Askeb Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN “A” 17 TAHUN DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI METRORARGIA DI PUSKESMAS MAESAN



Oleh : Rina Teriana NIM 15901.02.20034



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO 2021



LEMBAR PENGESAHAN STASE REMAJA ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. “A” USIA 17 TAHUN DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI METRORARGIA DI PUSKESMAS MAESAN



OLEH : Rina Teriana NIM 15901.02.20034



Telah disetujui Oleh : Pembimbing Akademik



Pembimbing Wahana



_________________________ NIDN.



Ninik Sri Lestari, S.ST NIP. 19710605 199301 2 003



LEMBAR KONSULTASI Nama : Rina Teriana



Ruangan



: Ruang KR



NIM



Kasus



: Metrorargia



No



: 15901.02.20034



Paraf



Hari / Tanggal



Masukkan



-



Pembimbing Wahana



Pembimbing Akademik



TINJAUAN TEORI A. Gangguan Reproduksi 1. Pengertian Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Diantaranya yang sering dikeluhkan para wanita saat terdorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan (infeksi), perdarahan (PUD), rasa nyeri (radang), benjolan (tumor) pada alat genetalia (Manuaba, 2011). Keluhan utama wanita yang mendorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan, perdarahan, rasa nyeri, kehamian dan benjolan (tumor) pada alat genetalia (Manuaba, 2011). 2. Macam-macam Gangguan Reproduksi a. Gangguan Menstruasi dan Siklusnya Gangguan menstruasi dan siklusnya yang termasuk perdarahan uterus disfungsional dalam masa reproduksi menurut Wiknjosastro (2011) dapat digolongkan dalam : 1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : a) Hipermenorea atau menoragia b) Hipomenorea 2) Kelainan siklus : a) Polimenorea b) Oligomenorea c) Amenorea 3) Perdarahan di luar haid : a) Metroragia 4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid : a) Premenstrual tension (ketegangan prahaid) b) Disminorea b. Nyeri Abdomen Merupakan manifestasi dari berbagai penyakit yang meliputi keadaan gawat (mendadak) nyeri abdomen (hamil ektopik yang pecah, terjadi torsi kista atau mioma bertangkai, perdarahan pada kista, kista yang pecah, menjelang terjadinya keguguran, dan penyakit lain), penyakit infeksi genetalia (infeksi vulva atau abses kelenjar bartolini, infeksi vagina, infeksi mulut rahim, infeksi sekitar genetalia bagian dalam, peritonitis, infeksi appendiks), tumor kandungan, atau tanpa kelainan (Manuaba, 2011). c. Perdarahan



Perdarahan berkaitan dengan gangguan sistem hormonal, pemakaian kontrasepsi, kegagalan kehamilan dan keganasan. Gangguan



sistem



hormonal dapat menimbulkan gangguan patrun menstruasi dalam bentuk klinis hipermenorea, hipomenorea, polimenorea, amenorea dan perdarahan disfungsional. Perdarahan berkaitan dengan penggunaan metode kontrasepsi yaitu metode hormonal, metode IUCD dan metode kontap. Perdarahan berkaitan dengan kehamilan meiputi kehamilan muda (keguguran, hamil ektopik, molahidatidosa/korio karsinoma), hamil pertengahan (persalinan prematur), perdarahan pada kehamilan tua (plasenta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, pecahnya vasa previa). Perdarahan berkaitan dengan keganasan meliputi perdarahan karena keganasan alat genetalia luas (keganasan vulva, keganasan vagina, keganasan pada tuba fallopii) dan perdarahan keganasan genetalia bagian dalam (keganasan korpus



uteri,



keganasan pada tuba fallopii) (Manuaba, 2011). d. Benjolan Genetalia Benjolan (tumor) kandungan merupakan salah satu keluhan penting yang disampaikan kepada bidan untuk mendapatkan nasihat dan pengobatan. Benjolan (tumor) dapat berasal dari genetalia bagian luar (kista kelenjar bartolini, fibroma labium mayus) atau genetalia bagian dalam (kista ovarium, mioma uteri) (Manuaba, 2011). B. Metroragia 1. Pengertian Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan yang terjadi di luar menstruasi



dengan



penyebab



kelainan



hormonal



atau



kelainan



organ



genetalia. Bentuk perdarahan bukan menstruasi dapat berupa kontak berdarah, spotting, dan perdarahan disfungsional (Manuaba, 2011). Metroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan di luar siklus haid. Penyebabnya bisa oleh karena luka yang tidak kunjung sembuh (kanker ganas organ genetalia), peradangan atau bahkan gangguan hormonal (Purwoastuti dan Walyani, 2015). 2. Etiologi Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh : a. Penyakit Sistemik 1) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat timbul sebagai perdarahan pervaginam. 2) Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia.



