Askep Kejang Demam PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TODDLER DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.H.IBNU SUTOWO BATURAJA



LAPORAN TUGAS AKHIR



RIRIN YULIANDA PO.71.20.2.15.082



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI KEPERAWATAN BATURAJA TAHUN 2018



Poltekkes Kemenkes Palembang



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TODDLER DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.H.IBNU SUTOWO BATURAJA



LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan



RIRIN YULIANDA PO.71.20.2.15.082



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI KEPERAWATAN BATURAJA TAHUN 2018



ii



Poltekkes Kemenkes Palembang



iii



Poltekkes Kemenkes Palembang



iv



Poltekkes Kemenkes Palembang



v



Poltekkes Kemenkes Palembang



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, serta Do’a dan dukungan dari orang tua dan keluarga, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat waktu. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Baturaja Poltekkes Kemenkes Palenbang. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyususan Laporan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Palembang 2. Ibu Dr. Rynna Dyanna. R selaku direktur RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja 3. Bapak Ns. H. Budi Santoso, M.Kep, Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang. 4. Bapak Saprianto, SKM. M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Baturaja 5. Ibu Risdiana S.Kep selaku Kepala Ruangan Anak RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja 6. Bapak Suparno, APP, M.Kes selaku Pembimbing I dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 7. Bapak H.A.Gani.S.Pd.SKM.S.Kep.M.Kes selaku Pembimbing II dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 8. Ibu Nelly Rustianti,SKM.M.Kes selaku penguji I 9. Bapak H.Umar HM,SKM.M.Kes Selaku penguji II 10. Ny Ketut Sujati.M.Kes Selaku penguji III 11. Bapak dan Ibu Dosen Beserta Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Baturaja.



vi



Poltekkes Kemenkes Palembang



12. Teman Almamater Angkatan XIV Dan Sahabat Saya menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan maka kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan LTA saya. Semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan ilmu keperawatan. Baturaja,2 juli 2018 Penulis



vii



Poltekkes Kemenkes Palembang



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………... i HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................. ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… . v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………. vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1.3 Tujuan study kasus............................................................................... 1. Tujuan Umum ............................................................................... 2. Tujuan Khusus .............................................................................. 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................ 1. Bagi RSUD Dr.Ibnu Sutowo......................................................... 2. Bagi istitusi pendidikan................................................................. 3. Bagi penulis……………………………………………………....



1 1 3 3 3 3 3 3 3 4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam ............................................... 2.1.1 Pengertian........................................................................ 2.1.2 Etiologi............................................................................ 2.1.3 Patofiiologi Kejang Demam............................................ 2.1.4 Anatomi hypothalamus……………………………… 2.1.5 Patway............................................................................. 2.1.6 Manifestasi klinis ........................................................... 2.1.7 Klasifikasi……………………………………………. .. 2.1.8 Penatalaksanaan medis.................................................... 2.1.9 Diagnosa Banding ........................................................... 2.1.10 Konsep Anak…………………………………………. 1. Pengertian Anak........................................................... 2. Filosofi Keperawatan Anak.......................................... 3. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak.............................. 4. Lingkup Praktik Keperawatan Anak............................ 5. Perkembangan pada anak toddler………………… 2.2 Konsep asuhan keperawatan………………………………… a. Pengkajian ...................................................................... b. Diagnosis Keperawatan................................................ c. Intervensi keperawatan................................................. d. Evaluasi………………………………………………



5 5 5 5 6 7 8 9 10 12 14 14 15 16 16 18 20 21 21 29 29 33



viii



Poltekkes Kemenkes Palembang



BAB III METODE STUDY KASUS…........................................................ … 33 3.1 Rancangan study kasus ………………………………………… 33 3.2 Subjek study kasus ……………………………………………... 33 3.3 Fokus study ……………………………………………………… 33 3.4 Definisi Operasional …………………………………………... . 33 3.5 Metode pengumpulan data………………………………………. 35 3.6 Lokasi dan waktu study kasus ………………………………….. 36 3.7 Penyajian data ……..……………………………………………. 37 3.8 Etika study kasus………………………….……………………… 37 BAB IV HASIL STUDY KASUS DAN PEMBAHASAN………………… 4.1 profil institusi tempat pengambilan kasus…………………….. 4.2 Hasil study kasus………………………………………………. 4.2.1 pengkajian kasus 1……………………………………………... 4.1.3 Pengkaian kasusu 2…………………………………………….. 4.3 pembahasan…………………………………………………….. 4.3.1 Perbandingan kasus…………………………………………….



38 38 41 41 54 65 65



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 71 5.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 71 5.2 Saran…………………………………………………………… 71 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 72



ix



Poltekkes Kemenkes Palembang



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA Laporan Tugas Akhir, Juli 2018 Ririn yulianda Asuhan Keperawatan Pada anak toddler dengan kejang demam dalam penerapan kompres hangat upaya penerapan suhu tubuh upaya penurunan suhu tubuh Di Rumah Sakit Dr.Ibnu Sutowo Baturaja tahun Xii+ 93Halaman + 2 Gambar + 17 Tabel + 7 Lampiran Abstrak Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (harjaningrum,2011).Tujuan dari penulisan ini untuk menggambarkan penerapan teknik Kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh di wilayah kerja Rs Ibnu Sutowo Baturaja sebagai berikut, kasus I pada hari pertama demam masih tinggi , hari kedua mulai ada penurunan sebagian dan hari ketiga suhu tubuh normal. Sedangkan pada kasus kedua pada hari pertama suhu masih tinggi , hari kedua mulai turun, dan hari ketiga suhu kembali normal . Setelah melakukan pengkajian dengan penerapan teknik kompres hangat pada An.G dan An.W. dengan kejang demam, penulis menyimpulkan bahwa teknik perkusi vibrasi dapat mengurangi penumpukan secret pada klien kejang demam. Saran penulis terhadap perawat diharapkan kepada perawat dapat menerapkan tindakan mandiri keperawatan, seperti teknik kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh sebagai alternative tindakan non-farmakologi terhadap penurunan suhu tubuh , dan saran penulis terhadap klien diharapkan kepada klien dapat menerapkan teknik kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh. Kata kunci:kejang demam pada anak toddler Referensi 15 (2007-2018)



x



Poltekkes Kemenkes Palembang



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar belakang masalah Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (harjaningrum,2011). WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di kuawit dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang demam, 5-10 % india dan 14 % di guam. (WHO,2010) Diindonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam pada tahun 2012-2013 3-4 % dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun. Kejang demam sangat berhubungan dengan usia,hampir tidak perna ditemukan sebelum usia 6 bulan dan 6 tahun. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam, diantaranya: umur, jenis kelamin,suhu saat kejang,riwayat kejang,dan epilepsy dalam keluarga, dan lamanya demam.(wibisono,2015) Dinas kesehatan Sumatra selatan data yang diperoleh, untuk angka kejadian kasus kejang demam pada tahun 2013 mencapai 25,83/100.000 penduduk.



Sementara



pada



tahun



1



2014



sebesar



30,25/100.000



Poltekkes Kemenkes Palembang



2



penduduk,dan pada tahun 2015 mencapai 49,82/100.000 penduduk(Dinkes Sumatra Selatan,2015) Dikabupaten Ogan Komering Ulu menemukan angka kesakitan untuk kejang demam pada tahun 2018 adalah pada laki-laki 551 jiwa sedangkan pada perempuan 733 jiwa.(Dinkes OKU,2018) Data dari pasien yang dirawat di Ruang inap anak di RSUD. Dr.Ibnu sutowo Baturaja selama tahun 2015 diketahui bahwa kasus kejang demam di RSUD. DR. Ibnu sutowo Baturaja sebanyak 142 kasus, pasien keluar dengan keadaan masih hidup ada 139 dan pasien keluar dengan keadaan meninggal dunia ada 3 orang dan ditahun 2016 ada 180 kasus, pasien keluar dengan keadaan masih hidup ada 174 dan pasien keluar dengan meninggal dunia ada 6 orang dengan dengan penyakit kejang demam,sedangkan tahun 2018 dari bulan januari-maret terdapat 14 pasien anak yang mengalami kejang demam



(RSUD. Dr. Ibnu sutowo



Baturaja,2018) Maka dari data diatas penulis tertarik melaksanakan penerapan kompres hangat pada penderita kejang demam upaya penurunkan suhu tubuh Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. 1.2 Rumusan masalah Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam dengan penerapan kompres hangat diruang rawat inap RSUD.Dr.Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2018?



