ASKEP Sehat Jiwa Bayi, Toddler, Pra Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA Tentang



ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA RENTANG KEHIDUPAN: BAYI, TODDLER, DAN PRA SEKOLAH



Disusun Oleh Kelompok 3 : Ni Made Sri Utami, S.ST Ni Luh Stiti Asih, S.ST



PRODI ALIH JENJANG NERS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR 2021/2022



1



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang........................................................................................1 B. Tujuan......................................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3 A. Tahap Perkembangan Psikosial Menurut Ericson...................................3 B. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud................6 C. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget......................................7 D. Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget..........................................9 E. Diagnosa Keperawatan sehat Jiwa..........................................................9 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN BAYI, TODDLER PRA SEKOLAH..............................10 A. Asuhan Keperawatan sehat Jiwa pada bayi............................................10 B. Asuhan Keperawatan Sehat jiwa pada Toddler.......................................12 C. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Pra Sekolah...............................15 BAB IV PENUTUP.................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan Bayi, Toddler dan Pra Sekolah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen Pengampu dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dan semoga makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan Keperawatan Jiwa.



Denpasar, 12 Juni 2021 Penyusun



3



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa secara umum disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa; menjamin setiap orang dapat mengembangkan potensi kecerdasan; memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK (Orang dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) berdasarkan hak asasi manusia; memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif; menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa; meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia. Sehingga target kesehatan jiwa adalah (1) sehat jiwa tetap sehat, (2) risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa dan (3) gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan Jiwa dapat dicapai apabila seluruh konflik dalam tahap perkembangan dapat terselesaiakan dengan baik. Berdasarkan teori perkembangan oleh para ahli, diyakini bahwa penyimpangan yang terjadi saat dewasa dipengaruhi oleh perkembangan saat anak-anak. Masa bayi berada dalam kandungan hingga beberapa tahun pertama lahirnya merupakan periode yang istimewa. Banyak hal istimewa yang terjadi dalam rentang masa tersebut sehingga masa tersebut diistilahkan dengan the Golden age, yakni suatu masa emas dalam rentang kehidupan manusia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pertumbuhan otak berlangsung dengan kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar yakni hamper seluruh dari jumlah sel otak yang normal selama janin berada dalam kandungan seorang ibu. Kemudian berlangsung agak lambat dengan proporsi yang lebih sampai anak berusia 24 bulan. Setelah itu praktis tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron baru, walaupun proses pematangannya masih berlangsung sampai anak berumur 4



tiga tahun. Sebagian ahli ada yang mengatakan proses pematangan sel-sel neuron tersebut masih dapat berlangsung lebih dari tiga tahun, yakni hingga anak berusia empat atau lima tahun. Berdasarkan kajian neurologi, bahwa ketika anak dilahirkan, otak bayi tersebut mengandung sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel selama tahun-tahun pertama. Otak bayi tersebut berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan yang trilyunan tersebut harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial. Karena bila sambungan tersebut tidak diperkuat dengan ransangan psikososial akan mengalami antrofi (penyusutan) dan musnah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian lain diungkapkan bahwa, sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun. 80 % telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Sementara itu disisi lain, dalam penelitian di bidang psikologi, fisiologi, dan gizi juga menyodorkan temuan yang memperkuat hasil riset di atas yang menunjukkan bahwa separuh dari perkembangan kognitif anak berlangsung dalam kurun waktu antara konsepsi dan umur 4 tahun, sekitar 30 % umur 4 – 8 tahun dan sisanya yaitu 20 % berlangsung dalam umur 8 – 17 tahun. Jika dalam periode ini tidak tersedia zat gizi yang memadai, maka kapasitas otak yang terbentuk tidak maksimum, sehingga mengakibatkan lemahnya kecerdasan intelektual sang anak.2 Hasil riset tersebut mengisyaratkan pada kita semua bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan sesudah masa itu perkembangan otak anak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya mengapa masa ini disebut dengan masa emas (golden age) karena setelah lewat masa ini, berapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu tidak akan mengalami peningkatan lagi. Oleh karenanya, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tahap perkembangan sehat jiwa pada rentang kehidupan Bayi, Toddler dan Pra sekolah serta Standar Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan pada setiap tahapnya. B.



TUJUAN 1. Mengetahui Tahap Perkembangan anak 2. Mengetahui perkembangan Normal pada Bayi, Toddler dan Pra Sekolah 3. Memahami Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Rentang Kehidupan: Bayi. Toddler dan Pra Sekolah 5



BAB II TINJAUAN TEORI A.



TAHAPAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Perkembangan Psikososial Menurut Erikson, dibagi menjadi 8 tahap sebagai berikut: 1.



