6 0 394 KB
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
DI SUSUN OLEH : DANA MONICA RITA YUNIARTI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (Stikes) TARUMANAGARA JAKARTA 2020
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan pada klien PNEUMONIA, Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ns. Ira kusumawati, S.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan kegawat daruratan yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah
wawasan, serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada klien pneumonia d. Saya juga menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri, maupun orang yang membacanya terima kasih.
Jakarta, 31 Maret 2020
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2 1. 3 Tujuan Makalah......................................................................................3 A. Konsep kepeawatan ARDS ( Respiratory Distress Syndrome ) 2.1 Definis ARDS....................................................................................4 2.2 Etiologi ARDS ..................................................................................4 B. Konsep kepeawatan Pneumonia 2.3 Definisi pneumonia.............................................................................5 2.4 Etiologi pneumonia.............................................................................6 2.5 patofisiologi.........................................................................................6 2.6 pathway...............................................................................................8 2.7 klasifikasi............................................................................................ 9 2.8 manifestasi klinis................................................................................. 9 2.9 komplikasi...........................................................................................10 2.10 pemeriksaan penunjang.....................................................................10 2.11 Asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.........................11 BAB III PENUTUP
ii
3.1 Kesimpulan.........................................................................................17 3.2 Saran....................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam globalisasi khususnya di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah berbagai penyakit salah satunya ARDS yaitu merupkan Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang timbul pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom Gawat Nafas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk. Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS. ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg. ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh 1
kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor penyebab Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang dihubungkan dengan konsolidasi ruang Alveoli Pneumonia ini merupakan masalah, baik dalam angka kesakitan maupun angka kematian.sepuluh kali lebih tinggi dari pada negara maju dengan angka kematian pada balita sekitar 5 juta pertahun. Pada tahun 2005, di Indonesia didapatkan 600.720 kasus pneumonia pada balita dengan kematian 204 anak.Diagnosis ini serta pengobatan yang cepat akan menurunkan angka kematian.Penyebab pneumonia beragam dengan dua penyebab terbanyak adalah virus dan bakteri.Berkaitan dengan pemberian anti mikroba sangatlah
penting
untuk
membedakan
pneumonia
bakteri
dengan
pneumonia
virus.BakterI memerlukanwaktu beberapa hari serta tidak tersedia di semua tempat. Ida Bagus Subanada dkk: Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia bakteri pada anak (Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3, Oktober 2010) Pneumonia dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan hingga berat.Pengobatan tergantung pada penyebab pneumonia, seberapa parah gejala, dan usia serta kesehatan secara keseluruhan. Kebanyakan orang sehat sembuh dari pneumonia dalam satu hingga tiga minggu, tetapi itu bisa mengancam jiwa.Berita baiknya adalah bahwa pneumonia dapat dicegah — dengan mendapatkan suntikan flu tahunan, sering mencuci tangan , dan untuk orang-orang yang berisiko tinggi, mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumokokus. 1.2
Rumusan Masalah 1. Apa itu ARDS ( Respiratory Distress Syndrome ) 2. Apa etiologi dai ARDS? 3. Apa definsi dari pneumonia? 4. Apa etiologi pneumonia ? 5. Bagaimana patofisiologi pneumonia? 6. Apa saja klasifikasi pneumonia ? 7. Apa saja manifestasi klinis pneumonia ? 8. Apa saja komplikasi pneumonia ? 9. Bagimana pmeiksaan pneumonia ? 2
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?