Poltekkes Kemenkes Palembang



3



1.3 Tujuan studi kasus 1.3.1 Tujuan umum Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada anak Kejang demam dengan pemberian kompres hangat dalam upaya penurunan suhu tubuh di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Melakukan pegkajian dan mempalidasi data pada klien dengan kejang demam. 2. MeRumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kejang demam. 3. Menyusun/mengaplikasikan



rencana



dan



rasionalisasi



keperawatan pada klien dengan kejang demam. 4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan kejang demam. 5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem saraf dengan penyakit kejang demam. 1.3 Manfaat studi kasus 1.3.1 Bagi RSUD.Dr.Ibnu Sutowo Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit umum daerah khususnya kepada bagian manajemen bidang keperawatan dalam rangka pelayanan keperawatan kepada pasien secara umum dan bagi pederita kejang demam.



Poltekkes Kemenkes Palembang



4



1.3.2



Bagi Prodi Keperawatan Baturaja 1. Dilampirkan sebagai masukan bagi mahasiswa akan melakuakan penelitian selanjutnya mengenai tentang kasus kejang demam. 2. Sebagai bahan referensi di perpustakaan akper depkes baturaja.



1.3.3



Bagi penulis Sebagai



pengalaman



awal



bagi



penulis



dalam



mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.



Poltekkes Kemenkes Palembang



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 konsep penyakit kejang demam 2.1.1 pengertian Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal secara adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan ( A.Azis Alimul hidayat, 2008) Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh rektal diatas 38 C ( Sujono riyadi & sukarmin, 2009) 2.1.2 Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau



5



Poltekkes Kemenkes Palembang



6



infeksi oleh virus herpes pada manusia juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak (Mediacastore, 2011: 8).



Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah sebagai berikut: 1. Infeksi virus 2. Infeksi traktus pernapasan atas 3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis) 4. Infeksi saluran kemih 5. Otitis Media 6. Faktor genetik 2.1.3 patofisiologi Infeksi yang terjadi pada jaringan luar kranial seperti tonsillitis, otitis media akut, bronchitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang di hasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya



secara



sistemik.



Naiknya



pengaturan



suhu



tubuh



dihipotalamus akan merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh



Poltekkes Kemenkes Palembang



7



yang lain seperti otot, kulit, jsehingga terjadi peningkatan kontaraksi otot. Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan protagladin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkat potensial inilah dapat merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa ini lah yang diduga dapat menaikan fase dipolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstermitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak berisiko terhapat injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutup lidah dan spasma bronkus. (sujono Riyadi & sukarmin, 2009)



2.1.3.1 anatomi hipotalamus



Poltekkes Kemenkes Palembang



8



Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak dibawah sulkus hipotalamik dan didepan nucleus interpundenkuler. Hipotalamus terbagi dari berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior thalamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf



autonom



juga



bekerja



hipofisis



untuk



mempertahankan



keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui pengingkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respon emosional.



Poltekkes Kemenkes Palembang



9



2.1.4 Patway



Infeksi pada bronkus, tonsil, telinga Toksik mikroorganisme menyebar secara hematologi dan limfogen Kenaikan suhu tubuh dihipotalamus dan jaringan lain (hypertermi) Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin, epinefrin Peningkatan potensial membran Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium ke dalam sel neuron dengan cepat Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat



Penurunan respon rangsangan dari luar



spasma otot mulut, lidah,



bronkus



Resiko cidera



resiko penyempitan atau penutupan jalan nafas



(sujono Riyadi & sukarmin,2009



Poltekkes Kemenkes Palembang



10



2.1.5 Manifestasi klinis Dewanto (2009) mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai padapasien dengan kejang demam diantaranya : 1. Suhu tubuh mencapai >38 C 2. Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang 3. Mata mendelik, tungkai dan lengan kanan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang ( gejalah kejang tergantung jenis kejang 4. Kulit pucat dan membiru 5. Akral dingin Selain itu pedoman mediagnosis kejang demam menurut living stone juga dapat kita jadikan pedoman untuk menentukan manifestasi klinik kejang demam, kriteria livingstone tersebut setelah dimanifestasikan dipakai



sebagai



pedoman



untuk



membuat



diagnosis



kejang



demam,yaitu : 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan-4 tahun. 2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit. 3. Kejang bersifat umum ( tidak pada satu bagian tubuh seperti pada otot rahang saja. 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan setelah kejang normal. 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan . Poltekkes Kemenkes Palembang



11



7. Frekwensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4 kali. ( Sujono Riyadi & sukarmin,2009) 2.1.6 Klasifikasi Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 8 bagian tipe kejang yang umum,yaitu : spasme infantile, kejang alpa (dahulu petit mal), tonik-klonik (dahulu gran mal), mioklonik, atonik, persial sederhana, persial kompleks dan status epileptikus. 1. Spasme infantile Tipe kejang ini jarang terjadi, tampak pada sindrom epilepsy pada masa bayi dan masa kanak-kanak. Biasanya tampak pada bayi antara usia 3- 12 bulan, insiden puncsk pada usia 4 dan 8 bulan,biasanya berhenti pada usia 2 tahun. Dengan karakteristik adanya bentakan mendadak yang diikuti dengan kekakuan. Dpat terlihat kepala fleksi, lengan ekstensi,dan tungkai ditarik, lengan terhempas, lutut ditarik, dan tubuh membungkuk ( dianggap sebagai “kejang pisau lipat’ dapat didahului atau diikuti dengan menangis. 2. Kejang alpa tipe kejang umum terjadi lebih sering pada anak perempuan disbanding pada anak laki-laki jarang terjadi sebelum usia 5 tahun. Dengan adanya pemberhentian mendadak aktivitas motoric atau bicara dengan ekspresi wajah kosong atau kedutan ritmik mulut bisa



Poltekkes Kemenkes Palembang



12



juga dengan gerakan mengedip kelopak mata. Kejang alpa komplek terdiri atas gerakan mioklonik wajah, jari, atau ekstermitas dan kemungkinan kehilangan tonus tubuh sehingga dapat berkangsung kurang dari 30 detik. 3. Tonik-klonik Kejang umum yang sering dijumpai. Tipe kejang yang paling dramatis, kehilangan kesadaran terjadi dan dpat didahului oleh menangis melengking, terjadi dengan seluruh tubuh mengalami kontraksi tonik yang diikuti dengan kontraksi tonik yang bergantian dengan relaksasi semua kelompok otot. Sianosis dapat terlihat akibat apoca, saliva dapat terakumulasi didalam mulut akibat ketidak mampuan menelan. 4.



Mioklonik Umum Tipe kejang umum yang melibatkan korteks motoric otak. Dapat terjadi bersama bentuk kejang yang lain. Dengan adanya hentakan otot yang mendadak, cepat, dan masif yang dpat melibatkan seluruh tubuh atau salah satu bagian tubuh, anak dpat kehilangan kesadaran atau tetap sadar.



5.



Atonik Tipe kejang umum yang sering dianggap sebagai pingsan. Tampak pada anak penderita sindrom lennox-gastaut. Dengan adanya kehilangan mendadak tonus otot. Pada anak, dpat berupa kepala yng



Poltekkes Kemenkes Palembang



13



mendadak tekulai. Anak kembali sadar dalam beberapa detik hingga beberapa menit serta dapat mengakibatkan cedera akibat jatuh keras.



6.



Parsial sederhana Tipe kejang persial yang terjadi pada bagian otak. Gejalah yang timbul bergantung pada area otak yang tertekan. Aktifitas motoric yang ditandai dengan gerakan klonik atau tonik yang melibatkan wajah, leher atau ekstermitas. Dapat meliputi tanda sensori, seperti baaal, kesemutan, anak tetap sadar dan dapat bicara selama kejang, tidak ada status pasca kejang.



7.



