Askep BBLR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Keperawatan Anak dengan asuhan keperawatan bayi resiko tinggi BBLR. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara optimal sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil. Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat nantinya. Sebagai penyusun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan. Atas segala masukan tersebut penulis mengucapkan terimakasih.



Padang,



Kelompok 1



ii



April 2019



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. LATAR BELAKANG ................................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................2 C. TUJUAN........................ .............................................................................3 BAB II TINJAUAN TEORITIS ...........................................................................4 A. KONSEP BERAT BAYI LAHIR RENDAH ..................................................4 1. Pengertian.....................................................................................................4 2. Etiologi ........................................................................................................4 3. Patofisiologi..................................................................................................6 5. Klasifikasi.....................................................................................................9 6. Tanda dan Gejala..........................................................................................9 7. Respon Tubuh Terhadap Masing-Masing Sistem ........................................9 8. Penatalaksanaan..........................................................................................13 B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BBLR ............................................16 BAB III PENUTUP ..............................................................................................26 A. KESIMPULAN.........................................................................................26 B. SARAN......................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28



iii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BBLR adalah berat bayi lahir kurang dari 2500 gram, keadaan tersebut dapat berdampak banyak terhadap kondisi kesehatan bayi. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan BBLR terutama berhubungan dengan empat proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya, system pernafasan (asfiksia neonatorum), system kardiovaskuler (patent ductus atreriosus), termoregulasi (hipotermi) dan hipoglikemi. BBLR menjadi salah satu penyebab kematian pada bayi (Manggiasih, Jaya,2016). Woerld Health Organisation (WHO) pada tahun 2013, prevalensi BBLR diperkirakan sebesar15,5 % diseluruh dunia yang artinya sekitar 20,6 juta bayi yang lahir setiap tahunnya dengan BBLR dan 96,5% terjadi di Negara berkembang. Insiden tertinggi terjadi di Asia tengah dan Asia selatan (27,1%) dan paling rendah di Eropa(6,4%). Presentase kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2013 ada sebanyak 10,2 %. Angka kejadian ini lebih rendah dari tahun 2010 yaitu 11,1 %. Presentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Gorontalo (14,1 %) dan terendah di



provinsi



Sumatra utara (2,52 %) sementara itu di provinsi Sumatra Barat kejadian BBLR ada sebanyak 4,61 % (riskesdas2013) Ada beberapa faktor penyebab terjadinya BBLR yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor plasenta. Kasus BBLR di kota Padang menurut Suryati tahun 2013 di Puskesmas Air Dingin tercatat 82,9% ibumelahirkan BBLR dengan kondisi anemia. Menurut Mahayana dkk (2015) di RSUP Dr. M. Djamil Padang tercatat sebanyak 36,1% ibu melahirkan BBLR juga karena anemia. Dari faktor janin sebanyak 4,2% BBLR terjadi karena ketuban pecah dini dan karena kelainan plasenta sebanyak 19,4%. Selain mengakibatkan kematian, BBLR juga berdampak terhadap mordibitas pada bayi. Menurut penelitian Nugroho dkk (2015) di RSUD Karanganyar bahwa



1



sebagian besar BBLR mengalami asfiksia neonatorum derajat sedang sebanyak 104 orang ( 83,2%). Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi bayi dengan masalah BBLR antara lain perawatan metode kangguru, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi, pemberian imunisasi, pemantauan tanda bahaya dan persiapan pra rujukan bila perlu (Maryunani, 2013). Metode kangguru adalah perawatan yang penting untuk meningkatkan kesehatan BBLR. Menurut Lestari dkk tahun 2014 di RSUD Kebumen bahwa 100% bayi dengan perawatan metode kangguru memiliki suhu tubuh yang normal. Dari penatalaksanaan tersebut, masih banyak ibu yang belum mengetahui cara perawatan BBLR. Tarigan dkk (2012) mengatakan di Bandung sebanyak 75,56% ibu kurang pengetahuan tentang penatalaksaan perawatan suhu tubuh BBLR, penatalaksanaan perawatan pemberian ASI 42,22% dan ibu kurang pengetahuan tentang pencegahan infeksi pada BBLR 44,45 %. Penanganan bayi dengan BBLR perlu peran perawat diantaranya yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan.Peran sebagai pemberi asuhan pada BBLRdapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar seperti memantau keadaan suhu tubuh pasien, memberikan kehangatan pada pasien dengan perawatan metode kangguru. Penanganan lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ASI secara rutin setiap 3 jam sekali pada BBLR, dan melakukan pencegahan infeksi pada BBLR dengan selalu mencuci tangan setiap akan kontak dengan pasien. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan komplek (Asmadi,2008). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka perumusan masalah adalah bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan Berat Bayi Lahir Rendah ?



