Analisa Jurnal KMB 2 U Gastritis (Final) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ANALISA JURNAL EBN



Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja



Disusun oleh : ANDINA JAYANTI NIM : 11212012



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2021/2022



1



BAB I PENDAHULUAN



I.



Latar belakang Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari tanda gejala peradangan pada lambung antara lain anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman dan nyeri pada epigastrum, mual, dan muntah. Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018, gastritis merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit pada pasien rawat inap dengan jumlah kasus sebesar 33.580 kasus. yang 60,86% terjadi pada perempuan. Pada pasien rawat jalan gastritis berada pada urutan ke tujuh dengan jumlah kasus 201.083 kasus yang 77,74% terjadi pada perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Banyak sekali dampak dari penyakit gastritis ini bagi kesehatan, jika mengabaikan penyakit ini justru membuatnya semakin parah hingga mengarah ke komplikasi gangguan kesehatan bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa. Jika gastritis tidak ditangani dengan pengobatan yang tepat akan menyebabkan terjadinya tukak lambung atau luka pada lapisan dari dalam lUntuk menetralisir asam lambung karena penyakit gastritis beberapa usaha yang bisa dilakukan diantaranya mengkonsumsi OAINS dengan indikasi yang tepat, hindari penggunaan jangka panjang, dan dosis yang digunakan disesuaikan dengan tingkat nyeri pada gastritis salah satunya antasida. Strategi yang digunakan selalu ada kekurangan dan kelebihan, karena efek samping tidak bisa dihindari, sehingga muncul usaha untuk mengurangi efek samping yang lebih aman yaitu dengan menggunakan obat tradisonal atau bahan alam. Obat taradisional yang telah diteliti terbukti



2



khasiat dalam menurangi rasa nyeri lambung adalah mengunakan kunyit (Simbolon, 2018).ambung (Firman, 2017).



II.



Tujuan Penelitian Penelitian mengenai perasan air kunyit ini, khususnya gangguan pencernaan seperti gastritis harus diteliti lebih lanjut, karena sampai saat ini belum ditemukan adanya efek samping dari penggunaan kunyit pada dosis yang ditentukan. Dan tidak hanya menurunkan kadar asam lambung, perasan kunyit ini dapat mencegah kenaikan asam lambung.



3



BAB II ANALISA JURNAL



I.



Jurnal Utama 1.1 Judul Jurnal Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja.



1.2 Peneliti Diana Safitri, Muhammad Nurman



1.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1.3.1



Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita gastritis yang ada di di Desa Kampung Pinang Usia 45-54 tahun yang berjumlah 48 orang.



1.3.2



Sampel Sampel sebanyak 20 orang.



1.3.3



Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan metode purposive sampling yang disebut sampel bertujuan, dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.



1.4 Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode praeksprimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Desain yang dilakukan dengan cara melakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan setelah diberikan tindakan (Notoatmodjo, 2012).



4



1.5 Instrumen yang digunakan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data gastritis responden sebelum dan setelah mengkonsumsi perasan air kunyit. Semua data berpasangan untuk data pre test dan post test. Data gastritis dikumpulkan lewat pengukuran menggunakan skala nyeri, data mengenai terapi konsumsi perasan air kunyit diambil melalui lembar checklish yang diberikan kepada masing-masing responden, yaitu sebagai berikut. 1. Data Primer Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan anamnesa berdasarkan keluhan yang dirasakan penderita, serta melakukan pengukuran Intensitas nyeri sebelum pemberian perasan air kunyit menggunakan Skala nyeri dan dilakukan kembali pengukuran setelah mengkonsumsi perasan air kunyit selama 7 hari lamanya. 2. Data Sekunder Data diperoleh melalui pengumpulan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian.



1.6 Uji Statistik yang digunakan Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk menganalisa perbedaan Intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit. Sehingga dalam analisis ini dapat digunakan uji statistik wilcoxon. Dasar pengambilan keputusan yaitu melihat hasil analisa pada Pvalue, jika P value ≤0,05 maka artinya adanya pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita Gastrtis di Desa Kampung pinang Wilayah Kerja Pukesmas Perhentian Raja tahun 2020.



5



II.



Jurnal Pendukung 2.1 Judul Jurnal Pengaruh Pemberian Seduhan Parutan Kunyit Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Tarok Dipo Wilayah Kerja Puskesmas Guguak Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2018.



2.2 Peneliti Nentien Destri, Sri Hayulita, Gustika Putri Cania



2.3 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah responden antara sebelum dan sesudah 2 minggu intervensi pemberian air seduhan kunyit dengan beda rata-rata tekanan darah sistolik adalah 10 mmHg dan beda rata-rata tekanan darah diastolik adalah 9 mmHg. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai p = 0,001 pada beda ratarata tekanan darah sistolik dan p = 0,001 pada tekanan darah diastolik, artinya pemberian seduhan parutan kunyit berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.



III.



Analisa PICO 3.1 Problem Data gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja menunjukkan bahwa penderita gastritis tertinggi di Desa Kampung Pinang sebanyak 178 orang dan yang terendah di Desa Sialang Kubang sebanyak 61 orang. Sedangkan untuk presentasi umur penderita gastritis di Desa Kampung Pinang menunjukkan bahwa penderita gastritis tertinggi pada rentang umur 45-54 tahun sebanyak 48 orang, sedangkan terendah pada rentang umur 10-14 tahun sebanyak 12 orang. Jumlah penderita gastritis meningkat pada saat berumur 45-54 tahun. Pengobatan farmakologi yang mengakibatkan efek samping, masyarakat sekarang mulai mengarah pada pengobatan non farmakologi. ada kecenderungan masyarakat untuk



6



mengkonsumsi obat tradisional karena adanya perubahan gaya hidup (back to mature) dan mahalnya obat-obatan modern yang membuat permintaan tanaman obat semakin tinggi, tidak hanya Indonesia tetapi juga di dunia (Munadi,2017).



3.2 Intervension Data gastritis dikumpulkan lewat pengukuran menggunakan skala nyeri, data mengenai terapi konsumsi perasan air kunyit diambil melalui lembar check-lish yang diberikan kepada masing-masing responden. Pada saat dilakukan penelitian pada hari pertama diberikan perasan air kunyit responden ke 1, 7,10,11,12,13 dan 20 mengatakan pada hari pertama sampai hari ke 4 setelah mengkonsumsi perasan air kunyit belum mengalami penurunan nyeri, penurunan nyeri baru dirasakan pada hari ke 4. Pada responden ke 2,3,5,9,16,17,18 dan 19 mengatakan terjadi penurunan skala nyeri setelah diberikan perasan air kunyit pada hari kedua. Pada reponden ke 15 nyeri pada hari pertama dengan skala nyeri 4, kemudian terjadi peningkatan nyeri gastritis pada hari ke 2 dengan skala nyeri 5 hal ini disebabkan



berdasarkan



wawancara



pada



responden,



responden



mengatakan bahwa mereka makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan pedas pada malam harinya sehingga nyeri gastritis bertambah. Rata- rata skala nyeri sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 (nyeri sedang). Rata- rata skala nyeri sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 (nyeri ringan).



