Askep Sindrom Nefritik Akut 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP SINDROM NEFRITIK AKUT BAB II SINDROM NEFRITIK AKUT A. Pengertian Suatu penyakit akut yang ditandai dengan hematuria makroskopik, oliguria, hipertensi, edema. B. Etiologi Berikut ini berbagai penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan sindrom nefrotik akut a.       Glomerulonefritis Proliferatif (sebagian besar) b.      Glomerulonefritis primmer §  Glomerulonefritis pasca streptokok §  Glomerulonefritis proliferatif difus idiopatik §  Penyakit IgA §  Glomerulonefritis Membranoproliferatif c.       Glomerulonefritis Sekunder §  Sindrom Goodpasture §  Lupus Eritomatosus Sistemik §  Vaskulitis d.      Penyakit mikroangiopati §  Sindrom uremia hemolitik §  Trombositopenia trombotik Pada pasien dewasa umumnya diakibatkan penyakit sistemik, sehingga diagnosis kearah penyakit-penyakit ini harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang ditemukan.



C.    PATOFISIOLOGI Hematuria terjadi akibat kerusakan membran glomerolus dengan kebocoran sel darah merah. Terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan peningkatan resorpsi natrium dan air dari tubulus. Akibat retensi natrium, mungkin pula dipengaruhi mekanisme hormonal, terjadi hipertensi. Peningkatan resorpsi cairan menyebabkan edema.



Infeksi/Inflamasi kandung kemih   Kerusakan membran Glomerulus   Patway :



D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah  hematuria makroskopik, oliguria, hipertensi, edema (ringan hingga berat, biasanya pada muka), dan proteinuria ringan (biasanya 3,5 gram/hari). Pada beberapa pasien mungkin tidak ditemukan satu atau beberapa gejala tersebut. Pada kasus yang berat dapat ditemukan gagal ginjal. Ini merupakan kedaruratan yang harus segera ditangani. Biasanya 2minggu setelah infeksi tenggorokan atau organ lain, pasien mengalami gejala-gejala akut berupa hematuria makroskopik, oliguria, hipertensi (dapat berat), edema ringan, dan proteinuria. Dapat bertambah dengan adanya fatiq, malaise, nyeri pinggang akibat pembengkakan kapsul ginjal dan nyeri pada palpasi ginjal. E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fungsi ginjal berupa urin mikroskopik, ureum, kreatinin, elektrolit, protein urine, dan klirens kreatinin. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari mikroangiopati, titer antistreptolisin, apus tenggorok, LED, px Imunologi untuk Lupus eritematosus sistemik, antibody anti membran basal glomerolus dan anti body sitoplasmik antineutrofil. Pemeriksaan fotothoraks untuk mengetahui besarnya jantung, adanya edema, atau perdarahan paru. Biopsi ginjal dilakukan kecuali pada glumerulonefritis pasca streptokok dengan gejala yang jelas. Untuk pengawasan kemajuan dilakukan pengukuran dan pencatatan berkala dari tekanan darah, keseimbangan cairan, serta berat badan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berkala adalah ureum, kreatinin, elektrolit, klirens kreatinin, urin mikroskopik, protein, dan foto thoraks. F. Komplikasi Hipertensi (ensefalopati, kejang, perdarahan serebral), gagal ventrikel kiri, gagal ginjal, dan perburukan kearah penyakit ginjal kronik. G. Penatalaksanaan § Tentukan penyebabnya (biasanya dengan biopsi ginjal, kecuali jelas dengan akibat glumerulonefritis pasca streptokok ) § Penatalaksanaan hipertensi dengan obat anti hipertensi § Mrencegah kelebihan garan dan air. Dilakukan pembatasan garam dan cairan, pemberian diuresis dosis tinggi, bila perlu. Pengawasan ketat terhadap berat badan, keseimbangan cairandan ukuran dan jantung. § Penatalaksanaan gagal ginjal § Penatalaksaan penyebabnya. Penundaan dapat menyebabkan perburukan terapi disesuaikan dengan penyebab.



H.    DIANOGSA KEPARAWATAN 1)      PK : Perdarahan 2)      Kelebihan volume cairan b.d Penurunan laju filtrasi glomerulus 3)      PK : Hipertensi b.d Retensi natrium 4)      Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) 5)      Kurang pengetahuan



IV     RENCANA KEPERAWATAN



NO



1.



2.



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TUJUAN



INTERVENSI



PK: Perdarahan



Perdarahan berhenti, setelah dilakukan 1.   Bleeding Precaution perawatan selama ….x24 jam mampu  Monitor pasien dengan perdarahan menghentikan perdarahan dengan Definisi : adanya perdarahan atau  Catat nilai Hb dan Hmt potensial resiko terjadinya perdarahan indicator :  Monitor tanda dan gejala perdarahan        Luka sembuh kering, bebas pus, tidak  Monitor status koagulasi (PTT, Fibrinogen, Degradasi Fibrin) meluas Batasan karakteristik :         BB tidak kurang dari 10 gr%        Ada laporan perdarahan dari klien  Monitor TTV atau keluarga  Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif        Adanya tanda-tanda perdarahan  Sediakan produk darah  Lindungi pasien dari trauma yang menyebabkan perdarahan 2.   Bleeding Reduktion  Catat penyebab perdarahan  Monitor jumlah kehilangan darah  Intruksikan keluarga untuk melaporkan adanya perdarahan lebih lanjut Kelebihan Volume Cairan



NOC :   Electrolit and acid base balance   Fluid balance   Hydration



NIC : Fluid management        Timbang popok/pembalut jika diperlukan Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat        Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Batasan karakteristik :        Pasang urin kateter jika diperlukan -     Berat badan meningkat pada waktu Kriteria Hasil:        Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas yang singkat   Terbebas dari edema, efusi, anaskara urin  ) -     Asupan berlebihan dibanding output   Bunyi nafas bersih, tidak ada        Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP -     Tekanan darah berubah, tekanan arteri dyspneu/ortopneu        Monitor vital sign pulmonalis berubah, peningkatan CVP   Terbebas dari distensi vena jugularis,        Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena -     Distensi vena jugularis reflek hepatojugular (+) leher, asites) -     Perubahan pada pola nafas,   Memelihara tekanan vena sentral,        Kaji lokasi dan luas edema dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara tekanan kapiler paru, output jantung        Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian nafas abnormal (Rales atau crakles), dan vital sign dalam batas normal kongestikemacetan paru, pleural   Terbebas dari kelelahan, kecemasan        Monitor status nutrisi        Berikan diuretik sesuai interuksi effusion atau kebingungan        Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na