2



C. TUJUAN 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Berat Bayi Lahir Rendah



2. Tujuan khusus Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat khusus sebagai berikut; a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep konsep dasarBerat Bayi Lahir Rendah b. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan Berat Bayi Lahir Rendah



3



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP BERAT BAYI LAHIR RENDAH 1. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 1500 gram (Muslihatun, 2010). BBLR menurut Maryanti, dkk (2011) adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. Menurut Sarwono BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (Mangiasih dan Jaya, 2016).Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR merupakan berat badan bayi lahir yang kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usiagestasinya. 2. Etiologi Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Namun penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah karena kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati, Sulistyorini, 2010). Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara umum: a. Faktor ibu: 1) Usia ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35tahun. 2) Jarak kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 1tahun). 3) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia, perdarahan ante partum, hipertensi dan infeksi selamakehamilan. 4) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS. 5) Ibu dengan kecanduan rokok, alkohol dannarkotika. 6) Mempunyai



riwayat



4



BBLR



sebelumnya



b. Keadaan sosial ekonomi 1) Kejadian tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomirendah. 2) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpaistirahat. 3) Keadaan gizi yang kurangbaik. 4) Pemeriksaan antenatal yang kurang. (Proverawati, Sulistyorini, 2010) c. Faktor janin 1) Berbagai kelainan kromosom, misalnya trisomi 13, 18, 21. 2) Infeksi janin kronik (rubella bawaan). 3) Radiasi. 4) Hidramnion. 5) Ketuban pecah dini. d. Faktor plasenta 1) Plasenta previa (merupakan plasenta yang letaknya dekat pada porsio dan menyebabkan perdarahan saat kontraksi melahirkan). 2) Solusio plasenta (merupakan lepasnya plasenta dari dinding uterus). 3) Berbagai masalah anatomis seperti infark multiple, thrombosis vaskuler umbilical danhemangioma. 4) Kehamilan ganda. Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya BBLR dapat digolongkan sebagai berikut: a. Penyebab BBLR-Bayi Lahir Kecil Untuk Masa Kehamilan(dismatur): 1) Sering disebut Neonatus Cukup Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan(NCB-KMK). 2) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atauanemia. 3) Kehamilan lewat waktu (> 40minggu). 4) Retardasi



intrauterine



berhubungan



dengan



keadaan



yang



mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin. Keadaan ini mengakibatkan kurang oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.



5



b. Penyebab BBLR yang kurang bulan / NKB-KMK atau premature, antara lain disebabkanoleh: 1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masihremaja. 2) Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya. 3) Ketidakmampuan uterus menahan janin (cervicalimcompetence). (Maryunani,2013) 3. Patofisiologi BBLR memiliki beberapa masalah yang akan timbul pada bayi, diantaranya; a. Pengendalian suhu Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan adiposa coklat (yang mempunyai metabolic aktifitas yang tinggi), pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukkan makanan yang rendah. Kehilangan panas karena permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subcutan disebabka karena panas immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. b. Sistem pernafasan Semakin pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paruparu pada BBLR. Ukuran alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler, otot pernafasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipo protein atau surfaktan pada BBLR yang berfungsi melawan tegangan permukaan sehingga alveoli tidak kolaps. Defisiensi surfaktan



menyebabkan



gangguan



kemampuan



paru



untuk



mempertahankan stabilitasnya. Alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar disertai usaha inspirasi yang kuat. Ritme dari dalam pernapasan cenderung tidak teratur. Sering kali ditemukan nafas cepat pada BBLR sampai apnea.