3.3 Comparison 3.3.1 Judul Jurnal Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.



7



3.3.2 Peneliti Cynthia Puspariny, Diny Fellyana, Desi Marini.



3.3.3 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 2,03 dengan skala nyeri minimum 1 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Tahun 2019 dengan nilai pvalue = 0,000..



3.4 Outcome Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan judul pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja Tahun 2020. “ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata- rata skala nyeri sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 (nyeri sedang). 2. Rata- rata skala nyeri sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 (nyeri ringan). 3. Ada pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja Tahun 2020 dengna p value 0,000.



8



BAB III TINJAUAN TEORI



I.



Konsep Penyakit Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian mukosa (Inayah, 2004). 1.1 Patofisiologi Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obatobatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Gastritis Kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ). Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obatobatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001). 1.2 Komplikasi Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan ( 2010) adalah: 



Perdarahan saluran cerna bagian atas







Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B12



9



1.3 Manifestasi Klinis 1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: 



Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.







Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.







Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.







Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.







Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001).



2. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001).



II.



Konsep Intervensi 2.1 Penatalaksanaan 1. Pengobatan pada gastritis meliputi : 



Antikoagulan : bila ada pendarahan pada lambung







Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.







Histonin:



ranitidin



dapat



diberikan



untuk



menghambat



pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.



10







Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi.







Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi, Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus (Dermawan, 2010).



2.2 Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi : Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. 



Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.







Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi.



Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi



fiberopti mungkin



diperlukan.



Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer, 2001)



11



1.3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi : 



Tirah baring







Mengurangi stress







Diet



12



BAB IV PENUTUP



I.



Kesimpulan 1.1 Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan judul pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja Tahun 2020. “ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 



Rata- rata skala nyeri sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 (nyeri sedang).







Rata- rata skala nyeri sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 (nyeri ringan).







Ada pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja Tahun 2020 dengna p value 0,000.







Penelitian ini dilakukan dalam waktu 7 hari sehingga dapat mempersingkat waktu penyembuhan dari penyakit gastritis yang akan menurunkan skala nyeri.



1.2 Hasil penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 2,03 dengan skala nyeri minimum 1 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Tahun 2019 dengan nilai p-value = 0,000.



13



II.



Saran 2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan perawat tentang penggunaan perasan air kunyit dalam menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis. 2.2 Selain dengan penggunaan perasan air kunyit, teknik relaksasi napas dalam juga mampu untuk mengurangi intesitas nyeri pada pasien gastritis. 2.3 Perawat dan mahasiswa mampu mengajarkan teknik relaksasi napas dalan kepada pasien sebagai bentuk asuhan keperawatan.



14



DAFTAR PUSTAKA



Diana Safitri, Muhammad Nurman, 2020, Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja, Program Studi Sarjana Keperawatan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.



Nentien Destri, Sri Hayulita, Gustika Putri Cania, 2018, Pemberian Seduhan Parutan Kunyit Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Tarok Dipo Wilayah Kerja Puskesmas Guguak Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2018, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Sumbar Bukittinggi.



Cynthia Puspariny, Diny Fellyana, Desi Marin, 2019, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus, Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.



Kowalak



- Welsh - Mayer, 2017, Buku Ajar Patofisologi, Penerbit Buku



Kedokteran EGC



15



Jurnal Ners Volume 4 Nomor 2 Tahun 2020 Halaman 130 - 138 JURNAL NERS Research & Learning in Nursing Science http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners PENGARUH KONSUMSI PERASAN AIR KUNYIT TERHADAP RASA NYERI PADA PENDERITA GASTRITIS AKUT USIA 45-54 TAHUN DI DESA KAMPUNG PINANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERHENTIAN RAJA Diana Safitri1, Muhammad Nurman2 1,2



Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai [email protected]



Abstrak Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari tanda gejala peradangan pada lambung antara lain anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman dan nyeri pada epigastrum, mual, dan muntah. Kunyit merupakan salah satu tanaman tradisional yang dapat menurunkan nyeri gastritis karena mengandung kurkuminoid dan minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah Pengaruh perasan air Kunyit (Curcuma Domestica) terhadap rasa nyeri pada pada penderita Gastritis akut usia 45-54 tahun di Desa Kampung Pinang Wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja tahun 2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode praeksprimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita gastritis yang ada di di Desa Kampung Pinang Usia 45-54 tahun yang berjumlah 48 orang dengan sampel sebanyak 20 orang. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat pengumpulan data lembar check-lish. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri pada penderita gastritis sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 dengan standar deviasi 0,671 dan skala nyeri pada penderita gastritis sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 dengan standar deviasi 0,768. Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa nilai p value 0,000 (< 0,05) yang artinya terdapat pengaruh konsumsi perasan air kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja tahun 2020. Diharapkan kepada responden untuk selalu menjaga pola makan, mengontrol kesehatan dan mengkonsumsi perasan air kunyit dalam menurunkan nyeri gastritis. Kata Kunci: Perasan Air Kunyit, Gastritis



@Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2020 Corresponding author : Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang Email : [email protected] Phone : 081378481097



Jurnal Ners Universitas Pahlawan



ISSN 2580-2194 (Media Online)



131 | PENGARUH KONSUMSI PERASAN AIR KUNYIT TERHADAP RASA NYERI PADA PENDERITA GASTRITIS AKUT USIA 45-54 TAHUN DI DESA KAMPUNG PINANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERHENTIAN RAJA PENDAHULUAN Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan 169 capaian hingga tahun 2030. SDGs merupakan kelanjutan dari tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang ditandatangani oleh 189 negara, salah satunya Indonesia. Pemerintah memasukkan penanggulangan penyakit tidak menular kedalam program pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Salah satu target yang harus dipenuhi dalam tujuan ketiga yakni kesehatan yang baik adalah mengurangi sepertiga angka kematian prematur akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan (Fahri, 2017). Seiring dengan perkembangan era modernisasi, maka semakin banyak pula penyakit yang muncul di masyarakat. Penyakit yang timbul akibat pola hidup manusia serta penularannya melalui bakteri, Salah satunya adalah penyakit gastritis. Gastritis yang umum dikenal oleh kalangan masyarakat dengan sebutan maag adalah penyakit yang sering terjadi di jumpai di klinik, penyebab paling sering dari penyakit ini adalah penggunaan Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, pola hidup dengan tingkat stres tinggi, konsumsi alkohol. kopi dan merokok. Namun begitu penyakit ini sering diangap remeh dan disepelekan oleh penderitanya (Kasron, 2018). Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian gastritis di dunia dari beberapa negara yaitu Inggris dengan angka presentase 22%, China dengan angka presentase 31%, Jepang dengan angka presentase 14,5%, Kanada dengan angka pesentase 35%, dan Perancis dengan angka presentase 29,5%. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Sanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (Widya Tussakinah, 2017). Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018, gastritis merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit pada pasien rawat inap dengan jumlah kasus sebesar 33.580 kasus. yang 60,86% terjadi pada perempuan. Pada pasien rawat jalan gastritis berada pada urutan ke tujuh dengan jumlah kasus Jurnal Ners Universitas Pahlawan



