penilaian risiko kesalahan penyajian material yang disyaratkan oleh SA 315: - Keputusan signifikan yang dicapai selama pembahasan di antara tim perikatan terkait dengan dugaan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan entitas yang diakibatkan oleh kecurangan, dan - Risiko kesalahan penyajian material yang telah diidentifikas dan ditentukan yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan asersi. b. Berkaitan dengan respons auditor atas risiko: Auditor harus memasukkan hal berikut dalam dokumentasi audit tentang respons auditor atas risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material, yang disyaratkan oleh SA 330:



- Respons keseluruhan terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan sifat, saat, dan luas prosedur audit, serta hubungan prosedur tersebut dengan risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi, dan - Hasil pelaksanaan prosedur audit tersebut, termasuk prosedur audit yang dirancang untuk merespons risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen. c. Berkaitan dengan pengomunikasian kecurangan Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi audit, berkomunikasi tentang kecurangan yang telah dilakukan dengan manajemen, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, badan pengatur, dan pihak-pihak lainnya.



Area Risiko Kecurangan Spesifik 1) Risiko Kecurangan Pendapatan dan Piutang Usaha Akun-akun pendapatan, dan piutang usaha yang bersangkutan, serta kas sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Suatu studi yang disponsori oleh Committee Of Sponsoring Organization (COSO) menunjukkan bahwa 50% dari kecurangan pelaporan keuangan di Amerika Serikat menyangkut akun pendapatan dan piutang usaha. Demikian pula, karena penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau segera bisa dikonversi ke kas, maka kas juga sangat rentan terhadap pencurian. a) Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Pendapatan Sebagai akibat dari tingginya frekuensi pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, IFRS menerbitkan pedoman untuk pengakuan pendapatan. Standar audit juga secara khusus mewajibkan auditor untuk mengidentifikasi pengakuan pendapatan sebagai risiko kecurangan pada kebanyakan audit. Ada sejumlah alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Paling utama adalah karena pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi, sehingga oleh karenanya suatu



persentase yang kecil dalam kesalahan penyajian pendapatan masih dapat berpengaruh besar terhadap laba. Ada tiga tipe utama manipulasi pendapatan yaitu: - Pendapatan Fiktif Bentuk kecurangan pendapatan yang paling sering dijumpai adalah mencipakan pendapatan fiktif. Pendapatan fiktif adalah pencatatan pendapatan atas penjualan akibat transaksi fiktif. - Pengakuan Pendapatan Prematur Pengakuan pendapatan prematur adalah pengakuan pendapatan sebelum saat pengakuan pendapatan sebagaimana ditentukan dalam standar akuntansi. Bentuk paling sederhana dari pengakuan pendapatan prematur adalah penjualan yang seharusnya dicatat tahun depan tetapi dicatat sebagai penjualan periode kini. Salah satu metode kecurangan melalui percepatan pendapatan adalah dengan melanggar aturan akuntansi dengan cara yang disebut penjualan “bill-and-hold”. - Manipulasi Penyesuaian atas Pendapatan Penyesuaian yang paling sering dilakukan terhadap pendapatan berkaitan dengan retur dan pengurangan harga penjualan. Perusahaan bisa menyembunyikan retur penjualan dari auditor sehingga dapat menaikkan penjualan bersih dan laba. b) Tanda Peringatan untuk Kecurangan Pendapatan - Prosedur Analitis Prosedur analitis sering memberi peringatan tentang adanya kecurangan pendapatan, terutama analisis persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover) piutang usaha. - Ketidakcocokan Dokumen Transaksi fiktif jarang memiliki bukti dokumen yang tingkat keabsahan yang sama dengan transaksi yang sah. Auditor harus waspada dengan tanda-tanda tak lazim dan perubahan dalam dokumen, dan sebaiknya mengandalkan pada dokumen asli, bukan



