5 0 274 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan
Disusun Oleh:
ANIKMAHTUL CHOIRIAH NIM. 190070500111014
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada bukubuku Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis yang menyebabkan remaja berada dalam kondisi rawan terhadap proses pertumbuhan serta perkembangannya. Masa remaja merupakan masa terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi serta perubahan hormonal yang nyata. Dalam tahap perkembangannya, remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisik, kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi, dan kecerdasan yang dapat menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri yang kemudian memengaruhi kesehatannya (IDAI, 2013). Pencegahan terhadap gangguan-gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian serta perhatian dari lingkungan baik orang tua guru, teman sebaya, termasuk tenaga kesehatan agar remaja dapat melalui transisi dari kanankanan menjadi dewasa dengan baik (IDAI, 2013). Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan reproduksi dengan serius dengan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program sub BKKBN, pemerintah mengupayakan agar remaja tidak melewati masa remajanya dengan hal-hal yang tidak berguna. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017, Bidan memiliki kewenangan dalam melakukan pembinaan pada anak usia sekolah serta remaja, sehingga permasalahan yang terjadi pada remaja dapat ditangani oleh orang yang tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membuat laporan mengenai asuhan kebidanan pada remaja.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan serta melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada remaja. 2. Menjelaskan asuhan kebidanan pada remaja. 3. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif pada remaja. 4. Mampu menegakkan diagnosa dan masalah pada remaja. 5. Mampu menyusun rencana, melaksanakan tindakan pada remaja. 6. Mampu mengevaluasi tindakan pada remaja. 7. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada remaja dalam bentuk 7 langkah manajemen kebidanan Varney. 1.3
Manfaat
1.3.1 Manfaat Praktis 1.3.2 Manfaat Akademis 1.4
Ruang Lingkup
1.5
Sistematika Penulisan BAB 1
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengembangkan teori medis pada ibu dengan kehamilan normal yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, penatalaksanaan, komplikasi.
BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.
BAB 4
TINJAUAN KASUS Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan
melingkupi
7
langkah
Varney
yang
meliputi
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. BAB 5
PEMBAHASAN Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup semua aspek yang terkait dengan teori kasus, SOP puskesmas, evidence based practice dan membahas tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tinjauan teori yang didapatkan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang jawaban dari tujuan penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Remaja
2.1.1
Definisi Remaja Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara
itu,
menurut
The
Health
Resources
and
Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 1024 tahun.
2.1.2
Klasifikasi Remaja Menurut Sarwono (2000) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam
rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir. 1. Remaja Awal (Early Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 1113 tahun, dimana pada masa adalah masa yang paling penting untuk mengetahui pendidikan seks, karena masa ini remaja cepat tertarik dengan lawan jenis dan mudah teransang secara erotis. Oleh karena itu, anak remaja penting untuk mengetahui pendidikan seks sejak dini (Soetjiningsih, 2004) 2. Remaja Madya (Middle Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 14-16 tahun, masa ini adalah masa mengenal diri sendiri, menjauhkan diri dari keluarga dan lebih senang bergaul dengan teman-temannya. Remaja mungkin tidak mau berbagi perasaan mereka dengan orangtuanya, jika tidak ditangani secaraserius dapat menimbulkan kesenjangan dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya terhadap orang lain. Pada masa ini remaja memerlukan informasi tentang penularan penyakit menular seksual (Soetjiningsih, 2004)
3. Remaja Akhir (Late Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 1720 tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol oleh karena masa ini merupakan masa menuju periode dewasa. Pada masa ini remaja mengenal dirinya sendiri, tahu apa yang menjadi minatnya, mau bersosialisasi dengan orang lain, tidak terlalu egois terhadap keinginannya sendiri, dan dapat membedakan antara hal yang pribadi dengan hal yang umum (Soetjiningsih, 2004)
2.1.3
Masa Transisi Remaja Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) adalah sebagai berikut. 1. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menyebabkan
menampilkan
bentuk
kebingungan
tubuh
peran,
orang
didukung
dewasa.
pula
Hal
dengan
ini
sikap
masyarakat yang kurang konsisten. 2. Transisi dalam kehidupan emosi Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan
kehidupan
emosi.