201.083 kasus yang 77,74% terjadi pada perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Sementara di Indonesia sendiri angka kejadian gastritis pada beberapa daerah cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Gustin,2011). Berdasarkan Departemen Kesehatan RI persebaran angka kejadian gastritis tersebut cukup tinggi, meliputi Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, Pontianak 31,2% serta Medan dengan angka kejadian paling tinggi sebesar 91,6% (Sulastri, 2012 dalam Sunarmi, 2018). Berdasarkan Data Dinas Kesehatan (DINKES) Kampar tahun 2018, penyakit gastritis masih menjadi 10 masalah kesehatan terbesar. Pada tahun 2018 gastritis menempati urutan ke-5 dengan jumlah penderita sebesar 10.514 orang (Dinkes Kabupaten Kampar, 2018). Adapun penderita gastritis pada tahun 2019 diseluruh Puskesmas Kabupaten Kampar dapat diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja termasuk peringkat pertama tertinggi dalam urutan 10 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Kampar sebanyak 518 orang, Puskesmas yang terendah berada di Puskesmas XIII Koto Kampar II sebanyak 63 orang. Puskesmas Perhentian Raja adalah Puskesmas yang memiliki sarana dan prasarana kesehatan lengkap yang mudah di jangkau oleh masyarakat sekitar. (Profil Kesehatan Kampar, 2019). Adapun data gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja menunjukkan bahwa penderita gastritis tertinggi di Desa Kampung Pinang sebanyak 178 orang dan yang terendah di Desa Sialang Kubang sebanyak 61 orang. Sedangkan untuk presentasi umur penderita gastritis di Desa Kampung Pinang menunjukkan bahwa penderita gastritis tertinggi pada rentang umur 45-54 tahun sebanyak 48 orang, sedangkan terendah pada rentang umur 10-14 tahun sebanyak 12 orang. Jumlah penderita gastritis meningkat pada saat berumur 45-54 tahun. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrum (Raghavan, 2012). Radang pada dinding lambung yang terjadi gangguan, maka mukosa akan rusak dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial. Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada ISSN 2580-2194 (Media Online)



132 | PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara(menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah(meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh(gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll).Gastritis sangat mengganggu aktifitas seharihari, sehingga dapat mengakibatkan kualitas hidup menurun, dan kurang produktif. Gastritis akan mengakibatkan sekresi asam lambung meningkat dan berakibat lambung luka (ulkus) juga dapat menimbulkan perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCTA) berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan mengalami penipisan dinding lambung sehingga rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Mardalena, 2018). Banyak sekali dampak dari penyakit gastritis ini bagi kesehatan, jika mengabaikan penyakit ini justru membuatnya semakin parah hingga mengarah ke komplikasi gangguan kesehatan bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa. Jika gastritis tidak ditangani dengan pengobatan yang tepat akan menyebabkan terjadinya tukak lambung atau luka pada lapisan dari dalam lambung (Firman, 2017). Untuk menetralisir asam lambung karena penyakit gastritis beberapa usaha yang bisa dilakukan diantaranya mengkonsumsi OAINS dengan indikasi yang tepat, hindari penggunaan jangka panjang, dan dosis yang digunakan disesuaikan dengan tingkat nyeri pada gastritis salah satunya antasida. Strategi yang digunakan selalu ada kekurangan dan kelebihan, karena efek samping tidak bisa dihindari, sehingga muncul usaha untuk mengurangi efek samping yang lebih aman yaitu dengan menggunakan obat tradisonal atau bahan alam. Obat taradisional yang telah diteliti terbukti khasiat dalam menurangi rasa nyeri lambung adalah mengunakan kunyit (Simbolon, 2018). Akibat pengobatan farmakologi yang mengakibatkan efek samping, masyarakat sekarang mulai mengarah pada pengobatan non farmakologi. Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan keragaman hayati nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil. Diantaranya adalah biofarmaka yang bermanfaat dalam aspek medis (kesehatan) secara langsung maupun tidak langsung. Sekarang ini ada kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi obat tradisional karena adanya perubahan gaya hidup (back to mature) dan mahalnya obat-obatan modern yang Jurnal Ners Universitas Pahlawan



membuat permintaan tanaman obat semakin tinggi, tidak hanya Indonesia tetapi juga di dunia (Munadi,2017). Kunyit merupakan tanaman obat yang banayak dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Kunyit merupakan tanaman dari golongan Zingiberaceae yang berupa semak dan bersifat tahunan (prennial) yang tersebar di seluruh daerah tropis (Husniyati, 2018). Kunyit merupakan salah satu jenis rempahrempah yang sangat mudah didapatkan. Kunyit biasa digunakan sebgai bahan pelengkap masakan. Kunyit atau juga disebut kunir adalah tanaman asli Asia Tenggara. Kunyit mempunyai akar serabut. Selain itu, kunyit juga mempunyai rimpang warna kuning serta mpu kunyit. Rimpang yang sering digunakan untuk bumbu memasak. Jika rimpang dipotong atau dibelah , maka rimpang tersebut akan terlihat kuning yang bisa melekat di tangan. Selain untuk masak, kunyit juga mempunyai khasiat untuk ramuan herbal (Yati sabe’ih,2013). Kunyit memiliki kandungan senyawa zat aktif utama berupa kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin, sedangkanminyak atsiri terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, flandren, sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak, karbohidrat, protein, vitamin C , karoten, garam-gaeram mineral (Ocha, 2013). Pada penelitian yang dilakukan Chofizah Hikmah (2019) membuktikan bahwa pemberian kunyit pada penderita gastritis untuk peningkatan nafsu makan dari penyakit gastritis dengan metode yang dilakukan adalah eksprimen dan uji aktivitas katalitik secara langsung terhadap tanaman kunyit. Tahapan pertama dilakukan dengan pembuatan ekstrak dari tanaman kunyit. Uji aktivitas langsung dilakukan dengan variasi yang sama selama jangka satu 1 bulan, ekstrak kunyit dibuat dengan cara memarut kunyit dengan parutan yang telah disiapkan sebanyak 5 rimpang kunyit dengan berat 250 mg dan menambahkan 60 ml air. Ekstrak perasan air kunyit dikonsumsi setiap pagi dan malam hari. Hasil yang diperoleh pada minggu pertama sudah berangsur tetapi tidak terlalu signifikan. Minggu kedua dan ketiga orang tersebut sudah menunjukan perubahan yakni yang awalnya susah makan sekarang mulai lahap. Dan pada minggu keempat si penderita gastritis sudah sangat sehat , nafsu makan bertambah dan tidak pernah terasa lagi nyeri di bagian ulu hati dan ISSN 2580-2194 (Media Online)



