6 0 218 KB
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DISUSUN OLEH: KELOMPOK: III ARIS GANDENG (C1914201234) DUWI SEPTIYANI (C1914201240) MARNI (C1914201248) RIDHA A. NENGRUM (C1914201255) DELFIANUS ROBER (C1914201262) MARIA A. TUKU (C1914201270)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Adapun judul tugas yang akan dibahas adalah “asuhan keperawatan anak dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)”. Semoga tugas yang kami buat ini dapat berguna bagi kami sendiri dan orang lain guna memperluas wawasan ilmu dan dapat kami praktekan dalam kehidupan kami seharihari. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini. kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk bisa jadi evaluasi yang berguna bagi kami sehingga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Makassar, April 2020
Penulis
Kelompok III
i
DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang...............................................................................................1 B. Rumusan masalah .........................................................................................1 C. Tujuan penulisan...........................................................................................1 D. Manfaat penulisan.........................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR MEDIK 1. Pengertian......................................................................................................3 2. Klasifikasi.....................................................................................................3 3. Etiologi..........................................................................................................4 4. ManifestasiKlinis...........................................................................................4 5. Perubahan-Perubahan Fisiologi.....................................................................5 6. Tes Diagnostic...............................................................................................9 7. Pemeriksaan Diagnostic................................................................................12 8. Penatalaksanaan.............................................................................................11 9. Komplikasi....................................................................................................13 10.Discharge planning........................................................................................15 B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian.....................................................................................................16 2. DiagnosaKeperawatan...................................................................................16 3. IntervensiKeperawatan..................................................................................17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................23 B. Saran.............................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator yang sensitif dari kondisi sosial ekonomi dan secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesehatan ibu dan anak (Joshi et al, 2011).Oleh karena itu, BBLR merupakan suatu standar yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara. Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari prematuritas (Persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature (Proverawati 2010). BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Umboh, 2013).BBLR dapat disebabkan kelahiran prematur atau gangguan pertumbuhan dalam rahim atau kombinasi patologis dari keduanya (Sharma et al, 2015). Lebih dari 20 juta bayi yaitu sebesar 15,5% dari seluruh kelahiran mengalami BBLR dan 95% diantaranya terjadi di negara berkembang, 11,6% dari total BBLR di seluruh dunia terdapat di Asia Tenggara (WHO, 2014). Ini berarti satu dari tujuh bayi terlahir dengan BBLR (Kayode et al, 2014). BBLR dianggap sebagai penyebab utama kematian bayi terutama pada bulan pertama kehidupan. Secara global, 40-60% dari kematian bayi di dunia disebabkan oleh BBLR (Unicef, 2009). Angka kematian pada BBLR 35 kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). BBLR merupakan penyebab kematian perinatal tertinggi ke dua di Indonesia setelah Intra Uterin Fetal Death (IUFD) yaitu sebesar 11,2% (Kemenkes, 2015). B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Apa saja Konsep dasar medis BBLR? 2. Bagaimana Konsep keperawatan BBLR? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasa medis BBLR 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR 1
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari makalah ini yaitu : 1.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang Konsep dasar medis pada kega BBLR
2.
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui tentang Konsep keperawatan BBLR
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badannya kurang dari 2.500 gram, tanpa memperhatikan usia gestansi (Wong, 2009). Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari prematuritas (Persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature (Proverawati 2010). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat bdan kuranga dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian, 2012). Dari beberapa pendapat diatas, kami menyimpulkan bahwa bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram, bayi kurang bulan (prematur) maupun yang cukup bulan. 2. Klasifikasi bayi berat badan lahir rendah (Cahyo, 2010) a. Prematuritas murni Prematuritas murni yaitu bayi yang baru lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut noenatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK) b. Bayi Small for gestational Age (SGA) Bayi Small for gestational Age (SGA) yaitu berat lahir bayi tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri dari 3 jenis, yaitu: 1) Simetris (Intrauterus for gestational age) Simetris (Intrauterus for gestational age) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan jangka waktu yang lama. 2) Asimetris (Intrauterus growth retardation) Asimetris (Intrauterus growth retardation) yaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir kehamilan 3) Dismaturitas 3
Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. 3. Etiologi Beberapa etiologi atau penyebab dari bayi berat badan lahir rendah (Pantiawarti 2010), adalah sebagai berikut: a. Faktor uterus Kelainan pembuluh darah (hemamiona), laserasi tali pusat yang tidak normal, infark plasenta, sebagian plasenta lepas. b. Faktor ibu 1) Penyakit : Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toxinemia grafidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan vaskuler 2) Usia ibu: angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Anka kejadian terendah ialah pada usia 25-35 tahun keatas. 3) Kejadian sosial ekonomi: keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya ptematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 4) Kondisi ibu saat hamil: Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat, peningkatan tekanan darah, ibu perokok. c. Faktor janin Hidramion/ polihidramion, kehamilan ganda, dan kelainan janin. 4. Manifestasi Klinis Ada beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (Cahyo, 2010) adalah sebagai berikut: a. Berat badan kurang dari 2.500 gram b. Panjang badan kurang dari 45cm c. Lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm d. Masa gestasi kurang dari 37 minggu e. Kepala lebih besar dari tubuh f. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak sedikit 4
g. Osipikasi tengkorak sedikit serta ubun- ubun dan sutura lebar h. Genetalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora i. Scrotum belum banyak lipatan j. Testis kadang belum turun. k. Tulang rawan dari daun telinga belum terbentuk secara sempurna sehingga kurang elastis l. Penggerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur, dan sering mendapat serangan apnea m. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex menelan dan mengisap belum sempurna 5. Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi Beberapa perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi kurang berat badan lahir rendah (Pantiawarti, 2010) adalah sebagai berikut: a. Sistem Respirasi Perubahan pernafasan rata- rata 40-60 X/menit, diselingi dengan apnea, pernafasan tidak teratur, faring nasal (nasal melepar), retraksi (intercostal, suprasternal, substernal).terdengar suara gemerisik. b. Sistem Gastrointestinal Penonjolan abdomen: Pengeluaran mikonium biasanya terjadi dalam 12 jam, reflex menelan dan mengisap lemah, atau tidak ada anus, ketidaknormalan congenital lain. c. Sistem Integumen Kulit yang berwarna merah, atau merah muda, kekuning- kuningan, sianosis atau campuran bermacam warna, sedikit vernik keseosa dengan rambut lanubo disekujur tubuh, kurus kulit tampak transparan, halus dan mengkilat, edema yang menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak ada sekali, petekie atau ekimosis. d. Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung rata- rata 120-160 x/menit dengan ritme yang teratur pada saat kelahiran, kebisinngan jantung terdengar pada seperempat bagian interkosta yang menunjukan aliran dari kanan ke kiri karena hipertensi atau etelektasis paru. e. Sistem Muskuloskeletal 5
Tulang kartilago belum tubuh dengan sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk, gerakan lemah dan tidak aktif atau laterargir. f. Sistem Neurologis Refleks dan gerakan pada tes neurologi tampak tidak resisten, gerakan refleks hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap, dan bentuk sangat lemah atau tidak efektif, tidak ada atau menurunya padsa neuroligis, mata mungkin menutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mecapai 25 minggu sampai 26 minggu. suhu tubuh tidak stabil, biasanya hiportermia, gemetar, kejang dan mata berputar, biasanya bersifat sementara, tetapi mungkin juga ini mengindentifikasikan adanya kelainan neurologis. 1) Refleks Menghisap (sucking refleks) Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika menyentuh putting susu ke ujung mulut bayi. refleks menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang didekatkan di mulut bayi. refleks menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum bayi mengasosiasikan puttuing susu dengan makanan. menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. refleks ini merupakan rute menuju pengenalan akan makanan. kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda-beda. sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efesien dan bertenaga untuk memperoleh susu, sementara bayi-bayi lain tidak begitu terampil dan kelelahan bahkan sebelum mereka kenyang. kebanyakan bayi baru lahir memerlukan waktu beberapa minggu untuk mengembangkan suatu gaya menghisap yang dikoordinasikan dengan cara ibu memengang bayi, cara susu keluar dari botol atau payudara, serta dengan kecepatan dan temparamen bayi waktu menghisap. refleks menghisap adalah suatu contoh refleks yang muncul saat lahir dan kemungkinan akan menghilang seiring dengan usia bayi. 2) Refleks Menggenggam (palmar grosp reflex) Grosping refleks adalah refleks gerakan jari-jari tengan mencengkeram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal-hilang setelah 3-4 bulan.bayi akan otomatis menggenggam ketika disodorkan jari telunjuk kepadannya. refleks tangan bayi. bayi akan merespon dengan cara menggengggam kuat-kuat. 3) Reflekx Leher (tonic neek refleks) 6
