Askep Anemia KLS A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PENYAKIT ANEMIA



OLEH KELOMPOK : 1.



NI KOMANG PRIMAYANTI



(17C10046)



2.



BAGUS WITA DHARMA SUTA A.



(17C10047)



3.



NI LUH NIA PRATAMI



(17C10048)



4.



PUTU DIAH PURNAMAWATI



(17C10049)



KELAS A TINGKAT III PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI TAHUN AJARAN 2019/2020 KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya serta kerja keras penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Anemia” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada : 1.



Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D selaku rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin kepada penulis untuk



2.



menempuh pendidikan tinggi di ITEKES Bali. Ibu I G A Puja Astuti Dewi, SKp.,M.Kep selaku Koordinator mata kuliah



3.



Keperawtan Medical Bedah III. Ibu Sri Dewi Megayanti,S.kep.,Ns.,M.Kep.SpKMB selaku dosen pengampu mata



4.



kuliah Keperawatan Medical Bedah III yang memberikan tugas ini. Teman-teman kelas A tk. III atas kerjasama, waktu dan ide-ide yang diberikan.



Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap semoga gagasan pada tugas ini dapat bermanfaat bagi pendidikan khususnya pembaca pada umumnya.



Denpasar, 25 Oktober 2019



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang…………………………………………….....…………1 B. Rumusan Masalah………………………………….....………………...2 C. Tujuan…………………………………………………………………..2 BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi penyakit anemia………………………………………..…….3 B. Epidemiologi anemia……………………………………………..…...3 C. Etiologi penyakit anemia. ………………………………………….…4 D. Patofisiologi. …………………………………………………….……4 E.



Klasifikasi anemia………………………………………………….…5



F.



Gejala klinis anemia……………………………………………….….6



G. Pemeriksaan penunjang pada anemia………………………………...7 H. Komplikasi anemia……………………………………………….…..8 I.



WOC……………………………………………………………….…9



J.



Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien dengan anemia…...10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….54 B. Saran…………………………………………………………………54 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 



Latar Belakang



Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013). Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014). Asupan gizi besi yang kurang pada masyarakat dapat disebabkan pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pangan sumber zat besi dan peran zat besi bagi remaja. Berdasarkan hal ini maka peningkatan pengetahuan melalui pendidikan gizi dapat memperbaiki perilaku masyarakat untuk mengonsumsi pangan sumber zat besi sesuai dengan kebutuhan gizinya. Berbagai riset telah membuktikan bahwa pendidikan gizi dapat mengubah perilaku yang baik. Goldberg (2015) 



Rumusan Masalah a. Apa definisi dari anemia ? b. Bagaimana epidemiologi dari anemia ? c. Apa etiologi dari anemia ? d. Bagaimana patofisiologi dari anemia ? e. Bagaimana klasifikasi dari anemia ?







f. Bagaimana gejala klinis dari anemia ? g. Apa saja pemeriksaan penunjang pada anemia ? h. Apa saja komplikasi dari anemia ? i. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anemia ? Tujuan



1. Tujuan umum: Untuk mengetahui tentang penyakit anemia dan asuhan keperawatan pada pasien anemia 2. Tujuan khusus: Untuk mengetahui a. Definisi penyakit anemia. b. Epidemiologi anemia. c. Etiologi penyakit anemia. d. Patofisiologi. e. Klasifikasi anemia. f. Gejala klinis anemia. g. Pemeriksaan penunjang pada anemia. h. Komplikasi anemia. i. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan anemia.



BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14 –



16 g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 – 14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2001). Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying capacity) ( Lubis, 2006). Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani & Haribowo, 2008). Dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal yaitu Hb < 14 g/dl dan Ht < 40 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. 2. Epidemiologi Anemia. Secara global, prevalensi anemia dari tahun 1993 – 2005 yang dilakukan oleh WHO mengenai 1, 62 milyar orang. Prevalensi tertinggi pada anak- anak sebelum sekolah (47, 4 %), dan terendah pada pria (12, 7%). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2006, dilaporkan angka anemia terjadi pada 9.608 ( Lubis, 2006).