133 | PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA perut (lambung) serta sudah bisa beraktivitas semula. Perbedaan Hikmah (2017) dengan penelitian sekarang yaitu jumlah sampel 20 orang, dengan menggunakan metode praeksprimental dengan rancangan one group pretest posttest. Pada penelitian yang dilakukan sekarang pemberian perasan air kunyit ini dengan menyediakan 5 rimpang kunyit dengan dosis 250mg dengan menambahkan air hangat 60 ml dan diberikan untuk pasien gastritis dalam menurunkan nyeri,dan pemberian percobaan ini dilakuan selama 7 hari beturut-turut diberikan sebelum makan 2 kali sehari, pagi dan sore setelah makan. Sedangkan pada penelitian Hikmah (2017) diberikan untuk peningkatan nafsu makan. Hasil observasi dengan 10 narasumber penderita gastritis di desa kampung pinang tersebut didapatkan bahwa 7 orang (70%) saat dianamnesa mengatakan sering mengalami keluhan nyeri ulu hati 3 hari yang lalu disertai mual muntah dan penderita mengatakan tidak nafsu makan. Adapun upaya yang mereka lakukan selama ini yaitu beristirahat dan meminum obatobatan yang sering digunakan ketika dirumah, biasanya obat dari warung seperti promagh, dan dari puskesmas biasanya mereka mengkonsumsi obat Antasida, Ranitidine, dan Omeprazole, tanpa mereka ketahui efek samping yang fatal jika obat tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Mereka juga mengatakan pernah mendengar tentang terapi perasan air kunyit sebagai terapi komplementer untuk menurunkan rasa nyeri, dan pernah mencoba mengkonsumsi perasan air kunyit tersebut, tetapi belum mengetahui berapa takaran yang harus di minum. Penelitian mengenai perasan air kunyit ini, khususnya gangguan pencernaan seperti gastritis harus diteliti lebih lanjut, karena sampai saat ini belum ditemukan adanya efek samping dari penggunaan kunyit pada dosis yang ditentukan. Kandungan zat kurkuminoid dalam kunyit yang berperan sebagai obat herbal yang dibuat dalam bentuk perasan untuk menghilangkan rasa nyeri pada mukosa lambung yang terluka dan dapat menurunkan kadar asam lambung yang terdapat pada lambung. Dan tidak hanya menurunkan kadar asam lambung, perasan kunyit ini dapat mencegah kenaikan asam lambung. Walaupun demikian mengkonsusmsi perasan air kunyit dilakukan secara hati-hati. Namun, mengingat sudah ada penelitian yang memberi nilai positif pada khasiatnya, tidak ada salahnya mencoba Jurnal Ners Universitas Pahlawan



melakukan pengobatan dengan tanaman herbal ini seperti kunyit. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh perasan air Kunyit (Curcuma Domestica) terhadap rasa nyeri pada pada penderita gastritis akut di Desa Kampung Pinang Wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja tahun 2020. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain Penelitian adalah suatu suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (A.aziz alimul hidayat, 2011) Jenis penelitian ini menggunakan metode praeksprimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Rancangan ini juga tidak ada kelompok perbandingan (control), desain yang dilakukan dengan cara melakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan setelah diberikan tindakan (Notoatmodjo, 2012). Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh konsumsi perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah kerja puskesmas Perhentian Raja. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Pinang wilayah kerja Puskesmas Perhentian Raja pada tanggal 18 – 30 Oktober 2020. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita gastritis yang ada di di Desa Kampung Pinang Usia 45-54 tahun yang berjumlah 48 orang.



Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014). Sampel yang digunakan ialah penderita gastritis yang ada di Desa Kampung Pinang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 20 orang Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan metode purposive sampling yang disebut sampel bertujuan, dilakukan dengan cara ISSN 2580-2194 (Media Online)



134 | PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.



artinya adanya pengaruh perasan air kunyit terhadap penurunan rasa nyeri pada penderita Gastrtis di Desa Kampung pinang Wilayah Kerja Pukesmas Perhentian Raja tahun 2020.



Alat Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data gastritis responden sebelum dan setelah mengkonsumsi perasan air kunyit. Semua data berpasangan untuk data pre test dan post test. Data gastritis dikumpulkan lewat pengukuran menggunakan skala nyeri, data mengenai terapi konsumsi perasan air kunyit diambil melalui lembar checklish yang diberikan kepada masing-masing responden, yaitu sebagai berikut : 1. Data Primer Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan anamnesa berdasarkan keluhan yang dirasakan penderita, serta melakukan pengukuran Intensitas nyeri sebelum pemberian perasan air kunyit menggunakan Skala nyeri dan dilakukan kembali pengukuran setelah mengkonsumsi perasan air kunyit selama 7 hari lamanya. 2. Data Sekunder Data diperoleh melalui pengumpulan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian.



HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat rata-rata skala nyeri pada penderita gastritis sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 dengan standar deviasi 0,671. Selanjutnya Berdasarkan Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Sesudah diberikan Perasan Air Kunyit didapatkan hasil bahwa rata-rata skala nyeri pada penderita gastritis sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 dengan standar deviasi 0,768. Analisa Bivariat Dalam penelitian ini, penyajian data bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan nyeri sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit dengan menggunakan uji wilcoxon. Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Penderita Gastritis sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit, dapat dilihat n merupakan jumlah sampel yaitu 20 responden, rata-rata perbedaan nyeri gastritis sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit (mean rank atau peringkat ratarata) yaitu 10,50. Selanjutnya jumlah perbedaan nyeri sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit (sum of rank atau jumlah dari peringkat) yaitu 210.00 dan nilai z (hasil uji wilcoxon) adalah -4.042 serta nilai signifikan p value 0,000, jika nilai signifikan 55 121-129 mmHg 81-84 mmHg tahun (Arisman, 2012, dalam Kalfiandro, 2016) Penanganan Hipertensi secara Non Farmakologis: Hipertensi dapat ditangani secara farmakologi dan non farmakologis. Penanganan non farmakologis dilakukan dengan penerapan gaya hidup sehat dan terapi herbal. Terapi herbal salah satu pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi herbal. Penggunaan terapi herbal sebaiknya tidak berlebihan dan harus mengutamakan kebersihan dalam pembuatan dan



Kunyit merupakan jenis tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku obat herbal karena kunyit memiliki banyak manfaat, mudah didapatkan, dan cara pembudayaannya juga mudah, tanaman kunyit tidak memerlukan banyak