Reflekx Leher akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi menoleh ke salah satu sisi. 4) Refleks Mencari (rooting refleks) Refleks mencari ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau disentuh dengan bagian pinggir mulutnya.sebagai respon, bayi itu memiringkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. 5) Refleks Moro (moro reflekx) Refleks moro adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir terjadi akibat suata atau gerakan yang mengagetkan/mengejutkan. ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan tangan dan kakinya. 6) Babinski Refleks Refleks primitive berupa gerakan jari-jari mencengkeram ketika bagian kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. 7) Refleks Glabellar (Myerson) Bila bagian kaki disentuh atau diketuk maka akan menyebabkan mata bayi menutup dengan rapat dan mengedipkan matanya. 8) refleks ekstruksi Bila lidah bayi disentuh atau ditekan maka bayi akan berespon dengan mendorong keluar atau akan menjulurkan lidahnya. 9) Refleks Ereksi Bayi laki-laki biasanya mengalami ereksi sejak dikandungkan hingga berusia satu tahun, misalnya saat dimandikan, disusui atau digendongkan bahkan saat tidur atau sedang terjaga.untuk janin perempuan yang mengalami pelumnasan dan ereksi klitoris sejak usia awal kandungan. Kondisi seperti ini menurut para ahli sangat alami dan tidak perlu khawatirkan Ekreski pada bayi dan janin dikandungan adalah sesuatu yang normal. 10) Refleks Kleameter Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi sama. 11) Refleks Plantar Bila bayi dipegang sedemikian rupa hingga menyentuh permukaan keras 7
12) Refleks Walking Bila bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh permukaan keras, ada nada refleks atau akstensi resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan. g. Sistem Urinarius Berkemih setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melanjutkan ekskresi dalam urin. h. Sistem Reproduksi Bayi perempuan klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum berkembang, bayi laki- laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum. i. Sistem Termogenik Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus, dan lemak subkutan yang tipis serta permukaan tubuh yang relatif luas pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat. Semakin tua usia gestasi semakin banyak persediaan lemak coklat. Mekanisme kehilangan panas pada bayi.Berikut ini merupakan penjelasan tentang empat mekanisme kemungkinan kehilangan panas tubuh dari bayi baru lahir. 1) Evaporasi Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.Jika segera lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2) Konduksi Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin meja, tempat tidur,atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah daru tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda- benda tersebut: Contoh: 8
a) Menimbangkan bayi tanpa alas timbangan b) Tangan penolong dingin saat memegang bayi baru lahir. c) Menggunakan stetoskop dingin atau memeriksabayi baru lahir. 3) Konveksi Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara dari kipas angina, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan: Contoh: a) Membiarkan atau menepatkan bayi baru lahir didekat jendela. b) Membiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasang kipas angina. 4) Radiasi Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi yang ditempatkan didekat benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh lain. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (perpindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh: (a) Bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan berAC. (b) Bayi baru lahir dalam keadaan telanjang. 6. Test Diagnostik Jumlah darah lengkap, apabila terjadi penurunan HB/HT mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah.Analisa gas darah (AGD). Untuk menentukan derajat stress pernafasan bila ada. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan atau di laboratorium, bila terbukti adanya hipoglikemia harus segara diatasi. Elektrolit serum untuk mengkaji adanya hipokalesemia bilirubin mungkin meningkat pada polisitemia.Uritiasis
untuk mengkaji
homeostastis. Jumlah trombosit, trombositopenia mungkin dapat menunjukkan defek congenital atau komplikasi, (Irene,dkk, 2012).
9
7. Pemeriksaan Diagnostik Pada pemeriksaan laboratorium, anatara lain : a. Jumlah sel darah putih 18.000/mm, neutrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm, hari pertama setelah lahir (menurun jika ada sepsis). b. Hematokrit (HT) : 43%-61% (peningkatan samapai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragik prenatal/perinatal). c. Hemoglobin (HB) :15- 20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan) d. Pemeriksaan kadar bilirubin 1) Kadar bilirubin normal pada bayi berat badan lahir rendah 10mg/dl, dengan 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, 12 mg/dl pada 3-5 hari 2) Hiperbilitubin terjadi karena belum matangnya fungsi hepar. e. Pemeriksaan kadar glukosa f. Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia dapat dilakukan antara lain: 1) Destrosix: tes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata- rata 40- 50 mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari ketiga. 2) Pada bayi aterum kadar glukosa dalam darah 50-60mg/dl dalam 72 jam pertama. 3) Pada bayi berat badan lahir rendah kadar glukosa darah 40 mg/dl. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan glikogen yang belum mencukupi (hipoglikemia) g. Pemeriksaan elektrolit (Na, K, CI): biasa dalam batas normal pada awalnya. h. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35- minggu dimulai pada umur 2 hari.