pada dokumen duplikat. Karena pelaku kecurangan berusaha untuk menyembunyikan kecurangan-kecurangan, satu saja transaksi tidak bisa ditemukan dalam sampel harus dipandang sebagai indikasi potensi kecurangan yang harus diselidiki. c) Penggelapan Penerimaan Menyangkut Pendapatan Meskipun penggelapan penerimaan kas jarang sematerial kecurangan pelaporan pendapatan, kecurangan semacam ini bisa sangat berarti bagi perusahaan karena menimbulkan kerugian aset secara langsung. Suatu contoh tipikal penggelapan kas adalah dengan tidak mencatat penjualan atau piutang untuk menyembunyikan pencurian. d) Tidak Mencatat Penjualan Salah satu kecurangan yang paling sulit ditemukan adalah apabila penjualan tidak dicatat dan penerimaan kas dari penjualan tersebut kemudian dicuri. Kecurigaan semacam ini akan lebih mudah dideteksi apabila barang dijual kepada konsumen secara kredit. Penelusuran dokumen pengiriman barang ke jurnal penjualan dan penghitungan semua dokumen pengiriman dapat digunakan untuk memeriksa apakah semua penjualan telah dicatat. e) Pencurian Penerimaan Kas setelah Penjualan Dicatat Akan jauh lebih sulit untuk menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Apabila pembayaran konsumen dicuri, bagian penagihan dengan cepat menemukan kecurangan. Akibatnya, untuk menyembunyikan pencurian, pelaku kecurangan harus menurunkan jumlah dalam akun pelanggan dengan salah satu dari tiga cara ini, mencatat suatu retur atau pengurangan harga penjualan, menghapus akun pada pelanggan, menerapkan pembayaran dari pelanggan yang satu ke akun pelanggan yang lain, yang biasa disebut lapping. f) Tanda Peringatan Penggelapan Pendapatan dan Penerimaan Kas Relatif sedikit pencurian penjualan dan penerimaan kas terkait yang bisa dicegah dan dideteksi oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimumkan biaya kesempatan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih beasr, prosedur analitis dan pembandingan lainnya dapat digunakan. 2) Risiko Kecurangan Persediaan



Pada banyak perusahaan, persediaan sering kali merupakan akun terbesar, dan auditor sering menghadapi masalah dalam memeriksa keberadaan dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan menjadi rentan terhadap manipulasi oleh manajemen yang berkeinginan untuk mecapai suatu tujuan pelaporan tertentu. a) Risiko Pelaporan Keuangan Mengandung Kecurangan untuk Persediaan Standar audit mewajibkan auditor untuk memeriksa keberadaan fisik persediaan yang dalam pelaksanaannya pengujian audit dilakukan atas dasar sampel, dan tidak pada persediaan disemua lokasi. b) Tanda Peringatan untuk Kecurangan Persediaan Sama dengan kecurangan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan potensial atau gejala menunjuk pada kecurangan persediaan. Prosedur analitis adalah salah satu teknik yang berguna untuk mendeteksi kecurangan persediaan. Prosedur analitis, terutama persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover) persediaan, sering membantu dalam mengungkapkan kecurangan persediaan. 3) Risiko Kecurangan Pembelian Dan Utang Usaha Pelaporan kurang saji utang usaha biasanya mengakibatkan pembelian dan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan laba bersih menjadi lebih tinggi. Kecurangan signifikan yang melibatkan pembelian dapat juga terjadi dalam bentuk pembayaran ke pemasok fiktif, dan juga melalui pengaturan-pengaturan melanggar hukum dengan pemasok. a) Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Utang Usaha Perusahaan bisa saja melaporkan utang usaha lebih rendah dan melaporkan laba bersih tinggi. Hal ini bisa dicapai dengan tidak mencatat utang usaha hingga periode berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif atas utang usaha. b) Kecurangan Dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran Kecurangan yang paling umum terjadi dalam bidang pembelian adalah si pelaku kecurangan melakukan pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyetorkan kas ke akun fiktif. Kecurangan seperti ini bisa dicegah apabila pembayaran hanya dimungkinkan