23



AFIYAH.VOL.V NO. 2 BULAN JULI TAHUN 2018 Penelitian pada lansia usia 60 – 74 tahun dengan hipertensi yang telah dilakukan terhadap 10 orang responden pada bulan April-Juni tahun 2018. Intervensi dengan pemberian seduhan parutan kunyit yang diberikan selama 14 hari, frekuensi pemberian seduhan parutan kunyit dilakukan 2x sehari yaitu pagi jam 08.00 dan sore jam 17.00 WIB dengan dosis 60 ml setiap pemberian.



penggunaannya. Selain itu, penggunaan terapi herbal juga harus dibarengi dengan gaya hidup sehat dan pemeriksaan medis yang rutin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa tanaman obat yang memiliki khasiat mengatasi hipertensi adalah labu siam, selada air, ceplukan, alang-alang, mengkudu, jeruk nipis, kumis kucing, buah merah dan pegagan dan kunyit. Kunyit merupakan jenis tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku obat herbal karena kunyit memiliki banyak manfaat, mudah didapatkan, dan cara pembudayaannya juga mudah, tanaman kunyit tidak memerlukan banyak lahan karena bisa ditanam dihalaman rumah, juga dapat ditanam di pot berukuran sedang hingga besar, penyiraman tanaman kunyit juga tidak perlu terlalu sering (Wibowo, 2013).



Analisa data dalam bentuk univariat dan bivariat dengan uji statistik t test.



HASIL PENELITIAN Karakteristik responden pada penelitian ini dapat digambarkan berdasarkan umur jenis kelamin dimana seluruh responden pada penelitian ini adalah lansia dengan rentang usia antara 60 – 74 tahun, 70% responden berjenis kelamin perempuan dan 30% responden berjenis kelamin laki-laki.



METODOLOGI PENELITIAN



Tabel 2. Tekanan Darah Responden Sebelum Intervensi



Jenis Penelitian: penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (experimental research) bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperiment tersebut. Desain (rancangan) penelitian ini adalah pre-eksperiment designs dengan jenis desain one group pretest posttest without control, tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak susah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahanperubahan yang terjadi setelah adanya eksperiment (program).



Variabel



Tekanan Darah Sistolik Post Test



Mean



160



Median



160



SD



10,54



Min Max



95% CI



140



152,45



-







170



167,54



N



10 Tekanan Darah Diastolik Post Test



Populasi adalah lansia yang berusia 60-74 tahun yang menderita hipertensi yang berjumlah 170 orang. Sampel penelitian diambil adalah non probality sampling yaitu dengan purpose sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh Sugiyono (2017), bahwa untuk penelitian eksperimen sampel yang digunakan antara 10 s/d 20, oleh karena itu sampel yang digunakan adalah 10 orang dan untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka dilakukan penambahan sampel yang sama dan sesuai dengan kriteria inklusi, hal ini bertujuan agar sampel tetap terpenuhi sehingga ditetapkan sampel penelitian sebanyak 11 orang



94



90



8,43



80 -



87,96 –



110



100,032



Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah responden sebelum intervensi pemberian seduhan kunyit adalah 160/94 mmHg dengan standar deviasi 10,54/8,43 mmHg. Tekanan darah terendah sebelum intervensi adalah 140/80 mmHg dan tertinggi 170/ 110 mmHg. Pada CI 95% didapatkan rentang rata-rata tekanan darah responden sebelum intervensi berkisar antara 152,45/87,96 – 167,54/100,032 mmHg. Tabel 3 Tekanan Darah Responden Sesudah Intervensi



Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Lansia penderita hipertensi ringan maupun sedang yang bersedia menjadi responden (hipertensi ringan: 140-159/90-99 mmHg, hipertensi sedang 160179/100-109 mmHg), 2) Usia lanjut (60-74 tahun) baik laki-laki maupun perempuan yang menderita hipertensi ringan maupun sedang, 3) Responden tidak mengonsumsi obat anti hipertensi, dan 4) Responden bersedia meminum seduhan parutan kunyit tsebanyak 2x sehari pagi dan sore selama 14 hari.



Variabel



Tekanan Darah Sistolik Post Test Tekanan Darah Diastolik Post Test



24



Mean



Median



SD



150



150



10,54



Min Max



95% CI



130 170



142,45 – 157,54



N



10 85



85



9,71



70 100



78,04 – 91,95



AFIYAH.VOL.V NO. 2 BULAN JULI TAHUN 2018 penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah responden sebelum intervensi adalah 163,28/ 107,69 mmHg.



Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah responden sesudah intervensi pemberian seduhan kunyit adalah 150/85 mmHg dengan standar deviasi 10,54/9,71 mmHg. Tekanan darah terendah sebelum intervensi adalah 130/70 mmHg dan tertinggi 170/ 100 mmHg. Pada CI 95% didapatkan rentang rata-rata tekanan darah responden sebelum intervensi berkisar antara 142,45/78,04 – 157,54/91,95 mmHg.



Menurut peneliti, pada lansia dengan hipertensi sering mengeluhkan rasa sakit di tengkuk dan bahu, pusing, mudah lelah, berdebar dan keluhan sulit tidur, hal ini merupakan tanda dan gejala kejadian hipertensi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor yang tidak bisa diubah yaitu faktor usia sedangkan khusus pada wanita faktor hipertensi juga dapat dipicu oleh perubahan hormon estrogen dan progesteron, namun kondisi ini diperparah oleh gaya hidup lansia yang pada umumnya yaitu semua responden laki-laki pada penelitian memiliki kebiasaan merokok, kurang aktifitas fisik yaitu sebanyak 6 orang (60%) responden menyatakan jarang berolahraga, serta pola makan yang tidak sehat yaitu konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh seperti makanan bersantan dan daging yaitu sebanyak 8 orang (80%). Hal ini perlu menjadi perhatian bagi masyarakat terutama lansia untuk bisa menerapkan perilaku sehat untuk mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.



Tabel 4 perbedaan rata-rata tekanan darah responden antara sebelum dan sesudah 2 minggu intervensi pemberian air seduhan kunyit



Variabel



Mean differe nt



SD



t



df



p value



Rata-rata tekanan darah Sistolik



10



6,66



4,743



9



0,001



N



10 Rata-rata tekanan darah Diastolik



9



5,67



5,014



9



0,001



Tekanan Darah Responden Sesudah Intervensi



Dari tabel 4 diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah responden antara sebelum dan sesudah 2 minggu intervensi pemberian air seduhan kunyit dengan beda rata-rata tekanan darah sistolik adalah 10 mmHg dan beda rata-rata tekanan darah diastolik adalah 9 mmHg. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai p = 0,001 pada beda ratarata tekanan darah sistolik dan p = 0,001 pada tekanan darah diastolik, artinya pemberian seduhan parutan kunyit berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.



Hasil penelitian Sesudah intervensi diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 8 orang (80%) responden dengan derajat hipertensi ringan, sedangkan 2 orang (20%) responden dengan derajat hipertensi sedang. Penanganan terhadap hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis (Tim Bumi Medika, 2017). Salah satu teknik non farmaklogis yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi adalah menggunakan tanaman herbal. Kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, termasuk lansia dengan hipertensi (WIbowo, 2013).