10
8. Penatalaksanaan Medik a. Non Farmakologik Pada umunya penatalaksanaan neonates berat badan lahir rendah (Fauziah, dkk 2013) adalah sebagai berikut: 1) Pengaturan suhu tubuh bayi a) Pengaturan temperature tubuh ditunjukan untuk mencapai lingkungan temperature netral sesuai dengan protokol b) Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan incubator (1) Bayi >2 kg adalah 35’c (2) Bayi 2.2 kg adalah 34’c c) Suhu inkubator dapat diturunkan 1’c perminggu untuk bayi diatas 2 kg. d) Suhu inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya. 2) Terapi oksigen dan bantuan ventilasi (jika perlu). 3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit : terapi cairan dan elektrolit harus menggantikan IWL serta mempertahankan hidrasi yang baik serta konsentrasi glukosa dan elektrolit plasma normal. 4) pemberian nutrisi yang cukup a) Nutrisi bayi prematur dan BBLR mungkin memerlukan pemberian asupan yang saksama dan bahkan BBLR yang memerlukan asupan sonde atau nutrissi parenteral. b) Cara pemberian nutrisi pada bayi BBLR (a) Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam. (b) Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari. (c) Setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada akhir minggu kedua. c) Hal yang perlu diperhatikan selama pemberian minum untuk mencegah pneumonis aspirasi : (1) Bayi diletakkan di sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atau dalam posisi setngah duduk dipangkuan. (2) Perawatan atau dengan meningkatkan kepala bahu 30’c di tempat tidur bayi. (3) Pada waktu minum harus diperhatikan apakah bayi menjadi biru, ada gangguan pernafasan atau perut kembung. 11
(4) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikitsedikit, perlahan dan hati-hati. (5) Penambahan suhu tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali pemberian. (6) Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakkan di atas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung. 5. Pengendalian Hiperbilirubinemia a) Hiperbilirubinemia biasanya dapat ditangani secara efektif dengan pemantuan seksama kadar bilirubin pelaksanaan terapi sinar. b) Transfusi tukar mungkin diperlukan dalam kasus berat 6. Pencegahan dan Penanganan infeksi a) Pencegahan infeksi beberapa pencegahan infeksi pada BBLR yang dapat dilakukan antara lain : (1) Dipisahkan dengan bayi yang terkena infeksi dengan yang tidak terkena infeksi. (2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. (3) Membersihkan tempat tidur bayi. (4) Memandikan bayi, bersihkan tali pusat. (5) Petugas memakai pakaian yang telah disediakan (6) Pengunjung hanya boleh melihat dari kaca b) Penanganan infeksi (1) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat (2) Antibiotika spektrum luas dapat diberikan jika kecurigaan kuat adanya infeksi. (3) Pertimbangan antibiotika anti shapilakokus harus yang telah mengalami sejumlah besar atau sudah dirawat dalam waktu lama di rumah. b. farmakologi 1) Pemberian vitamin K, (Fauziah, dkk 2013) a) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau b) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir umur 3-10 hari, 4-6 minggu).
12
9. Komplikai a. Hipotermi Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36’c sampai 37’c.Segara setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah, perbedaan suhu ini memberikan pengaruh pada kehilangan padas tubuh bayi. Selain itu, hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dari kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya system saraf pengatur, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Tanda klinis hipotermia : 1) Suhu tubuh di bawah normal 2) Kulit dingin 3) Akral dingin 4) Sianosis b. hipoglikemia Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa hipoglikemiadapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil tergantung pada kadar gula ibukarena terputusnya dan janin menyebabkan terhentinya peemberian glukosa. Bayi ateremdapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama. Sedangkanbayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl. Tanda klinis hipoglikemia : 1) Gemetar atau tremor 2) Sianosis 3) Apatis 4) Kejang 5) Apnea intermiten 6) Tangisan lemah atau melengking 13
7) Kelumpuhan atau letargi 8) Kesulitan minum 9) Terdapat gerakan putar mata 10) Keringat dingin 11) Hipotermia 12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersamasama). c. Perdarahan intracranial Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravaskuler coagulopathy atau trombositopenia idiopatik.Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis perdarahan : 1. Kegagalan umum untuk bergerak normal 2. Refleks moro menurun atau tidak ada 3. Tonus otot menurun 4. Letargi 5. Pucat dan sianosis 6. Apnea 7. Kegagalan menetek dengan baik 8. Muntah yang berat 9. Tangisan bernada tinggi dan tajam 10. Kejang 11. Kelumpuhan 12. Fantanel mayor mungkin tegang dan cembung 13. Pada sebagaian kecil pendetita mungkin tidak ditemukan menifestasi klinis satu pun, (Fauziah, dkk 2013).