Kepercayaan Dasar VS Kecurigaan Dasar Pada Masa Bayi Masa Bayi, berlangsung antara 0-1 tahun, kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral yang ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan membuang kotoran dengan santai. Setiap hari jam-jam jaganya meningkat, bayi itu menjadi semakin biasa dengan kebiasaannya dan pengalaman-pengalaman inderawi yang dibarengi dengan perasaan yang menyenangkan dan orang -orang yang bertanggung jawab menimbulkan kenyamanan ini menjadi akrab dan dikenal oleh bayi. Kebiasaan-kebiasaan, konsistensi, dan kontinuitas sehari -hari dalam lingkungan bayi merupakan dasar paling awal bagi berkembangnya suatu identitas psikososial. Perkembangan pada masa ini, sangat tergantung pada kualitas pemeliharaan ibu. Apabila kualitas pemeliharaan atau pengetahuan tentang perawatan anak ibu cukup maka akan dapat menumbuhkan kepribadian yang penuh kepercayaan, baik terhadap dunia luar maupun terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan memungkinkan jadi penakut, ragu-ragu dan khawatir terhadap dunia luar, terutama kepada manusia yang lain.



2.



Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan Pada Masa Toddler Masa Kanak- Kanak Permulaan, berlangsung pada usia 2-3 tahun yang menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajibankewajiban dan hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Orang tua dapat mendorong atau memaksa anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak di hadapan orang lain dapat menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang bersifat menetap.



6



3.



Inisiatif Vs Kesalahan. Masa Bermain, berlangsung pada usia 3-6 tahun. Tahap ini menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugastugasnya maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah.



4.



Kerajinan VS Inferioritas. Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan, perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur- angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).



5.



Identitas Vs Kekacauan Identitas. Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun. Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk membuat rencana-rencana karier ). Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub negatif.



7



6.



Keintiman VS Isolasi. Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini, mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).



7.



Generativitas Vs Stagnasi. Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang



dihasilkan,



keturunan,



produk-produk,



ide-ide,



dan



keadaan



masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. 8.



Integritas Vs Keputusasaan. Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati. Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian. 8



B.



Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud Perkembangan Psikoseksual terdiri dari beberapa fase, dimana pada perkembangan setiap fase mempunyai ciri tersendiri dan anatara satu fase dengan fase yang lain saling berhubungan. Fase-fase tersebut adalah: 1.



Fase Oral (0-1 tahun) Adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi mendapat kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulut. Rasa lpar dan haus mendorongnya untuk mengenal hubungan social. Pada saat haus bila tak menyusu ibunya, bayi akan masukan jari-jari tangannya ke mulut sebagai pengganti kepuasan oral.



2.



Fase Anal (1-3 tahun) Pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus, terutama pada saat BAB. Pada fase ini waktu yang tepat latih kedisiplinan pada anak terutama tentang toilet training.



3.



Fase Phalik (3-5 tahun) Pada fase ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai ada ketertarikan pada perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki lebih dekat dan terkait pada ibunya. Kedeketan ini disertai dengan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut odipus kompleks. Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa kecemasan terhadap ayahnya yang dianggap sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan bila sesorang anak sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya.



4.



Fase Laten (5-12 tahun) Fase ini merupakan masa tenang, walaupun sebenarnya terdapat kecemasan dan ketakutan yang terjadi pada fase sebelumnya namun perasaan tersebut ditekan atau disembunyikan. Anak laki-laki lebih suka bergaul dengan teman segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengannya.



5.



Fase Genetalia Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada daerah kelamin. Rasa cintanya terhadap anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa sebelumnya menjadi bekal untuk memasuki masa dewasa.



9



C.



Perkembangan Kognitif Menurut Piaget Perkembangan kognitif merupakan suat proses genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seorang, maka makin komplekslah susunansel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. 1. Tahap Sensori Motor (umur 0-1,5 tahun) Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilki antara lain: a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek lainnya b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama d. Mendefinisikan sesuatu dengan manipulasinya e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya 2. Tahap pra Operasional (1,5-7 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif



a.



Tahap Preoperasional Tahap ini pada umur 2-4 tahun, anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah: 1) Self counter nya sangat menonjol. 2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok. 3)  Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar. 4) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.



b.



Tahap Intuitif Tahap ini pada umur 4 - 7 tahun, anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. 10



Karakteristik tahap ini adalah :



1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.



2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.



3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. 4)  Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti



terhadap



sejumlah



objek



yang



teratur



dan



cara



mengelompokkannya.



5) Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda. 3.



Tahap Operasional Konkret (umur 7 – 11 tahun Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah a. anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat



konkret. Operation adalah



suatu



tipe



tindakan



untuk



memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya b. anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. c. Taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. 4.  Tahap operasional formal (umur 11 tahun - dewasa) :  Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat : a.  Bekerja secara efektif dan sistematis. b.  Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan. 11



c.  Berpikir



secara



proporsional,



yakni



menentukan



macam-macam



proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya. d.  Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal



operations paling



lambat



pada



usia



15



tahun.