Remaja
sering
memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah. 3. Transisi dalam kehidupan sosial Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan uapaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan dengan keluarga). 4. Transisi dalam nilai-nilai moral Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilainilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri. 5. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. 2.1.4
Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (1998), ada tugas-tugas yang harus diselesaikan
dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut. 1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif. 2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau perempuan). 3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi. 7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan kehidupan keluarga. 8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan). 9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan. 2.1.5
Kebutuhan Remaja Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih mempunyai
kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Edward (2015) adalah meliputi: 1) Kebutuhan untuk mencapai sesuatu. 2) Kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal. 3) Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. 4) Kebutuhan akan keteraturan.
5) Kebutuhan akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap sesuai dengan kehendaknya. 6) Kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan. 7) Adanya keinginan ikut berempati. 8) Kebutuhan mencari bantuan dan simpati. 9) Keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai. 10) Menganggap diri sendiri rendah, 11) Adanya kesediaan untuk membantu orang lain. 12) Kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan. 13) Adanya keuletan dalam melaksanakan tugas 14) Kebutuhan untuk betgaul dengan lawan jenis. 15) Adanya sikap suka mengkritik orang lain 2.1.6
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.1.6.1 Aspek Pertumbuhan Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalamus, dan hipofisis. ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan berinteraksi dengan factor
genetik
maupun
lingkungan.
Berikut
perubahan-perubahan
yang
dipengaruhi oleh hormon. Jenis Perubahan
Perempuan
Laki - laki
Hormon
Estrogen dan progesteron
Testosteron
Tanda
Menstruasi
Mimpi basah
Perubahan
Pertambahan tinggi badan.
Tumbuh rambut di sekitar
Fisik
Tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak.
kemaluan, kaki, tangan, dada, ketiak dan wajah.
Kulit menjadi lebih halus.
Tampak pada anak laki –
Suara menjadi lebih halus
laki mulai berkumis,
dan tinggi.
Payudara mulai membesar.
berjambang, dan berbulu
Pinggul semakin membesar.
ketiak. Suara bariton atau
Pahamembulat. Mengalami menstruasi.
bertambah besar. Badan lebih berotot terutama bahu dan dada. Pertambahan berat badan dan tinggi badan. Buah zakar menjadi lebih besar dan bila terangsang dapat mengeluarkan sperma. Mengalaami mimpi basah.
2.1.6.2 Aspek Perkembangan A. Perkembangan Sosial Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyasuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak- anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. B. Kuatnya Teman Sebaya Berdasarkan ciri- ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris, kebingungan peran dan lain- lain, maka seorang remaja mulai mencari pengakuan dirinya di luar rumah. Pada usia remaja, seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika tingkah laku dan norma/aturanaturan
yang
dipegang
banyak
dipengaruhi
oleh
kelompok
sebayanya.namun, meskipun tampaknya remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri terdapat sikap ambivalen. Di satu
sisi ingin membuktikan kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi disisi lain mereka masih tergantung pada orangtuanya. C. Pengelompokan Sosial Baru Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai- nilai baru yang diadaptasi oleh remaja.Nilai- nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan kesamaan minat dan nilai- nilai yang sama, yang dapat mengerti dan memberi rasa aman, serta yang dapat berbagi masalah dan membahas hal- hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa. 2. Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman- teman yang disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai dengan menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya. 3. Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang lain dan dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian fisik melainkan pada orang yang bersemangat, bergairah, penuh inisiatif, bertanggung jawab, banyak ide, dan terbuka. D. Perkembangan Emosi Ciri- ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain sebagai berikut. 1. Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak- ledak. 2. Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke keadaan semula, yaitu keadaan sebelum munculnya suatu keadaan emosi. 3. Jenis- jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi satu dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi bercampur baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja juga sering bingung dengan emosinya sendiri karena muncul emosiemosi yang bertentangan dalam suatu waktu, misalnya benci dan saying. 4. Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cinta, cemburu, dan lainnya).
5. Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka. Akibatnya remaja menjadi mudah tersinggung dan merasa malu. Hal ini akan terkait dengan perkembangan konsep dirinya. E. Perkembangan Emosi Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional; belajar mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi; serta belajar memberikan respons terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasinya. F. Kebahagiaan pada Masa Remaja Ketidakbahagiaan remaja lebih disebabkan masalah pribadi dari pada lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi permasalah tanpa bantuan orang dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai dengan apa yang ia mampu capai. Selain itu juga meningkatkan kepercayaan diri serta keberhasilan yang ia peroleh dari pengalamannya. G. Perkembangan Kognitif Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget, kemampuan kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan
masalah dan mempertanggung jawabkannya. H. Perkembangan Moral Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi :
Pada masa remaja, mereka mulai “memberontak” dari nilai-nilai orangtua dan orang dewasa lainnya serta mulai menentukan nilainilainya sendiri.
Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang nyata.
Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang salah.
Penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih berani menganalisis norma sosial dan norma pribadi, serta berani mengambil keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya.
Penilaian
moral
mengembangkan
menjadi norma
kurang
egosentris,
berdasarkan
tetapi
nilai-nilai
lebih
kelompok
sosialnya.
Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
I.
Perkembangan Konsep Diri (Kepribadian). Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
J. Perkembangan heteroseksual. Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Remaja perempuan menemukan adanya double standard, dimana remaja lakilaki boleh melakukan hal yang bagi remaja perempuan sering sekali disalahkan. Kondisi pandangan budaya tertentu mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan dalam masyarakat 2.2
Pathway Teori Perkembangan Orang yang terpenting
Remaja
Persepsi diri sendiri
Konsep Diri
Tipe kepribadian
Teori Pertumbuhan
Gambaran diri
Ideal diri Harga diri Peran Identitas
BAB 3 KERANGKA KONSEP
Tanggal pengkajian : untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk menentukan jadwal pemeriksaan berikutnya. Waktu pengkajian
: untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Tempat
: untuk mengetahui tempat pemeriksaan
Rekam Medik
: untuk memastikan data tidak tertukar
I.
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif Data Subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi. 1. Biodata Nama Klien
: untuk menetapkan identitas pasti pasien karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat dan nomor
telepon
yang
berbeda,
serta
jika
klien
pengunjung lama dipergunakan untuk mencari rekam medis klien untuk penanganan selanjutnya (Manuaba, 2012). Umur
: Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut permenkes RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usisa 10-18 tahun dan menurut BKKBN rentang usia remaja 10-24 tahun dan belum menikah (Infodatin, 2017).
Agama
: kemungkinan adanya pengaruh kepercayaan terhadap kebiasaan pengelolaan kesehatan klien dapat diketahui dari agama yang dianut. Bidan akan lebih mudah dalam melakukan
pendekatan
dengan
klien
dalam
melaksanakan asuhan kebidanan (Bobak, 2005). Pendidikan
: tingkat
pendidikan
menggambarkan
pemberian
konseling/pengetahuan kepada klien (Bobak, 2005).
Pekerjaan
: pekerjaan menggambarkan sosial ekonomi klien agar nasehat yang diberikan sesuai dengan kemampuan klien (Bobak, 2005).
Alamat
: alamat rumah klien menggambarkan karakteristik lingkungan
serta
masyarakat
yang
mungkin
mempengaruhi kondisi klien (Bobak, 2005). 2. Alasan Datang Alasan kedatangan ke tempat pelayanan kesehatan dapat bersifat langsung berdasarkan keinginan pribadi maupun tidak langsung berupa rujukan dari bidan, puskesmas, klinik maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya (Bobak, 2005). 3. Keluhan Utama Keluhan utama menjadi hal utama yang perlu mendapat penanganan saat pemberian asuhan (Wiknjosastro, 2010). 4. Riwayat Menstruasi Menanyakan menarche, lama, jumlah pengeluaran/ganti pembalut berapa kali, teratur atau tidak 5. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Pola nutrisi dan cairan Untuk mengetahui adanya gangguan dalam frekuensi makan saat kehamilan serta untuk mengetahui apakah kebutuhan nutrisi sudah terpenuhi dengan baik, hal ini berkaitan dengan diet yang sering dilakukan oleh remaja (Nursalam, 2005). b. Pola aktifitas Aktivitas klien dengan beban kerja tinggi/kegiatan fisik yang mungkin berkaitan dengan keluhan klien saat ini (Wiknjosastro, 2010). c. Pola eliminasi Untuk melihat keseimbangan antara intake dan output (Wiknjosastro, 2010). BAK: normalnya 6 – 8x/hari, jernih, bau khas. BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. d. Pola personal hygiene
Mengetahui tingkat kebersihan klien dan beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan kebersihan diri yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan reproduksi, antara lain yaitu:
Mandi : normalnya 2 kali dalam satu hari
Keramas : Klien harus tetap keramas sewaktu rambut kotor karena bagian kepala yang kotor merupakan tempat yang mudah terkena infeksi
Ganti baju dan celana dalam : ganti baju minimal sekali dalam sehari, sedangkan celana dalam minimal dua kali.