Persial komplek Tipe kejang persial yang umum terjadi dapat dimulai dengan kejang persial sederhana. Kemudian memburuk.dapat didahului oleh aura dan dapat juga tidak.kesadaran terganngu,otomatisme dari gerakan terarah kompleks merupakan gambaran umum pada bayi dan anak. Bayi menunjukan prilaku,seperti bibir mengecut, mengunyah, menelan, dan salivasi berlebihan dapat dibedakan dari prilaku normal bayi. Pada anak yang lebih tua, anak tampak mengambil atau menarik-narik linen tempat tidur atau pakaian, mengosok objek, atau berlari bisa jugamberjalan dalam cara yang tidak terarah dan berulang-ulang,kejang tersebut dapat sulit dikendalikan. 8. Status epileptikus



Poltekkes Kemenkes Palembang



14



Kedaruratan neutrologis yang umum pada anak dapat terjadi pada semua aktifitas kejang. Kejang demam merupakan tipe yang paling umum. Pada anak penderita epilepsy, suatu epileptikus umum terjadi diawal perjalanan epilepi, kejadian ini dapat mengancam jiwa. Kejang lama atau berkelompok dengan kesadaran yang tidak pulih diantara kejang. Usia anak, penyebab kejang, dan durasi status epilepstikus mempengaruhi prognosis. (Sylvia A.price) 2.1.7 Penatalaksanaan medis 1. Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena secara berlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisny 0,5-0,75/kgBB, diatas 20 kg 0,5mg/kgBB dosis rata-rata yang diberikan adalah 0,3 mg/kg/kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10mg pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. penderita tidak boleh melebihi 50mg penyuntikan. Setelah pemberian pertama diberikan, masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat diberikan injeksi dengan diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang maka tunggu 15 menit lagi, kemudian diberi injeksi diazepam ketiga dengan dosis yang sama secara intramuskuler. 2. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperektensi miring, pakain dilonggarkan, dan pengisapan lender. Bila tidak membaik dapat dilakukan intubasi endotrakel atau trskotomi. Poltekkes Kemenkes Palembang



15



3. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan 4. Pemberian kompres air hangat untuk membantu penurunan suhu tubuh dengan metode konduksi yaitu dari perpindahan dari derajat yang tinggi ( suhu tubuh ) kebenda yang mempunyai derajat lebih rendah(kain kompres). Kompres diletakkan di ketiak,leher, lipatan paha, serta area pembulu darah yang besar sperti leher. tindakan ini dapat



dikombinasikan



dengan



pemberian



antipiretik



seperti



prometazon 4-6 mg/Kg BB/hari ( terbagi dalam 3 kali pemberian ). 5. Apabila terjadi peningkatan tekanan intracranial maka perlu diberikan obat-obatan untuk mengurangi oedem otak seperti deksametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. Posisi kepala hiperektensi tetapi lebih tinggi dari anggota tubuh yang lain dengan cara menaikkan tempat tidur bagian kepala lebih tinggi kurang lebih 15 (posisi tubuh pada garis lurus). 6. Untuk pengobatan rumatan,Setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital dengan dosis awal 30 mg pada neonates, 50 mg pada anak usia 1 bulan-1 tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun keatas dengan tehnik pemberian intramuskuler. Setelah itu diberikan obat rumatan fenobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg/kg BB/hari ( terbagi dalam kali pemberian), hari berikutnya 4-5 mg mg/kg BB hari yang terbagi 2 kali pemberian. 7. Pengobatan penyebab, karena yang menjadi penyebab timbulnya kejang adalah kenaikan suhu tubuh akibat infeksi seperti ditelinga,



Poltekkes Kemenkes Palembang



16



saluran pernafasan, tonsil, maka pemerikasaan seperti angka leukosit, foto rontgen, tonsil maka pemberian kultur jaringan, pemeriksaaan gram bakteri serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menjadi penyebb infeksi sangat perlu dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotic yang cocok diberikan pada pasien anak dengan kejang demam. ( Sujono riyadi & Sukarmin,2009 ) 2.1.8



Diagnosa banding kejang pada anak Adapun diagnose banding kejang pada anak adalah gemetar, apoca, dan mioklonus benigna. a. Gemetar Gemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti



hipoglikemia,



hipokapnia



dengan



hiperiritabilitas



neuromuscular, bayi dengan ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerkan tremor cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik b. Apoca Pada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selam 10-15 detik. Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan Poltekkes Kemenkes Palembang



17



denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan ini di sebut pernafasan dibatang otak. Serangan apoca selama 10-15 detik terdapat pada hampir semua bagi premature, kadang-kadang pada bayi cukup bulan. Serangan apoca tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR perlu dicurigai adanya pendarahan intracranial dengan penenkanan batang otak. Pada keadaan ini USG peril segera dilakukan. c. Mioklonus nokturnal benigna Gerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang waktu tidur.biasanya timbul pada waktu permulaaan tidur berupa pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan dan siku yang berulang. Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik karena timbulnya selalu waktu tidur tidak dapat distimulus dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan. 2.2



Konsep anak 2.2.1 Pengertian anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual (A.Aziz alimun hidayat 2008,hal 6).



Poltekkes Kemenkes Palembang



18



Masa anak merupakan berupa masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain (12,5 tahunt), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lainnya mengingat latar belakang anak berbeda, pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan maka memilii ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan prilaku sosial. 2.2.2 filosofi keperawatan anak Filosofi keperawatan anan merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatik care), dan manajemen kasus. 2.2.3 prinsip-prinsi keperawatan anak Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yan dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatn anak. Perawat harus memahami mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan, diantara prinsi dalam asuhan keperawatan tersebut adalah : pertama,anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidsk boleh memandang anak dari ukuran fisik saja bagaimana orang Poltekkes Kemenkes Palembang



19



dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses pematang. Polapola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangan. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu denggan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktifitas, eliminasi, istirahat tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis, sosial dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak. Ketiga, pelayana keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa. Keempat, kesehatan



yang



keperawatan berfokus



keperawatanbertanggung



anak



pada



jawab



merupakan



kesejahteraan secara



disiplin anak



komprehensif



ilmu



sehingga dalam



Poltekkes Kemenkes Palembang



20



memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu mengutamakan kepentingan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut maupun sejenisnya. Kemudian dalam upaya mensejahterakan anak tersebut, tidak terlepas dari peran keluarga, sehingga dalam perbaikan mutu keperawatan selalu melibatkan keluarga. Kelima, praktik keperawatan anak mencangkup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, menginvestasi, dan meningkat



kesejahteraan



hidup,



dengan



menggunakan



proses



keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hokum (legal) sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan. Keenam, tujuan kepererawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan naturasi atau kematangan yang sehat, baik anak dan remaja sebagi makhluk biopsikososial dan spiritual dalam kontes keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan pada anak adalah selalu memperhatikan lingkungan baik secara internal maupun eksternal karena kematangan anak ditentukan oelh lingkungan yang ada, baik anak anak sebagai individu maupun anak sebagai bagian masyarakat.



Poltekkes Kemenkes Palembang



21



Ketujuh,



pada



masa



yang



akan



datang



kecenderungan



keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang mempelajari aspek kehidupan anak. (A.Aziz Alimul Hidayat) 2.2.3



Lingkungan praktik keperawatan Lingkungan praktik keperawatan anak merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang dimiliki, lingkup ini dilakukan keperawatan



selama



batas



keprofesiannya,



itu sendiri merupakan



tindakan



sedangkan



praktik



mandiri perawat



professional dengan melakukan kerjan sama secara kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan . lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatn yang diberikan pada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah,1999). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh, asah, asih. a) Kebutuhan asuh Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan



Poltekkes Kemenkes Palembang



22



pemberian



tindakan



keperawatan



dalam



meningkatkan



dan



mencengah penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan tempat dan perlindungan yang layak, kebutuhan hygiene perseorangan dan sanitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian. Semuanya merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada anak dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. b) Kebutuhan asih Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau perbaikan psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk didalamnya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang disekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikologinya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan meningkatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya yang kuat). c) Kebutuhan asah Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi anak, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asah (stimulus mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian



Poltekkes Kemenkes Palembang



23



dan kreativitas pada anak akan sesuai dengan harapan atau usia pertumbuhan dan perkembangan. (Hidayat, Aziz Alimul,2008) 2.2.4 Perkembangan pada anak toddler (1-3 tahun) Perkembagan komunikasi pada usia toddler dapat ditujukan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdegar kata-kata ulangan. Pada anak usia toddler khususya usia 3 tahun sudah mampu menguasa 900 kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa,apa,kapan dan sebagainya.komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sagat tinggi, isiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai menigkat, mudah rasa bersalah dan kecewah yang tinggi, semua komunikasi harus berpusat padanya, takut terhadap ketidak tahuan, dan perlu diingat bahwa pada usia ii anak masih belum fasih dalam berbicara. Pada usia toddler cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yag terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksa yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambata, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pegarahan yang Poltekkes Kemenkes Palembang



24



sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti “ jawab dong” megalihka aktifitas saat berkomunikasi, memberi mainan saat berkomunikasi denga maksut anak mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi pada ana, jika perlu jangan sentuh tanpa disetujui anak, hal tersebut untuk menghilangkan rasa cemas pada anak,menggambar, menulis dan mengali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan komunikasi. 2.2.5 konsep asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam 1. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154) Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa



Poltekkes Kemenkes Palembang



25



catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar). Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi : A. Data Subjektif 1. Biodata/Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat. 2.



Riwayat Penyakit Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan



: a. Apakah betul ada kejang ? Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak b. Apakah disertai demam ? Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam. c.



Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita



Poltekkes Kemenkes Palembang



26



dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.



d.