Perkembangan kognitif juga terjadi cukup pesat, anak dapat mengingat serangkaian keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis dan mulai menghargai orangtua atau guru. D.



Perkembangan Moral Menurut Piaget Tahap perkembangan moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) berlangsung dalam 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Tahap Heteronomous (Tahap Realisme Moral) usia 4-7 tahun Selama periode heteronom, seorang anak selalu dihadapkan terhadap orang tua atau orang dewasa lain yang memberitahukan kepada mereka manakah hal yang salah dan manakah hal yang benar. Pada usia ini, seorang anak akan memikirkan bahwa melanggar aturan akan selalu dikenakan hukuman dan orang yang jahat pada akhirnya akan dihukum. Selain itu Piaget (dalam Slavin, 2011) menegaskan bahwa anak pada usia kanak-kanak awal menilai sebuah perilaku yang jahat adalah hal yang menghasilkan konsekuensi negatif sekalipun maksudnya adalah sebuah kebaikan. 2.



Tahap Moralitas otonom (Moralitas Kerjasama) usia 7-12 tahun anak-anak mulai tidak menggunakan dan menaati aturan dari suara hati. Moralitas otonom disebut pula sebagai moralitas kerja sama. Moralitas tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu meluas hingga meliputi makin banyak teman sebaya. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama dengan anak lain, gagasan anak tersebut tentang aturan dan karena itu juga moralitas akhirnya berubah.



E.



Diagnosa Keperawatan Sehat Jiwa 1.



Kesiapan peningkatan perkembangan infant



2.



Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler



3.



Kesiapan peningkatan perkembangan pre school



4.



Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah



5.



Kesiapan peningkatan perkembangan remaja



6.



Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa awal



7.



Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa



8.



Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia



9.



Kesiapan Peningkatan Perawatan diri



10. Kesiapan Peningkatan pengetahuan 11. Kurang Perawatan Diri 12



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN: BAYI, TODDLER, PRA SEKOLAH A.



ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN BAYI 1. PENGERTIAN TAHAP BAYI Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar tentang kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan tahap krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Dari pendapat Ericson, tahap yang dilalui bayi adalah Tahap percaya Vs Tidak Percaya. Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai berikut: a.



Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan) Bayi tidak membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya dan merasa senang atau menerima orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal.



b.



Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan) Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal.



c.



Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan) Bayi telah mengmbangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk selalu dengan dekat dengannya dan menangis ketika berpisah.



d.



Tahap Goal-Coordination Partnerships (24 bulan) Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan ibu atau pengasuhnya. Bayi tidak merasa sedih berpisah dengan ibu atau pengasuhnya dalam jangka waktu yang lama.



2.



KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU BAYI a.



Menangis ketika ditinggal ibunya



b.



Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas atau sakit



c.



Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya



d.



Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai



e.



Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali



f.



Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya



g.



Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang



h.



Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil 13



i.



Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang



j.



Meraih



mainan



saat



diberikan



mainan



atau



mendorong



yang



normal



adalah



dan



membantingnya. 3.



ASUHAN KEPERAWATAN a.



Pengkajian Perkembangan



psikososial



bayi



proses



perkembangan bayi, ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan psikososial berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak terpenuhi maka akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan baru. b. Diagnosa Keperawatan 1) Kesiapan Peningkatan Perkembangan Bayi c.



Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan 1) Mengembangkan rasa percaya bayi 2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam mengembangkan rasa percaya bayi Intervensi Generalis 1) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis 2) Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit) 3) Memberi selimut saat bayi kedinginan 4) Memanggil bayi sesuai namanya 5) Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda berwarna menarik atau benda berbunyi) 6) Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada bayi 7) Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit. Intervensi Spesialis Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan



14



B.



ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN TODDLER 1.



PENGERTIAN TAHAP TODDLER Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan



belajar



mengerjakan



segala



sesuatu



yang



berkaitan



dengan



kebutuhannya secara mandiri (Otonom). Menurut Ericson tahap psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs Perasan Malu dan Keragu-raguan. Toddler mulai belajar keterampilan social:



2.



a.



Individual (membedakan dirinya dengan yang lainnya)



b.



Berpisah dengan orang tuanya



c.



Kontrol terhadap fungsi tubuhnya



d.



Berkomunikasi dengan kata-kata



e.



Berperilaku social yang pantas



f.



Interaksi egosentrik dengan yang lain



g.



Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan



KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU TODDLER a.



Anak mengenal namanya sendiri



b.



Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya



c.



Anak melakukan kegiatannya sendiri dan tidak mau dibantu



d.



Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”



e.



Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang tua



f.



Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan



g.



Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena pemaparan negative



h.



Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat malu/mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.



3.



ASUHAN KEPERAWATAN a.