14
10.
Discharge planning a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan mulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko mengarah kepada bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipanytai dan dirujuk pada institusin pelayananan kesehatan yang lebih mampu. b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan
diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin selama dikandung c. hendaknya ibu dapat merencanakan kehamilan dalam kurn umur reproduksi (20-34 tahun) d. beri saupan ASI sesring mungkin untuk meningkatkan berat bayi e. menjaga bayi tetap hangat f. fTimbang berat badn bayi secara rutin setiap minggu hingga BB mencapai 2.5 kg
15
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan anak dirawat saat ini karena berat badannya kurang saat waktu lahir Ibu memiliki riwayat mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan. Riwayat Ibu merokok dan sering mengkonsumsi minuman keras b. Pola Nutrisi dan Metabolik selama bayi dirawat terpasang selang NGT bayi kadang minum ASI hasil pompaan bayi mendapatkan tambahan susu formula bayi selalu mengelurkan puting susu dari mulutnya c. Pola Eliminasi BAK bayi berwarna kuning,jernih dan berbau khas BAB bayi warna kekuningan dengan konsistensi lembek d. Pola Aktivitas dan Latihan bayi menangis saat menyusu e. Pola tidur dan istirahat Bayi lebih banyak tidur Mata tertutup penuh Kadang terbangun saat merasa tidak nyaman lapar dan setelah buang air f. Pola reproduksi dan seksulitas Bayi berjenis kelamin perempuan/laki-laki, alat kelamin bersih, tidak ada kelainan 2. Diagnosa keperawatan a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks menghisap tidak efektif. c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketdakmampuan menerima nutrisi d. Resiko hipotermia dengan faktor resiko transfer panas. e. Resiko infeksi
16
3. Intervensi keperawatan No 1.
Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis
NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Mendemostrasikan batuk efektif dan dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea 2. Menujukan jalan napasa yang paten 3. Tanda- tanda vital dalam rentang normal
NIC 1. Kaji
frekuensi,
kedalaman
dan
status
pernapasan 2. Monitor
status
peranapasan dan TTV 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 4. Buang
sekret
dengan
memotivasi pasien untuk melakukan
batuk
atau
penyedot lendir 5. Auskultasi suara napas, catat
area
ventilasinya
yang menurun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan 6. Posisikan
untuk
meringankan sesak nafas Monitor
status
pernapasan
dan
oksigenasi 7. Regulasi asupan cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan 8. Kolaborasi
dalam
pembrian O2 2.
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks menghisap
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah Ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi dengan 17
Konseling laktasi 1. monitor kemampuan bayi
tidak efektif.
kriteria hasil: 1. Kesejajaran tubuh yang sesuai dan bayi menepel dengan baik 2. Refleks menghisap meningkat 3. Bayi puas setelah makan 4. penyapihan menyusui 5. pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal 6. menunjuak teknik dalam memompa ASI
untuk menghisap 2. Jelaskan
tanda
bayi
bahwa
membutuhkan
makan (misalnya refleks rooting, mengisap serta diam
dan
terjaga/quiet
alertness) 3. Informasikan
mengenai
perbedaan antara hisapan yang memberikan nutrisi dan
yang
tidak
memberikan nutrisi 4. Tunjukan
latihan
menghisap,
jika
diperlukan
(misalnya
menggunakan jari yang bersih untuk menstimulasi refleks
menghisap
dan
latch on/pelekatan mulut bayi ke areola ibu dengan tepat) 5. Instruksikan
pada
ibu
untuk membiarkan bayi menyelesaikan meyusui
proses
yang
pertama
sebelum proses menyusui yang kedua 6. Instruksikan mengenai
pada
ibu
bagaimana
memutuskan hisapan pada saat ibu menyusui bayi, jika Instruksikan 18
diperlukan ibu
untuk
melakukan
perawatan
puting susu 7. Instruksikan
posisi
menyusui yang bervariasi misalnya dengan posisi kepala
berada
disiku/crosscradle, menggendong dibawah
lengan
bayi untuk
menyusui/football hold 3.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketdakmampuan menerima nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketdakmampuan menerima nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Keberhasilan menyusui bayi ditingkatkan 2. Pemberian makanan melalui dot ditingkatkan 3. Intake nutrisi meningkat 4. Mempertahankan kesehatan mulut 5. Status menelan meningkat 6. Peningkatan berat badan
19
Manajemen perawatan bayi baru lahir: 1. Monitor refleks menghisap bayi baru lahir selama menyusui 2. Monitor berat badan bayi setiap hari 3. Sendawakan bayi baru lahir setelah makan 4. Sediakan informasi kepada orang tua tentang bayi bru lahir mengenai kebutuhan nutrisi 5. Monitor asupan kalori setiap hari 6. Lakukan oral hygiene 7. Kolaborasi dalam pemasang NGT Monitor nutrisi bayi 0-3 bualn 1. Lakukan pengukuran antropomettri 2. Monitor turgor kulit dan mobilitas 3. Berikan ASI atau PASI setiap 2 jam 4. Intruksikan kepada orang tua untuk memberikan ASI esklusif 5. Instruksiakan kepada ibu untuk mbersihkan
puti susu sebelum menyusui 6. Monitor dan hitung masukan makanan/ cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai kebutuhan 7. Kolaborasi dan Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan 4.