1. 3 Tujuan makalah 1. Untuk mengetahui Apa itu ARDS ( Respiratory Distress Syndrome ) 2. Untuk mengetahui Apa etiologi dai ARDS? 3. Untuk mengetahui Apa definsi dari pneumonia? 4. Untuk mengetahui Apa etiologi pneumonia ? 5. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi pneumonia? 6. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi pneumonia ? 7. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinis pneumonia ? 8. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi pneumonia ? 9. Untuk mengetahui Bagimana pmeiksaan pneumonia ? 10. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep kepeawatan ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome ) 2.1 Definsi Dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam globalisasi khususnya di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah berbagai penyakit salah satunya ARDS yaitu merupkan Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia virus atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfuse darah masif, bypass kardiopulmonal, keracunan O2 , perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. ADRS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. ( Wilson, 2012 ). 2.2 Etiologi ARDS berkembang sebagai akibat kerusakan pada epitel alveola dan endotel mikovaskula yang diakibatkan trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung ( sudoyo dkk, 2010). 1. Trauma langsung pada paru • Pneumoni virus,bakteri,fungal • Contusio paru • Aspirasi cairan lambung • Inhalasi asap berlebih
4
• Inhalasi toksin • Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama 2. Trauma tidak langsung • Sepsis ( infeksi berat dan luas ) • Shock • Pankreatitis • Uremia ( kelainan metaboli ) • Overdosis Obat • Bedah Cardiobaypass yang lama ( riwayat pembedahan jantung ) • Transfusi darah yang banyak • Peningkatan TIK • Terapi radiasi
Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada penderita ARDS adalah:
Napas pendek dan cepat
Sesak napas
Tekanan darah rendah (hipotensi)
Tubuh terasa sangat lelah
Keringat berlebih
Bibir atau kuku berwarna kebiruan (sianosis)
Nyeri dada
Denyut jantung meningkat (takikardia)
Batuk
Demam
Sakit kepala atau pusing
5
B. Konsep kepeawatan pneumonia 2.3 Definisi Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.pertukaran gas tidak berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi .Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman somantri 2010) Peumonia adalah infeksi akut pada paru-paru,ketika paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan akibat kemampuan paru paru menyerap oksigen berkurang (Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 3, No. 4 | Desember 2016). Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) . Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
December 9, 2012 by rikayuhelmi
6
2.4 ETIOLOGI Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu: a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander. b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V. Influenza. c. Mycoplasma pnemonia d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans. e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
2. 5 PATOFISIOLOGI Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paruparu. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.Selain itu, toksintoksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus
7
paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 2012).
8
2.6 Pathway organisme
Normal (sistem pertahanan) terganggu
Virus
Kuman patogen mencapai bronkioli terminalis merusak sel epitel bersilis, sel goblet
Cairan edema+leukosit ke alveoli
Konsilidasi paru
Kapasitasital, compliance menurun, hemorogik
Sel nafas bagian bawah pneumokokus
Eksudat masuk ke alveoli
Alveoli
Sel darah merah, leukosit, pneumokokus mengisi alveoli
Leukosit + fibrin mengalami konsolidasi
stapilokokus
Trombus
Toksin, coagulase
Permukaan lapisan pleura tertutup tebal eksudat trombus vena pulmonalis
Nekrosis hemoragik
Leukositosis Suhu tubuh meningkat
Intoleransi aktivitas Risiko kekuragan volume cairan
Produksi sputum meningkat
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
9
Abses pneumatocele (kerusakan jaringan paurt)
Ketidakefektifan pola nafas
2.7 KLASIFIKASI Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi : 1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. 2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis. 3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural. 2.8 MANIFESTASI KLINIS 1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa. 2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun, 3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan. 4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat mementap selama sakit. 5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus. 6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri apendiksitis.
10
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi. 8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi. 9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut. 10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
2.9 KOMPLIKASI 1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat 2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi 3. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura) 4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah) 5. Delirium terjadi karena hipoksia 6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin 7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. 8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. 9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. 10. Infeksi 2.10
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain : 1.
Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat juga menyatakan abses)
2.
Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3.
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4.
Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua orgaisme yang ada
11
5.
Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6.
Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu
berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
Oksigen 1-2L/menit.
