2 Korintus 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2 Korintus 5 : 11–21 5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allahhati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. 5:12. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. 5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. 5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 5:16. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 5:17 Jadisiapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.



Sebagai umat, kita harus berbakti kepada TUHAN. Seluruh hidup kita harus diabdikan kepada-NYA. Kurang dari itu berarti kita tidak rela TUHAN duduk di takhta kehidupan kita, atau dengan kata lain, kita tidak mau mengakui otoritas TUHAN dalam kehidupan kita. Orang-orang yang tidak mau mengakui otoritas TUHAN akan merasa bahwa mengiring TUHAN merupakan beban berat yang tidak mungkin dipikulnya. Biasanya mereka berpikir, "Bukankah sudah ada pendeta yang bertanggung jawab melayani TUHAN?" Padahal kita semua adalah pelayan TUHAN, sehingga tidak satu pun kegiatan boleh kita lakukan jika itu bukan bagi kemuliaan nama-NYA dan kepentingan pekerjaan TUHAN. Segala sesuatu yang kita lakukan setiap hari adalah pelayanan bagi-NYA. Bagi orang yang mengakui otoritas TUHAN sebagai Majikan, sudah diperbolehkan menjadi pengikut Yesus yang baik dan bisa melayani DIA saja sudah merupakan karunia dan kehormatan yang luar biasa. Sebenarnya ini juga merupakan pilihan



atau keputusan kita tanpa paksaan dari pihak mana pun. TUHAN sama sekali tidak memaksa kita. Panggilan untuk melayani TUHAN sebenarnya adalah jalan hidup wajar sebagai makhluk hidup yang diciptakan oleh TUHAN. Ini adalah standar yang dimiliki setiap orang percaya. Orang-orang seperti ini akan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh kesempatan memberkati setiap orang di sekitarnya. Kehidupan yang menjadi berkat bagi orang lain adalah iramanya. Berarti sebagai orang percaya kita wajib mengakui otoritas TUHAN. Tanpa mengakui otoritas TUHAN, kita tidak ada bedanya dengan seorang pemberontak. Tidak banyak orang yang menyadari statusnya adalah pemberontak. Tetapi karena tidak diajar mengenal standar yang benar melayani TUHAN, maka mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sebenarnya. Kalau kita sadar bahwa kita belum sepenuhnya mengakui otoritas TUHAN, marilah bertobat mulai hari ini juga. Kitaharus sungguh-sungguh mencari tempat kita di hadapan-NYA guna melayani DIA. Jangan rendah diri apabila kita belum pernah mengecap bangku sekolah Alkitab, belum pernah disahkan sinode gereja sebagai pejabatnya, atau belum pernah mendapat lencana gereja. Itu semua tidak ada artinya dibandingkan dengan memberi segenap hidup kita bagi kepentingan Kerajaan ALLAH.



"MELAYANI TUHAN: Motivasi dan Terbeban" Dikutip dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2014 Bacaan: 2 Korintus 5:11-21 "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." 2 Korintus 5:15 Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam melayani Tuhan adalah motivasi kita. Motivasi pelayanan yang berkenan kepada Tuhan bukan semata-mata supaya diberkati, melainkan kita rela melayani oleh karena kasih. "Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil," (Filipi 1:16). Adapun ciri-ciri orang yang melayani Tuhan karena kerelaan dan kasih adalah: tidak memperhitungkan untung-rugi, tidak menonjolkan diri sendiri dan tidak mencari hormat dan pujian dari manusia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang yang melayani Tuhan karena terpaksa dan memiliki motivasi terselubung: selalu menghitug jasa, ingin dihormati dan beroleh pujian dari manusia, ingin diutamakan, tidak mau menanggung rugi, mudah sekali mengeluh, kecewa dan akhirnya pelayanannya pun tidak bertahan lama.



Orang yang melayani Tuhan harus memiliki beban yang dalam untuk melayani. Seperti Tuhan Yesus yang melayani jiwajiwa karena hatinya tergerak oleh belas kasihan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Sedangkan keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi saksiNya: menjadi garam dan terang dunia, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Jadi ladang pelayanan itu sesungguhnya sangat luas, tapi seringkali kita salah dalam memahami arti sebuah pelayanan. Kita beranggapan bahwa melayani Tuhan berarti harus menjadi pendeta, penginjil atau terlibat dalam pelayanan mimbar, dan terlebih dahulu masuk Sekolah Alkitab. Padahal Tuhan ingin agar kita memberitakan Injil melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari, di mana pun kita berada dan kapan saja, sesuai dengan profesi kita masing-masing. Melayani Tuhan adalah jika kita melakukan firmanNya dan menyelesaikan pekerjaanNya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). "Semoga Tuhan Yesus memberkati semua kehidupan kita semua. amin." Bacaan: 2 Korintus 5:11-21 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2 Korintus 5:15) Ketika kita disibukkan dengan pelayanan di gereja atau di tempat lain, faktor apa saja yang mendorong kita untuk tetap giat melayani? Bila belum ada alasan yang jelas, kita perlu belajar dari Rasul Paulus. Paulus menjelaskan mengapa ia tidak tawar hati dalam pelayanan. Ia sadar bahwa suatu hari ia dan semua orang akan berhadapan dengan takhta pengadilan Kristus. Hal itu menumbuhkan sikap takut akan Tuhan di dalam hatinya, yang mendorongnya untuk mencari orang-orang yang terhilang dan meyakinkan mereka tentang Injil. Hal lain yang memberdayakan Paulus dalam pelayanan adalah kasih Kristus yang menguasai dirinya. Yang Paulus maksud bukan kasihnya kepada Kristus, melainkan pergumulannya mengenai kasih Kristus yang rela mati untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang agar mereka diperdamaikan dengan Allah. Orang yang memberi diri dengan digerakkan oleh kasih Kristus tersebut terlibat dalam pelayanan pendamaian. Paulus pun dengan rela hati melayani karena ia tahu bahwa orang yang telah diselamatkan oleh Yesus patut hidup bagi-Nya dan melayaniNya (2 Korintus 5:15).



Kita dapat belajar dari Paulus dalam memandang sesama. Sesama orang beriman harus dipandang sebagai milik Kristus—orang yang menikmati kasih-Nya. Terhadap sesama yang belum beriman, kita harus memberi tahu mereka bahwa hidup mereka berharga karena Kristus juga berkorban bagi mereka. Kiranya kasih Kristus yang Paulus hayati ini juga mendorong kita untuk melayani-Nya—ENO HIDUP BAGI KRISTUS ADALAH MEMPERTEMUKAN YANG TERHILANG DENGAN DIA - See more at: http://todaymanna.com/hidup-bagi-dia/#sthash.G1yXNONY.dpuf



II Korintus 5 : 11 – 21 Referensi Kotbah 29 april 2012 Ketika hidup kita didamaikan oleh Allah, maka akan terjadi perubahan status yaitu : dari orang berdosa menjadi orang yang dibenarkan, dari orang hukuman menjadi orang yang bebas, dari orang gelap menjadi terang. Rekonsiliasi dengan Allah terjadi dan berdampak rekonsiliasi dengan diri sendiri dan sesamapun harus terjadi. Kita yang sudah didamaikan Allah harus menyadari bahwa hidup kita bukan lagi milik kita melainkan milik Tuhan. Jika kita adalah milik Tuhan maka hidup kita haruslah hidup yang menyenangkan Sang Pemilik, memuliakan Dia dan mengerjakan hal-hal yang disukaiNya. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita pelajari : 1. Pandanglah Kepada Tuhan Yesus Bukan Kepada Manusia (ayat 11-13) Melakukan pelayanan di dunia hendaklah kita sadari bahwa fokus perhatian dan pelayanan kita harus kepada Yesus Kristus, bukan kepada manusia. Karena Dialah yang akan memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan dan memberikan kekuatan dalam menanggung beban dari pelayanan itu. Inilah waktunya untuk mengalihkan fokus perhatian dan pelayanan kita dari diri kita sendiri kepada Yesus. Jika kita menaruh perhatian kepada apa yang telah dilakukan Yesus di kayu salib maka kita akan lebih bersungguh dalam melayani Tuhan, meskipun dalam pelayanan kita menemukan banyak kesulitan. 2.



Hidup Bukan Untuk Diri Sendiri (ayat 14-15 )



Kehidupan adalah anugerah Allah bagi manusia dan juga bagi gerejaNya. Hidup adalah kesempatan untuk berkarya. Hidup bukan hanya sekedar menjalani hari-hari sampai kematian menjemput. Makna hidup ditandai dengan seberapa banyak hasil karya yang dapat dilakukan. Kehadiran gereja dan kehadiran orang percaya dirasakan dengan seberapa banyak hasil karya yang sudah dilakukannya. Berkarya bagi Tuhan tidak selalu diartikan sebagai bentuk pelayanan yang sempit, hanya terbatas pada pelayanan di dalam gereja saja. Berkarya bagi Tuhan berarti melakukan aktivitas yang menghasilkan kemuliaan bagi nama Tuhan. 3.