PEMBAHASAN Tekanan Darah Responden Sebelum Intervensi Hasil penelitian sebelum intervensi ditemukan sebanyak 3 orang (30%) responden dengan hipertensi ringan dan 7 orang (70%) responden dengan kategori hipertensi sedang.



Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin curcuma domestica val atau curcuma longa linn. Rimpang dari tanaman ini biasanya banyak digunakan sebagai bahan baku bumbu dapur, pewarna, dan obat tradisional. Untuk obat tradisional, kunyit bisa digunakan sebagai obat luar maupun dalam (Wibowo, 2013).



Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan penyakit degeneratif, hingga kematian (Tim Bumi Medika, 2017).



Kunyit merupakan jenis tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku obat herbal karena kunyit memiliki banyak manfaat, mudah didapatkan, dan cara pembudayaannya juga mudah, tanaman kunyit tidak memerlukan banyak lahan karena bisa ditanam dihalaman rumah, juga dapat ditanam di pot berukuran sedang hingga besar, penyiraman tanaman kunyit juga tidak perlu terlalu sering (Wibowo, 2013).



Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Muti (2017) tentang pengaruh parutan kunyit pada penurunan hipertensi pada lansia hasil



25



AFIYAH.VOL.V NO. 2 BULAN JULI TAHUN 2018 Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Muti (2017) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah responden sesudah intervensi adalah 152,31/ 98,46 mmHg lebih rendah dibandingkan sebelum intervensi.



ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar kemudian disekresikan ke luar tubuh, sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2010). Selain kandungan mineral kalium, tanaman herbal kunyit juga kaya akan kandungan kurkumin yang merupakan zat anti oksidan karena kunyit tidak mengandung kolesterol dan kaya akan serat, kandungan tersebut akan mengendalikan low density lipoprotein (LDL) dalam darah sehingga penyempitan pembuluh darah akibat penimbunan kolesterol pada pembuluh darah dapat diatasi (Muti, 2017).



Menurut pendapat peneliti, setelah 2 minggu intervensi pemberian seduhan parutan kunyit secara umum (80%) responden mengalami hipertensi derajat ringan dan hanya sebagian kecil (20%) responden yang mengalami hipertensi derajat sedang. responden dengan tekanan darah normal. Setelah intervensi pemberian air seduhan parutan kunyit secara umum responden menyatakan keluhankeluhan yang dirasakan seperti rasa pusing, nyeri di tengkuk, cepat lelah, jantung berdebar dan sulit tidur mulai berkurang sehingga responden merasa lebih baik dan lebih aktif dalam beraktifitas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pemberian seduhan parutan kunyit mampu menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.



Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Muti (2017) dengan judul Pengaruh parutan kunyit pada penurunan hipertensi pada lansia di Kelurahan Berkoh Kecamatan Purwo-kerto Selatan Kabupaten Banyumas, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian parutan kunyit berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi dengan nilai p = 0,001/0,000.



Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi



Penelitian berbeda yang dilakukan oleh Damayanti,dkk (2018) dengan judul Pengaruh Pemberian Jus Kombinasi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Bawang Bombai (Allium cepa L.) Jeruk Mandarin (Citrus reticulata Blanco) Apel (Malus domestica) Wortel (Daucus carota L.) terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus kombinasi jahe dan jeruk mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 21,06 mmHg ( p = 0,002) dan diastolik sebesar 12,08 mmHg ( p = 0,046).



Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah responden antara sebelum dan sesudah 2 minggu intervensi pemberian air seduhan kunyit dengan beda rata-rata tekanan darah sistolik adalah 10 mmHg dan beda rata-rata tekanan darah diastolik adalah 9 mmHg. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai p = 0,001 pada beda rata-rata tekanan darah sistolik dan p = 0,001 pada tekanan darah diastolik, artinya pemberian seduhan parutan kunyit berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.



Menurut pendapat peneliti pemberian seduhan parutan kunyit efektif dalam menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Salah satu penyebab peningkatan tekanan darah atau hipertensi adalah terjadinya ketidakseimbangan mineral natrium dan kalium di dalam darah, dimana pada penderita hipertensi terjadinya peningkatan kadar mineral natrium dalam darah dimana natrium merupakan mineral yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah.



Salah satu penyebab kejadian tekanan darah tinggi pada lansia adalah karena ketidakseimbangan kadar kalium dan natrium di dalam darah, dimana pada penderita hipertensi mengalami peningkatan kadar natrium sehingga kadar natrium lebih tinggi dari kalium, sedangkan natrium merupakan mineral yang berfungsi dalam meningkatkan tekanan darah. peranan mineral natrium dan kalium ini bekerja secara berlawanan, natrium menaikkan tekanan darah sedangkan kalium menurunkan-nya, oleh karena itu asupan natrium dan kalium haruslah seimbang supaya tubuh tetap sehat (Ridwan, 2012).



Pemberian air seduhan parutan kunyit merupakan salah intervensi yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, dimana kunyit merupakan tanaman herbal yang kaya akan kalium, sedangkan kalium merupakan mineral yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dengan memberikan efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar kemudian disekresikan ke luar tubuh, sehingga kadar natrium darah dapat diturunkan. Selain itu kunyit juga kaya akan kurkumin yang bersifat anti oksidan serta tinggi serat, kondisi ini akan mengendalikan konsentrasi LDL dalam darah sehingga mampu menetralisir



Pemberian air seduhan kunyit mampu memberikan efek penurunan tekanan darah, karena kunyit merupakan tanaman herbal yang kaya akan kalium (Wibowo, 2013). Mekanisme kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah yaitu kalium dapat mengurangi sekresi rennin yang menyebabkan penurunan angiotensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan menurunnya aldesteron sehingga reabsorpsi natrium dan air ke dalam berkurang. Kalium juga mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan



26



AFIYAH.VOL.V NO. 2 BULAN JULI TAHUN 2018 kelebihan kolesterol yang merupakan salah satu pencetus peningkatan tekanan darah. Maka pemberian seduhan kunyit efektif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi dengan menyeimbangkan kadar natrium dan mengendalikan kadar kolesterol darah.