dilakukan kepada pemasok yang telah disetujui oleh perusahaan dan setelah dokumen pendukung pembelian diperiksa dengan teliti oleh petugas yang telah ditetapkan perusahaan setelah pembayaran dilakukan. 4) Area Lain Risiko Kecurangan a) Aset Tetap Aset tetap sering menjadi target manipulasi, terutama pada perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau piutang usaha yang material. Sebagai contoh, perusahaan bisa mengkapitalisasi beban reparasi atau beban operasi lainnya sebagai aset tetap. Kecurangan semacam ini mudah terdeteksi apabila auditor memeriksa bukti pendukung penambahan aset tetap. Untuk mengurangi kemungkinan pencurian, jika memungkinan aset tetap harus dilindungi secara fisik, diberi label permanen, dan harus diperiksa keberadaan dan keadaannya secara periodik. b) Beban Gaji Kecurangan gaji yang melibatkan penyalahgunaan aset sering juga terjadi, tetapi jumlahnya biasanya tidak material. Dua area kecurangan yang sering dijumpai adalah menciptakan karyawan fiktif dan menggelembungkan jam karyawan. Keberadaan karyawan fiktif biasanya bisa dicegah dengan menggadakan pemisahaan antara bagian SDM dengan fungsi penggajian. Penggelembungan jam kerja biasanya bisa dicegah dengan menggunakan mesin pencatat jam kerja atau pemberian persetujuan atas jam kerja.



Latar Belakang Kecurangan atau fraud meliputi serangkaian tindakan-tindakan yang tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu. Tindakan tersebut dapat dilakukan untuk keuntungan ataupun kerugian organisasi dan oleh orang-orang di luar maupun di dalam organisasi Fraud biasanya menyangkut penyajian yang secara sengaja dibuat salah, sengaja menyembunyikan fakta yang penting dengan tujuan untuk mendorong atau mencegah orang lain melakukan sesuatu. Ada tiga hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu Pressure (dorongan), opportunity (peluang), dan rutionalizaion (rasionalisasi).



Skandal kecurangan dalam pelaporan keuangan di awal abad ke 21 telah membuka mata dunia tentang betapa besarnya kerugian yang diderita para investor yang selama ini mengandalkan keputusan yang diambil berdasarkan informasi dalam laporan keuangan auditan. Hal ini mendorong profesi pengauditan untuk meninjau ulang berbagai standard dan ketentuan yang dipandang sudah tidak memadai. Sebenarnya kecurangan semacam ini sudah sering terjadi jauh sebelumnya. Contoh klasik adalah kecurangan pada Mckesson-Robbins yang melukiskan bahwa kecurangan pelaporan keuangan bukan kejadian yang baru terjadi akhir-akhir ini saja. Setelah kasus itu terjadi, profesi auditing di Amerika Serikat menanggapinya dengan membuat standar yang formal untuk prosedur pengauditan. Sebagai tanggapan atas kasus-kasus kecurangan yang terjadi di Amerika Serikat, Congress AS menerbitkan Sarbanas Oxley Act tahun 2002 dan AICPA menetapkan standar standar auditing khusus yang berkaitan dengan penilaian dan pendeteksian risiko kecurangan. Standar audit internasional yang diadopsi oleh IAPI juga mengatur tentang hal yang sama (SAS 240 - Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan), yang menjadi acuan utama makalah ini. Saran Apabila auditor mencurigai adanya kecurangan, penulis menyarankan agar auditor harus mengumpulkan



bukti



tambahan,



seringkali



dengan



cara



meminta



keterangan,



dan



bertanggungjawab untuk melakukan sejumlah komunikasi tentang kecurangan yang dicurigai atau terdeteksi dengan manajemen senior dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.



http://repository.unika.ac.id/10248/2/08.60.0095%20Benedicta%20Ayu%20Setyorini%20BAB %20I.pdf