hipotermia berhubungan dengan faktor resiko transfer panas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hipotermia berhubungan dengan faktor resiko transfer panas dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Mangidenitikasi tanda dan gejal hipotermi 2. Mempertahankan keutuhan suhu 3. Memodifikasi asupan cairan sesuai kebutuhan 4. Memidifikasi lungkungan untuk meningkatkan penyimpanan panas
Monitor suhu bayi baru lahir 1.
Monitor suhu setiap 2 jam sesuai kebutuhan
2.
Monitor
suhu
dan
adanya
gejal
warana kulit 3.
Monitor yang dengan
berhubungan hipotermia
ringan samapi berat 4.
Jaga suhu tubuh yang adekuat dari bayi baru lahir
(misalnya,
keringkan bayi setelah lahir, membedong bayi dalam selimut jika tidak diletakkan ditempat yang hangat, rajut
pakaikan bayi
topi dan
instruksikan orang tua untuk menjaga kepala tetap
tertutup,
dan
letakkan bayi baru lahir dalam
ruang
isolasi
(bayi) atau tempatkan bayi dibawah pemanas 20
sesuai
dengan
kebutuhan) 5.
Bantu orang tua untuk memandikan bayi baru lahir pertama kali setelah suhu stabil
6.
(bungkus bayi dengan) lampin
untuk
meningkatkan tidur dan pemberian rasa aman 7.
Peluk dan sentuh bayi baru
lahir
diruang
yang
ada
siolasi
bayi
secara teratur 5.
Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah Resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Kontrol infeksi dipertahanak 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Leukosit dalam batas normal
Kontrol infeksi 1.
Monitor adanya tnadatanda infeksi
2.
Tingkatan intake nutrisi yang tepat
3.
Dorong
intake
cairan
yang sesuai 4.
Berikan imunisasi yang sesuai
5.
Ajarkan mengenai
keluarga tanda
dan
gejala infeksi dan kapan harus kepada
melaporkan penyedia
pelayanan kesehatan 6.
Ajarkan ibu dan dan anggota
21
keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
seperti mencuci tangan sebelum menyentuh bayi 7.
Ajarkan
ibu
mebersuhkan
untuk puting
susu sebelum mebrikan ASI 8.
Bersihkan
tali
pusat
dengan persiapan alat yang diresepkan, dan jga tali pusat tetap kering 9.
Kolaborasi
dalam
pemberian antibiotik
22
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator yang sensitif dari kondisi sosial ekonomi dan secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesehatan ibu dan anak (Joshi et al, 2011).Oleh karena itu, BBLR merupakan suatu standar yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara. Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari prematuritas (Persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature (Proverawati 2010). B. SARAN Diharapkan
mahasiswa/mahasiswi
mampu
dalam
melakukan
keperawatan pada BBLR sesuai teori dan metode yang telah ditentukan
23
asuhan
DAFTAR PUSTAKA
Proverawati.(2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Cahyo.(2010). Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka. Pantiawarti, dkk.( 2010). Bayi dengan BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH). Yogyakarta: Nuha Medika. Irene, dkk.(2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4; Jakarta. EGC Fauziah.dkk. (2013) Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.Yogyakarta: Nuha Medika Wong. L. Donna. (2003) bayi dengan (BBLR) BERAT BADAN LAHIR RENDAH. http://digilib.unisayogya.ac.id/2004/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
24