Pola serangan 1. Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ? 2. Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ? 3. Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai



gangguan



kesadaran



seperti



epilepsi



akinetik ? 4. Apakah



serangan



dengan



kepala



dan



tubuh



mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ? e.



Frekuensi serangan 1. Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul. 2. Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang,



Poltekkes Kemenkes Palembang



27



misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lainlain.



Dimana



kejang



dimulai



dan



bagaimana



menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ? f. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain. g. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain. h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi



Poltekkes Kemenkes Palembang



28



panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejangkejang.



i. Riwayat Imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT



efek



sampingnya



adalah



panas



yang



dapat



menimbulkan kejang. j. Riwayat Perkembangan Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi : 1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan



dengan



kemampuan



mandiri,



bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Gerakan



motorik



kemampuan



anak



halus



:



untuk



berhubungan



dengan



mengamati



sesuatu,



melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan



koordinasi



yang



cermat,



misalnya



menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain. 3. Gerakan



motorik



kasar



:



berhubungan



dengan



pergerakan dan sikap tubuh.



Poltekkes Kemenkes Palembang



29



4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. k. Riwayat kesehatan keluarga. Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam. 2. Riwayat sosial Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh



mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota



keluarga dan teman sebayanya ? 1. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ? Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi : 2. Pola persepsi dan tata laksanaan hidup sehat Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama. 3. Pola nutrisi



Poltekkes Kemenkes Palembang



30



Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ? Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ? 4. Pola Eliminasi BAK:



ditanyakan



frekuensinya,



jumlahnya,



secara



makroskopis



ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing. BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ? 5.



Pola aktivitas dan latihan Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?



6. Pola tidur/istirahat Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ? B.



Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.



Poltekkes Kemenkes Palembang



31



2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubunubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?. b. Rambut Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien. c. Muka/ Wajah. Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ? d. Mata Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ? e. Telinga Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.



Poltekkes Kemenkes Palembang



32



f. Hidung Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ? g. Mulut Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ? h. Tenggorokan Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ? i. Leher Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ? j. Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan k. Jantung Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?



Poltekkes Kemenkes Palembang



33



l. Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ? m. Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ? n. Ekstremitas Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ? o. Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tandatanda infeksi 2. Diagnosa keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit 2. Resiko terhadap bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sekresi mukus 3. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang. 4. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan adanya peningkatan suhu tubuh.



Poltekkes Kemenkes Palembang



34



3. Intervensi keperawatan Diagnose DX 1



Tujuan & Kriteria hasil



Intervensi



Rasional



a. termoregulasi kriteria hasil : 1. Suhu tubuh normal (36-37 C ), klien 2. Klien tanpak nyaman



1. Kaji penyebab hypertermi (misalnya adanya infeksi pada saluran pencernaan seperti GEA atau infeksi atau infeksi saluran pernafasan seperti brouncitis) 2. Observasi tandatanda vital 3. Beri kompres hangat pada daerah dahi dan aksila. 4. Berikan minum sedikit tapi sering (6-8 gelas/hari (1500-2000cc) 5. Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat



1. Hypertermi merupakan salah satu gejala/ kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. Hal ini perlu diketahui sebadai dasar/ pedoman dalam rencana intervensi 2. Pada pasien dengan hypertermi terjadi kenaikan tanda vital terutama,suhu, nadi pernafasan, hal ini disebabkan karena metabolism tubuh meningkat. 3. Daerah dahi dan aksila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga proses perpindahan panas lebih cepat. 4. Untuk mengganti cairan yang hilang dan mempertahan kan keseimbanagan cairan dalam tubuh.



Poltekkes Kemenkes Palembang



35



5. Pakaian yang tipis dapat menyerap keringat dapat. DX 2



Status pernafasan ventilasi Kriteria hasil : 1. Frekuensi dan irama nafas teratur menunjukan jalan nafas yang paten 2. Mampu mengidentifikas ikan dan mencegah faktor yang menyebabkan saturasi O2 dalam batas normal.



1. Tentukan faktorfaktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan 2. Pantau suhu dan atur suhu lingkungan, batas penggunaan selimut dan beri kompres hangat saat demam. 3. Pertahankan leher salah satu posisi tengah, kemudian sokong dengan handuk kecil atau bantal kecil. 4. Berikan waktu istirahat diantara aktivitas keperawatan yang dilakukan.



1. penurunan tanda atau gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal menunjukan bahwa pasien perlu dipindahkan keruang intensif 2. demam dapat mencerminkan kerusakan pada hipotalamus, peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen terjadi, terutama saat kejang dan menggigil, selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan TIK 3. Kepala yang mirng pada salah satu sisi akan akan menekan vena juguralis dan menghambat aliran darah vena, yang selanjutnya 4. Aktivitas yang dilakukan terusmenerus dapat meningkat TIK



Poltekkes Kemenkes Palembang



36



DX 3



Dx 4



kontrol terjadinya resiko cidera dengan kriteria hasil : 1. Klien terbebas dari cidera 2. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera 3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan 4. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 5. Mampu ngenali perubahan status kesehatan



Kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam. 1. Tidak terjadi kejang berulang 2. Tidak kejang Suhu tubuh normal 3. Tanda-tanda vital kembali normal



Menejemen lingkungan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik 3. Identifikasi fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit 4. Membatasi pengunjung 5. Berikan penjelasan pada ibu pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit 1. Berikan kompres hangat pada daerah axilla dan lipatan paha 2. Berikan 3.3 3. baju tipis 4. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga 5. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam



1.



2.



3.



4.



dapat menimbulkan efek stimulus kumulatif Dengan memberikan lingkungan yang aman pada anak dapat menghindar kan dari resiko cidera pada anak Mengidentifikasi kebutuhan pasien membuat resiko cidera menurun Batasi pengunjung untuk memberikan kenyamanan kepada pasien Memberikan penjelasan pada keluarga ataupun pengunjung agar tidak menambah resiko cidera pada pasien lebih tinggi



1.



Dekompres hangat pada daerah axilla dan lipatan paha dapat menurunkan suhu tubuh, karena daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar sehingga mempercepat penguapan. 2. Dengan Baju tipis diharapkan akan mengetahui perubahan dan



Poltekkes Kemenkes Palembang



37



pemberian obat antipiretik



perkembangan sedini mungkin. 3. Dengan diberikan penjelasan diharapkan akan menambah pengetahuan klien tentang penyakit. 4. Dengan obat anti piretik diharapkan dapat menurunkan panas



1. Evaluasi Evaluasi merupkan langkah terahir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakuka evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang tercapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terjadi dari dua kegiatan yaitu kegitan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama perawat keperawatan berlangsung atau menilai dari respons klien tersebut, evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan tersebut sebagai evaluasi hasil ( Hidayat,A.Azis Alimun,2008



Poltekkes Kemenkes Palembang



BAB III METODE STUDY KASUS 3.1 Rancangan Studi Kasus Studi kasus merupakan satu jenis rancangan penelitian yang banyak dilakukan diberbagai bidang. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kompres hangat pada pasien anak dengan kejang demam dalam upaya penurunan suhu tubuh Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. 3.2 Subyek studi kasus Adapun subyek penelitian adalah klien anak toddler umur 1-3 tahun dengan masalah keperawatan yang sama yaitu klien anak yang mengalami kejang demam. 3.3 Fokus studi Adapun focus studi penelitian ini adalah penerapan kompres hangat upaya penurunan suhu tubuh pada klien kejang demam di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ibnu Sutowo Baturaja. 3.4



Definisi Operasional Fokus Studi 3.4.1 definisi kompres hangat Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat,dikenakan dengan tekanan, kadang-kadang 38



Poltekkes Kemenkes Palembang



39



mengandung obat dan dapat basah ataupun kering, panas ataupun dingin (Kamus Dorland, 1996). Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan dan membatasi peradangan. Beberapa indikasi pemberian kompres adalah klien dengan suhu tinggi, klien dengan perdarahan hebat, dan pada klien kesakitan. Kompres hangat merupakan pemberian kompres pada area yang memiliki pembuluh darah besar menggunakan air hangat Suhu air yang digunakan dalam kompres hangat adalah 340 C sampai 37 0C ( 93-98 0 F) (Wolf, 1984). 3.4.2 Mekanisme Kompres Terhadap Tubuh Mekanisme kompres hangat dimana tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap



panas



dihipotalamus



dirangsang,



sistem



efektor



mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi(Wolf, 1984). Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan energi panas melalui kulit meningkat.



