Askep BBLR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) Mata Kuliah: Keperawatan Maternitas I Dosen Pembimbing: Ns. Yulianingsih, M. Kep., Sp. Mat



Disusun Oleh Kelompok 4: 1. Amefa Krismon Tika .R. 2. Cheptya Nabilla 3. Cindi Amelia 4. Gita Rosalina 5. Lely Pangastuti 6. Linda Sinthia Dewi 7. Piani 8. Sania Oktaviani W.A 9. Teges Aderiani 10. Tuti Alawiyah 11. Yuni Yulia PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH BEKASI 2017/2018



ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)



A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1.



Prematuritas murni.



Adalah: bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK). 2.



Dismaturitas.



Adalah : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK) Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK ). B. Etiologi BBLR 1. Faktor Ibu. a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.



c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. d. Sebab lain Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. 3.



Faktor janin.



Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom. 4. Faktor lingkungan Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun. C. Manifestasi Klinis Gambaran klinis BBLR secara umum adalah : 1.



Berat kurang dari 2500 gram



2.



Panjang kurang dari 45 cm



3.



Lingkar dada kurang dari 30 cm



4.



Lingkar kepala kurang dari 33 cm



5.



Umur kehamilan kurang dari 37 minggu



6.



Kepala lebih besar



7.



Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang



8.



Otot hipotonik lemah



9.



Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea



10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus 11. Kepala tidak mampu tegak 12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit 13. Nadi 100 – 140 kali / menit



(Prawirohardjo. 2005)



D. Pemeriksaan diagnostik 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah. E. Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : 1. Penanganan bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator 2. Pelestarian suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang



dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram 3. Inkubator Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. 4. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan 5. Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. 6. Pemberian makanan Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.



7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan Umur/hari



Jmlh ml/kg BB



1



50- 65



2



100



3



125



4



150



5



160



6



175



7



200



14



225



21



175



28



150



F. Pengkajian Fokus 1. Sirkulasi Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA). 2. Makanan/cairan Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz). 3. Neuroensori Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi



dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37. 4. Pernafasan Skor APGAR mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS). 5. Keamanan Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek. 6. Seksualita Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum. (IDAI, 2004)



G. Diagnosa Keperawatan 1.



Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik



Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif. Kriteria : RR normal 40-60 kali/menit, jalan nafas paten, irama reguler. RASIONAL



INTERVENSI KEPERAWATAN MANDIRI 1. 1. Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan 2 dengan prosedur atau perawatan,



1. Membantu dalam membedakan priode perputaran pernafasan yang normal dari serangan apnoe, yaitu terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke30. 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan



nafas. lakukan pemantauan jantung dan 3. 3. Hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu pernafasan yang kontiniu. lingkungan dapat menimbulkan apnea. 2. 2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan. 4. 4. Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan 3. 3. Pertahankan suhu tubuh optimal menurunkan episode apnoe, khususnya adanya 4. 4. Posisikan bayi pada abdomen atau hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea posisi terlentang dengan gulungan popok



di



bawah



bahu



untuk



menghasilkan sedikit hiperekstensi. KOLABORASI



1.



1. 1. Pantau pemeriksaan laboratorium (GDA, glukosa serum, elektrolit ) 2. Berikan oksigen sesuai indikasi



1.



Hipoksia,asidosis



hipoglikemia,



metabolik,



hipopkalsemia,



hiperkapnea,



dan sepsis



dapat



memperberat serangan apnoe. 2. Perbaikan



kadar oksigen dan



karbondioksida



dapat meningkatkan fungsi pernafasan.



2. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan. Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4-37,4) INTERVENSI KEPERAWATAN



RASIONAL 1. Hiopotermia membuat bayi cenderung



MANDIRI 1. Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rektal



pada



awalnya,



selanjutnya



periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebab hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang. 2. Tempatkan



bayi



pada



isolette,



penghangat, inkubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan bantalan pemanas di bawah



bayi



bila



perlu



dalam



hubungannya dengan tempat tidur isolette atau terbuka.



pada



stress



dingin,



penggunaan



simpanan lemak coklat yang tidak dapat



diperbaharui



penurunan meningkatkan



bila



ada



dan



sensitivitas



untuk



kadar



CO2



(hiperkapnea) atau penurunan kadar O2 ( hipoksia ). 2. Mempertahankan lingkungan termo netral membantu mencegah stress dingin.