6



c. Sistem sirkulasi Ukuran jantung BBLR relatif kecil pada saat lahir, terutama pada bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Sirkulasi perifer sering kali buruk dari dinding pembuluh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecendrungan perdarahan intracranial yang terlihat pada bayi preterm. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan bayi aterm karena berat badan yang menurun. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm sekitar 45-60 mmHg. Tekana diastolic antara 30 – 45 mmHg pada bayi preterm. d. Sistem persarafan Perkembangan susunan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendalian fungsi vital. Reflek seperti reflek leher tonik ditemukan pada bayi premature normal, tetapi reflek tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk. Maka BBLR yang khususnya lemah lebih sulit untuk dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah. e. Sistem pencernaan Semakin rendah usia gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan menelan bayi. Hal ini disebabkan karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang relatif kuat. Pencernaan tergantung dari perkembangan alat pencernaan, lambung bayi BBLR memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, dan otot kurang berkembang. Aktifitas otot pencernaan yang masih belum sempurna sehingga mengakibatkan pengosongan lambung berkurang. f. Sistem urinarius Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik. (Maryunani.2013).



7



8



5. Klasifikasi a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500gram. b. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500gram. c. Berat bayi lahir ekstra rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. 6. Tanda dan Gejala a. Usia kehamilan sama atau kurang dari 37minggu. b. Berat badan sama atau kurang dari 2500gram. c. Bentuk kepala relatif lebih besar dan abdomen kempes. d. Panjang badan sama atau kurang dari 45cm. e. Lingkar dada sama ataukurang dari 30cm. f. Lingkar kepala sama atau kurang dari 33cm. g. Ubun-ubunbesar. h. Jaringan lemak subkutan tipis. i.



Kulit keriput dan ada desquamasi yang tidak begitu banyak, sedangkan lanugobanyak.



j.



Genitalia pada laki-laki terdapat pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Tertis yang belum turun pada skrotum.



k. Genitalia pada perempuan klitoris menonjol, labia mayora hampir tidakada. l.



Tonus otot lemah.



m. Reflek hisap, batuk dan menelan masih lemah atau tidakefektif. n. Verniks tidakada. o. Aktifitas dan tangisan lemah. (Maryunani,2013) 7. Respon Tubuh Terhadap Masing-Masing Sistem a. Gangguan pernafasan Pertumbuhan



dan



perkembangan



paru



yang



belum



sempurna.



Pembentukkan substansi surfaktan yang tidak sempurna dalam paru. Surfaktan merupakan zat yang berperan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Defisiensi surfaktan menyebabkan kemampuan paru untuk



9



mempertahankan stabilitasnya terganggu. Alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi. Kolaps paru ini mengakibatkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Ketidaksempurnaan fungsi paru tersebut mengenai perifer dan sentral. Pada perifer tulang thoraks masih lembek, dan otot intercostals masih lemah sehingga resistensi tehadap penarikan diafragma kecil juga tekanan dalam thoraks kecil. Apabila diafragma turun, dinding thoraks menjadi kecil sehingga volume udara yang masuk kurang. Hal ini mengakibatkan pernapasan agak sulit. (Maryunani, 2013). b. Gangguan pada Hipotalamus Periventricular leukomnalacia (PVL), kerusakkan dan pelunakan materi putih bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sum-sum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain. Jaringan otak yang rusak mempengaruhi sel- sel saraf yang mengendalikan gerakkan motorik, akibatnya bayi tumbuh dengan sel saraf rusak dan menyebabkan otot menjadi kejang. Bayi dengan PVL beresiko mengalami cerebral palsy, atau menugkoin masalah intelektual (kesulitan belajar) (Proverawati dan Sulistyorini, 2010). Hipotalamu juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh pada bayi. Janin di dalam kandungan berada pada suhu 36oC sampai 37oC. segera setelah bayi lahir dihadapkan pada suhu lingkungan yang lebih rendah. Perbedaan suhu ini berpengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain



itu,



hipotermi



dapat



terjadi



karena



kemampuan



untuk



mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum memadai, lemak subcutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. (Pantiawati, 2010). c. Gangguan Hepar Fungsi hepar pada BBLR belum matang, hal ini mengakibatkan banyak terjadinya hiperbilirubin pada BBLR. Ukuran hepar pada BBLR relatif