3) Sirosis yang menyebabkan ketidakteraturan perdarahan pervaginam akibat berkurangnya kapasitas hati untuk metabolisme estrogen. b. Anovulatoris Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan estrogen melimpah dan tidak seimbang mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya menghasilkan suplai darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak dapat diprediksi. c. Ovulatoris\ Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis. Itu menandakan ovulasi, namun fase luteal



mungkin



memanjang akibat dari korpus luteum yang menetap. Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) : a. Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi. b. Infeksi : benda asing dalam uterus. c. Trauma di area genital sebagai akibat dari aktivitas atau penganiayaan seksual. d. Penggunaan AKDR. e. Ovulasi. f. Farmakologis : penggunaan obat-obatan. 3. Patofisiologi Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragia (Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus (Wiknjosastro, 2011). 4. Faktor Predisposisi Perdarahan



intermenstrual



juga



dapat



diperparah



oleh



penebalan



endometrium oleh karena hormon estrogen. Estrogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan ovulasi oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal bisa ruptur sehingga terjadilah spotting. Perdarahan terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur (Astarto, 2011). 5. Faktor Resiko Menurut Manuaba (2011) metroragia disebabkan oleh berbagai macam hal : a. Kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik.



b. Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip. c. Penggunaan AKDR dapat mengakibatkan efek samping metroragia 6. Keluhan Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2014). 7. Tanda Klinis 1) Siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari. 2) Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi. 3) Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak (Manuaba, 2011). 8. Prognosis Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan



(Norwitz,



2008). Penanganan



berdasarkan



kondisi



hemodinamik. Bila hemodinamik tidak stabil segera rujuk ke rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan umum. Bila hemodinamik stabil medikamentosa yang dipakai adalah kombinasi estrogen dan progestin (Wiknjosastro, 2011). Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap (Varney, 2014). 9. Penatalaksanaan Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia yaitu : a. Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah. b. Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti. c. Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil kombinasi. Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2011). C. Teori Manajemen Kebidanan



1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2011). 2. Proses Manajemen Kebidanan Penerapan manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan metroragia menurut 7 langkah Varney meliputi : Langkah I : Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2014). a. Data Subjektif Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan, baik secara langsung maupun kepada keluarga pasien (Purwoastuti, 2014). b. Data Objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan (Purwoastuti, 2014). Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data



yang telah dikumpulkan. Data dasar



yang telah dikumpulkan



diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Muslihatun, 2012). a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Muslihatun, 2012). Contoh : Ny. X PxAx Umur x tahun dengan Metroragia b. Masalah Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap keadaannya.Masalah ini terjadi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar



baik subjektif maupun objekif (Purwoastuti,



2014).



Merasa



tidak



nyaman akibat dari aliran menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat kesehatan yang tidak baik (Varney, 2014). c. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Pada kasus gangguan reproduksi pasien membutuhkan konseling tentang keadaannya dan nutrisi yang adekuat (Muslihatun, 2012). Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.



Pada



masalah



ini



diidentifikasikan



masalah



atau



diagnosa



potensial, berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhan antisipansi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiapsiap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.Melakukan asuhan aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2014). Perdarahan vagina yang tidak teratur dan



terus



menerus



akan mengakibatkan anemia karena kadar hemoglobin



rendah (Norwitz, 2008) Langkah IV : Tindakan Segera Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah



potensial



pada



langkah



sebelumnya, bidan juga harus



merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien (Purwoastuti, 2014). Jika etiologi metroragia diperkirakan bersifat hormonal, hormon estrogen biasanya menjadi pilihan terapi. Kombinasi kontrasepsi hormonal merupakan pengobatan yang sangat efektif dalam mengontrol perdarahan metroragia (Varney, 2014) Langkah V : Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2014). Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia yaitu : 1.



Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah.



2.



Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi



kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti. 3.



Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium.



4.



Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil kombinasi. Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga



berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2011). Langkah VI : Pelaksanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus



dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan



seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun, 2012). Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut



dapat dianggap



efektif jika



memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Ambarwati, 2014). Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien, memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak (Varney, 2014). Adapun hasil yang diharapkan yaitu : 1.