3. Etiologi Anemia. a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) b. Perdarahan c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi piridoksin, vitamin C dan copper



defisiensi besi, folic acid,



Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya (Fadil, 2005). 4. Patofisiologi. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan



hemplitik)



(hemoglobinemia).



maka



hemoglobin



akan



muncul



Apabila



konsentrasi



plasmanya



dalam



melebihi



plasma kapasitas



haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria) (Fadil, 2005). 5. Klasifikasi Anemia.



Menurut Mansjoer (2001) klasifikasi anemia yaitu : 5.1 Anemia Mikrositik Hipokrom : a. Anemia Defisiensi Besi. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. b. Anemia Penyakit Kronik. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan neoplasma. 5.2 Anemia Makrositik : a. Defisiensi Vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di Indonesia penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat. b. Defisiensi Asam Folat. Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian. 5.3 Anemia karena perdarahan. a. Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.



b. Perdarahan Kronik biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan perdarahan saluran cerna karena pemakian analgesik. 5.4 Anemia Hemolitik. Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah ( normal 120 hari). Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu



mengatasinya



karena usia sel darah merah sangat pendek. 5.5 Anemia Aplastik. Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi. Anemia Aplastik. Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi. 6. Gejala Klinis Anemia. Menurut Handayani & Haribowo (2008) tanda-tanda Anemia meliputi : 6.1 Gejala Umum anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah : a. Sistem Kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung. b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunangkunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.



d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus. 6.2 Gejala Khas Masing-masing anemia Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut : a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis. b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue) c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali. d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi. 7. Pemeriksaan Penunjang Pada Anemia. 1. Pemeriksaan labolatorium a. Tes penyaring tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah tepi. b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED), dan hitung retikulosit. c. Pemeriksaan sumsum ulang belakang : pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan system hematopoiesis. d. Pemeriksaan



atas



indikasi



kasus



:



pemeriksaan



ini



untuk



menginformasikan dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini : 



Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan ferritin serum.







Anemia megaloblastik : asa, folat darah/eritrosit, vitamin B12.







Anemia hemolitik : hitung retikulosit,



tes coombs, dan



elektroforesis Hb. 



Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.



2. Pemeriksaan labolatorium nonhemotologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman. 3. Radiologi : torax, bone survey, USG, atau linfangiografi. 4. Pemeriksaan sitogenetik 5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization). 8. Komplikasi Anemia Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Fadil, 2005).



WOC Anemia Defisiensi nutrient



Hemolisis (Eritrosit mudah pecah)



Penekanan sumsum tulang (misalnya: kanker)



Perdarahan



Rusaknya mekanisme produksi sel darah Penurunan jumlah eritrosit Penurunan Hb



Penurunan kadar oksigen ke jaringan



Kompensasi paru



Efek GI



Peningkatan frekuensi nafas



Gangguan penyerapan nutrisi & defisiensi folat



perubahan fungsi tubuh Dyspnea



akibat mekanisme



Glositis berat ( lidah meradang), diare, kehilangan nafsu makan



kompensasi terhadap anemia penurunan transport O2 Pucat, akral dingin Hipoksia



Ketidakeseimbangan nutrisi dari kebutuhan



Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer



Lemah lesu, parestesia, mati rasa, ataksia, gangguan koordinasi, bingung



Ketidakefektifan pola nafas



Intoleransi aktivitas ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN ANEMIA DI PADUKUHAN GOMBANG RT 01 DESA TIRTOADI



MELATI SLEMAN YOGYAKARTA A. PENGKAJIAN Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 30 September 2018 pukul 12.30 di Ruang Mawar RS Pati Rapih dengan metode oservasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (rekam medis). I.



Identintas Diri Klien



Penanggung



jawab



II.