Perubahan Hidup ( ayat 16-17 )



Paulus meminta mereka untuk menunjukkan citra diri sebagai orang yang sudah diciptakan baru yaitu: Membuang dusta dan berkata yang benar, bila marah tapi jangan berbuat dosa dengan kemarahan yang membabi buta dan berkepanjangan ; para pencuri tidak boleh mencuri lagi tapi harus bekerja keras bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan tapi bisa memberi kepada orang lain yang berkekurangan, berkata-kata yang baik untuk membangun pendengar bukan sebaliknya berkata-kata kotor, yang mendukakan Roh Kudus, membuang segala kepahitan, kegeraman yaitu emosi yang meletup-letup, pertikaian yaitu beda pendapat sampai naik pitam dan berteriak-teriak, fitnah yaitu berbicara jahat tentang seseorang sampai merugikan nama baiknya dan segala kejahatan, sebaliknya diminta bersikap ramah, Serta kasih seperti Kristus. Marilah kita berikan bukti kehidupan kristen yang indah , seperti orang melihat keindahan kupu-kupu yang berwarna –warni bukan sebaliknya seperti melihat ulat, yang membuat orang merasa jijik dan geli. “ Damai dengan Allah, damai dengan diri dan damai dengan sesama.” Oleh : Khotbah pada 11 mei 2014, HUT STT SETIA yang ke -27 Bacaan Alkitab: 2 Kor.5: 11-21 Nas: 2 Kor. 5: 20b: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Nas ini sangat penting bagi STT SETIA, mengingat misinya, dan bagi mahasiswa-mahasiswa dan dosen-dosen masing-masing. Nas ini juga berperan dalam sejarah teologi. Beberapa teolog yang amat berpengaruh bersandar pada ucapan Paulus dalam fasal ini. Sebelum saya menyebut beberapa nama, saya mengingatkan akan studi saya sendiri dan matakuliah yang saya terima di Kampen. Pada tahun 1969 saya masuk kuliah dan satu tahun kemudian, pada tahun 1970, dr C. Trimp dilantikan sebagai mahaguru di alma mater kami di Kampen, bagian diakoniologi. Istilah itu akan diterangkan sebentar. Pidato pelantikan berjudul “Legitimasi untuk pelayanan pendamaian”, berdasarkan 2 Kor. 5:18. Dalam ceramah itu ia mempertahankan keyakinan A. Kuyper dan melawan pandangan-pandangan baik dari F. Schleiermacher (yang disebut teolog yang paling besar dari abad yang XIX) maupun K. Barth (yang disebut teolog yang paling besar dari abad yang ke XX). Dalam hal apa A. Kuyper melawan F. Schleiermacher dan dalam hal apa C. Trimp melanjutkan pandangan itu dengan melawan K. Barth juga? Terdahulu saya sebut tema sebuah khotbah Schleiermacher tentang 2 Kor. 5:17,18: “Bahwa kita tidak dapat belajar apa-apa dari murka Allah”. Menurut Schleiermacher membicarakan murka Allah berarti memiliki pandangan yang sangat terbatas terhadap Tuhan Allah. Pengertian murka itu datang dari orang-orang Yahudi. Paulus mengajar bahwa Allah tidak bermurka lagi dan bahwa manusia sudah didamaikan dengan Allah. Teologi Schleiermachter itu dapat dicoraki sebagai teologi pengalaman. Titik tolaknya bukan penyataan Allah yang dari atas, tetapi perasaan manusia yang dari bawah. Mengenai alma mater kamu, SETIA, yang merayakan HUT-nya hari ini, saya yakin bahwa teologi yang diajar di sini tidak didasarkan atas pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan manusia tetapi atas Firman Tuhan yang diilhamkan Roh Kudus, seperti saya belajar di Kampen dulu.



Mengenai Karl Barth: 2 Kor. 5:19a merupakan tema dari seluruh karyanya Kirchliche Dogmatik: Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus. Bagian b tidak dihiraukan, yaitu bahwa Allah telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada para rasul. Karl Barth mendasarkan teologinya tidak atas perasaan manusia tetapi atas Firman Tuhan dari atas. Barth sangat menguatirkan bahwa Firman Tuhan akan dianggap manusiawi. Karena itu ia mengatakan tentang pemberitaan firman, atau khotbah, dua hal yang kelihatannya bertentangan. 1. Khotbah adalah Firman Tuhan yang dikatakan oleh Allah sendiri. 2. Khotbah adalah upaya gereja yang ditugaskan untuk menjadi pelayan bagi Firman, sehingga nas Alkitab diterangkan. Kedua segi ini saling memperlengkapi, dan kebenaran adalah di tengah dan tidak bisa dipahami oleh manusia. Teologi Bart dinamakan dialektis, dari dialog: selalu ada dua kutub, dua unsur yang berlawanan, yang sama-sama penting dan sama-sama membentuk kebenaran, tapi kebenaran itu tidak bisa ditanggapi. Jadi, khotbah adalah pelayanan kepada Firman. Sekaligus Barth enggan untuk mengedepankan jabatan dalam gereja, sebab seorang yang berjabatan bisa menjadi sombong. Yang boleh disebut sebagai jabatan adalah tugas jemaat seluruuhnya. Dan karena itu ay 19 bagian b tidak dihiraukan, yaitu bahwa Allah mempercayakan berita pendamaian kepada rasul-rasul. Sedangkan bagian a salah ditanggapi juga, yaitu bahwa Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus. Tafsiran Barth adalah: Allah telah berada di dalam Kristus, dan karena itu Allah mendamaikan dunia dengan diriNya. Berarti: dengan penampakan diri Allah dalam Kristus manusia (siapapun juga) sudah didamaikan dengan Allah. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendamaian itu adalah umum, untuk semua orang. Saya yakin bahwa STT SETIA mempunyai pandangan yang berbeda dengan Barth terhadap Firman Tuhan dan terhadap khotbah. Yaitu, bahwa Firman Tuhan datang dari atas, karena pengilhaman oleh Roh, dan dipercayakan kepada gereja untuk dikabarkan. Dalam gereja jabatan adalah penting, tugas pekabaran Injil penting. Sekalipun Firman Tuhan datang Roh Kudus, dalam segi lain Firman Tuhan boleh dianggap seperti tulisan-tulisan biasa, dengan kosakata biasa dan tatabahasa biasa. Bahasa Alkitab tidak sakral dan isinya dapat diterangkan dengan kemampuan membaca/ menganalisa/ menerangkan sebagaimana ada pada manusia. Dan menyangkut pendamaian: Allah mendamaikan dunia dengan diriNya dan pelayanan pendamaian itu dipercayakan kepada gereja, sebab dari Firman Tuhan kita tahu tentang pendamaian oleh Kristus itu. Yang menerima Firman itu akan diselamatkan, yang menolaknya akan binasa. Tidak ada pendamaian umum. Kembali kepada teologi yang sudah saya sebut pada awal, sebelum kita menilai 2 Kor. 5 ayat demi ayat. Saya akan menerangkan posisi Kuyper yang begitu berfokus kepada jabatan, yang dicoraki sebagai pelayanan pendamaian. Untuk itu saya kemukakan bahwa ia mengembangkan istilah diakoniologi untuk menjuduli matakuliah pastoral, atau dengan kata lain teologia praktis. Diakoniologi adalah istilah yang lebih tepat, kata Kuyper,dan begitu juga ujar mahaguru saya satu abad kemudian, yaitu dr C.Trimp. Diakoniologi, berarti ilmu tentang pelayanan dalam gereja. Dan dari surat-surat Paulus jelas bahwa pelayanan atau diakonia itu adalah pemberian Kristus kepada gereja-Nya. Adalah pelayanan pengasihan, tetapi yang dimaksud dalam nas kita adalah pelayanan Firman, dan kalau kita memperhatikan isi Firman yang disogohkan, maka itulah pendamaian dengan Allah. Melalui Kristus. Kristus mengangkat orang-orang yang berjabatan, untuk memberikan damai-Nya kepada manusia. Sungguh sangat mulia tugas itu. Dan karena itu sangat mulia