Poltekkes Kemenkes Palembang



40



2.4.3



Prosedur Pemberian Kompres Hangat 1. Melakukan pengkajian terhadap klien. 2. Melakukan prosedur tindakan, yang akan dilakukan pada 2 klien yang menderita kejang demam dengan penerapan kompres hangat yaitu : Persiapan alat : a. Persiapan alat 1) Larutan kompres berupa air hangat dalam wadah 2) Handuk/kain/washlap untuk kompres 3) Handuk penegring 4) Sarung tangan 5) Thermometer b. Prosedur tindakan 1) Beri tahu klien dan siapkan alat dan lingkungan klien 2) Cuci tangan 3) Ukur suhu tubuh 4) Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah 5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi,ketiak,perut,leher) 6) Tutup kain kompres dengan handuk kering



Poltekkes Kemenkes Palembang



41



7) Apabila kain telah kering atau suhu tubuh relative menjadi dingin,masukan kembali kan kompres dan letakkan kembali di daerah yang akan dikompres 8) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit 9) Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat 10) Cuci tangan 3.5



Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yang melakukan asuhan keperawatan pneumonia adalah : 1. Wawancara / Anamnesa : dilakukan dengan klien dan keluarga klien mendapatkan data subjektif dan objektif. 2. Observasi : dilakukan untuk mendapatkan data secara objektif dan subjektif. 3. Pemeriksaan ( head toe to ) : melakukan pengkajian pada klien dengan kasus kejang demam pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data tentang keadaan klien yang objektif. 4. Penelusuran Data Sekunder : dengan mempelajari kasus klien, program pengobatan klien. 5. Studi kasus :



Ditemukanya masalah utama pada klien kejang



demam.



Poltekkes Kemenkes Palembang



42



3.6



Lokasi dan Waktu studi kasus 1. lokasi Penelitian Penelitian dilakukan Ruang rawat inap anak RSUD Ibnu Sutowo



Baturaja, 2. waktu penelitian Lama waktu bisa menyesuaikan dengan target keberhasilan dari tindakan , waktu bisa 3 hari atau lebih. 3.7



Analisa Data dan Penyajian Data Analisa data yang dilakukan adalah 1. Analisa Data Data dikumpulkan dan hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, penelusuran data sekunder dan studi kasus. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkip. 2. Mereduksi data dengan membuat koding dan katagori. Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data yang dikumpulkan kemudian dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topic penelitian yang diterapkan. Data objekif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.



Poltekkes Kemenkes Palembang



43



3.



Penyajian data Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasian dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.



4.



Kesimpulan Dari data disajikan, kemudian dibahas dari dibandingkan dengan hasil penelitian terdahuluan dan secara teoritis dengan prilaku kesehatan pemeriksaan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.



3.8



Etika Studi kasus a. Dicantumkan etika yang mendasari suatu penelitian yaitu : b. nformed consent ( Persetujuan menjadi responden ) c. Anonimity ( tanpa nama ) d. Confidentiality ( rahasia )



Poltekkes Kemenkes Palembang



BAB IV HASIL STUDY KASUS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Institusi Tempat Pengambilan Kasus 4.1.1



Sejarah Rumah sakit umum dr. Ibnu Sutowo Baturaja dibangun pada tahun 1936 pada zaman pemerintahan Belanda dengan kesepakatan 13 marga dan dibangun dari hasil pengutuan cukai para pemimpin oleh seorang dokter Belanda. Seorang Zr. Josi dari Rumah Sakit Pring sewu pada tahun 1984 datang ke Rumah Sakit Charitas Palembang kemudian ia pindah ke Rumah Sakit Budiman yang sekarang berubah menjadi Rumah Sakit Umum Baturaja dan bertugas selama 3 tahun sampai tahun 1951. Rumah Sakit ini terdiri dari Poliklinik, UGD, Zaal khusus penyakit jiwa dan kamar mayat. Ketenagaan terdiri dari 1 dokter dari Belanda dan beberapa perawat setelah penyerahan Republik Indonesia Rumah Sakit Budiman menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Baturaja. RSUD dr. Ibnu Sutowo Baturaja terletak di tengah kota Baturaja yang merupakan rumah sakit yang menjadi pusat rujukan kesehatan di Kabupaten OKU provinsi Sumatera Selatan. Peresmian menjadi fasilitas pelayanan kesehatan pada tanggal 24 Oktober 1987 dan ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C Januari 1993. Waktu dan jarak yang ditempuh untuk mencapai rumah sakit umum provinsi Dr.Moh.Hoesin 3,5 – 4



44



Poltekkes Kemenkes Palembang



45



jam (± 195 km), dan sekarang tahun 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Baturaja sudah semakin maju, sekarang sudah banyak ruangan-ruangan tempat perawatan seperti RRI Dalam, RRI Bedah, RRI Mata, RRI Anak, RRI Kebidanan, Ruang Hemodialisa, Laboratorium, USG, Radiologi, OKA Central, Poliklinik Mata, Dalam, Bedah, ASKES, DOT, Anak, Kamar Jenazah, Kantor Pusat, Farmasi, Fisioterapy, Apotik, dan lainlain. 5.



Luas wilayah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Ibnu Sutowo Baturaja Luas wilayah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Ibnu Sutowo Baturaja sekitar 17.663,75 m2 luas. Bangunan sekitar 6.701,01 m2 dan Rumah Sakit ini berdiri di tengah-tengah kota Baturaja.



6. Batas wilayah a. RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja berbatasan dengan wilayah: b.Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk c. Sebelah selatan berbatasan dengan jembatan sungai ogan d.Sebelah timur berbatasan dengan sungai ogan e. Sebelah barat berbatasan dengan lapangan A. Yani 7. Visi misi RSUD Rumah Sakit Umum Daerah Baturaja mempunyai visi dan misi yaitu: Visi : Menjadi rumah sakit yang bermutu, professional, aman, nyaman, berorientasi kepada kepuasan pelanggan.



Poltekkes Kemenkes Palembang



46



Misi a. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, aman dan nyaman. b. Meningkatkan profesionalisme SDM c. Mengupayakan tingkat kesejahteraan karyawan yang baik d. Mewujudkan rumah sakit yang asri, bersih dan peduli lingkungan. Motto keperawatan



RSUD untuk setiap perawat RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo



Baturaja menerapkan “CARE WITH HEART” dalam melaksanakan aktivitas keperawatan, C : Cepat, A : Antisipasi, R : Ramah, E : Empati



1. Struktur Organisasi Dan Ketenagakerjaan Kepala ruangan Risdiana, AMK



Pengelola Gizi Dian Kusuma, S.GZ



TIM A Ketua Tanti Damayanti, S.kep, Ns 1. 2. 3. 4. 5.



Sudarmiati, AMK Desi Efriyansah, AMK Elis Indriati, AMK SantiEka Dora, AMK Eka Pratiwi, AMK



Pengelola Farmasi Laili Rianti



TIM A Ketua Arry Marisa, AMK



TIM C Ketua Arry Marisa, AMK



1. Yanti Sri Hartati, AMK 2. Ovie Meilani, AMK 3. Evrin Agustin, AMK 4. Herliawati, AMK 5. Risma Julita, AMK



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Yudistirawati, AMK Ririn Suyati, AMK Mien Silvia, AMK Devi Yulianti, AMK Shinta, AMK Fatima Soraya, AMK



Poltekkes Kemenkes Palembang



47



4.2 Hasil Studi Kasus Dalam bab ini, penulis akan menguraikan hasil studi kasus yang membahas tentang Asuhan keperawatan pada anak toodler Dengan kejang demam dalam penerapan kompres hangat, upaya penurunan suhu tubuhmelalui proses keperawatan pada An.G Dan An.W 4.2.1



Pengkajian Kasus 1 I. Identitas Umum Nama



: An’’G’’



Umur



: 2 tahun



Nama ayah



: Tn’I’



Nama ibu



: Ny’I’



Pekerjaan ayah



: Wiraswasta



Pekerjaan ibu



: Ibu rumah tangga



Alamat



: Suka jadi



Suku



: Ogan



Agama



: Islam



Pendidikan



: Sma



II. KELUHAN UTAMA Ibu klien mengatakan 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit anak demam terus menerus, kejang, pilek, batuk, badannya lemas, bibir kering, lidah kotor, bab dan bak seperti biasa.



Poltekkes Kemenkes Palembang



48



III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN 1. Prenatal :



Lama kehamilan anak 37 minggu. Tidak ada komplikasi selama kehamilan.



2. Natal



: Anak lahir dengan spontan, berat badan lahir :



3300 gr Panjang badan : 47 cm Kelahiran di bantu oleh bidan. 3. Postnatal : Pemberian ASI sampai umur 26 bulan Makanan tambahan mulai umur 7 bulan Riwayat imunisasi : Lengkap IV.



RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU



1. Penyakit waktu kecil Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami penyakit waktu kecil. 2. Pernah dirawat di rumah sakit Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di rumah sakit. 3. Obat- obat yang digunakan Ibu klien mengatakan tidak ada obat-obat yang digunakan oleh anaknya. 4. Tindakan (operasi) Ibu klien mngatakan anaknya tidak pernah mengalami tindakan (operasi). 5. Alergi



Poltekkes Kemenkes Palembang



49



Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami alergi. 6. Kecelakaan Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan 7. Imunisasi BCG, Polio I, Polio II, Polio III, Hepatitis BI, Hepatitis B.II, Hepatitis B.III, DPT I DPT II, DPT III,Campak.’ V. RIWAYAT KELUARGA Genogram Keterangan : Laki – laki Perempuan Klien Meninggal Serumah Cerai VI.



RIWAYAT SOSIAL 1. Yang mengasuh yang mengasuh klien yaitu ibu dan ayah 2. Hubungan dengan anggota keluarga Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik 3. Hubungan dengan teman sebaya Hubungan klien baik dengan teman sebaya nya 4. Pembawaan secara umum



Poltekkes Kemenkes Palembang



50



Klien nampak kooperatif, tidak takut dengan petugas 5. Lingkungan rumah Lingkungan rumah bersih VII.



KEBUTUHAN DASAR 1. Makanan a.



Makanan yang disukai : yaitu ice cream, ayam goring



b. Selera : Selera makan anak baik c. Alat makan yang dipakai : Anak menggunakan sendok saat makan d. Pola makan/jam : Anak makan 3 kali sehari 2. Pola tidur a. Kebiasaan sebelum Tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur) Anak tidur dengan sendiri b. Tidur siang Anak selalu tidur siang c. Mandi : Anak mandi 3 kali sehari d.



Aktivitas bermain



Poltekkes Kemenkes Palembang



51



Anak tidak mau bermain selama di rawat di rumah sakit e. Eliminasi BAB/BAK anak baik VIII.



KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis



: Kejang demam



2. Tindakan Operasi : Tidak ada 3. Status cairan



: Sebelum sakit klien minum susu 2 gelas perhari, selama sakit klien kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV D5.



4. Status nutrisi



: Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan seperti biasanya dengan nafsu makan yang baik.



5. Obat – obatan



:



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 2x25 gr Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg Diet BB



6. Aktivitas :



Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam



aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat. Poltekkes Kemenkes Palembang



52



7. Tindakan keperawatan



: melakukan tindakan kompres hangat



8. hasil laboratorium



: Hb : 9,5 g/dl Leukosit : 4,0 juta/ul Trombosit : 7.700/ul Eritrosit : 405.000/ul



9. Foto rotgen



: Tidak ada



10. Lain – lain



: Tidak ada



IX. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : Kesadaran : Alert GCS (Glasgow Coma Scales) : Eye



:4



Motorik



:5



2. TB/BB



: 78 cm 10 kg



3. Lingkar kepala



: 45 cm



4. Kepala



: Lesi



Verbal Total



: 15



: Tidak



Bentuk



: Simetris



Benjolan



: Tidak ada



Sakit kepala 5. Mata



:6



: Kesimetrisan



: tidak



: Simetris



Kelopak mata : Normal Conjungtiva Sclera



: Pucat : Putih



Poltekkes Kemenkes Palembang



53



Pupil



: Isokor



Nyeri



: Tidak



Infeksi



: Tidak



Gangguan Penglihatan : Tidak 6. Leher :



Bentuk



: Simetris



Benjolan



: Tidak ada



Nyeri 7. Telinga :



: Tidak



Daun telinga



: Simetris



Ganguan pendengaran : Tidak Nyeri



: Tidak



8. Hidung : Bentuk



: Simetris



Gangguan Penciuman



: Tidak



Bengkak



: Tidak



Pengeluaran Sekret 9. Mulut :



Bibir



: Tidak



: kering



Warna



: pucat



Lidah



: kotor



Bentuk



: Simetris



10. Dada



: Simetris



11. Paru- paru



: Vesikuler, tidak ada ronchi



12. Jantung



: tak ada murmur



4.2.2 ANALISA DATA Nama



: An”G”



Jenis kelamin



: laki - laki



Poltekkes Kemenkes Palembang



54



Umur



: 2 Tahun



tanggal masuk



Tanggal Pengkajian



: 26 April 2018



: 25 uni 2018



Tabel 4.1.1 Analisa Data No



Data



1.



S : Ibu klien mengatkan anaknya



Etiologi



panas



tidak



Masalah



Infeksi pada bronkus,



Hypertermi



tonsil, telinga



turun2 O



: klien Nampak lemah o



Temp:40 C



Toksik mikroorganisme menyebar secara hematologi dan limfogen



Pols:90x/menit RR : 26x/menit



Kenaikan suhu tubuh lain



A : kenaikan suhu tubuh



(hypertermi)



(hypertermi) P : - ajarkan pada keluarga teknik



kompres



hangat. -



Ajurkan memakai



untuk pakaian



yang tipis - Kolaborasi tim



dokter



dengan dalam



terapi obat -



Ampicilin 3x350 gr



-



Gentamicin 2x25 gr



-



Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



Poltekkes Kemenkes Palembang



55



4.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN Nama



: An”G” No. Med Rec : 213357



Umur



: 2 Tahun



Jenis kelamin



: Laki - Laki



Tanggal Masuk



: 25 juni 2018



Tanggal Pengkajian



: 25 juni 2018



Tabel 4.1.3.Intervensi Keperawatan NO 1



Diagnosa



Tujan Keperaawatan



Intervensi Keperawatan



NOC



NIC



Hypertermi



Setelah dilakukan



berhubungan



Kunjungan 1 x 24 jam



dengan infeksi



proses masalah kenaikan suhu tubuh bisa teratasi. kriteria hasil NOC: - Adanya penurunan suhu tubuh - Tidak adanya tandatanda Infeksi



Rasional



- Monitoring tanda-tanda - Perubahan tandavital yang signifi vital dan pantau warna akan mempengar kulit metabolisme dala - Observasi adanya kejang tubuh. - Hipertermi sanga dan dehidrasi potensial untuk - Berikan kompres dengan menyebabkan ke air hangat pada aksila, yang akan semak memperburuk ko leher dan lipatan paha, pasien serta dapa hindari penggunaan menyebabkan pa alcohol untuk kompres. kehilangan banya cairan Kompres p - Kolaborasi dengan tim aksila, leher dan dokter dalam berikan paha terdapat pem obat antipiretik sesuai pembuluh dasar b kebutuhan jika panas yang akan memb menurunkan dem tidak turun - Pemberian antipi juga diperlukan u menurunkan pan dengan segera



Poltekkes Kemenkes Palembang



56 Tgl/hari 25-juni



Dx



IMPLEMENTASI



1



- Monitoring tanda-tanda



2018



EVALUASI S :Ibu klien mengatkan



vital dan pantau warna kulit - Observasi adanya kejang



panas tidak turun2 O : klien Nampak lemah Temp:40oC



dan dehidrasi



Pols:90x/menit



- Berikan kompres dengan air hangat pada aksila,



RR : 26x/menit



leher dan lipatan paha, A



hindari penggunaan



:kenaikan



- Kolaborasi dengan tim dalam



berikan



obat antipiretik



sesuai



kebutuhan



panas



jika



suhu



tubuh



(hypertermi)



alcohol untuk kompres. dokter



anaknya



P : - ajar kan teknik kompres hangat. - Kolaborasi



dengan



tim



dokter dalam terapi obat



tidak turun -



Ampicilin 3x350 gr



-



Gentamicin 2x25 gr



-



Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



26 juni



1



-



2018



Monitoring tanda-tanda



S:



vital dan pantau warna kulit -



Observasi adanya kejang



Ibu klien mengatkan anaknya panas tidak turun2



O : klien Nampak lemah



dan dehidrasi



Temp:40oC



Berikan kompres dengan



Pols:90x/menit



air hangat pada aksila,



RR : 26x/menit



leher dan lipatan paha, hindari penggunaan



A



:kenaikan



suhu



alcohol untuk kompres. Poltekkes Kemenkes Palembang



tubuh



57



-



Kolaborasi dengan tim dokter



dalam



berikan



obat antipiretik



sesuai



kebutuhan



panas



jika



(hypertermi) P : - ajar kan teknik kompres hangat. - Kolaborasi



tidak turun



dengan



tim



dokter dalam terapi obat



27 juni



-



2018



Monitoring tanda-tanda



-



Observasi adanya kejang



Gentamicin 2x25 gr



-



Diazepam 3 mg



-



Paracetamol 3x250 mg



O : klien Nampak lemah Temp:38,5oC



Berikan kompres dengan



Pols:84x/menit



air hangat pada aksila,



RR : 26x/menit



leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres. -



-



klien nya mulai turun



dan dehidrasi -



Ampicilin 3x350 gr



S : Ibu klien menyatakan panas



vital dan pantau warna kulit



-



A



:kenaikan



suhu



tubuh



(hypertermi)