Keadaan umum pasien baik



2.



Perdarahan uterus berhenti



3.



Tidak terjadi anemia



DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Arifin, Z. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA. Astarto N.W. 2011. Kupas Tuntas Kelainan Haid. Yogyakarta : Sagung Seto. Lukitasari A. 2014. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Pada Ny.K P2A0 Umur 42 Tahun Dengan Metroragia Di RSUD Sukoharjo. UNS : Karya Tulis Ilmiah. Manuaba I.B.G. 2011. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC



Ginekologi



Dan



Obstetri



Manuaba I.B.G. 2011. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. Muslihatun, W. N. Mufdlilah. Setiyawati, N. 2012. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Norwitz, E.R. J.O. Schorge. 2008. At A Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. —————. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. Nugroho dan Setiawan. 2012. Kesehatan Wanita, Gender & permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika. Purwoastuti . 2014. Ilmu obstetri dan Ginekologi Sosial untuk kebidanan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru. Purwoastuti T.E. Walyani E.S. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru. Rukiyah, A. Y. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media. Sulistyawati, A. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V ANDI. Varney, H. J. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC. Wiknjosastro, H. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3 : Jakarta. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo



ASUHAN KEBIDANAN REMAJA Pada Nn. ” A “ Umur 17 Th dengan Gangguan Reproduksi Metrorargia Di Puskesmas Maesan Tempat



: Puskesmas Maesan



Tanggal / Waktu



: Sabtu, 12 Juni 2021



Pengkaji



: Rina Teriana



Jam



: 08.30 WIB



Identitas Nama



: Nn. A



Umur



: 17 tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Pekerjaan



: Mahasiswa



Alamat



: Dusun Pasar RT 09 RW 05 Sumber Pakem, Kec. Maesan



A. SUBYEKTIF 1. Keluhan Utama Pasien mengalami perdarahan bercak (flek) sejak 7 hari yang lalu dan tidak nyeri 2. Riwayat Menstruasi Menarche



: usia 14 tahun



Siklus



: tidak teratur



Tanggal haid : haid terakhir 1 Juni 2021, dan setelah seminggu keluar bercak darah lagi selama 7 hari Lamanya



: 5 hari



Banyaknya



: ganti pembalut 3 kali sehari



Dismenorhoe : nyeri saat haid tetapi tidak mengganggu aktivitas 3. Riwayat Pernikahan Pasien belum pernah menikah 4. Riwayat Obstetri Pasien belum pernah hamil, keguguran ataupun melahirkan 5. Riwayat Kontrasepsi



Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun B. OBYEKTIF a.



b.



Data Umum 1. KU



: Baik



2. Kesadaran



: Composmentis



3. Tekanan darah



: 120/80 mmHg



4. Nadi



: 80x/’



5. RR



: 20x/’



6. Suhu



: 36, 70C



7. Berat badan



: 42 kg



8. Tinggi Badan



: 150 cm



Pemeriksaan Fisik 1.



Muka



: bentuk oval, muka cerah, tidak oedem



2.



Mata



: sclera putih, konjungtiva merah muda



3.



Leher



:



tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada



pembesaran vena jugularis. 4.



Mamae



:



simetris, tidak ada benjolan pada payudara, puting susu



menonjol, bersih. 5.



Abdomen



: tidak ada benjolan, nyeri tekan dan luka bekas operasi.



6.



Genetalia



: ada bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner.



c.



Pemeriksaan Dalam tidak dilakukan



d.



Pemeriksaan penunjang : periksa Hb 12 gr%



C. ANALISA DATA Nn.” A “ umur 17 th dengan Gangguan Reproduksi Metrorargia D. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu pasien bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan yang terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang disebut metroragia. Metroragia dapat disebabkan karena adanya gangguan pada sistem hormonal yang dapat dipicu karena stress emosional. Metroragia yang dialaminya harus segera diobati karena apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan kadar hemoglobinnya semakin berkurang atau anemia. e/ Pasien paham dengan penjelasan petugas