tugas STT SETIA yang selama 27 tahun untuk membina bakal pemberita Firman, jadi bakal pemberi damai Kristus. Kuyper mengembangkan ensiklopedi teologi, yaitu mata-mata kuliah, kurikulum. Dan ia menganggap sangat penting bahwa di samping bibliologi, yaitu tentang alkitab, dogmatologi, yaitu tentang ajaran, ekklesiologi, tentang gereja, terdapat diakoniologi, yaitu tentang pelayanan, atau tentang jabatan. Menurut dia jabatan ia datang dari Kristus, bukan dari jemaat, dan itulah sebabnya ia menolak istilah teologia praktika, atau teologia pastoral, yang menurut dia menekankan peran manusia, seakan-akan jabatan datang dari jemaat. Apakah hal itu penting untuk sama-sama merenungkannya? Sangat penting. Sebuah sekolah teologia memperlengkapi mahasiswa untuk menjadi pelayan atas nama Kristus, untuk menjadi utusan dari Kristus. Dalam hal itu sebuah sekolah teologia sangat khusus, dibanding dengan universitas-universitas lainnya. Kita di sini tidak mempersiapkan pegawai dan karyawan dari lembaga, atau perusahaan atau negara, tetapi orang-orang kepercayaan Kristus. Sudah saya terangkan bahwa 2 Kor. 5 sangat penting bagi SETIA. Tertinggal satu pokok lain. Mengapa Paulus menulis tentang pelayanan pendamaian? Oleh karena pernah ada pertengkaran di jemaat di Korintus, dan Paulus menjadi sasaran. Sekarang rasul berkata bahwa jemaat yang sudah diperdamaikan dengan Allah harus tetap memberi dirinya untuk didamaikan. Sebab salah satu unsur yang sangat mengancam pendamaian dengan Allah adalah pertengkaran antara saudara dan saudara. Paulus pernah mengalaminya di Korintus, tetapi syukurlah, itu dibereskan. Namun ia tetap memberi aba-aba untuk tidak memihak kepada manusia dan untuk saling menggigit. Seharusnya orang-orang Kristen bersatu agar keselamatan tidak diambil daripada mereka. Barangkali penerapan ini untuk SETIA kini paling utama. Untuk apa menyerukan di dunia yang belum mengenal Tuhan: memberi dirimu didamaikan dengan Allah, kalau kita sendiri tidak dikenal sebagai pembawa damai karena bertengkar secara intern. Saya yakin, 2 Kor. 5 dengan khusus terarah kepada situasi di dalam jemaat, bukan kepada dunia luar. Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah! Begitu pesan Paulus kepada saudara dan saya. Bukan saja kepada orang yang belum mengenal Kristus. Malahan, tekanan Paulus diberikan kepada anggota jemaat. Rupanya mereka belum didamaikan dengan Allah. Karena apa, karena mereka hidup dalam kekacauan, mencurigai Paulus, menghalangi pemberitaan Firman. Ay. 11,12 Paulus bekerja dengan murni, dan niat-nya juga murni. Ia ingin menyelamatkan manusia,dan memuliakan Allah. Allah tahu, dan semoga manusia tahu juga. Dan Paulus berharap bahwa jemaat sadar tentang hal itu dan rela untuk membela Paulus terhadap orang yang mempersalahkannya . Ay. 13-15 Dalam hal mana Paulus dijadikan bahan diskusi malahan batu sandungan? Mungkin ay 13 dapat menerangkan itu, hanya saja terjemahan bisa membingungkan. Terjemahan berbicara tentang menguasai diri, tapi lebih baik terjemahan seperti dalam NIV: out of mind. Bukan dalam arti seperti dalam Terjemahan Indonesia sehari-hari gila dan waras, tetapi dalam arti kesurupan atau tidak. Rupanya Paulus pernah berbicara dalam bahasa lidah, dan sekarang tidak lagi. Memang, ketika ia berbuat demikian, itu adalah demi hormat Allah, tetapi untuk jemaat lebih baik untuk tidak demikian. Sama seperti dikatakan Paulus dalam 1 Kor. 14:18,19. Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan



bahasa roh lebih dari pada kamu semua. 19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. Ay.16,17 Barangkali mereka yang berbahasa roh dianggap hebat oleh manusia. Dan karena itu Paulus berkata dalam ay 16 bahwa kita tidak harus menilai seorang menurut ukuran manusia. Seandainya kita menilai Yesus dengan ukuran manusia, pasti kita salah. Begitu juga dalam penilaian terhadap orang lain: kita harus mengukur secara rohani. Jangan menganggap Yesus sebagai manusia biasa, dan memang itulah kelemahan Schleiermacher. Paulus membuat itu sebelum ia bertobat, sesudah itu tidak lagi. Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. Ay. 17 merupakan perkataan inti: siapa ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Cocok sekali, kalau kita memperhatikan nas itu pada HUT seseorang: apakah oknum ini berada dalam Kristus? Apakah ia sudah baru? Setiap tahun yang ditambahkan merupakan berkat Tuhan, tetapi dasar yang kuat telah diletakkan pada saat ia mulai mengikut Yesus. Apakah tidak mungkin juga kita menilai lembaga SETIA dengan ukuran ini: apakah ia sudah menjadi baru, secara rohani: apakah yang dicari adalah hormat Allah dan bukan pujian dari manusia? Apakah hasilnya, outputnya, adalah demi Kristus atau tidak? Ay. 18,19 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya. Jurang antara Allah dan manusia terlalu lebar dan terlalu dalam. Hanya Allah dapat menjembataninya, dan Allah melakukan itu ketika Kristus datang. Ay. 20,21 Kalau begitu, apa yang harus kita perbuat? Kalau sudah dikatakan bahwa Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah, mengapa kemudian dikatakan: berilah dirimu didamaikan dengan Allah? Apakah di sini Paulus menghadapi orang lain? Bukan, ia tetap berbicara kepada orang yang sama. Ataukah Paulus bermaksud bahwa sesudah kita berdamai dengan Allah, kita harus berdamai dengan sesama juga? Bukan itu saja ia menulis: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Intinya: damai yang dimaksud adalah ganda: dengan Allah dan dengan manusia. Pernah jemaat itu bertengkar dengan Paulus, tetapi itu telah diselesaikan. Hanya saja: perdamaian seperti itu harus dimenangkan terus, sebab manusia selalu mencari masalah baru. Sudah berapa kali dalam masa 27 tahun ini SETIA dilanda percekcokan dan masalah? Dan damai dengan Allah harus diperjuangkan juga terus menerus. Setiap orang pada satu hari kelak akan menghadap Yesus Kristus , dan sebelumnya kita harus bertobat kepada-Nya, supaya kita nanti tidak terlambat. Berilah diri mu didamaikan dengan Allah: orang jahat yang telah dibebaskan dari hukuman oleh karena Kristus menanggungnya, harus menyadari itu dan berterima kasih dan mengucapkan syukur dengan perkataan dan perbuatan. Kalau jemaat tetap dalam kekacauan, mereka sepertinya membuktikan bahwa mereka tidak merasa terhubung dengan Kristus dan tidak ingin dilepaskan oleh-Nya. Menarik bahwa dikatakan: dalam nama Kristus kami meminta: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Bukan kami menyuruh, sekalipun seorang utusan dari Raja Agung dapat menyuruh. Tetapi katakerja ini menunjukkan komunikasi yang baik, seperti Paulus pernah



menulis juga bahwa ia berupaya meyakinkan manusia: kita mencari jalan masuk ke lubuk hari saudara kita yang bermasalah. Kita tidak datang dengan perintah, tetapi dengan permintaan. Berilah dirimu didaimaikan dengan Allah: 1. Percayalah bahwa pendamaian telah diwujudnyatakan oleh Kristus 2. Terimalah pendamaian itu 3. Hiduplah sebagai manusia yang sudah didamaikan, dengan menjadi pembawa damai



Hidup bagi Kristus. Kematian Kristus di atas kayu salib bukan hanya sebagai teladan kasih yang sejati, tetapi juga suatu kematian untuk menggantikan kita. Kematian-Nya telah melepaskan kita, orang-orang beriman, dari kematian kekal, dan kebangkitan-Nya mendatangkan hidup yang kekal kepada kita. Kebangkitan-Nya menjamin kebangkitan kita. Sebagai orang percaya, yang sudah ditebus oleh Kristus yang telah mati untuk semua orang seharusnya sekarang hidup bagi Tuhan dan bukan hidup untuk dirinya sendiri. Menyatu dengan Kristus Hubungan Paulus dengan Kristus begitu erat. Hubungan pribadinya yang erat merasuk ke seluruh sendi-sendi kekuatan pelayanannya. Hubungannya itu membuatnya mampu hidup terbuka tanpa sandiwara, yang di depan manusia sama dengan yang Allah lihat dalam kesendirian. Hubungan itu menyebabkan Paulus dikuasai oleh kasih Kristus yang membuatnya merasakan gelombang samudera kasih itu bergulung-gulung memenuhinya dengan kuasa, daya dan upaya. Hubungan itu pula menyebabkan Paulus tak memandang atau menilai atau memilih orang yang dilayaninya berdasarkan ukuran-ukuran lahiriah manusia. Menjadi utusan Kristus Berdasarkan kenyataan itulah, Paulus sadar akan wibawanya sebagai utusan Kristus. Setiap orang percaya adalah abdi Allah, dan sebagai abdi Allah harus menyadari fungsinya yang berperan sebagai wakil Kristus untuk menggembalakan gereja-Nya dan untuk mewartakan kabar baik-Nya dalam dunia ini. Kesadaran diri sebagai utusan Kristus inilah yang akan membuat orang tanpa pernah bosan untuk mengajak, mengundang, membujuk, memperingatkan orang agar menerima Injil Pendamaian Allah dalam Yesus Kristus. Refleksi Motivasi orang dalam berbuat sesuatu dapat bermacam-macam. Ada yang ingin dipuji, mendapat keuntungan materi, mendapatkan kedudukan, dan lain-lain. Motivasi Paulus melayani jelas: ia takut akan Tuhan dan kasih Kristus yang menguasainya (ayat 11,14). Perbuatan-perbuatannya bukan untuk memuji diri melainkan agar jemaat mendapat bahan dalam menjawab guru-guru palsu yang memegahkan diri (ayat 12). Paulus tetap termotivasi melayani dengan membuang kepentingan diri sendiri, bercermin kepada Kristus (ayat 15). Motivasi seperti itu sudah seharusnya berkobar di dalam dada setiap orang percaya. Amin!