Kolaborasi dengan tim P : Intervensi dilanjutkan dokter



dalam



berikan



obat antipiretik



sesuai



kebutuhan



panas



jika



tidak turun 28 juni



-



2018 -



Monitoring tanda-tanda vital dan pantau warna



anaknya sudah tidak panas



kulit



lagi ditandai dengan Suhu



Observasi adanya kejang



tubuh dalam rentang normal.



dan dehidrasi -



S : Ibu klien mengatakan badan



O : klien Nampak tenang



Berikan kompres dengan Poltekkes Kemenkes Palembang



58



air hangat pada aksila,



Temp : 36.5 C



leher dan lipatan paha,



Pols : 82 x/menit



hindari penggunaan alcohol untuk kompres. Kolaborasi dengan tim



RR A



:



kenaikan



suhu



tubuh



(hypertermi)dapat teratasi



dokter dalam berikan obat antipiretik sesuai



: 26 x/menit



P :



intervensi dihentikan



kebutuhan jika panas tidak turun



Poltekkes Kemenkes Palembang



59



4.1.4 Catatan Perkembangan Nama pasien



: An”G”



Diagnosa Medis : Kejang demam Nama ibu



: Ny”I”



No Reg



: 213357



Ruangan



: Anak



Tabel 4.1.4 Catatan Perkembangan



Tanggal



Diagnosis



Evaluasi



Paraf



keperawatan 25 juni



Hypertermi



2018



berhubungan dengan proses infeksi



S :Ibu klien mengatkan



anaknya



panas tidak turun2 O : klien Nampak lemah Temp:40oC Pols:90x/menit RR : 26x/menit A



:kenaikan



suhu



tubuh



(hypertermi) P : - ajar kan teknik kompres hangat. - Kolaborasi dengan tim dokter dalam terapi obat -



Ampicilin 3x350 gr



-



Gentamicin 2x25 gr



-



Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg Poltekkes Kemenkes Palembang



60



26 juli



Hypertermi



2018



berhubungan dengan proses penyakit



S:



Ibu klien mengatkan anaknya panas tidak turun2



O : klien Nampak lemah Temp:40oC Pols:90x/menit RR : 26x/menit A



:kenaikan



suhu



tubuh



(hypertermi) P : - ajar kan teknik kompres hangat. - Kolaborasi dengan tim dokter dalam terapi obat



27 juni



Hypertermi



2018



berhubungan dengan peroses infeksi



-



Ampicilin 3x350 gr



-



Gentamicin 2x25 gr



-



Diazepam 3 mg



-



Paracetamol 3x250 mg



S : Ibu klien menyatakan panas klien nya mulai turun O : klien Nampak lemah Temp:38,5oC Pols:84x/menit RR : 26x/menit A :kenaikan suhu tubuh (hypertermi) P : Intervensi dilanjutkan -



Ajarkan ibu untuk kompres Poltekkes Kemenkes Palembang



61



klien dengan air hangat. -



Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi obat.



-



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 2x25 gr Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



28 juli



Hypertermi



S : Ibu klien mengatakan badan



2018



berhubungan



anaknya sudah tidak panas lagi



dengan



ditandai dengan Suhu tubuh



proses infeksi



dalam rentang normal. O : klien Nampak tenang Temp : 36.5 C Pols : 82 x/menit RR A



:



: 26 x/menit kenaikan



suhu



tubuh



(hypertermi)dapat teratasi P :



intervensi dihentikan



Poltekkes Kemenkes Palembang



62



4.2.3 Pengkajian kasus 2 I. Identitas umum Nama



II.



: An”W’’



Umur



: 3 Tahun



Nama ayah



: Tn’



Nama ibu



:Ny;



Pekerjaan ayah



: Wiraswasta



Pekerjaan ibu



: Ibu rumah tangga



Alamat



: Lorong cempedak, pasar pucuk



Suku



: Ogan



Agama



: Islam



Pendidikan



: Sma



KELUHAN UTAMA Ibu klien mengatakan sebelum demam 2 hari yang lalu klien mengalami batuk pilek lalu demam tidak turun-turun, kejang, nafsu makan berkurang Selama sakit dan badan klien tampak lemas.



III.



RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN 1. Prenatal



: Lama kehamilan anak 36 minggu. Tidak ada komplikasi selama kehamilan



2. Natal



: Anak lahir dengan spontan, berat badan lahir : 3100 gr Panjang badan : 49 cm Kelahiran di bantu oleh bidan



3. Postnatal



: Pemberian ASI sampai umur 24 bulan Makanan tambahan mulai umur 9 bulan Riwayat imunisasi : Lengkap



IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU 1. Penyakit waktu kecil Poltekkes Kemenkes Palembang



63



Ibu klien mengatakan anaknya pernah mengalami penyakit kejang waktu umur 2 tahun. 2. Pernah dirawat di rumah sakit Ibu klien mengatakan anaknya pernah dirawat di rumah sakit waktu umur 2 tahun. 3. Obat- obat yang digunakan Ibu klien mengatakan tidak ada obat-obat yang digunakan oleh anaknya 4. Tindakan (operasi) Ibu klien mengatakan anaknya tidak perna melakukan oprasi 5. Alergi : Ibu klien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi 6. Kecelakaan Ibu klien mengatakan anaknya tidak perna mengalami kecelakaan 7. Imunisasi : Lengkap V. RIWAYAT KELUARGA Genogram Keterangan : Laki – laki Perempuan Klien Meninggal Serumah Cerai



VI. RIWAYAT SOSIAL 1. Yang mengasuh yang mengasuh klien yaitu ibu dan ayah 2. Hubungan dengan anggota keluarga Poltekkes Kemenkes Palembang



64



Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik 3. Hubungan dengan teman sebaya Hubungan klien baik dengan teman sebaya nya 4. Pembawaan secara umum Klien nampak diam, tidak takut dengan petugas 5. Lingkungan rumah Lingkungan rumah bersih VII.



KEBUTUHAN DASAR 1. Makanan a. Makanan yang disukai : Makanan yang disukai anak yaitu ice cream b. Anak menggunakan sendok saat makan c. Selera : Selera makan anak berkurang saat masuk rumah sakit d. Alat makan yang dipakai : Anak menggunakan sendok saat makan e. Pola makan/jam : Anak makan 3 kali sehari 2. Pola tidur a. Kebiasaan sebelum Tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur ) Anak tidur dengan sendiri b. Tidur siang Anak selalu tidur siang c. Mandi : Anak mandi 3 kali sehari d. Aktivitas bermain : Anak tidak bisa bermain selama di rawat di rumah sakit e. Eliminasi : BAB/BAK anak baik



Poltekkes Kemenkes Palembang



65



VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis



: Kejang demam



2. Tindakan Operasi



: Tidak perna



3. Status cairan



: selama sakit klien klien minum susu 1gelas dan minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV D5.



4. Status nutrisi



: Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar, ibu klien mengatakan klien makan hanya edikit dengan nafsu makan yang kurang baik



5. Obat – obatan



: Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 3x25 g Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg Diet BB



6. Aktivitas



: Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan temanteman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat



7. Tindakan Keperawatan : melakukan tindakan kompres hangat



Poltekkes Kemenkes Palembang



66



8. Hasil Lab : Tanggal pemeriksaan : 26 juli 2018 Hasil : Hb : 10,2 g/dl Leukosit : 5,1 juta/ul Trombosit : 7.700/ul Eritrosit : 620.000/ul 9. Foto rotgen



: Tidak dilakukan



10. Lain – lain



: Tidak ada



IX. PEMERIKSAAN FISIK 1.



Keadaan umum : Kesadaran : Alert GCS (Glasgow Coma Scales ): Eye : 4



Verbal : 6



Motorik



:5



Total



: 15



2. TB/BB



: 92 cm 17 kg



3. Lingkar kepala



: 49 cm



4. Kepala :



Lesi



: Tidak



Bentuk



: Simetris



Benjolan



: Tidak ada



Sakit kepala 5.



