14 0 3 MB
Fatty Liver Wahyu Firmansah Andrea Nina Diandra Dewi Fitra Tri Kurniasari
Pendahuluan • Fatty liver = steatosis • Kandungan lemak di hati melebihi 5 % dari seluruh berat hati. • Berdasarkan etiologi, secara umum dibedakan menjadi alcoholic fatty liver dan non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) • Dapat menyebabkan komplikasi yang serius
Definisi • Kandungan lemak dihati > 5 % berat hati • Specimen biopsi jaringan hati ditemukan minimal 5-10% sel lemak dari keseluruhan hepatosit • Alcoholic : abuse/overuse • Non alcoholic: konsumsi alkohol sampai 20 gram/hari
Epidemiologi • Lebih dari 15 juta populasi di U.S yang mengkonsumsi alkohol (overuse) 90-100% berkembang menjadi fatty liver • Penelitian pada populasi obesitas di negara maju didapatkan 60% perlemakan hati sederhana, 20-25% steatohepatitis non alkoholik, dan 2-3 % sirosis. 70 % pasien DM tipe 2 mengalami perlemakan hati, 60 % pada pasien dislipidemia. • Dapat terjadi pada semua usia. Faktor risiko pada alcoholic yaitu hepatitis c, obesitas dan
alkoholic
Proses metabolisme alkohol tersebut akan meningkatkan ratio NADH/NAD+ Acetic asetaldehid alkohol acid fatty acid meningkat NADH meningkat C02 sintesis NAD menurun oksidasi fatty liver menurun
Peningkatan fatty acid menyebabkan hepatosit berikatan dengan gliserol trigliserida fatty liver
Patogenesis • The two hit theory
Manifestasi klinis • Sebagian besar asimptomatik • Beberapa gejala yang dapat terjadi: • Malaise, nausea • Keluhan tidak enak/mengganjal di perut kanan atas Pemeriksaan fisik : hepatomegali, RUQ pain Pada tahap lanjut, dapat terjadi sirosis dan didapatkanfluid retention, internal bleeding, jaundice, liver failure
Diagnosis • Anamnesis: konsumsi alkohol, terdapat faktor risiko seperti obesitas, DM, dislipidemia, riwayt infeksi hepatitis. • Laboratorium : • Normal/ terjadi peningkatan enzim hati (AST dan ALT) • Fosfatase alkali, g-glutamiltransferase, feritin darah dapat meningkat. • Hipoalbuminema, Prottrombin time memanjang, hiperbilirubinemia pada keadaan sirosis • Dislipidemia (21-83 %), berupa peningkatan
Radiology • USG: infiltrasi lemak di hati menghasilkan peningkatan difus ekogenitas (hiperekoik), bright liver bila dibandingkan dengan ginjal. Sensitivitasnya 80%, spesifitas 93% dalam mendeteksi steatosis. • CT Scan dan MRI
Histologi • Gold standard : biopsi hati • Tidak dapat dibedakan antara perlemakan hati alkoholik dan non alkoholik. • Gambaran biopsi hati berupa steatosis, infiltrasi sel radang, hepatosit balloning dan nekrosis, nukleus glikogen, Mallory’s hyaline dan fibrosis (kerusakan hati lanjut dan berat). • Grading dan staging berdasarkan hasil gambaran biopsi hati.
Grading & Staging
Penatalaksanaan 1. mengontrol faktor risiko • Pada tipe alcoholic, untuk mencegah komplikasi alcoholic hepatitis dan sirosis, stop konsumsi alkohol. • Mengurangi berat badan dengan diet dan latihan jasmani (aerobik min. 3o menit/hari). Target : mengoreksi resistensi insulin dan obesitas sentral
2. Terapi Farmakologis Untuk non-alcaholic: • Antidiabetik dan insulin sensitizer Metformin 3x500 mg/hari Tiazolidinedion • Anti hiperlipidemia Gemfibrozil
Secara umum dapat juga diberikan : • Antioksidan Mencegah progresi steatosis menjadi steatohepatitis dan fibrosis. Ex: Vitamin E, Vitamin C, betain, dan N-Asetilsistein • Hepatoprotektor Ursodeoxycholic acid (UDCA)
THANK YOU