by Henoch Edi Haryanto 2 KORINTUS 5:11-21 “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelang garan mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami” (ayat 19). Paulus dapat dengan pasti membedakan antara pelayanan yang dahulu ia kerjakan dan sesudah ia menjadi pelayan Kristus. Sekarang dia tidak lagi bermegah atas hal-hal lahiriah, tapi atas hal-hal batiniah. Pelayanan yang ia kerjakan dikuasai oleh kasih Kristus yang dilandasi oleh korban-Nya. Kristus telah mati untuk semua orang, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya juga mengalami kematian dari dosa. Dan sebagaimana Dia hidup kembali, demikian pula setiap orang percaya juga hidup kembali dan menjadi ciptaan baru. Semua itu adalah usaha Allah untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya. Dan Allah yang telah memulai usaha pendamaian itu mempercayakan kelanjutan dari usahaNya tersebut kepada hamba-hamba-Nya, termasuk kepada Paulus untuk memberitakanya kepada semua manusia. Menyadari demikian besarnya usaha Allah untuk memperdamaikan manusia dengan diri-Nya yang tanpa meman dang pelanggarannya, maka Paulus menyerukan kepada orang Korintus supaya mereka mau diperdamai kan dengan Allah. Lihatlah, betapa besar kasih Allah bagi manusia. Seharusnya manusialah yang mencari perdamaian dengan Dia karena manusialah yang telah berbuat dosa, tapi ternyata Allahlah yang membuka jalan pendamaian tersebut. Berita pendamaian itu harus disebarkan, itu adalah kabar baik bagi manusia. Pertanyaannya, sudahkah kita juga diperdamaikan dengan Allah ? Tidak mungkin kita menjadi pemberita pendamaian tanpa lebih dahulu kita mengalami hidup yang diperdamaikan dengan Allah. Maka sekarang, sebagai pemberita-pemberita pendamaian, berusahalah supaya kedapatan tak bercela dan tak bernoda dihadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia (2 Petrus 3:14)



Renungan Harian: Membawa Orang Kepada Yesus GKPB Kudus Sading > Renungan > Renungan Harian: Membawa… ✰685 views 11 Aug 2014



MEMBAWA ORANG KEPADA YESUS Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2014 Baca: 2 Korintus 5:11-21 “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus,” 2 Korintus 5:20 Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada dunia dengan memberikan Putera-Nya yaitu Yesus Kristus, “…supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16). Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib inilah kita diperdamaikan dengan Allah. Karena Allah telah mendamaikan kita dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran kita, maka Ia pun memberikan tugas dan tanggung jawab kepada setiap kita untuk memberitakan



kabar damai ini kepada dunia. Ini sebuah kepercayaan yang tak ternilai harganya; jadi kita ini adalah duta-duta Tuhan di tengah dunia. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang predikat sebagai utusan Kristus. Sebagai utusan Kristus kita memiliki tugas untuk bersaksi tentang Kristus dan karya keselamatan-Nya kepada dunia. Inilah pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita yaitu pelayanan pendamaian. Pelayanan pendamaian adalah mengenai bagaimana kita membawa orang lain kepada Tuhan Yesus dan membawa Tuhan Yesus kepada orang lain. Setia hadir di gereja setiap Minggu dan aktif terlibat dalam pelayanan tidak secara otomatis membuat Tuhan Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” Namun, melakukan pelayanan pendamaian dengan membawa orang lain mengenal Tuhan Yesus dan menghadirkan Tuhan Yesus dalam kehidupan orang lainlah yang menyenangkan hati Tuhan. Jadi, kita tidak akan mampu menjalankan tugas pelayanan pendamaian ini bila kita sendiri tidak memiliki kehidupan seperti Kristus. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6). Inilah sebabnya Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9). Keberadaan orang percaya seharusnya demikian, selalu membawa damai bagi orang lain. Membawa damai berarti mengekspresikan karakter kasih Allah. Bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan atau membuat orang lain kecewa dan terluka. Bukti bahwa kita sudah menjalankan tugas pelayanan pendamaian adalah ketika hidup kita menjadi kesaksian bagi banyak orang



2 Kor 5:11-21 Menghayati dan melayankan pendamaian dalam Kristus [2 Oktober 2011] Posted on September 28, 2011 by abuchanan Perikop ini adalah perikop yang kaya dengan makna bagi para pelayan, seperti sebagian besar pembaca blog saya. Isinya jauh melebihi apa yang dapat disampaikan dalam satu kali khotbah. Jadi, saya menghimbau pembaca untuk mengambil kesempatan ini untuk merenungkan pelayananya sendiri bersama dengan Rasul Paulus. Allah mau berfirman terlebih dulu kepada saudara. Kemudian, di bagian makna ada usaha sederhana untuk mengkontekskan teologi Paulus bagi budaya Toraja. Penggalian Teks Hubungan Paulus dengan jemaat di Korintus penuh ketegangan, sebagaimana dilihat dalam kedua surat yang kita miliki yang dia tulis kepada mereka. Dalam bagian pertama surat kedua ini (sampai p.7) Paulus menjelaskan pelayanannya, supaya jemaat di Korintus dapat lebih mengerti mengapa dia tidak menepati suatu janji untuk mengunjungi mereka (1:17). Masalah itu menjadi bahan untuk satu kelompok di jemaat yang menganggap Paulus tidak layak sebagai rasul. Yang ditegaskan Paulus bukan kelayakannya melainkan kemuliaan pelayanannya, yaitu pelayanan perjanjian baru dalam Roh (p.3), yang di dalamnya kemuliaan Allah dinampakkan dalam kelemahan para pelayan-Nya (p.4, bdk. 4:7 yang terkenal itu tentang bejana liat). Kemudian, Paulus membahas ujung atau cakrawala dari pelayanannya, yaitu harapan untuk berada bersama dengan Kristus dan pengadilan terakhir (5:7-10). Perikop kita merupakan inti dari apa yang dilakukan Paulus, diikuti oleh seruan kepada mereka untuk menerimanya (6:11; 7:2). Alur penguraian Paulus dalam perikop kita diberi topik, “kami…meyakinkan orang”, dan mulai dengan komentar tentang relasi Paulus dengan mereka (11-13), yang dijelaskan (“sebab”) sebagai akibat dari kasih Kristus (1415). Dua implikasi disampaikan, yang pertama tentang manusia baru (16-17), kemudian tentang pelayanan yang meyakinkan untuk membawa kepada pembaruan itu (18-21). A.11 mulai dengan satu motivasi mendasar Paulus, yaitu takut akan Allah. Aa.11-13 membandingkan penilaian Allah dengan penilaian manusia. Bagi Paulus yang pokok ialah penilaian Allah. Di depan takhta pengadilan Kristus itu hati kita semua akan dinyatakan [fanerothenai, LAI “menghadap”] (10). Dia berharap bahwa jemaat sepaham dengan penilaian Allah [pefanerosthai, LAI “hati kami nyata dengan terang”] (11b), dan dia