Pengkajian 1) Kemandirian a) Mengenal dan mengakui namanya b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak” c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya  d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah, misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri. e) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah 15



f)



Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar kelua rganya.



g) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua. h) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka. i)



Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga



j)



Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil



2) Ragu-ragu dan malu a) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan b) Merasa takut melakukan sesuatu c) Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan 3) Motorik kasar a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2 hitungan 4) Motorik halus a) Mampu membuat garis lurus 5) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan a) Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2 kata. b. Diagnosa Keperawatan 1) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler c.



Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan 1) Untuk anak a) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari – hari b) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain. 2) Untuk keluarga a) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan psikososial b) Menjelaskan



cara



menstimulasi



perkembangan



anaknya



(kemandirian) c) Mendemonstrasikan



dan



melatih



cara



memfasilitasi



perkembangan kemandirian anak d) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan kemandirian anaknya.



16



Intervensi Generalis 1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak 2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri 3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak 4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan 5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang dll) 6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga 7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut- nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela) 8) Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka 9) Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet Intervensi Spesialis 1) Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 2-3 tahun



17



C.



ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN PRA SEKOLAH 1.



PENGERTIAN TAHAP PRA SEKOLAH Tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru



2.



3.



KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU TODDLER a.



Anak suka mengkhayal dan kreatif



b.



Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah



c.



Anak suka bermain dengan teman sebaya



d.



Anak mudah berpisah dengan orang tua



e.



Anak mengerti mana yang benar dan yang salah



f.



Anak belajar merangkai kata dan kalimat



g.



Anak mengenal berbagai warna



h.



Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana



i.



Anak mengenal jenis kelaminnya



j.



Belajar ketrampilan baru melalui permainan



ASUHAN KEPERAWATAN a.



Pengkajian 1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah 2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama 3) Terlibat dalam kegiatan kelompok 4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya 5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat tidur,menyapu dll 6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar 7) Memliliki teman akrab untuk bermain 8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan



b. Diagnosa Keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan Pra Sekolah



18



c.



Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan 1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal 2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus 3) Mengembangkan ketrampilan berbahasa 4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial 5) Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin 6) Mengembangkan kecerdasan 7) Mengembangkan nilai-nilai moral 8) Meningkatkan



peran



serta



keluarga



dalam



meningkatkan



pertumbuhan dan perkembangan Intervensi 1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak b) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster) d) Ajarkan kebersihan diri 2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus a) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola dll) c) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balok dll) d) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain di rumah 3) Mengembangkan ketrampilan bahasa a) Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak b) Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita c) Sering mengajak komunikasi d) Ajari anak belajar membaca e) Belajar bernyanyi



19



4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial a) Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak b) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya c) Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan d) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa 5) Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin a) Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin b) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh c) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis kelamin anak lain d) Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin 6) Mengembangkan kecerdasan a) Kaji perkembangan kecerdasan anak b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas, bercerita c) Bimbing anak belajar ketrampilan baru d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka f) Latih membaca, menggambar dan berhitung 7) Mengembangkan nilai moral a) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak b) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif c) Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak d) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak e) Latih kedisplinan 8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan a) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak b) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak c) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga



20



d) Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas dll) e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang f) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia pra sekolah



21



BAB III PENUTUP Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut perhatian ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta diukur. Jika terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan intervensi sehingga tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau masa kakak - kanak sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam perkembangan kehidupan anak.. Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan orang tua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan selanjutnya. Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra sekolah berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh maupun orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis mengenai perkembangan psikososial bayi, Toddler dan anak Pra sekolah karena ini sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.



22



DAFTAR PUSTAKA Aprilistyawati. 2013. Keperawatan Psikiatri Dan Kesehatan Jiwa. Penerbit Imperium: Yogyakarta Askep_Jiwa,_Toddler,_Pra_Sekolah,_Usia_Sekolah_dalam_https://www.scribd.com/d ocument_downloads/direct/410089756? extension=docx&ft=1623504432<=1623508042&user_id=370634616&uahk=P ChMdrSZEEx5ml-nTBqf6IBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021) Askep_Sehat_Jiwa_Bayi_dalam_https://www.scribd.com/document_downloads/direct /379967270? extension=docx&ft=1623504126<=1623507736&user_id=370634616&uahk=S UeaKAuWjXRENGUpAe0DQDl0dgA (Diakses Tanggal 12 Juni 2021) Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika Aditama Golden Age : Masa Efektif Merancang Kualitas Anak dalam https://www.jurnal.arraniry.ac.id/index.php/bunayya/article/viewFile/1322/982 (Diakses Tanggal 13 Juni 2021) Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Keliat, B. A. 2006. Modul IC-CMHN. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Rudolp, M Abraham. Buku Ajar Pediatri Udolp Volume 1. EGC Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.



23