Jumlah cairan yang sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
12
1. Pengkajian Pengkajian primer 1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas a. Peningkatan sekresi pernapasan b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing, d. Jalan napas bersih atau tidak 2. Breathing a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu / bradipneu, retraksi. b. Frekuensi pernapasan : cepat c. Sesak napas atau tidak d. Kedalaman Pernapasan e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak f. Reflek batuk ada atau tidak g. Penggunaan otot Bantu pernapasan h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak i. Irama pernapasan : teratur atau tidak j. Bunyi napas Normal atau tidak 3. Circulation a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia b. Sakit kepala c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk d. Papiledema e. Penurunan haluaran urine 4. Disability a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak b. adanya trauma atau tidak pada thorax c. Riwayat penyakit dahulu / sekarang d. Riwayat pengobatan
13
e. Obat-obatan / Drugs 2. Pemeriksaan fisik 1. Mata a. Konjungtiva pucat (karena anemia) b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksia) c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis) 2. Kulit a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer) b. Sianosis secara umum (hipoksemia) c. Penurunan turgor (dehidrasi) d. Edema 3. Jari dan kuku a. Sianosis b. Clubbing finger 4. Mulut dan bibir a. Membrane mukosa sianosis b. Bernafas dengan mengerutkan mulut 5. Hidung Pernapasan dengan cuping hidung 6. Vena leher : Adanya distensi/bendungan 7. Dada a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan) b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan c. Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran /rongga pernafasan) d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) e. Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural friction) f. Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness) 8. Pola pernafasan
14
a. Pernafasan normal (eupnea) b. Pernafasan cepat (tacypnea) c. Pernafasan lambat (bradypnea) DIAGNOSA KEPEAWATAN a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas b. Ketidakefektifan pola nafas c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
No
Diagnosa keperawatan
1.
Ketidakefektifan
bersihan
Tujuan dan kriteria hasil Respiratory status:
jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
Intervensi Respiratory Monitoring
ventilation 1. Monitor vital sign
Respiratory status:
(suhu, RR, Nadi)
airway patency
2. Monitor respirasi dan
Kriteria hasil:
Mendomonstrasikan
oksigenasi
batuk efektif dan suara
3. Auskultasi bunyi napas
nafas bersih, tidak ada
4. Anjurkan keluarga
sianosis dan dyspneu
pasien memberikan
Menunjukkan jalan nafas
minuman hangat atau
yang paten
susu hangat
Mampu mengidentifikasi
5. Kolaborasi dalam
dan mencegah faktor
pemberian terapi
yang dapat menghambat
nebulizer sesuai
jalan nafas
indikasi 6. Berikan O2 dengan menggunakan nasal 7. Penghisapan (suction) sesuai indikasi.
2.
Respiratory
status:
1. Buka jalan nafas 2. Pastikan posisi untuk
15
Ketidakefektifan pola nafas
ventilasi
memaksimalkan
Respiratory
ventilasi
status:
3. Auskultasi suara nafas,
airway patency
catat
Vital sign status
4. Monitor
vital
sign
Mendemonstrasikan
(pernafasan) dan status
batuk efektif, suara
O2
nafas
yang
tidak
ada
5. Keluarkan
bersih,
dengan
cyanosis,
secret batuk
atau
suction
dyspneu
suara
tambahan
Kriteria hasil:
adanya
Menunjukkan
jalan
nafas
yang
paten
(irama
nafas,
tidak
tercekik,
tidak
nsuara
ada nafas
abnormal)
Tanda-tanda
vital
dalam rentang normal
3.
Risiko Kekurangan volume
Fluid balance
cairan b.d intake oral tidak
Hydration
hidrasi (kelembaban
adekuat
Nutritional status:
membrane mukosa, nadi
food and fluid intake
yang adekuat) secara tepat
Kriteria hasil:
1.
2.
Monitoring status
Atur catatan intake dan output cairan secara akurat
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dn BB,
3.
Beri cairan yang sesuai
BJ, urien normal, HT Fluid monitoring: 16
normal
4.
Identifikasi factor
Tekanan darah, nadi,
risiko ketidakseimbangan
suhu tubuh dalam
cairan (hipertermi, infeksi,
batas normal
muntah dan diare)
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elestisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
BAB III
17
5.
Monitoring tekanan darah, nadi dan RR
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia virus atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfuse darah masif, bypass kardiopulmonal, keracunan O2 , perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. ADRS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. ( Wilson, 2012 ). Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.pertukaran gas tidak berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi .Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman somantri 2010). 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
18
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic NocJakarta: penerbit buku kedokteran EGC Sjamsuhidayat. 2017. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC Doenges.
2015.
Rencana
Asuhan
Keperawatan:
Pedoman
untuk
perencanaan
dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC https://www.scribd.com/document/374847305/asuhan- keperawatan-Gawat Darurat -Pneumonia Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 3, No. 4 | Desember 2016
19