menjelaskan bagian surat ini sebagai usaha supaya mereka bisa kuat di hadapan kelompok penentang itu (12), suatu kelompok yang melihat lahir (harfiahnya, “muka”), bukan batin (“hati”). Kegiatan pokok Paulus adalah meyakinkan orang (11); jika dalam melakukan pelayanan itu ada yang sepertinya kurang waras, hal itu karena Paulus melayani Allah, jika Paulus menyesuaikan diri dengan harapan mereka, hal itu demi melayani mereka (13). Paulus diarahkan oleh penilaian Allah sekarang yang akan dinyatakan pada akhir zaman, bukan oleh pendapat orang. Bagaimana bisa ada orang yang begitu bebas (13a) sekaligus terikat (13b)? Kasih Kristus sudah memegang Paulus dengan erat (14). Kasih Kristus berarti bahwa Kristus telah mati bagi semua orang, sehingga mereka telah mati bagi dosa untuk hidup bagi Kristus yang mati dan bangkit itu (menafsir aa.14-15 dalam terang Rom 6:3-4). Paulus tidak hanya menangkap kebenaran itu, ia ditangkap olehnya, karena di dalamnya ada implikasi penting bagi semua orang. Implikasi pertama ialah Paulus sudah melihat manusia dengan mata baru. Jika dia pernah melihat Kristus sebagai penyesat, dan manusia berdosa sebagai sampah (16), sekarang dia melihat Kristus sebagai perintis ciptaan baru, dan semua orang di dalam-Nya sebagai bagian dari ciptaan itu (17). Implikasi kedua menyangkut pelayanan Paulus. Paulus berubah karena dia sendiri telah didamaikan dengan Allah yang sekaligus mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepadanya (18; bdk. Kisah Para Rasul p.9). A.19 memperluas a.18: Allah mendamaikan bukan hanya Paulus atau “kita”, tetapi dunia. Yesus bukan hanya sarana [dia + genitif, LAI “dengan perantaraan”] tetapi wadah atau tempat [en, LAI “oleh” tetapi dalam banyak versi bahasa Inggris “di dalam”]. Caranya dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Jika dikaitkan dengan a.14 (“semua” = “dunia”), maksudnya sepertinya bahwa di dalam Kristus dunia telah mati sehingga pelanggaran mereka tidak berlaku lagi. Dengan demikian ada damai: pelanggaran kita bukan lagi penghalang dalam relasi dengan Allah, baik bagi Allah maupun bagi kita yang sadar akan keberdosaan kita. Itulah berita pendamaian yang dipercayakan kepada Paulus. Kesimpulannya [oun, LAI “jadi”) bahwa Paulus (bersama dengan rekan-rekannya, paling sedikit Timotius, bdk. 1:1) adalah utusan Kristus (20). Seperti digambarkan Paulus di sini, seorang utusan menjadi penyambung lidah dari pengutusnya. Pesannya supaya jemaat di Korintus menerima pendamaian itu. Dua kali Paulus mengatakan “demi Kristus” [pertama kali tersirat dalam “utusan Kristus”, kedua kalinya “dalam nama Kristus”], dan a.21 memperjelas hal itu. Kristus tidak mengenal dosa, tetapi Allah memperhitungkan-Nya sebagai orang berdosa demi kita, supaya kita dapat diperhitungkan sebagai orang benar. Demikian kasih Kristus yang mendorong Paulus untuk meyakinkan bahkan jemaat di Korintus untuk didamaikan dengan Allah. Maksud bagi Pembaca Paulus mau supaya jemaat di Korintus tetap menerima wibawa kerasulannya, dan demi tujuan itu dia menjelaskan bagaimana kematian dan kebangkitan Kristus mendorong dia untuk memandang manusia sebagai orang yang dipanggil untuk didamaikan dengan Allah. Allah juga mau supaya kita menerima wibawa rasul Paulus, dalam bentuk surat-suratnya. Jika kita sudah ditangkap oleh kasih Kristus itu, kita juga akan memandang manusia sama seperti Paulus, walaupun peran kita tidak persis sebagai rasul. Bagi para pelayan, intinya mungkin bisa disampaikan begini: apakah saudara mencari damai dengan jemaat (tidak ada keluhan, ribut-ribut dsb, tafsiran utama “damai sejahtera bagi semua”, kadangkala), atau mencari jemaat didamaikan dengan Allah (intisari dari damai sejahtera yang sesungguhnya)? Apakah saudara mencari muka di hadapan manusia atau di hadapan Allah yang melihat ke dalam hati? Paulus mau memberi jemaat di Korintus alasan untuk memegahkannya, yaitu alasan bahwa dia semata-mata digerakkan oleh takut akan Tuhan dan kasih Kristus. Bukan alasan S.2nya, bukan dekatnya dengan pimpinan gereja. Makna Apa yang menjadi dasar hidup yang setia kepada Kristus? Kata Paulus, kasih Kristus. Kasih Kristus itu bagaimana? Jawab banyak pelayan dan anggota jemaat yang saya dengar, kasih Kristus dikenal dalam keseharian hidup, bahwa saya telah bangun, bahwa saya dapat makan, menikmati keluarga dsb. Apa jawab Paulus? Kasih Kristus dikenal karena Kristus telah mati dan bangkit. Mengapa saya menganggap jawaban Paulus jauh lebih unggul? Karena pemeliharaan Allah tidak menentu. Hari ini semuanya baik-baik saja, besok musibah melanda. Kalau begitu, kasih Kristus itu ke mana? Paulus tidak meragukan kasih Allah dalam keseharian hidupnya, tetapi selalu dalam surat-suratnya landasan harapannya ialah Kristus yang telah mati dan/atau bangkit. Hanya dengan landasan itulah kita boleh dengan mata terbuka dan tidak berpura-pura mengimani kebaikan Allah dalam duka sama seperti dalam suka. Landasan yang lain hanya merupakan basabasi saja. Makanya, banyak jemaat yang lekas tergoyang oleh masalah. Lalu, mengapa kematian dan kebangkitan Kristus dilihat sebagai tindakan kasih? Satu aspek adalah pengorbanan Yesus. Biasanya hal itu dilihat dari perspektif penderitaan Kristus, dan perspektif itu memang betul (misalnya, Rom 8:17). Tetapi dalam a.21 kita melihat Yesus masuk dalam keadaan yang pasti sangat



menjijikkan, yaitu dibuat menjadi dosa. Yesus ditempatkan dengan, dan diperlakukan oleh Allah sebagai, orang berdosa, orang najis, orang yang layak disingkirkan dengan mati. Aspek yang lain ialah bahwa ada hasil dari pengorbanan itu, yaitu pendamaian dengan Allah dan status sebagai ciptaan baru. Saya coba memikirkan hal it dari konteks adat lama Toraja, dan mohon perbaikan atau tambahan usul dari yang lebih tahu. Di berbagai tempat di Toraja, ada proses pendamaian yang disebut massuru’ (menyisir). Unsur pertama di dalamnya adalah pengakuan yang disebut dipassaluan (dalam Kamus TorajaIndonesia), menyebut satu per satu pelanggaran. Setelah semua yang terkait sudah mengaku pelanggarannya dan semuanya sudah terungkap (paling sedikit menurut imamnya, to minaa) maka bisa juga ada kurban ditentukan. Dengan demikian kekacauan dipulihkan (seperti kutu disisir dari rambut). Tetapi, bagaimana jika pelanggaran terungkap oleh penelaahan to minaa, tetapi dibantah oleh yang bersangkutan? Apakah pembangkang itu harus dikeluarkan untuk memulihkan kekacauan? Pola seperti itu tidak asing dalam banyak budaya, termasuk PL. Im 4:27-28 membayangkan dosa yang tidak disengajakan tetapi kemudian diberitahukan (terungkap lewat undi imam?) kemudian ada kurban. Dalam Yosua p.7 ada dosa yang sengaja yang diungkapkan melalui serangkaian petunjuk dari Tuhan (mungkin undi Urim dan Tumim itu), kemudian ada pengakuan dan kurban, dalam kasus ini pelanggar sendiri (Akhan). Bahkan pembuangan Israel dapat dilihat dalam perspektif pola itu. Tuhan mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran Israel melalui nabi-nabi, tetapi hal itu ternyata tidak berhasil memulihkan kekacauan Israel. Dengan demikian Israel sendiri harus dibuang. Dalam Daniel p.9 pemulihan (pengembalian ke tanah Israel) bisa terjadi setelah ada pengakuan dosa dengan penghapusan kesalahan (Dan 9:24). Pola yang saya lihat di dalamnya, yang ada di dalam massuru’ juga, ialah perlunya dosa (kekacauan) diperjelas, dengan kurban sebagai penghapus dosa atau pelurus kekacauan itu. Jelas dalam perikop kita bahwa kurban itu kematian Kristus. Malah, fungsi kurban itu diperjelas dalam perikop ini. Dalam pola yang satu tadi, kekacauan ditangani dengan disingkirkan—manusia diusir dari taman Eden, Israel dibuang dari tanah perjanjian, lebih umum lagi manusia mati. Kurban itu berfungsi sebagai wakil yang menggantikan. Jika Akhan harus dimatikan, orang Israel pada umumnya dapat menawarkan kurban penebus salah. Jadi, Yesus mati bagi semua orang—dosa dihapus di dalam dirinya. Kalau begitu, di mana dosa diperjelas, dipassaluan? Tuntasnya pada takhta pengadilan Kristus (a.10, ingat tadi usul artian “hati dinyatakan”). Pada saat itu akan ada dipassaluan yang lengkap, menyeluruh, dan serba betul dan adil. Setelah itu, kekacauan menjadi masa lampau dalam dunia baru, dengan semua di dalam Kristus dibenarkan (a.21), dan semua di luar Kristus dihancurkan (bdk. 1 Kor 15:20-24). Tetapi dengan bergabung dengan Kristus (“siapa yang ada di dalam Kristus”), kita bisa masuk dunia baru itu sekarang juga (“ia adalah ciptaan baru”, a.17). Melihat a.15 dan a.20, berada di dalam Kristus mengandaikan bahwa kita sudah mulai sadar tentang kekacauan dalam diri dan berubah haluan. Bertobat mengandaikan dipassaluan secara pribadi, paling sedikit di hadapan Allah, tetapi saya duga juga di depan sesama, seperti pengakuan dosa dalam baptisan (Yak 5:16 sepertinya juga mendukung intisari dari dipassaluan itu, tetapi itu cerita lain). Kita menjadi bagian dari penyisiran kekacauan dunia, hidup bagi Allah, bukan lagi pengacau yang hidup untuk dirinya sendiri