Nama



: Tn. S



Tn.B



Umur



: 63 tahun



35 th



Jenis Kelamin



: laki-laki



laki-laki



Status Perkawinan



: Kawin



Kawin



Agama



: Islam



Islam



Suku



: Jawa



Jawa



Pendidikan



: SD



SMA



Alamat



: Desa Tirtoadi



Desa Tirtoadi



Sumber Informasi



: Klien dan anak



Riwayat Penyakit a. Keluhan utama Pasien mengeluh pusing b. Riwayat penyakit sekarang Pasien mengatakan pusing dari 5 hari yang lalu, keadaan pasien memberat pada pada tanggal 30 september 2018 lalu pasien diantar ke UGD RS Pati Rapih. Di UGD tanggal 30 september 2018 pukul 09.00 pasien mengatakan pusing yang sangat hebat, pasien mengatakan mual dan pasien terlihat pucat. Pasien mengatakan sebelumnya pernah masuk RS dan kurang lebih 5 kantong darah ditambahkan kebadannya selama 5 kali di Rs dalam kurun waktu 4 tahun yaitu tahun 2013 sampai 2017. Pasien mengatakan sebelum, sakit berat badannya 60kg setelah sakit menjadi 50kg. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV 130/70 mmHg, nadi : 78x/menit, RR : 25x/menit, suhu : 36,8 C, BB 50kg, TB 170cm dan akral dingin dari hasil pemeriksaan dokter mendiagnosa pasien mengalami Anemia. Di



UGD pasien mendapatkan terapi IVFD Furosemit 20 tetes/menit, pemberian IV zat besi (Fe), dan pemberian vitamin B12. Sehingga dokter menyarankan pasien rawat inap di Ruangan Mawar agar mendapatkan perawatan lebih lanjut. Di Ruangan Mawar dilakukan pengkajian pada pukul 12.30 WITA tanggal 30 September 2018 didapatkan TTV 130/70 mmHg, nadi : 78x/menit, RR : 25x/menit, suhu : 36,8 o C. c. Riwayat penyakit sebelumnya Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama. d. Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit anemia, penyakit menural maupun penyakit keturunan. III.



Pola Kebiasaan 1) Bernafas Sebelum Pengkajian



: Sebelum pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami



masalah dalam bernafas. Saat Pengkajian : Pasien mengatakan sesak dan dari hasil pemeriksaan didapatkan RR : 25x/menit, pasien tidak mengalami batuk, tidak ada nyeri saat bernafas Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas. 2) Makan dan minum Sebelum Pengkajian : -Makan : Pasien makan 3-4 kali sehari habis satu porsi setiap makan dengan menu nasi, tempe, daging babi, daging ayam, -Minum Saat Pengkajian -Makan



pindang. : Pasien biasa minum es, dan kopi 4 kali per hari. : : Pasien mengatakan makan 2 kali sehari habis setengah porsi setiap makan. Jenis makanan sesuai diet yang ditentukan. Pasien mengatakan mual tetapi tidak sampai muntah sehingga makannya sedikit dan nafsu makan



menurun. Dan pasien mengatakan merasa cepat kenyang -Minum : Minuman yg biasa diminum air putih 3-4gelas / hari Data lainnya : pasien mengatakan tidak merokok, tidak meminum minuman beralkohol, tidak ada kesulitan dalam mengunyah makanan. Masalah Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan 3) Eliminasi Sebelum Pengkajian :



-BAB



: Pasien mengatakan biasanya BAB 2 sekali setiap hari



-BAK



dengan konsistensi lembek : Pasien mengatakan kencing 4-5 kali sehari dengan volume kurang lebih 1400cc, kencing berwarna jernih.



Saat Pengkajian -BAB -BAK



: : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek,tidak ada darah dan lendir, nau khas feses : Pasien BAK 3 sampai 4 kali dalam sehari, tidak ada nyeri saat kencing, bau khas urine, tidak ada darah saat kencing, tidak ada secret, pasien tidak terpasang dower kateter.



Masalah Keperawatan : 4) Gerak dan aktivitas Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan pekerjaannya sebagai petani. Saat Pengkajian



: Pasien mengatakan, tidak dapat melakukan aktivitasnya karena pasien merasa pusing dan lemas



Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas 5) Istirahat dan tidur Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan biasanya tidur 7-8 jam perhari Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada tidurnya, pasien juga mengatakan pasien biasa tidur siang 1sampai 2 jam/hari Masalah Keperawatan : 6) Kebersihan diri Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan biasanya mandi 2x sehari, keramas 2 Saat Pengkajian



hari sekali dan gosok gigi 2x sehari : Pasien mengatakan hanya dilap saja dengan dibantu oleh



keluarga Masalah Keperawatan : 7) Pengaturan suhu tubuh Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan suhu tubuhnya normal, kalaupun Saat Pengkajian



hangat tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari : Pasien mengatakan badannya tidak panas dan didapatkan



hasil suhu 36,8 ºC Masalah Keperawatan: 8) Rasa nyaman



Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri ataupun gatal yang mengganggu kenyamanannya. : Pasien mengatakan tidak ada nyeri ataupun gatal.