2. Menganjurkan p a s i e n mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat besi selama mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah. e/ Pasien bersedia mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang banyak mengandung zat besi. 3. Menganjurkan pasien menjaga kebersihan alat genetalianya dengan mengganti pantyliner minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat genetalia tetap kering / tidak lembab. e/ Pasien bersedia menjaga kebersihan alat genetalianya 4. Memberikan p a s i e n dukungan moril bahwa dirinya tidak perlu cemas dengan keadaanya karena perdarahan yang dialaminya bisa diobati. e/ Pasien menerima penjelasan dengan baik. 5. Memberikan pasien terapi obat a. Pil Kombinasi (Microgynon) 9 butir pil di minum 3 kali sehari sampai habis b. Tablet Fe 200 mg 10 tablet diminum 3 kali sehari sampai habis e/ Pasien minum obat sesuai anjuran 6. Menganjurkan pasien kontrol ulang 3 hari lagi. e/ Pasien bersedia kontrol 3 hari lagi 7. Melakukan pendokumentasian e/ Telah dilakukan pendokumentasian ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NN. ” S “ UMUR 19 TH DENGAN METRORARGIA DI PUSKESMAS TEMPEH Tanggal



: 12 / 5 /2020



Ruang



: KRR



Jam



: 09.00 wibb



Identitas Nama



: Nn. S



Umur



: 19 th



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Pekerjaan



: Mahasiswa



Alamat



: Dusun Parasgowang RT 05 RW 06 Pandanarum – Tempeh



E. SUBYEKTIF 6. Keluhan Utama Nn. S mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari yang lalu dan tidak nyeri 7. Riwayat Menstruasi a. Menarche



: haid pertama usia 15 tahun



b. Siklus



: siklus haidnya tidak teratur



c. Tanggal haid : haid terakhir 29 April 2020 d. Lamanya



: lamanya haid 5 hari



e. Banyaknya



: ganti pembalut 3 kali sehari



f. Sifat darah



: darahnya encer



g. Dismenorhoe : nyeri saat haid tetapi tidak mengganggu aktivitas 8. Riwayat Pernikahan Nn.S belum pernah menikah 9. Riwayat Obstetri Nn S belum pernah hamil, keguguran ataupun melahirkan 10. Riwayat Kontrasepsi Nn. S belum pernah menggunakan alat kontrasepsi F. OBYEKTIF e.



Data Umum 9. KU



: baik



10. Kesadaran



: compos mentis



11. Tekanan darah



: 120/80 mmHg



f.



12. Nadi



: 80x/’



13. RR



: 20x/’



14. Suhu



: 36, 70C



15. Berat badan



: 42 kg



16. Tinggi Badan



: 150 cm



Pemeriksaan Fisik 7.



Muka



: bentuk oval, muka cerah, tidak oedem



8.



Mata



: sclera putih, konjungtiva merah muda.



9.



Leher



: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran vena jugularis.



10. Mamae



: simetris, tidak ada benjolan pada payudara, puting susu menonjol, bersih.



11. Abdomen



: tidak ada benjolan, nyeri tekan dan luka bekas operasi.



12. Genetalia



: ada bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner.



g.



Pemeriksaan Dalam tidak dilakukan



h.



Pemeriksaan penunjang : periksa Hb 12 gr%



G. ANALISA DATA Nn.” S “ umur 19 th dengan Metrorargia H. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu klien bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan yang terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang disebut metroragia. Metroragia dapat disebabkan karena adanya gangguan pada sistem hormonal yang dapat dipicu karena stress emosional. Metroragia yang dialaminya harus segera diobati karena apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan kadar hemoglobinnya semakin berkurang atau anemia. E/ Klien memahami keadaan yang dialaminya. 2. Menganjurkan k l i e n mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat besi selama mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah. E/ Klien bersedia mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang banyak mengandung zat besi.



3. Menganjurkan klien menjaga kebersihan alat genetalianya dengan mengganti pantyliner minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat genetalia tetap kering / tidak lembab. E/ Klien bersedia menjaga kebersihan alat genetalianya. 4. Memberikan k l i e n dukungan moril bahwa dirinya tidak perlu cemas dengan keadaanya karena perdarahan yang dialaminya bisa diobati. E/ Klien paham dengan penjelasan yang diberikan. 5. Memberikan klien terapi obat a. Pil Kombinasi (Microgynon) 9 butir pil di minum 3 kali sehari sampai habis b. Tablet Fe 200 mg 10 tablet diminum 3 kali sehari sampai habis E/ Klien bersedia minum obat sesuai anjuran 6. Menganjurkan klien kontrol ulang 3 hari lagi. E/ Klien bersedia kontrol 3 hari lagi