PEMAHAMAN PERIKOP DAN APLIKASI Sebelum pertobatannya, Paulus memahami bahwa hidup baginya adalah untuk dirinya sendiri. Aplikasi dari hukum Tuhan hanyalah untuk kepentingan diri sendiri. Karenanya dalam segala upaya apapun yang mengganggu ketenangannya akan ia singkirkan. Ketika orang-orang kristen mengganggu ketenangan hatinya, ia berupaya untuk melenyapkannya. Paulus merasa terganggu kalau ada orang yang hidup bagi Kristus. Tidak mungkin ada orang yang mau menderita hanya karena Kristus. Setelah perjumpaannya dengan Kristus dan kemudian ia bertobat, Paulus mengerti mengapa ada orang yang mau menderita karena Kristus. Kristus telah membuka pikiran, hati dan kehidupannya untuk mengenal-Nya, untuk mengalami kehidupan bersama-sama dengan Dia dan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Allah mau nyatakan bagi orang-orang yang dikasihi-Nya. Perjumpaan dengan Kristus telah mengubah keseluruhan hidup Paulus bahkan cara pandangnya terhadap hidup itu sendiri. Karena itu Paulus katakan, "Dan jika kami pernah menilai Kristus dengan ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian" (ayat 16b) . Alasan Paulus karena, "Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (ayat 17). Hidup yang lama dan sebagai ciptaan baru dalam pandangan Paulus adalah dua hal yang sangat berbeda. Perhatikan tulisan Paulus lainnya kepada jemaat Galatia tentang hidup



menurut daging dan Roh (Gal.5:16-26). Dalam tulisannya kepada jemaat Efesus Paulus menjelaskan tentang hidup sebagai manusia baru (Ef.4:17-32) dan kepada jemaat di Roma, Paulus menulis tentang hidup dalam daging dan hidup dalam Roh (Rom.8:1-17). Beberapa tulisan Paulus ini dengan jelas memperlihatkan perbedaan yang ada. Kepada jemaat di Korintus, Paulus mengemukakan pandangannya tentang hidup yang baru demikian: pertama, hidup baru adalah hidup takut akan Tuhan. Kedua, hidup baru bermegah karena hal-hal yang lahiriah dan bukan batiniah. Ketiga, hidup yang dikuasai oleh kasih Kristus, karenanya orang yang hidup baru tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Kristus. Jelaslah bahwa hidup baru adalah hidup yang dianugerahkan Allah. Ia memperdamaikan kita dengan-Nya dan kemudian mempercayakan kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaan pelayananNya. Jadi apabila jemaat masih hidup dalam kehidupan yang lama maka Paulus minta agar mereka terlebih dahulu mau diperdamaikan dengan Allah, dengan demikian mereka akan hidup sebagai ciptaan baru. Paulus bahkan mengemukakan inilah dasarnya bahwa kemudian Allah mempercayakan pekerjaan pelayanan kepadanya. ia sudah diperdamaikan dengan Allah maka ia dipercayakan untuk menyampaikan berita pendamaian itu kepada jemaat. Jika kita sudah diperdamaikan dengan Allah maka hidup bagi kita sekarang adalah hidup untuk Tuhan, maka kitapun layak untuk melakukan pekerjaan pelayanan yang Tuhan berikan. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN: 1. Bacalah tulisan-tulisan Paulus sebagaimana tertera di atas, dan buatlah daftar hidup di dalam Roh dan hidup di dalam daging, hidup sebagai manusia baru atau sebagai ciptaan baru. 2. Dari daftar yang ada apa yang tersulit untuk dilepaskan dari kehidupan daging saudara? Apakah saudara sudah mencoba untuk melepaskannya? Berhasilkah? Jika tidak mengapa? Perhatikan apa yang kemudian Paulus katakan agar dapat lepas dari hal-hal kedagingan? Renungan GMIM 5 - 11 Mei 2013 TEMA MINGGUAN: "Dipanggil untuk men ghadirkan Pendamaian" TEMA BULANAN: "Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan" BAHAN ALKITAB: Zakaria 8:9-19; 2 Korintus 5:11 -21



ALASAN Arus modernisasi telah



PEMILIHAN membuat orang -orang mengalami pergeseran



nilai,



kalau



TEMA bukan



dikatakan kehilangan identitas, apalagi di era post -modernisme dengan segala roh -roh zaman sebagai ikutannya, yakni roh individualisme, roh materiali sm dan roh konsumerisme. Rasanya ayat-ayat Alkitab hamper -hampir tidak bisa menyentuh atau mengubah pola hidup dan pola pikir hedonistis (=kenikmatan) ang begitu merasuk dan mempengaruhi sikap hidup masyarakat yang sangat terkontaminasi dengan roh -roh zaman di atas. Budaya “mapalus” yang begitu luhur dan dibangga -banggakan secara kultural di dalam hidup berjemaat, bermasyarakat,



berbangsa dan bernegara mulai tergusur dan tersingkir, diganti dengan mentalitas mencari kesenangan pribadi, keluarga, kelompok ma upun golongan.



Karena itu, dengan dinafasi oleh tema tahunan "Kehidupan Kristiani Yang Demokratis" , tema bulanan: "Kuasa Kebangkitan Yesus Memberi Kemenangan" dan tema mingguan: “Dipanggil



Untuk menghadirkan Pendamaian” , diharapkan dapat memotivasi kita: baik sebagai pribadi, keluarga,



jemaat



dan



masyarakat,



untuk



melihat



betapa



pentingnya



keselamatan



yang



dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus untuk ditransformasikan ke dalam pekerjaan pelayanan yang berdaya guna dan berhasil guna.



PEMBAHASAN TEMATIS Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) A. ZAKHARIA 8:9 -19 Tahun 539 SM, Koresh raja Persia mengizinkan orang -orang Israel di Babilonia pulang ke Yerusalem untuk merestorasi atau membangun kembali Bait Allah yang pernah dihancurkan oleh tentara Nebukadnezar p ada tahun 587 SM. Sesampainya di Yerusalem, mereka segera meletakkan fondasi Bait Allah berfungsi sebagai pusat peribadatan dan pembinaan umat. Mereka agaknya kehilangan semangat untuk membangun karena segala sesuatu harus mulai dari awal lagi. Sejarah Israel mengenal tradisi yang mengatakan bahwa melalui Abraham, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej.12:3). Dalam Deutro Yesaya, orang -orang buangan dilihat sebagai keturunan Abraham (Yes.41:8). Nyanyian -nyanyian tentang Hamba Tuhan berisi semangat misi bangsa-bangsa. Trito Yesaya yang berasal dari zaman sesudah pembuangan masih menyuarakan pandangan yang sama. Karena itu, berkaitan dengan pandangan itu muncul konsep tentang Sisa, Hamba Tuhan dan kelompok-kelompok Yahudi Saleh (Hasidim, F arisi, Essenen dan Saduki). Baik nabi Yesaya, terutama Trito Yesaya (Yes.60:21b; 61:3,9); Yehezkiel (36:25,8); dan Zakharia (8:11, 14-17, 20-21), mulai mengembangkan konsep tentang "Sisa yang Setia" atau "Sisa Yang



Kembali" (Ibr.



Syear Yasyub) menyatakan b ahwa akan ada "remnant" atau "sisa" yang diharapkan lebih berkualitas. Karena itu, diperlukan pertobatan umat Allah serta pembaharuan hidup yang bisa mempengaruhi bangsa -bangsa untuk datang dan mencari kemuliaan Tuhan di Yerusalem (Za.8:20 -21). Kehadiran "Sisa Yang Setia" bukan karena kesetiaan umat itu sendiri, melainkan karena pengasihan Tuhan semata -mata. Motivasi nabi Hagai (520 SM) dan Zakharia (520-5-18 SM) telah menggugah bangsa Yehuda untuk bangun dari keterpurukannya, terutama untuk merestorasi atau membangun kembali Bait Allah yang hancur di zaman Nebukadnezar (587 SM). Bentuk-bentuk perendahan diri (=puasa) akan diganti dengan sukacita karena umat itu mau berubah dan mengingat kembali visi dan misi mereka.