Saat Pengkajian 9) Rasa aman Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami kecemasan atau rasa Saat Pengkajian



takut : Pasien



mengatakan



merasa



aman,



karena



selalu



didampingi keluarganya 10) Data sosial Sebelum Pengkajian : Keluarga pasien mengatakan memiliki hubungan baik Saat Pengkajian



dengan keluarga dan masyarakat sekitar. : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tersebut sebagai kepala keluarga dan mempunyai hubungan baik



dengan keluarga, masyarakat, dan juga perawat. 11) Prestasi dan produktivitas Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan bahwa pasien hanya tamatan SD Saat Pengkajian : Pasien mengatakan bahwa pasien hanya tamatan SD 12) Rekreasi Sebelum Pengkajian : Keluarga pasien mengatakan pasien jarang untuk bermain Saat Pengkajian



dan berekreasi : Keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa berada di tempat tidur dan mengobrol dengan keluarga.



13) Belajar Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan mengerti dengan penyakitnya Saat Pengkajian :Pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya. Masalah keperawatan : 14) Ibadah Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan biasanya shollat 5 waktu Saat Pengkajian : Pasien mengatakan hanya bisa berdoa di tempat tidur. IV.



Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Kesadaran b) Bangun Tubuh c) Postur Tubuh d) Cara Berjalan e) Gerak Motorik f) Keadaan Kulit Warna : Pucat



: Composmentis/sadar penuh : Normal IMT 20,7 (18,5-22,9) : Tegak : Terganggu : Terganggu



Turgor : Kurang elastis Kuku : CRT > 2 detik Kebersihan: Bersih Luka : Tidak ada g) Gejala Kardinal : TD : 130/70mmHg N : 78x/mnt S : 36,8oC RR : 25x/mnt h) Ukuran lain



: BB TB LL



: 50 kg : 170 cm : 20 cm



2) Kepala a. Inspeksi : Kulit kepala bersih, tidak ada rambut rontok, warna rambut hitam dan sedikit putih. b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan. 3) Mata a. Inspeksi : Konjungtiva pucat, sclera putih, adanya lingkar hitam dibawah



4) 5) 6) 7)



mata, reflek pupil baik, b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Hidung a. Inspeksi : Hidung tampak simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada luka. b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Telinga a. Inspeksi : Telinga tampak bersih, tidak ada luka. b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Mulut a. Inspeksi : Mukosa bibir kering, gusi tidak berdahan, tongsil normal b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan Leher a. Inspeksi : Keadaan normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembangkakan



8) Thorax a) Paru-paru  Inspeksi  Palpasi  Perkusi  Auskultasi b) Jantung  Inspeksi  Palpasi  Perkusi



: Tidak ada bekas luka, bentuk dada pasien simetris : Pengembangan dada simetris : Sonor : Vesikular : Tidak ada bekas luka : Adanya denyut nadi apical : Dullness



 Auskultasi : S1 dan S2 tunggal Reguler c) Payudara  Inspeksi : Tidak ada bekas luka  Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri teka 9) Abdomen  Inspeksi : Tidak ada jaringan parut  Auskultasi : 20x/menit  Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan di perut  Perkusi : Timfani 10) Genetalia a. Inspeksi : Persebaran rambut pubis merata, tidak ada luka, tidak ada kutu, dan tidak terpasang dower cateter b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 11) Anus a. Inspeksi : Anus Pasien terlihat bersihan dan tidak ada luka b. Palpasi : Tidak ada benjolan. 12) Ekstremitas a) Ektremitas Atas a. Inspeksi : Tidak ada luka b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan b) Ektremitas Bawah a. Inspeksi : Tidak ada luka b Palpasi : Tidak ada nyeri tekan c) Kekuatan Otot 444 444 V.



444 444



Pemeriksaan Penunjang



Hari tanggal Jumat 30



Jenis



Hasil



Satuan



Nilai Normal



Pemeriksaan Hemoglobin



7,8



g/dl



11,7-15,5



Eritrosit Netrofil Limfosit



3,3 80 13



106/ul



3,8-5,2 50-70 25-40



september 2018



LED



VI.



1 jam



115



mm/jam