KOLABORASI 1. Kolaborasi pemberian D-10 W dan 1. Pemberian dextrose mungkin perlu untuk ekspander volume secara intra vena memperbaiki bila diperlukan



vasodilatasi



hipoglikemia,hipotensi perifer



mungkin



karena



memerlukan



2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi tindakan pada bayi yang mengalami stress fenobarbital, natrium bikarbonat.



panas,



hipertermia



dapat



menyebabkan



peningkatan dehidrasi 3-4 kali lipat. 2. Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan oleh hipertermia, memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.



3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas organ tubuh. Tujuan : - Peningkatan berat badan 20-30 gr/hr. -



Mempertahankan berat badan.



INTERVENSI KEPERAWATAN



RASIONAL



MANDIRI 1.



Timbang



berat



badan



bayi



saat 1. Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan



menerima di ruangan perawatan dan sesuai dengan BB dasar yang sesuai/ setelah itu setiap hari.



normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-



2. Auskultasi bising usus, perhatikan 4 hari pertama dari kehidupan karena adanya distensi abdomen, adanya tangisan keterbatasan masukan oral. lemah yang diam bila dirangsang oral 2. Indikator yang menunjukkan neonatus diberikan dan perilaku menghisap.



lapar.



3. Lakukan pemberian makan oral awal 3. Pemberian makanan awal membantu dengan 5-15 ml air steril, kemudian memenuhi kebutuhan kalori dan cairan dextrose dan air sesuai protokol rumah khususnya



pada



bayi



yang



laju



sakit, berlanjut pada formula untuk bayi metabolismenya menggunakan 100- 120 yang makan melalui botol. KOLABORASI Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.



kal/ kg BB setiap 24 jam. Bayi



mungkin



memerlukan



suplemen



glukosa untuk meningkatkan kadar serum.



4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh dekat permukaan kulit. Tujuan : Mempertahankan kulit utuh bebas dari cedera dermal. Kriteria : Integritas kulit baik. INTERVENSI KEPERAWATAN



RASIONAL



MANDIRI



1. Mengidentifikasi area potensial kerusakan



dermal, yang dapat mengakibatkan sepsis. 1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan 2. Membantu mencegah kekeringan dan pecah atau tekanan. pada bibir. 2. Berikan perawatan mulut dengan 3. Membantu mencegah kemungkinan nekrosis menggunakan salin atau gliserin scrab. berhubungan denganedema dermis di atas 3. Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin penonjolan tulang. dan bantal bulu domba atau terbuat dari 4. Setelah beberapa (empat) hari, kulit bahan yang lembut. mengalami beberapa sifat bakterisidal karena 4. Mandikan bayi dengan menggunakan air pH asam. steril dan sabun meminimalkan manipulasi kulit bayi. KOLABORASI



1. Meningkatkan pemulihan pecah-pecah dari



1. Berikan salep antibiotika.



iritasi berkenaan dengan pemberian oksigen,



2. Hindari penggunaan agen topikal keras, dapat membantu mencegah infeksi. cuci tangan dengan hati-hati dengan fovidon 2. Membantu mencegah kerusakan kulit dan setelah prosedur.



kehilangan barrier pelindung epidural.



5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur. Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria : Leukosit normal, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi. INTERVENSI KEPERAWATAN



RASIONAL



MANDIRI



2. 3.



4. 5.



1. 1. Mencuci tangan adalah praktik yang



penting untuk mencegah kontaminasi. 1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada 2.2. Penularan penyakit pada neonatus dari staf, orang tua dan pekerja lain. pengunjung dapat terjadi secara langsung. 2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit. 3. 3. Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi. 3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, 4. 4. Penggunaan _ocal_l _ocal, triple dye misalnya : suhu, letargi atau perubahan dapat membantu mencegah kolonisasi. perilaku. 5. 5. ASI mengandung Ig. A, makrofag, 4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai limfosit dan netropil yang memberikan _ocal_l_ rumah sakit. beberapa perlindungan dari infeksi. 5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila Mengatasi infeksi pernafasan atau sepsis. tersedia. KOLABORASI Berikan antibiotika sesuai indikasi.



KESIMPULAN Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BBLR dapat dibagi 2 golongan yaitu: prematuritas murni dan dismaturitas.



Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi juga rentan mengalami hipotermi jika tidak dalm incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.



DAFTAR PUSTAKA Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta: EGC.