B. 2 KORINTUS 5:11 -21 Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus, bahwa setiap orang yang mengalami keselamatan di dalam Kristus harus selalu belajar "takut" akan Tuhan. Takut di sini tidak seperti takut hantu, tetapi mengandung arti: hormat, tunduk, taat dan seti a kepada Tuhan sebagai Hakim. Karena itu, jemaat Korintus diharapkan bermegah bukan pada hal -hal lahiriah



tetapi pada hal-hal batiniah, sebagaimana dikatakan dalam 1 Kor.1:31, "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan". Kalaupun Paul us begitu entusias dan bergairah dalam melayani, itu semua semata -mata karena Tuhan, tetapi dalam menghadapi jemaat ia menahan diri dan memberi kesempatan bagi jemaat untuk bermegah di dalam Tuhan. Justru karena kasih Kristus yang menguasai Paulus, sehingg a ia rela menderita kerugian dalam segala sesuatu karena Kristus. Karena Kristus telah mati di kayu salib sebagai "penggantian" dan "pendamaian" untuk semua orang terutama bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada-Nya, maka tiap orang wajib hidup untuk kepentingan banyak orang dan bukan hanya berpikir bagi kepentingan diri sendiri. Dengan kematian Kristus, keadilan Allah dinyatakan dan kita dibenarkan. Inilah dasar pengudusan kita (Rm.6:11). Sebelum Paulus diselamatkan dalam perjalanan ke Damsyik, Ia men ilai Kristus menurut ukuran manusia, tetapi ketika ia bertobat ia tidak lagi menilai Kristus menurut ukuran demikian. Kita yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus, kita diubah oleh Roh Kudus dan menjadi ciptaan baru. Dan semua perubahan sikap itu datang dari Allah, bukan karena kesanggupan kita untuk berubah. Jadi, setiap orang yang percaya kepada Kristus mendapat tugas mewartakan keselamatan di dalam Kristus tanpa harus mengurangi atau menambahkan hal -hal yang tidak perlu. Sebagai ciptaan baru kita harus belajar mendamaikan diri sendiri, dengan sesama kita, dengan lingkungan hidup, dan dengan Tuhan.



Makna dan Implikasi Firman Kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa pekerjaan pelayanan Gereja hakikatnya adalah pekerjaan Allah sendiri di dalam Y esus Kristus. Tidak jarang kita terpaku pada: apakah kita sanggup melakukan tugas pelayanan atau tidak? Banyak pekerjaan pelayanan yang kita programkan dan lakukan terkesan "menyerah sebelum bertanding". Bahkan, seringkali orientasi berpikir kita selalu te rtuju pada: siapa yang akan membantu kita? Cukupkah dana yang tersedia untuk pembangunan dan pelayanan? Adakah bantuan dari pihak pemerintah atau dari donatur tertentu? Padahal, sekali lagi pekerjaan pelayanan adalah pekerjaan Tuhan sendiri. Karna itu, kualitas pelayanan Gerja harus bertumpu pada basis keluarga -keluarga, dan tidak bergantung pada pihak luar, kendati pihak luar pun penting, Ingat, bahwa Tuhan harus selalu menjadi Kepala Gereja dan Dasar Pelayanan kita dari waktu ke waktu. Tidak jarang muncul istilah, "sei reen?" atau "sapa dulu?" atau "sapa kita?" dalam kerja pelayana kita. Kesombongan rohani seperti itu sering membuat kita lupa bahwa pekerjaan kita, baik di dalam gereja, di pemerintahan maupun di instansi lain, termasuk tengah masyaraka t, hakikatnya adalah pengejawantahan atau perwujudan dari pekerjaan Allah yang harus kita kerjakan untuk menjawab keberadaan kita sebagai orang -orang yang telah bertobat dan percaya pada pengorbanan Kristus lewat kematian dan kebangkitan -Nya bagi kita. Karena itu Pembinaan Warga Gereja harus menjadi motor penggerak utama bagi seluruh warga gereja untuk mampu berpikir inklusif, rasional dan inovatif dalam menghadapi gejolak kemajaun dewasa ini yang sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dan terjadinya pergeseran nilai yang luar biasa dan makin mengarah pada hal -hal destruktif/merusak tatanan masyarakat "gerejawi" kita. Meskipun kemajuan di banyak bidang kehidupan makin marak, tetapi kita harus mampu terus mengikat pinggang, menabung d an tidak membiarkan roh individualisme, materalisme dan konsumerisme mengobrak abrik kehidupan masyarakat kita di masa depan. Peribahasa: "Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna" , perlu menginsyafkan kita agar kita mampu mawas diri dengan pe lbagai program gereja yang sering banyak berbicara tentang uang, atau kegiatan pesparawi yang hanya berhura -hura dan menghabiskan banyak



biaya, dampaknya bagi ibadah -ibadah gereja dan pertumbuhan iman kurang sekali, padahal moralitas manusianya mulai terde gradasi. Kita terpanggil untuk membangun kehidupan keluarga yang kuat, baik dari segi jasmani maupun rohani, menghindarkan banyak kekerasan dalam rumah tangga akhir -akhir ini, serta jiwa hedonistik yang luar biasa, hal ini berdampak pada buruknya mora l hidup orang percaya, terutama dengan tingginya HIV/AIDS dan masalah trafficking/perdagangan wanita dan anak dewasa ini. Gereja harus punya visi dan misi yang jelas, terukur dan bisa mempengaruhi kehidupan berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan bern egara. Gereja sedang memasuki persiapan ke arah pemilihan Pelsus untuk periode 2013 -2017 nanti, harus lebih memfokuskan perhatian pada tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, handal/tangguh, berkualitas, rendah hati, dan berorientasi pada kep entingan umum. Gereja harus mengajar orang untuk tidak terlibat "money politics" dalam pemilihan Pelsus di depan. Gereja harus yang terdepan dan memberi keteladanan, baik dalam berpikir, berkata dan bertindak, tidak dipergunjingkan orang, tidak bermoral re ndah, tidak makang puji, tetapi berjiwa "hamba" yang sungguh -sungguh mau mengabdi kepada Tuhan, Sumber Keselamatan itu sendiri.



PERTANYAAN 1. 2.



DISKUSI



Apa yang saudara pahami dari dua Coba identifikasikan apa yang saudara dapatkan



bagian bacaan dari masing-masing



di atas? perikop itu?



3. Bagaimanakah pandangan saudara terhadap gagasan dari dua perikop tersebut dihubungkan dengan realitas hidup di jemaat dan masyarakat saudara?



NAS PEMBIMBING:



1 Petrus 2:9,



Bacaan: 2 Korintus 5:11-21 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2 Korintus 5:15) Ketika kita disibukkan dengan pelayanan di gereja atau di tempat lain, faktor apa saja yang mendorong kita untuk tetap giat melayani? Bila belum ada alasan yang jelas, kita perlu belajar dari Rasul Paulus. Paulus menjelaskan mengapa ia tidak tawar hati dalam pelayanan. Ia sadar bahwa suatu hari ia dan semua orang akan berhadapan dengan takhta pengadilan Kristus. Hal itu menumbuhkan sikap takut akan Tuhan di dalam hatinya, yang mendorongnya untuk mencari orang-orang yang terhilang dan meyakinkan mereka tentang Injil. Hal lain yang memberdayakan Paulus dalam pelayanan adalah kasih Kristus yang menguasai dirinya. Yang Paulus maksud bukan kasihnya kepada Kristus, melainkan pergumulannya mengenai kasih Kristus yang rela mati untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang agar mereka diperdamaikan dengan Allah. Orang yang memberi diri dengan digerakkan oleh kasih Kristus tersebut terlibat dalam pelayanan pendamaian. Paulus pun dengan rela hati melayani karena



ia tahu bahwa orang yang telah diselamatkan oleh Yesus patut hidup bagi-Nya dan melayaniNya (2 Korintus 5:15). Kita dapat belajar dari Paulus dalam memandang sesama. Sesama orang beriman harus dipandang sebagai milik Kristus—orang yang menikmati kasih-Nya. Terhadap sesama yang belum beriman, kita harus memberi tahu mereka bahwa hidup mereka berharga karena Kristus juga berkorban bagi mereka. Kiranya kasih Kristus yang Paulus hayati ini juga mendorong kita untuk melayani-Nya—ENO HIDUP BAGI KRISTUS ADALAH MEMPERTEMUKAN YANG TERHILANG DENGAN DIA Lentera Jiwa. - See more at: http://todaymanna.com/hidup-bagi-dia/#sthash.bAHdfk5y.dpuf



Saudara-saudara sepersekutuan KRW yang setia memperhatikan panggilan ALLAH



Saudara-saudara ini sangat menggembirakan saudara dan keluarga …… yang ketempatan rumah tinggalnya digunakan menerima kita saat ini Kiranya TUHAN YESUS memberkati keluarga …. Seperti pembacaan Alkitab kita tadi sungguh Rasul Paulus menyatakan : “Kita harus merupakan tempat tinggal atau sarana perdamaian ALLAH di dunia ini” Ayat 20 :



Jadi kami ini adalah utusan-utusan KRISTUS, seakan-akan ALLAH menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama KRISTUS kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan ALLAH Sekiranya bukan YESUS TUHAN kita yang berkarya Apakah ada kedamaian di antara ALLAH BAPA yang di Surga dengan kita ? Sungguh mungkin TUHAN YESUS menjadi JURU DAMAI Sangat dimungkinkan TUHAN YESUS JURU DAMAI itu sendiri sebab IA adalah ALLAH yang maha kasih Kasih ALLAH atas dunia serta segala isinya terbukti secara alami dan secara rohani setiap orang tidak membantah akan kasih ALLAH tersebut Contoh : Kapan burung di udara mendapat makanannya ?