10



besar tetapi kurang berkembang, hal ini merupakan predisposisi terjadinya



hiperbilirubin



akibat



adanya



ketidakmampuan



untuk



melakukan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna (Maryunani, 2013). Bilirubin yang sudah terkonjugasi masuk ke empedu dan dieksresikan ke usus. Di dalam usus terdapat flora usus yang dapat merubah bilirubin direk menjadi urobilinogen. Tetapi pada bayi baru lahir juga terdapat enzim B glukoronidase yang dapat merubah sebagian bilirubin dan menyerapnya kembali kedalam darah yang mengakibatkan bayi tampak kuning. Karena kadar bilirubin darah semakin meningkat maka warna kuning pada bayi semakin terlihat jelas. Awalnya wajah bayi tampak kuning, lalu dada, tungkai dan kaki juga menjadi kuning. d. Gangguan imunologik BBLR lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Antibodi tersusun dari protein, disebut juga sebagai immunoglobin disingkat ig, suatu serum protein globulin. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu atau disebut juga antigen, seperti bakteri dan virus penyebab penyakit, dengan cara mengikatkan diri pada antigen dan menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Selanjutnya sel pasukan dapat membedakan dan melumpuhkannya.Ada lima jenis immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD. IgG adalah antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah, yaitu 80 persen. IgG mengikuti aliran darah, mempunyai efek kuat antibakteri, melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam dalam racun.Bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta (Proverawati dan Sulistyorini, 2010). e. Gangguan hematologik Bayi baru lahirsering terjadi anemia fisiologik Anemia fisiologi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi janin



11



yang sedikit serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relatif lebih cepat, oleh karena itu anemia pada BBLR terjadi lebih dini ( Proverawati dan Sulistyorini,2010). f. Gangguan jantung Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan fungsi jantung yang sering terjadi pada BBLR. Kelainan jantung ini merupakan akibat dari gangguan adaptasi intrauterine ke ekstrauterin. Pada masa kandungan, duktus arteriousus bersama foramen ovale dan celah katup ventrikel dipakai sebagai jalan pintas aliran darah. Darah di vena cava yang lebih kaya oksigen akan melalui jalan pintas tersebut untuk sampai ke jaringan tubuh janin. Sementara itu, paru yang belum berfungsi hanya sedikit dilalui darah. Setelah bayi lahir, perubahan yang dialami adalah aliran darah dan duktus arteriosus serta jalan pintas lainnya akan tertutup (Maryunani. 2013) Gangguna fungsi Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan fungsi jantung yang sering terjadi pada BBLR (Reeder, dkk,2012). g. Gangguan pencernaan Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan terjadi dengan lemah atau kurang baik. Reflek hisap pada bayi BBLR juga jurang baik sehingga mengakibatkan asupan nutrisi pada bayi BBLR kurang. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang. Daya untuk mencernakan, mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tentu berkurang. Reflek menelan belum sempurna sehingga memudahkan terjadinya aspirasi ( Maryunani, 2013). h. Gangguan persarafan Bayi dengan BBLR mempunyai resiko perdarahan intracranial atau intracranial haemorrahge. Pada bayi premature akan sering terjadi perdarahan subkonjungtiva, benjolan kepala dan sebagainya. Terdapat juga pada bayi baru lahir petekhie dan ekhimosis, hal ini disebabkan karena perdarahan intracranial yang jalannya tidak jelas, yang tampak hanya dispnea, sianosis dan sebagainya. Perdarahan adalah sifat yang



12



khas pada premature, hal ini disebabkan karena hipoproteinemia dan kapiler yang rapuh (Maryunani,2013). 8. Penatalaksanaan a. Pengaturan suhu tubuh bayi Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan inkubator. Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4oC untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2oC untuk bayi yang lebih kecil. Bayi diletakkan dalam keadaan tidak menggunakan baju, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, dan observasi terhadap pernafasan lebih mudah. (Proverawati dan Ismawati, 2010). Selain dengan inkubator, pengaturan suhu tubuh bayi juga dapat dilakukan dengan perawatan metode kangguru. Metode kangguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, tetapi juga memberikan keuntungan yang tidak dimiliki inkubator. Perawatan metode kangguru merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Perawatan metode kangguru dikenal dengan sebutan skin to skin (Maryunani, 2013). b. Pengaturan dan pengawasan intakenutrisi Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah nmenentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat diberikan pada bayi yang tidak mampu menghisap dengan cara ASI diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasangkan OGT kedalam lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi, dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula



13



khusus bayi BBLR. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan berat badan bayi BBLR. Alat pencernaan bayi BBLR masih belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/kbBB dan kalori 110 gr/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Reflek menghisap bayi masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. c. Pencegahan infeksi Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi, terutama pada infeksi nosokomial. Infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobin yang rendah. Infeksi lokal bayi capat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi infeksi umum dapat dicegah dengan mengetahui tandanya seperti: malas menyusu,gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat. Frekuensi napas meningkat, muntah, diare, dan berat badan mendadak turun.



Fungsi perawatan disini adalah memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karen itu bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pengunjung dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberiajn antibiotik yang tepat. d. Penimbangan berat badan Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Proverawati dan Ismawati, 2010). e. Pengawasan jalan nafas Terhambatkanya jalan nafas pada BBLR dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran



14



sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apnea dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memeperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini perlu pembersihan jalan nafas segera setelah lahir, bayi dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal, pijatan jantung dan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfisksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010).



15



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BBLR 1. Pengkajian Keperawatan Dalam melakukan pengkajian dasar dapat dikelompokkan menjadidata subjektif dan data objektif, yang diuraikan sebagai berikut: a. Data subjektif 1) Data yang menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamesa danwawancara. 2) Data subjektif berisikan antara lain biodata, riwayat kesehatan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat psikososial, dan pola kehidupansehari-hari. 3) Khusus untuk bayi dengan BBLR data yang beresiko dan berhubungan dengan terjadinya BBLR antaralain: a) Riwayat kesehatan ibu : Usia ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, kurangnya nutrisi pada ibu dan tingkat pengetauan ibu yangrendah). b) Riwayat Antenatal: (1) ibu hamil yang menderita anemia, malnutrisi hipertensi, DM, penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alcohol dll. (2) Riwayat kehamilan kembar, jarak kehamilan yang dekat, abortus sebelumnya, dan pemeriksaan kehamilan yang tidak kontiniu. c) Riwayat Natal: (1) Perdarahaan antepartum baik solusio plasenta maupun plsenta previa. (2) Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (nakrose) yang dapat menekan sistem saraf pusat. b. Data objektif 1) Data yang menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. 2) Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) pemeriksaan



16



penunjang (laboratorium, catatan baru dansebelumnya). 3) Pemeriksaan fisik bayi Keadaan Umum a) Keadaan bayi saat lahir: BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30cm. b) Inspeksi: (1) Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan surtura lebar. (2) Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan. (3) Kulit tipis, transparan danmengkilap. (4) Retraksi sternum daniga. c) Palpasi: (1) Hati mudahteraba. (2) Limpa mudahteraba. (3) Ginjal dapatdipalpasi. (4) Daya isap lemah. d) Auskultasi: (1) Nadi lemah. (2) Denyut jantung 140 – 150 x/menit. Sistem Tubuh a) Pernafasan (1) Observasi pernafasan cuping hidung, bentuk dada (cekung, cembung)



kesimetrisan,



frekuensi



pernapasan



(40-60



x/menit). Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakkan singkron dari dada dan abdomen. (2) Auskultasi



bunyi



pernapasan:



stridor,



mengi,



ronki,



mengorok. b) Kardiovaskuler (1) Observasi warna kulit bayi: sianosis, pucat, ikterik. Kaji warna kuku, membrane mukosa danbibir. (2) Gambarkan nadi perifer, CRT < 2 detik,mottling.