Kusyanti., Hasanuddin., & Djufri. (2016). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Hipertensi dan Diabetes mellitus pada Masyarakat Rundeng Kota Subulussalam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala 1(1), 85-94. Liskinasih, A. (2013). Dosis dan Efek Samping Ekstrak Kunyit. 14 Februari 2018. https://www.vemale.com/topik/tanamanobat/42288.html Muti, R.T. (2017). Pengaruh Parutan Kunyit pada Penurunan Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Bayumas. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan.15 (2), 84-90. Mutiah, R. (2015). Evidence Based Kurkumin dari Tanaman Kunyit (Curcuma longa) Sebagai Terapi Kanker pada Pengobatan Modern. Jurnal Farma Sains.1 (1), 24-41. Nisa, I. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta. Nugroho, A. (2008). Hidup Sehat Di Usia Senja. Jakarta: Gramedia pustaka. Padila, (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Ridwan, M. (2012). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang: Pustaka Widyamara. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan. 12 Desember 2017. http://www.depkes.go.id/resources/download/ general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Sudoyo, A.W. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. Suparyo. (2017). Tanaman Obat Herbal. 15 Februari 2018. https://daunbuah.com/efek-sampingdari-kunyit. Sustrani, L. (2011). Hipertensi. Jakarta: PT Grand Media Pustaka Umum. Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika. WHO. (2015). Global Health Observatory data repository. 12 Desember 2017. http://apps.who.int/gho/data/view.main.60750 ?lang=en Wibowo, S. (2013). Herbal Ajaib. Jakarta: Pustaka Makmur Yekti, S., & Ari, W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.



DAFTAR PUSTAKA Adiguna, Parjan. (2017). Titik-titik Ajaib Penumpas Penyakit. Yogyakarta: Genius Publisher. Aprilianti M. (2016). 20 Efek Samping Kunyit Dalam Dosis Tinggi. 14 Februari 2018. https://mediskus.com/herbal/20-efeksamping-kunyit Azizah, L, M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. 24 desember 2017.https://www.bappenas.go.id/files/data/St atistik%20Penduduk%.pdf Bustam, M.N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta Timur: Trans Info Media. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi. (2017). Kasus Hipertensi. Kota Bukittinggi: Dinas Kesehatan. Dinas kesehatan Sumatera barat (2014). Profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 20 desember 2017. http://www.depkes.go.id/download.pdf Guyton, AC., & Hall, JE. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hastuti, H.H. (2015). Pengaruh Daun Seledri dan Daun Belimbing Wuluh terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Hidayat, A. A. A. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Jendela Data dan Informasi Kesehatan. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.15 Desember 2015. http://.www.depkes.go.id/download.php?file= download.pdf Kalfiandro. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan pola Hidup Sehat Olahraga Pada Lnsia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegang Baru Pasaman Tahun 2016. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Kemenkes RI. (2017). Profil Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. 20 Desember 2017. http://p2ptm.depkes.go.id/profil-penyakittidak-menular-tahun-2016



27



SEMNASKes - 2019 “Improving The Quality of Health Through Advances in Research of Health Sciences” ISBN:978-602-5793-65-3



Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus Cynthia Puspariny 1*, Diny Fellyana2, Desi Marini 3 1,2Universitas



Muhammadiyah Pringsewu Lampung Antar Brak Tanggamus Lampung [email protected], [email protected], [email protected] 3 Puskesmas



ABSTRAK Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman akibat nyeri pada perut Indeks. Salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologi adalah dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus. Desain penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest design without control group. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skala nyeri mengalami penurunan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam uji sStatistik yang digunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian yang didapat yaitu terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus dengan nilai p-value = 0,000. Perawat dan atau tenaga medis lainya lebih dapat berperan aktif dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap manajemen nyeri Kata Kunci: Nyeri, Gastritis, Teknik relaksasi nafas dalam.



Effect of Breath Relaxation Techniques in Pain Intensity in Gastritical Patients in Health Center Between Brake District Brake Tanggamus District ABSTRACT Gastritis is inflammation or gastric mucosal bleeding that can be acute, chronic and diffuse is acute superficial gastritis and chronic atrophic gastritis. A common taste in gastritis is discomfort due to abdominal pain. Index. One non-pharmacological relaxation management technique is by doing deep breathing relaxation techniques. The purpose of this study was to study relaxation therapy in gastritis patients in the Antar Brak Health Center, Limau District, Tanggamus District. The design of this study used the Quasi Experiment design with a pretest-posttest design study without a Control Group. The number of samples in this study were 30 respondents. The sampling technique used was purposive sampling. The instrument used is the observation sheet. The results of the study showed that the average recovery scale was done after deep breathing relaxation techniques were carried out. Statistical test used Wilcoxon test. The results of the research obtained were about relaxation techniques in gastritis patients in the Inter Brak Health Center in Limau District, Tanggamus District with a p-value = 0,000. Nurses and other medical personnel are more able to help actively carry out nursing care for health management Keywords: Pain, Gastritis, Deep breathing relaxation technique



semnaskes.unipa.ac.id



14 Desember 2019



62



SEMNASKes - 2019 “Improving The Quality of Health Through Advances in Research of Health Sciences” ISBN:978-602-5793-65-3 PENDAHULUAN Penyakit gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah serta nyeri (Ardiansyah, 2012). Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen merusak lapisan perut tetapi seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati (Ehrlich, 2011). Angka kejadian gastritis di dunia sekitar 1,8 - 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun (Sarly, 2015). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, angka kejadian gastritis paling tinggi yaitu berada di negara Amerika Serikat dengan persentase 47%, diikuti negara India berada di posisi kedua dengan persentase 43%. Prevalensi kejadian gastritis di Indonesia terdapat 40,5%, sebesar 274,396 kasus dari 238,672,223 jiwa, dengan angka kejadian gastritis paling tinggi berada di Medan sebesar 91,6%, Denpasar sebesar 46% (Depkes RI, 2013). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2013, kejadian gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30,154 kasus (4,9%) (Zhaoshen, 2014). Di provinsi Lampung, gastritis menempati urutan kedua dari 10 besar penyakit yang di derita oleh masyarakat yaitu sebanyak 163.318 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015). Gastritis adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman disekitar ulu hati. Pasien dengan gastritis atau sakit maag ini biasanya datang dengan keluhan lain, yaitu dari mual sampai muntah (Yuliarti, 2009). Penanganan nyeri yang disebabkan oleh gastritis harus segera dilakukan. Apabila nyeri tidak segera ditangani, selain menimbulkan ketidaknyamanan



juga dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologik dan stress serta dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu. Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yaitu dengan pemberian obat obatan analgetik dan penenang. Sedangkan secara non farmakologis melalui distraksi, relaksasi, biofeedback, hypnosis diri, mengurangi persepsi nyeri, stimulasi kataneuse (massase, mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (Potter & Perry, 2008). Salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologi adalah dengan melakukan teknik relaksasi, yang merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas dalam, massase, meditasi dan perilaku. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi darah (Smeltzer & Bare, 2010). Penanganan manajemen nyeri non farmakologis di lapangan belum sepenuhnya dilakukan. Faktanya lebih banyak penanganan nyeri pada gastritis dilakukan secara farmakologis yaitu pemberian obat penghilang nyeri hasil kolaborasi dengan dokter. Berdasarkan data Puskesmas Antar Brak Kabupaten Tanggamus, jumlah kunjungan pasien gastritis pada bulan Maret 2019 yaitu 64 orang. Hasil pra survei yang dilakukan peneliti dari 10 pasien, 8 orang