Contoh ke-2 : Di mana manusia beribadahberbaktimemuliakan ALLAHmeMazmurkan lagu-lagu pujian tidak kekurangan atas kebutuhan hidupnya ! Contoh ke-3 : Percaya atau tidak orang yang kaya tetapi tidak beriman bahwa ALLAH sungguh mengasihi hidupnya Orang itu telah mendapatkan apa yang telah ia kerjakan



Saudara-saudara sepersekutuan Apakah yakin kita bahwa ALLAH adalah JURU DAMAI atau PENGAMPUN DOSA kita ? Tiap orang berhak berargumentasi atau membantah menyangkali YESUS TUHAN adalah JURU SELAMAT manusia Mengapa demikian ? Sebab ALLAH adalah kasih ALLAH tidak memaksakan kehendakNYA



Siapa saja di hadiratNYA memperoleh perlakuan yang sama Contoh : Si kaya si miskin semua dikasihi ALLAH segala kebutuhannya dicukupkan ALLAH Si kaya Si miskin Iman artinya orang percaya sungguh-sungguh “pandherekipun” / pengikut KRISTUS atau orang percaya KTPberdasarkan identitas Kartu Taanda Penduduk, asal percaya semua di perlakukan sama oleh ALLAH Di dunia ini ALLAH perlakukan kita semua sama seperti lainnya Siapakah yang benar-benar percaya bahwasannya SANG KRISTUS itu ALLAH PRIBADI ! Yaitu orang yang terkasih oleh karunia berkat kerohanian yang asalnya dari Surga



Saudara-saudara sepersekutuan Supaya jelas yaitu anak-anak ALLAH atau ‘putraning ALLAH” sebutan kita yang telah dituntun oleh ROH KUDUS untuk mengerti karya penyelamatan



dan pendamaian yang ditawarkan oleh ALLAH YESUS KRISTUS tersalib bukan oleh kesalahan atau dosaNYA sehingga mati dan dikuburkan yaitu karena kasih setia ALLAH membuat cara keselamatan penebusan dosa kesalahan manusia kita di dalamnya oleh YESUS yang tersalib di Golgota supaya kita beroleh damai sejahtera di bumi dan di surga



Sungguh saudara terkasih sepersekutuan semoga kiranya kita dimampukan mengalami kedamaian atau penebusan dosa oleh ALLAH di dalam TUHAN YESUS



Saudara sepersekutuan Saudara percaya kita ini telah diselamatkan dan didamaikan ? ALLAH menyatakan damai sejahtera bagi setiap orang



yang mengaku sediaberusaha melaksanakan kehendak BAPA yang di surga sekuat tenaga, segenap hati dan segenap akal budi Supaya semua pengorbanan SANG KRSISTUS di salib itu sama sekali tidak sia-sia ROH ALLAH memampukan setiap orang percaya menjalani hidup kehidupan selaras dengan kehendak BAPA di Surga ROH KUDUS adalah ALLAH PRIBADI senantiasa mendamaikan hidup kita setiap saat dengan ALLAH ALLAH berkenan kita hidup dalam alam kedamaian bebas tak terbelenggu oleh aturan duniawi tetapi oleh aturan tuntunan Alkitab secara jelasnya oleh tuntunan ROH KUDUS



Sekiranya perjalanan hidup kita panjang usia kita



diharapkan menjadi pembawa damai bagi setiap orang di lingkungan kita hidup masing-masing Pembawa damai adalah pengorbanan yang tak ternilai harganya di hadirat ALLAH Harganya sebesar pengorbanan SANG KRISTUS YESUS di bukit Golgota Utusan-utusan pembawa damai adalah kepercayaan ALLAH Apakah kita dapat menjadi utusan ALLAH yang membawa damai ?



Kiranya TUHAN YESUS memberikan kemampuan dan kebisaan kepada kita seperti Rasul Paulus katakan di 2 KORINTUS 5 : 21 (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-NYA menjadi dosa karena kita, supaya dalam DIA kita dibenarkan oleh ALLAH Semoga renungan singkat ini menjadi alasan kita untuk berbuat baik terhadap sesama kita Kita adalah utusan-utusan pelayan ALLAH dalam pendamaian AMIN "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati." 2 Korintus 5:14 Ketika seseorang digerakkan oleh cinta, dia tidak dapat melepaskan diri darinya. Pengalaman cinta seperti itu akan membutakan dia, membuatnya tak berdaya. Cinta adalah dasar pengabdian. Tak seorang pun dapat mengabdikan diri tanpa merasakan cinta Tuhan. Sebelum seseorang dapat mengabdikan diri dia harus melihat cintaNya Tuhan terlebih dahulu. Percuma bicara tentang pengabdian jika cinta Tuhan belum dilihat. Pengabdian kepada Tuhan juga berdasar pada pengertian bahwa tubuh kita adalah bait Roh kudus: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:



Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Banyak dari kita yang masih belum mengerti bahwa tubuh kita ini bukanlah milik kita sendiri. Namun pernyataan ini pastilah sangat dimengerti oleh orang-orang di Korintus, karena pada jaman kekaisaran Roma mereka mempunyai apa yang disebut sebagai pasar perdagangan manusia, di mana seseorang dapat membeli manusia lain layaknya membeli domba atau sapi. Jika seseorang memberi seorang manusia, sang pembeli menjadi tuan dan ia memiliki hak penuh atas diri manusia tersebut. Manusia yang dibeli tersebut pasti menjadi budak dari tuannya. Dalam konteks yang sama, kita adalah budak Iblis, tetapi Tuhan telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal. Tuhan memberikan nyawaNya sebagai tebusan, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Di satu sisi, atas nama cinta kita memilih melayani Tuhan; di sisi lain atas nama kebenaran, diri kita bukanlah milik kita sendiri. Kita tidak punya hak lagi atas diri kita, karena itu kita wajib mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan!



Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.- II Korintus 5:21 Saya tak bisa membayangkan seandainya harus menanggung hukuman dari perbuatan yang tak saya lakukan. Robert Clark, warga Atlanta, AS di penjara selama 24 tahun untuk kejahatan yang sebenarnya tak pernah ia lakukan. Ia hanya menjadi korban kesalahan peradilan. Sekarang, setelah kasusnya diselidiki ulang, ternyata terbukti kalau ia tidak pernah melakukan pemerkosaan seperti yang selama ini dituduhkan terhadap dirinya. Ia dinyatakan tak bersalah dan bebas. Meski demikian, ia telah menjalani hukuman selama 24 tahun di penjara untuk kesalahan yang tak pernah dilakukannya! Clark menanggung hukuman untuk kejahatan yang tak pernah dilakukannya karena korban peradilan. Namun ada satu sosok yang lebih luar biasa lagi. Namanya Yesus. Ia dijatuhi vonis hukuman mati, bahkan mati dengan cara yang sadis, mengerikan dan sangat memalukan. Faktanya, Yesus dijatuhi hukuman mati untuk kejahatan yang tak pernah dilakukan-Nya. Bahkan sangat kontradiktif dengan apa yang telah dilakukan-Nya. Ia menyembuhkan orang. Ia menghidupkan orang mati. Ia menghibur yang susah. Ia memberi makan yang lapar. Ia membuat mujijat hanya untuk membuat seseorang tersenyum. Ia orang baik dan tanpa cacat cela. Record-Nya sedemikian baik. Nama-Nya tak pernah kena black-list. Bagaimana mungkin orang sebaik Yesus harus dihukum mati? Terjadi kesalahan peradilan? Menurut saya tidak. Semua yang terjadi dalam diri Yesus memang sudah menjadi skenario Bapa-Nya. Bukan kesalahan peradilan, tapi karena untuk menyelamatkan semua manusia berdosa.



Paskah tahun ini kiranya mengingatkan kita akan kasih Yesus. Karena kasih Ia rela menanggung hukuman yang tak pernah Ia lakukan. Karena kasih Ia mau minum cawan penderitaan yang bukan bagian-Nya. Karena kasih Ia membiarkan nama-Nya tercatat dalam black-list petinggi keagamaan Yahudi dan membiarkan diri-Nya seperti buron yang dikejar terus menerus untuk dibunuh. Karena kasih Ia berani menerima hinaan, cambukkan, pukulan, bahkan salib yang harusnya ditanggungkan kepada kita. Kristus yang tak berdosa dibuat menjadi berdosa, supaya kita yang berdosa dibenarkan. Ia yang kaya dibuat menjadi miskin, supaya kita yang miskin menjadi kaya. Semuanya karena kasih. Karena tak ada kasih yang lebih besar daripada seseorang yang berani menyerahkan nyawanya untuk sesamanya. (Kwik) » Renungan ini diambil dari Renungan Harian Spirit Klik disini untuk mendapatkan Renungan Yhs di email anda setiap hari.