17



(3) Auskultasi frekuensi denyut jantung (120-160x/menit). c) Gastrointestinal (1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat tanda-tanda eritema dinding abdomen. (2) Tentukan adanya regusitasi makanan dan waktu yang berhubungan dengan pemberian makanan. Monitor jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah. (3) Auskultasi bising usus (3-5x/menit). d) Genitourinaria (1) Bayi perempuan ditemukan klitorisnya menonjol, labia mayora belum berkembang. (2) Bayi laki-laki ditemukan skrotumnya menonjol. (3) Berkemih setelah delapan jam kelahiran. (4) Gambarkan jumlah urine (warna, pH,dll). e) Neurologis-mukuloskeletal (1) Observasi gerakkan bayi: acak, gelisah, kedutan, spontan, menonjol, tingkat aktifitas denganstimulasi. (2) Observasi posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi. (3) Periksa reflek yang diamati: moro, babinski, reflexplantar. Neurologis (1) Reflex gerakkan neurologis tampak tidak resisten, gerak kembalinya hanya sebagian. (2) Menelan, menghisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif. (3) Suhu tubuh tidak stabil, biasanyahipotermi. (4) Gemetar, kejang, dan mata berputar biasanya bersifat sementara tetapi juga mengindikasikan kelainan neurologis. Muskuloskeletal (1) Tulang kartilago lembut danlunak. (2) Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak. (3) Gerakkan lemah dan tidak agresif. (Maryunani,2013)



18



4) Pemeriksaan diagnostic a) Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3 (N: 5.000-10.000) netrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila adasepsis). b) Hematokrit (Ht): 43%-61% (N: pria: 40-48, wanita: 37-43) (peningkatan



sampai



65%



atau



lebih



menandakan



polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal). c) Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (N: 17-22 gr/dl) (kadar lebih rendah berhubungan



dengan anemia atau



hemolisis



berlebihan). d) Bilirubin total: 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1- 2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5hari. (Maryanti,dkk, 2011).



2. Diagnosa Keperawatan a) Hipotermi b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemaksubkutan. b) Ketidakefektifan pola menyusui b/d ketikmampuan bayi dalam menyusui. c) Ketidakefektifan pola nafas b/d imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru. d) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukkan secret pada jalan nafas. e) Kekurangan volume cairan b/d kurangnya asupan cairan kedalam tubuh. f) Intoleransi aktifitas b/dkelemahan. g) Resiko infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat. h) Ikterus neonatus b/d bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi. (NANDA,2015).



19



3. Intervensi Keperawatan Moorhead, dkk (2013, edisi 5). Bulechek, dkk, (2013, edisi 6) menjelaskan teori rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan adalah :



20



Tabel 2.1: Intervensi Keperawatan Berat Bayi Lahir Rendah No Nanda 1. Hipotermi b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan



NOC NIC Setelah dilakukan Perawatan Bayi: Baru asuhan keperawatan, Lahir maka didapatkan 1. Ukur dan timbang BB kriteria: bayi barulahir 1. Termoregulasi: Bayi 2. Monitor suhu bayi baru BaruLahir lahir a. Berat badan (5: tidak 3. Jaga suhu tubuh yang menyimpang dari adekuat dari bayi baru rentang normal) lahir (mislanya b. Thermogenesis yang keringkan setelah lahir, tidak mengigil membedong bayi dalam (5: selimut jikatidak tidak menyimpang diletakkan ditempat daribatas normal) hangat, pakaikan topi c. Mengambil postur rajut bayi dan retensi instruksikan orangtua panas untuk untuk menjaga kepala hipotermia (5: tetap tertutup, tidak menyimpang tempatkan bayi dari batas dibawah pemanas normal) sesuaikebutuhan. d. Penyapihan dari 4. Monitor berat badan bayi barulahir inkubator ke box bayi (5: tidak menyimpang dari Pengaturan suhu 1. Monitor suhu bayi baru batas normal) lahir sampaistabil 2. Tanda-tanda vital a. Suhu tubuh (5: tidak 2. Selimuti bayi segera setelah lahir untuk menyimpang dari mencegah kehilangan rentang normal) panas 3. Monitor dan laporkan tanda dan gejala dari hipotermia 4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat 5. Tempatkan bayi baru



21



b. Irama pernapasan (5: lahir dibawah tidak menyimpang penghangat darirentang normal) 6. Pertahankan kelembaban c. Tekanan darah pada 50% atau lebih besar sistolik (5: tidak dalam inkubator menyimpang dari untuk rentang normal) mencegah hilangnya d. Tekanan darah panas diastolic (5: tidak menyimpang darirentang normal)