Mata :



Kesimetrisan



: Simetris



Kelopak mata



: Normal



Conjungtiva



: Pucat



Sclera



: Putih



Pupil



: Isokor



Nyeri



: Tidak



Infeksi 6. Leher :



: ya



:Tidak Gangguan Penglihatan : Tidak



Bentuk



: Simetris



Benjolan



: Tidak ada Poltekkes Kemenkes Palembang



67



Nyeri



: Tidak



7. Telinga : Daun telinga Ganguan pendengaran



: Tidak



Nyeri



: Tidak



8. Hidung : Bentuk



9. Mulut :



10. Dada



: Simetris



: Simetris



Gangguan Penciuman



: Tidak



Bengkak



: Tidak



Pengeluaran Sekret



: Tidak



Bibir



: normal



Warna



: pucat



Lidah



: kotor



Bentuk



: Simetris



:



Simetris



11. Paru- paru : Vesikuler, tidak ada ronchi 12. Jantung



:



tak ada murmur



Poltekkes Kemenkes Palembang



68



4.2.4. ANALISA DATA Nama



: An”W”



Umur



: 3 Tahun



Jenis kelamin



: Laki - Laki



Tanggal Masuk



: 26 juni 2018



Tanggal Pengkajian



: 26 juni 2018



No. Med Rec



: 127759



Tabel 4.2.4 Analisa Data No



Data



1.



S : Ibu klien mengatakan suhu anak nya panas O : klien Nampak merengek Mata klien sayu Temp : 38,7 o C Pols : 79 x/menit RR : 24x/menit



Etiologi



Masalah



Infeksi pada bronkus,



Hypertermi



tonsil, telinga Toksik mikroorganisme menyebar secara hematologi dan limfogen



A :kenaikan suhu tubuh ( hypertermi) P : - ajarkan teknik Kompes



Kenaikan suhu tubuh lain (hypertermi



Hangat - Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberi an terapi obat. -



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 3x25 g Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



Poltekkes Kemenkes Palembang



69



4.2.5. Intervensi Keperawatan Nama



: An”W”



Umur



: 3 tahun



Jenis kelamin



: Laki - Laki



Tanggal Masuk



: 26 juni 2018



Tanggal Pengkajian



: 26 juni 2018



No. Med Rec



: 127779



Tabel.4..61 Intervensi Keperawatan NO 1



Diagnosa



Tujan Keperaawatan



Intervensi Keperawatan



NOC



NIC



Hypertermi



Setelah dilakukan



berhubungan



Kunjungan 1 x 24 jam



dengan infeksi



proses masalah kenaikan suhu tubuh bisa teratasi. kriteria hasil NOC: - Adanya penurunan suhu



- Monitoring tanda-tanda vital dan pantau warna kulit - Observasi adanya kejang dan dehidrasi - Berikan kompres dengan



Rasional - Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh. - Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang



Poltekkes Kemenkes Palembang



Implementasi -



Memonitoring tanda-tanda vital dan warna kulit



-



Observasi adanya kejang dan dehidrasi



70



tubuh - Tidak adanya tanda-tanda Infeksi



air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres. - Kolaborasi dengan tim dokter dalam berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun



yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi - Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluhpembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. - Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera



Poltekkes Kemenkes Palembang



-



Memberikan kompres dengan air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.



-



Kolaborasi dengan tim dokter berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun



71



Tgl



DX



IMPLEMENTASI - Monitoring tanda-tanda vital dan pantau warna kulit - Observasi adanya kejang dan dehidrasi



EVALUASI S : Ibu klien mengatakan suhu anak nya panas O : klien Nampak merengek Mata klien sayu



- Berikan kompres dengan air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan



Temp : 38,7 o C Pols : 79 x/menit RR : 24x/menit



alcohol untuk kompres. - Kolaborasi dengan tim dokter dalam berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun



A :kenaikan suhu tubuh ( hypertermi) P : ajarkan teknik Kompes Hangat Kolaborasi dengan tim dokter dalam permberian terapi obat. -



Poltekkes Kemenkes Palembang



Ampicilin 3x350 gr



72



- Monitoring tanda-tanda vital dan pantau warna kulit - Observasi adanya kejang dan dehidrasi



S : Ibu klien mengatakan panas klien mulai turun O : klien Nampak lemah Mata klien sayu



- Berikan kompres dengan air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres. - Kolaborasi dengan tim dokter dalam berikan obat antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun



Gentamicin 3x25 g Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



-



Temp : 37,6 C



-



Pols



: 79 x/menit



-



RR



: 24 x/menit



A : kenaikan suhu tubuh (hypertermi) P : Intervensi dilanjutkan -



Ajarkan ibu untuk kompres klien dengan air hangat.



-



Kolaborasi



dengan



pemberian terapi obat. Poltekkes Kemenkes Palembang



tim



dokter



dalam



73



-



Monitoring tanda-tanda vital dan pantau warna



S : Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah tidak



kulit



panas lagi



-



Observasi adanya kejang dan dehidrasi



-



Berikan kompres dengan air hangat pada aksila,



O : klien Nampak tenang klien Nampak bermain dengan ibunya



leher dan lipatan paha, hindari penggunaan



Temp : 36 C



alcohol untuk kompres. -



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 2x25 gr Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



Kolaborasi dengan tim dokter dalam berikan



Pols : 86 x/menit



obat antipiretik sesuai kebutuhan jika panas



RR



tidak turun



: 24 x/menit



A :kenaikan suhu tubuh ( hypertermi) dapat teratasi P : intervensi dihentikan



Poltekkes Kemenkes Palembang



74



4.2.6 Catatan Perkembangan Nama pasien



: An”W”



Diagnosa Medis : Kejang demam No Reg



: 127779



Ruangan



: Anak



Tabel.4.1.7Catatan Perkembangan



Tanggal



Diagnosis



Evaluasi



Paraf



keperawatan 26 juni



Hypertermi



2018



berhubungan dengan proses infeksi



S : Ibu klien mengatakan suhu anak nya panas O : klien Nampak merengek Mata klien sayu Temp : 38,7 o C Pols : 79 x/menit RR : 24x/menit A :kenaikan suhu tubuh ( hypertermi) P : ajarkan teknik Kompes Hangat Kolaborasi



dengan



tim



dokter



dalam



permberian terapi obat. -



27 juni



Hypertermi



2018



berhubungan dengan proses infeksi



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 3x25 g Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



S : Ibu klien mengatakan panas klien mulai turun O : klien Nampak lemah Mata klien sayu poltekkes kemenkes palembang



75



-



Temp : 37,6 C



-



Pols



: 79 x/menit



-



RR



: 24 x/menit



A : kenaikan suhu tubuh (hypertermi) P : Intervensi dilanjutkan -



Ajarkan ibu untuk kompres klien dengan air hangat.



-



Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi obat. -



28 juni



Hypertermi



2018



berhubungan



Ampicilin 3x350 gr Gentamicin 2x25 gr Diazepam 3 mg Paracetamol 3x250 mg



S : Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi



dengan proses O : klien Nampak tenang infeksi



klien Nampak bermain dengan ibunya Temp : 36 C Pols : 86 x/menit RR



: 24 x/menit



A :kenaikan suhu tubuh ( hypertermi) dapat teratasi P : intervensi dihentikan



poltekkes kemenkes palembang



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian selama di RRI Anak RSUD Dr.Ibnu Sutowo Baturaja yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa 1. Hasil penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Anak toddler dalam penerapan tehnik kompres hangat, upaya penurunan suhu tubuh Di RSUD DR.H.Ibnu Sutowo Baturaja sama dengan teori yang ada. 2. Penerapan Tehnik Kompres hangat yang dilakukan secara benar dapat membantu dalam upaya penurunan suhu tubuh. 3. Tanda dan gejala yang muncul dan ditemukan saat pengkajian pasien sama dengan teori yang ada. B. Saran 1. Bagi RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Tetap memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan sebaikbaiknya tanpa memandang agama, jenis kelamin, suku, status ekonomi, dan status sosial. Agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2. Bagi Keluarga Pasien Diharapkan keluarga klien dapat menerapkan tehnik Kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh agar anak tidak mengalami kejang. 3. Bagi Penulis diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman penulis tentang pasien dengan penyakit Kejang demam.



76



Poltekkes Kemenkes Palembang



DAFTAR PUSTAKA



Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC Doengoes Marilynn E. 2000. 0Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Hidayat,A,Aziz Alimul.2008.Konsep dasar keperawatan edisi,2.Jakarta:Salemba Medika. Kusuma Hardhi & Amin Huda Nurarif.2012.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan nort american nursing diagnosisNIC-NOC.yagyakarta:Media. Sujono Riyadi, dkk.2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha Ilmu.Yogyakarta.. World Health Organization



(WHO).2012.http://www.revalensimenurutWHO



kejang demam sederhana.go.id// download .pdf. Nanda NIC-NOC.2012.Diagnosis Keperawatan, EKC :Jakarta



77



Poltekkes Kemenkes Palembang



78



LAMPIRAN



poltekkes kemenkes palembang



79



poltekkes kemenkes palembang



80



poltekkes kemenkes palembang