B. Data Obyektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. Informasi tersebut biasanya diperolah melalui pengamatan pancaindera (senses), yaitu 2S (sight, smell) dan HT (hearing, touch atau taste) selama pemeriksaan fisik. Contoh data objektif adalah frekuensi pernafasan, tekanan darah, edema dan berat badan. 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum
: lemah, cukup, baik
Kesadaran
:
composmentis
(kesadaran
normal/sadar
sepenuhnya), apatis (keadaan keadaran dengan sikap
acuh
tak
acuh),
delirium
(gelisah,
memberontak, berhalusinasi, kadang berkhayal), somnolen
(kesadaran
psikomotor
lambat,
kesadaran
masih
menurun,
mudah bisa
tertidur
dirangsang),
respon namun stupor
(keadaan seperti tidur terlelap, namun ada respon terhadap
nyeri),
coma
(tidak
bisa
dibangunkan/tidak ada respon apapun). Tekanan darah
: normalnya sistole 100-120mmHg, diastole 6080mmHg
Suhu
: normalnya 36,5 – 37,50C , 380C dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi.
Nadi
: 60 – 100x/menit.
Pernafasan
: 16 – 24x/menit.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Antropometri Berat badan: mengetahui tingkat gizi remaja melalui berat badan dengan IMT Tinggi badan: mengetahui tingkat gizi remaja melalui tinggi badan dengan IMT
Wajah : pucat/tidak, ikterus/tidak, oedem/tidak, tergantung pada keluhan klien, pada kasus ini wajah klien tampak pucat hingga segar jika pendarahan yang keluar tidak banyak, tidak ada oedema dan kelainan (Varney, 2008)
Mata : simetris, konjungtiva merah muda / pucat, sklera putih atau tidak, fungsi penglihatan masih baik/tidak, umumnya pada kasus ini conjungtiva merah muda dan sclera putih (Varney, 2008)
Mulut : kebersihan, warna mukosa, caries, adakah stomatitis, adakah epulis, bibir pucat/tidak, bibir tampak kering hingga lembab, mukosa mulut atau bibir dari pucat hingga merah muda. (Manuaba, 2008)
Leher : ukuran fisik leher proposional dengan panjang badan klien, Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah bendungan vena jugularis, adakah pembesaran kelenjar limfe untuk mengetahui apakah ada infeksi. Dalam beberapa kasus disfungsi kelenjar tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) dapat berperan sebagai etiologi haid yang tidak teratur (Varney, 2008)
Dada : Pemeriksaan payudara bertujuan untuk mengetahui adanya pertumbuhan
seks
sekunder
pada
remaja
perempuan.Tahap
pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dibagi dalam beberapa tahapan.
-
Tahap I (Preadolesence): hanya puting yang melebar.
-
Tahap II (breast budding) : pembesaran dan pelebaran areola dan terbentuk seperti gundukan pada payudara dan puting.
-
Tahap III : payudara dan areola semakin membesar tanpa kontur pemisah.
-
Tahap IV : proyeksi areola dan papilla untuk membentuk gundukan sekunder diatas payudara dan pembesaran lebih jauh
-
Tahap V (adult breast) : proyeksi hanya pada puting, areola berberhenti untuk beristirahat sampai terbentuk kontur payudara matur (Boswell, 2014).