3. Kontrol resiko : hipotermia a. Mengidentifikas i faktor resiko hipotermi (5: tidak menyimpang dari batas normal) a. Mengidentifikas i tanda gejala hipotermi (5: tidak menyimpang dari batas normal) b. Mengidentifikas i kondisi yang mempercepat kehilangan panas(5: tidak menyimpang dari batas normal) 2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi . an nutrisi kurang asuhan status gizi keperawatan 1. Tentukan klien dan kemampuan dari kebutuahan didapatkankriteria: untuk meemnuhi 1. Status Nutrisi Bayi tubuh b/d



22



ketikmampuan a. Intake nutrisi(5: tidak menerima nutrisi, menyimpang dari imaturitas batasnormal) peristaltic b. Intake cairan gastrointestina lewat mulut(5: tidak menyimpang dari batas normal) c. Hidrasi(5: tidak menyimpang dari batasnormal) d. Haemoglobin(5: tidak menyimpang dari batasnormal) e. Intake cairan intravena(5: tidak menyimpang dari batasnormal)



kebutuhan gizi klien 2. Identifikasi adanya alergimakan 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagiklien 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi 5. Monitor kalori dan asupanmakanan 6. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan. Konseling Laktasi 1. Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupunpsikologis 2. Tentukan keingan dan motivasi ibu untuk kegiatan menyusui dan juga persepsi mengenai menyusui 3. Berikan materi pendidikan sesuia kebutuhan 4. Dorong kehadiran ibu dikelas menyusui setelah melahirkan, jika memungkinkan 5. Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yangtepat 6. Monitor kemampuan bayi untukmenghisap 7. Diskusikan kebutuhan untuk isitrahat yang cukup, hidrasi, dan diet yangseimbang



PerawatanBayi 1. Monitor berat panjangbayi



23



dan



2. Monitor intake dan output 3. Berikan makanan pada bayi sesuai dengan perkembangan(ASI) 4. Kuatkan keterampilan orangtua dalam melakukan perawatan khusus pada bayi 5. Informasikan orangtua mengenai kondisi bayi 3 Ketidakefektifan Status Pernapasan Manajemen Jalan Nafas 1. Frekuensi pernapasan 1. Posisikan klien . pola nafas b/d (5: tidak memaksimalkan ventilasi menyimpang dari 2. Identifikasi kebutuhan imaturitas ototbatasnormal) aktuan/potensial klien otot pernafasan 2. Irama pernapasan (5: untuk memasukkan alat membukan jalannafas tidak dan penurunan menyimpang dari 3. Buang secret dengan ekspansiparu mneyedotlender batasnormal) 3. Kedalaman inspirasi 4. Auskultasi suara nafas, catat ara yang (5: tidak ventilasinya menurun menyimpang dari atau adanya suara batasnormal) tambahan 4. Suara auskultasi status napas (5: tidak 5. Monitor pernafasan dan menyimpang dari oksigenasi, sebagaimana batasnormal) mestinya 5. Saturasi oksigen (5: Terapi oksigen tidak menyimpang 1. Bersihkan mulut, dari batasnormal) hidung, dans ekresi trakea dengantepat 2. Pertahankan kepatenan jalannafas 3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier 4. Monitor aliranoksigen 5. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen 6. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak



24



7.



1.



2.



3.



4. 5. 6.



7.



8.



25



mengganggu upaya klien untuk bernapas Monitor kerusakkan kulit terhadap adanya gesekkan perangkat oksigen Monitor pernafasan Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas Catat pergerakkan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu pernafasan. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok danmengi Monitor saturasi oksigen pada klientersedasi Palpasi kesimetrisan ekspansiparu Monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas vital paru, volume inspirasimaksimal, volume ekspirasi maksimal selama 1 detik (FEV1) danFEV1/FVC sesuai data yang tersedia Monitor secara ketat klien yang beresiko tinggi mengalami ganguanrespirasi Berikan bantuan resusutasi jika diperlukan