semnaskes.unipa.ac.id



14 Desember 2019



63



SEMNASKes - 2019 “Improving The Quality of Health Through Advances in Research of Health Sciences” ISBN:978-602-5793-65-3 diantaranya tidak melakukan asuhan keperawatan manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dan lebih memilih menggunakan terapi farmakologi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu (Quasi Eksperiment) menggunakan pendekatan One-Group pre-posttest design. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini yaitu intensitas nyeri sedangkan teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan/perlakuan yang diberikan sebagai intervensi untuk memperoleh suatu efek perubahan skala nyeri. Skala nyeri merupakan intensitas nyeri merupakan persepsi nyeri yang dirasakan responden saat mengalami gastritis, diukur dengan cara menggunakan skala intensitas nyeri dari rentang 1-10 dan diukur sebelum dan sesudah intervensi lalu dikategorikan turun, tetap dan naik. Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling dengan jumlah sampel penelitian 30 orang. Kriteria inklusi: pasien gastritis yang berkunjung di Puskesmas Antar Brak Kabupaten Tanggamus, pasien yang tidak minum obat anti nyeri, masih bisa berkomunikasi dengan baik dan kesadaran composmentis (kesadaran normal), bersedia menjadi responden, pasien dengan usia produktif. Uji Statistik univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariate uji wilcoxon.Penelitian yaitu di Puskesmas Antar Brak Kabupaten Tanggamus bulan Mei-Agustus Tahun 2019



HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat A. Rata-rata Skala Nyeri Responden Sebelum Melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Tabel 1. Rata-rata Skala Nyeri Responden Sebelum Melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di Puskesmas Antar Brak Skala N Mean Std Minim Maxim Nyeri Deviasi um um Pretest



30



4,80



0,847



4



7



Tabel 1 menunjukkan bahwa ratarata skala nyeri pasien yaitu 4,80 dengan kategori nyeri sedang, dimana skala nyeri minimum 4, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,847. Sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam semua responden mengalami nyeri sedang hingga ringan. Menurut Muttaqin dan Kumala (2011) menjelaskan klasifikasi gastritis ada banyak faktor yang menyebabkan nyeri gastritis, seperti beberapa jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stress akut, radiasi, alergi, atau intoksasi dari bahan makanan atau minuman, garam empedu, iskemia, atau trauma langsung. B. Rata-rata Skala Nyeri Responden Setelah Melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Tabel 2. Rata-rata Skala Nyeri Responden Setelah Melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di Puskesmas Antar Brak Std Skala Minim Maxim Nyeri N Mean um um Deviasi Post test



30



2,03 0,669



1



3



Dari tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata skala nyeri pasien yaitu 2,03 dengan kategori nyeri ringan dimana skala nyeri minimum 1, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. Sejalan dengan penelitian Carunia (2014) bahwa sebelum diberikan relaksasi nafas dalam sebagian besar semnaskes.unipa.ac.id



14 Desember 2019



64



SEMNASKes - 2019 “Improving The Quality of Health Through Advances in Research of Health Sciences” ISBN:978-602-5793-65-3 yaitu 6 (60%) responden tingkat nyerinya berat dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam hampir setengahnya yaitu 4 (40%) responden tingkat nyerinya sedang. Penurunan nyeri rata-rata nyeri setelah dilakukannya teknik relaksasi napas dalam itu disebabkan meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. B. Analisa Bivariat Tabel 3. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Skala Mean PN Pengaruh Jumlah Nyeri Rank Value Post 30 Turun 30 15,5 TestTetap 0 0,00 0,000 Pretest Naik 0



Berdasarkan tabel 3 diketahui hasil penelitian menunjukkan semua responden mengalami penurunan skala nyeri (negatif) yaitu 30 orang dimana mean rank 15,50 dan p-value = 0,000. Semua responden mengalami penurunan skala nyeri (negatif) yaitu 30 orang dimana mean rank 15,50 dan pvalue = 0,000. Rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu 4,80 dengan kategori nyeri sedang dan rata-rata skala nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu 2,30 dengan kategori nyeri ringan. Yang artinya terjadi penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien gastritis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Widiatie (2015) tentang penggunaan teknik relaksasi nafas dalam terhadap ibu post SC dengan hasil terdapat pengaruh



teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu post SC dengan nilai p-value = 0,003. Supetran (2016) melakukan penelitian mengenai penggunaan tehnik relaksasi otot progresif dalam menurunkan nyeri pasien gastritis dengan hasil p = 0,002 yang artinya teknik relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Sejalan dengan teori Smeltzer & Bare (2010) bahwa nyeri dapat diatasi dengan manajemen nyeri nonfarmakologi seperti teknik distraksi dan relaksasi. Teknik relaksasi yang paling sering dipakai yaitu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Nanda, 2013). Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis. Teknik relaksasi nafas dalam dapat digunakan pada saat pasien merasa nyeri baik ringan maupun yang tidak tertahan dengan tujuan mengurangi intensitas nyeri. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Ratarata skala nyeri pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu



semnaskes.unipa.ac.id



14 Desember 2019



65



SEMNASKes - 2019 “Improving The Quality of Health Through Advances in Research of Health Sciences” ISBN:978-602-5793-65-3 2,03 dengan skala nyeri minimum 1 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak Tahun 2019 dengan nilai p-value = 0,000. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Carunia. 2014. efektivitas teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis di RSI A. Yani Surabaya. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) Surabaya Dinas kesehatan provinsi Lampung, 2015 Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Ehrlich, 2011. Gastritis. Journal International. Muttaqin, Arif dan Kumala sari, 2011, “Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah“, Salemba Medika, Jakarta, Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Potter & Perry. 2013. Buku Ajar fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 3. Jakarta: EGC Sarly. 2015. Hubungan Pola Makan Dengan Keadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Posumaen Kecamatan Posumaen kabupaten Minahasa Tenggara. E-Jurnal Sariputra, Oktober 2015 Vol. 2 (3) Sjamsuhidayat, R dan Jong.W.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smeltzer, S. dan Bare, B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, ed 8. Jakarta: EGC.



Supetran, I. W. (2016) Efektifitas penggunaan Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien Gastritis. Jurnal Promotif. 6(1) 1-8. WHO.World Health Statistics 2012: World Health Organization Widiatie, Wiwik. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Seksio Sesarea di RS Unipdu Medika Jombang. Jurnal Keperawatan. Volume 1 No 2. Yuliarti. 2009. Panduan pencegahan dan mengatasi penyakit maag. Yogyakarta: ANDI Zhaoshen L, Duowu Z, Xiuqiang M, Jie C, Xingang S, Yanfang G, et al. 2010. Epidemiology of Peptic Ulcer Disease: Endoscopic Results of the Systemic Investigation of Gastrointestinal Desease in China Am J. diakses 28 maret 2019



semnaskes.unipa.ac.id



14 Desember 2019



66