Abdomen : Untuk mengkaji adakah bekas luka operasi, nyeri tekan dan penapisan tanda-tanda kehamilan seperti 35 pembesaran uterus dan pembesaran uterus abnormal (Manuaba, 2010)
Genetalia : mengkaji higiene kliene, adanya keputihan atau sekret vagina dan tanda-tanda IMS. Perkembangan seks sekunder ditandai dengan adanya pertumbuhan rambut pubis yang dibagi dalam 5 tahapan.
-
Tahap I (preadolescence) : tidak ada perbedaan jelas antara rambut vellus pada mons pubis dan dinding anterior abdomen, tidak ada rambut pubis.
-
Tahap II : tampak sedikit rambut, tumbuh jarang dengan pigmentasilebih cerah, dengan keriting minimal pada labia.
-
Tahap III : rambut menjadi lebih gelap, kasar dan mulai menyebar melewati persimpangan labia.
-
Tahap IV rambut tipe dewasa mulai muncul menutupi monspubis, tetapi tidak melebar pada paha.
-
Tahap V : rambut tipe dewasa dengan classic female pattern (Boswell, 2014)
Ekstremitas: warna kuku dan Capillary Refill Time dengan batas normal < 2 detik, perabaan suhu akral
II
INTERPRETASI DATA DASAR Interpretasi data subyektif dan data obyektif yang telah diperoleh, mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat sesuai standard nomenklatur kebidanan. Dx
: Diagnosis : Remaja Usia….. dengan ……
Ds
: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan ibu secara langsung yang mengarah pada tanda gejala abortus imminens.
Do
: diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.
Masalah
: yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien.
Kebutuhan
: kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan
tidak harus segera dilakukan. III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Identifikasi diagnosa atau masalah potensial dibuat setelah mengidentifikasi diagnosa atau masalah kebidanan yang berdasarkan data ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, DAN RUJUKAN Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi klien. V
INTERVENSI Pada langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Informasi atau data yang kurang dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan oleh klien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam informed consent (Varney, 2007). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama beberapa menit diharapkan bidan dapat membantu mengatasi masalah yang dialami klien Kriteria Keadaan umum baik Tanda-tanda vital dalam batas normal TD
: ± 120/80 mmHg, stabil
N
: 60 – 100 kali/menit
S
: 36,5 – 37,50C
RR
: 16 – 24 kali/menit
Klien mengerti dengan kondisinya dan bersedia kooperatif untuk menangani keluhannya dengan mengikuti saran dan terapi yang diberikan. Tidak terjadi komplikasi akibat keluhan klien. Imtervensinya :
1. Lakukan pendekatan terapeutik dan jelaskan kondisi klien kepada klien dan keluarga klien. R/ Penjelasan yang baik, dan pendekatan terapeutik membuat klien memahami kondisinya, merasa nyaman dan percaya untuk menyerahkan asuhan sepenuhnya pada tenaga kesehatan, serta memahami tujuan asuhan yang diberikan (Varney, 2008) 2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien R/ Klien mengetahui keadaannya sehingga membuat lebih tenang dan waspada jika terjadi hal yang lebih parah 3. Berikan KIE tentang pubertas R/ Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan komposisi tubuh serta perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan epifisis yang tertutup serta terbentuk perawakan akhir dewasa 4. Berikan KIE tentang nutrisi R/ Pada masa remaja terjadi peningkatan kebutuhan energi dan nutrien yang berarti. Sehingga nutrisi yang tidak adekuat pada masa ini akan mempunyai konsekuensi jangka panjang pada penurunan massa tulang puncak, pertumbuhan terhambat, dan maturasi seksual tertunda. Selain itu, usia umum terjadi gangguan pola makan adalah usia 13-14 tahun dan 17- 18 tahun. 5. Berikan KIE tentang personal hygiene R/ Personal hygiene membantu memelihara kesehatan dan kebersihan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. 6. Berikan penjelasan mengenai pemeriksaan payudara sendiri
R/ Agar klien dan keluarga dapat mengerti bagaimana memeriksa payudara sendiri, karena masa pra pubertas adalah masa dimana terjadi perubahan yang signifikan terhadap payudara VI IMPLEMENTASI Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan aman (Varney, 2007).
VII EVALUASI Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan setiap implementasi yang dilakukan (Varney, 2007).