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN BBLR adalah berat bayi lahir kurang dari 2500 gram, keadaan tersebut dapat berdampak banyak terhadap kondisi kesehatan bayi. BBLR diklasifikasikan anataranya : BBLR dengan berat lahir 1500-2500 gram, BBLSR dengan berat lahir 1000-1500 gram, dan BBLER dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. Persentase kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2013 ada sebanyak 10,2, di kota Padang tahun 2013 dipuskesmas Air Dingin tercatat 82, 9% ibu melahirkan BBLR dengan kondisi anemia. Beberapa faktor yang menyebabkan BBLR yaitu : faktor ibu, keadaan sosial ekonomi, faktor janin dan faktor plasenta.Tanda dan gejala dari BBLR yaitu : usia kehamilan sama atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama atau kurang dari 2500 gram, bentuk kepala relatif lebih besar dan abdomen kempes, panjang badan sama atau kurang dari 45 cm, ubun-ubun besar, jaringan lunak subkutan tipis, tonus otot lemah, verniks tidak ada, aktifitas dan tangisan lemah, refleks hisap, batu dan menelan masih lemah atau tidak efektif. BBLR memiliki masalah beberapa masalah yang akan timbul pada bayi, diantaranya pada: pengendalian suhu, sistem pernafasan, sistem sirkulasi,



sistem



persyarafan,



sistem



pencernaan,



sistem



urinarius.



Kemungkinan diagnosa yang muncul pada BBLR adalah : Hipotermi b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, Ketidakefektifan pola menyusui b/d ketidakmampuan bayi dalam menyusui, ketidakefektifan pola nafas b/d imaturitas otot-otot pernafasan, letidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekret pada jalan nafas. Penatalaksaan pada BBLR adalah : pengaturan suhu tubuh bayi, pengaturan dan pengawasan intake nutrisi, pencegahan infeksi, penimbangan berat badan, dan pengawasan jalan nafas.



26



B. SARAN Setelah mempelajari isi makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai BBLR. Kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan asuhan keperawatan pada BBLR. Selain itu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.



27



DAFTAR PUSTAKA Amanda, Fathia. dkk. 2014. Karakteristik Ibu dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSU Sundari Medan Tahun 2012. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiolog. Volume 2, No 6, http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/514, 8 Januari 2017 Amrizal. 2015. Penanganan Berat Bayi Lahir Rendah. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013.Riset Kesehatan Dasar Riskesdas2013. http://.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas20 13.PDF, 7 Januari 2017 Bullechek, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. USA: Elseiver. Derajat, Agus. 2017. Gangguan Nafas Pada Bayi Baru Lahir. www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.php/tutorialsmainmenu/kesehatananakmenu/286-kesehatananakartikel. 11 Juni2017 Hanum, Syafrida, dkk.2014. Gambaran Morbiditas Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Ruang Perinatologi Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. JOM PSIK. Volume 1, No 2, Kosim, M Sholeh, dkk. 2010. Buku Ajar Neonatologi.Jakarta: Badan Penerbit IDAI Kusparlina, Eny pemilu. 2015. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis Bblr. Forikesejournal.com. Volume 7, No 1.http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.forikes-ejournal.com,8 Januari 2017 Lestari, Sri abdi, dkk. Oktober 2014. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother Care Terhadap Stabilitas Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah Di Ruang Peristi Rsud Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawata. Volume 10, No 3, http://www.ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/article/view/ 13, 8 Januari2017 Mahayana, Sagung Adi Srest. dkk. 2015. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. Unand.ac.id. Volume 4, No 3. http://googleweblight.com/?lite_url=http://jurnal.fk.unand.ac.id, Maryanti, Dwi. Sujianti. Tri Budiarti. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: Trans Info Media. Maryunani, Anik. 2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir



28



Rendah. Jakarta: CV Trans Info Media Mathindas, Stevry. dkk. 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Jurnal Biomedik. Volume 5, No http://download.portalgarudaorg/articlephp?article, 11 Juni 2017 Moorhead, Marion, dkk. 2013. Nursing Utcomes Classificatin (NOC) Five Edition. USA: Elseiver. NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Yogyakarta: MediaAction Publishing. Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/32Metodologi_Nursalam_EDISI%204- 21%20NOV.pdf, tanggal 13 April2016 Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika Proverawati, Atikah dan Sulistyorini, Cahyo Ismawati. 2010.Berat Bayi Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Saputra, Reza Gusni. 2016. Perbedaan Kejaian Ikterus Neonatorum antara bayi premature dan bayi cukup bulan pada bayi dengan BBLR di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. ejournal.com. Volume 9, No 1. http://download.portalgarudaorg/articlephp?article/768/neonatus . 12 Juni 2017



29



1,