5 0 864 KB
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
MISH FADHILLAH AFIFAH NIM : 143110175
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
MISH FADHILLAH AFIFAH NIM : 143110175
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
2
3
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang “. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penelitian, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih kepada: 1. Ibu Renidayati, M.Kep, Sp.kep Jiwa selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II sekaligus Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. 4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. 5. Bapak/Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penulis. 6. Bapak/Ibu Direktur dan Staf Puskesmas Nanggalo Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
4
7. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kita semua. 8. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2017. Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Akhir kata penulis berharap penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aaminn. Padang, 01 Juni 2017
(Mish Fadhillah Afifah)
5
6
7
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mish Fadhillah Afifah
NIM
: 143110175
Tempat/ tanggal lahir
: Tebing Tan Saidi/ 23 Maret 1996
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Orang Tua
: Ayah : Awaluddin Ibu
Alamat
: Yesmaneli
: Tebing Tinggi, Kenagarian Kambang Barat, Kec. Lengayang Kab. Pesisir Selatan.
Riwayat Pendidikan
PENDIDIKAN TK PKK PASAR GOMPONG SD NEGERI NO. 18 TEBING TINGGI SMP NEGERI 1 LENGAYANG SMA NEGERI 3 PAINAN POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2001 - 2002 2002 - 2008 2008 - 2011 2011 - 2014 2014 - 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
9
Mish Fadhillah Afifah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Isi : xii + 77 Halaman + 11 Lampiran ABSTRAK Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2015, jumlah pasien gangguan jiwa di seluruh puskesmas di Kota Padang terus meningkat. Jumlah pasien gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo tahun 2016 sebanyak 117 orang. Masalah yang biasa terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada 2 partisipan dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Desain penelitian deskriptif, diakukan di Kelurahan Surau Gadang dari bullan Januari sampai Juni 2017. Data diperoleh dari wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik menggunakan format asuhan keperawatan kesehatan jiwa, lembar observasi defisit perawatan diri, tensimeter, stetoskop, termometer, alat ukur berat badan dan tinggi badan.populasi sebanyak 63 orang gangguan jiwa. Sampel penelitian adalah 2 partisipan yang berada di Kelurahan Surau Gadang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling. Analisa dilakukan dengan membandingkan kasus dengan teori. Hasil pengkajian didapatkan penampilan partisipan tidak rapi, rambut berantakan, wajah kusam, badan berbau dan lengket, gigi kuning dan kotor, jarang mandi, suka menyendiri dan merasa tidak berguna. Diagnosa keperawatan utama yaitu defisit perawatan diri dan harga diri rendah. Intervensi yang dilakukan melatih perawatan diri dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 10 hari partisipan mampu melakukan perawatan diri dengan dibantu, dam mampu melakukan kegiatan dibantu. Melalui pimpinan Puskesmas Nanggalo disarankan kepada pemegang program kesehatan jiwa untuk dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperbanyak responden penulisan supaya dapat membandingkan satu kasus yang sama terhadap partisipan yang berbeda. Kata Kunci (Key Word) : Defisit Perawatan Diri, Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka : 24 (2006 – 2016)
DAFTAR ISI
10
HALAMAN JUDUL....................................................................................... .........................................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ........................................................................................................................ii KATA PENGANTAR....................................................................................... LEMBAR ORISINALITAS............................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ABSTRAK........................................................................................................ DAFTAR ISI..................................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................ DAFTAR TABEL............................................................................................ . DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
iii v vi vii viii x xi xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................ C. Tujuan Penelitian.............................................................................. D. Manfaat Penelitian...........................................................................
1 7 7 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri.............................................. 1. Pengertian Defisit Perawatan Diri............................................. 2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri............................................ 3. Penyebab Defisit Perawatan Diri.............................................. 4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri................................. 5. Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri................................. 6. Damapak dari Masalah Defisit Perawatan Diri.........................
10 10 12 13 16 17 18
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa................................. 1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 2. Pohon Masalah.......................................................................... 3. Diagnosa Keperawatan............................................................. 4. Tindakan Keperawatan............................................................. 5. Evaluasi Keperawatan..............................................................
19 19 25 26 26 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.............................................................................. B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... C. Populasi Dan Sampel....................................................................... D. Instrument Pengumpulan Data......................................................... E. Jenis Dan Pengumpulan Data........................................................... F. Analisis Data.....................................................................................
39 39 39 41 42 44
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kasus................................................................................ 46 B. Pembahasan Kasus........................................................................... 64
11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................... 75 B. Saran................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema masalah defisit perawatan diri berdasarkan teori orem.....
12
Gambar 2.2 Proses terjadinya defisit perawatan diri........................................
16
Gambar 2.3 Pohon masalah defisit perawatan diri...........................................
25
13
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Deskripsi kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2.......................
47
14
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Jadwal kegiatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2
Format skrining pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah defisit perawatan diri
Lampiran 3
Lembar konsultasi proposal penelitian Prodi Keperawatan Padang Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 4
Inform consent responden
Lampiran 5
Surat izin pengambilan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Lampiran 6
Data Jumlah Pasien Skizofrenia di Kelurahan Surau Gadang Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2016
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian
Lampiran 8
Surat Selesai Penelitian
Lampiran 9
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 10 Asuhan Keperawatan pada Partisipan Lampiran 11 Dokumentasi Kunjungan Pasien dan Keluarga
15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undung No 36 tahun 2009 menjelaskan tentang kesehatan jiwa yang merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat jiwa ditandai dengan halhal sebagai berikut, yaitu sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/keutuhan), Otonomi, persepsi realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Direja, 2011). Kesehatan jiwa memiliki rentang sehat-sakit jiwa yang bergerak dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Rentang sehat-sakit jiwa memiliki 3 komponen, yaitu sehat jiwa, masalah psikososial, dan gangguan jiwa (Kusumawati, 2010). Seseorang yang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri bisa berakibat stres sehingga menyebabkan gangguan jiwa yang dapat mengenai manusia secara seutuhnya bukan hanya jiwa, badan, dan lingkungannya saja. Gangguan jiwa meliputi gejala-gejala patologi dominan yang berasal dari unsur psikis yang timbul secara menyeluruh (Yosep, 2009). Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Hal ini meliputi fungsi psikologik, perilaku, dan biologik. Gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara perorang tetapi juga dengan masyarakat. Gangguan jiwa ditandai dengan terganggunya emosi, proses berfikir, perilaku, dan persepsi (Stuart, 2006). Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2013 prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi. 25% dari penduduk dunia pernah 16
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku (Pinenendi, 2016). Angka kejadian gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. National Institute of Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, memperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kasus gangguan jiwa yang ada di Negara-negara berkembang (WHO dalam Rochmawati 2013 ). Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah pasien gangguan jiwa diperkirakan sudah meningkat. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak terdapat di DI Yogyakarta, yang kemudian diikuti dengan wilayah Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari yang ringan hingga berat (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Sumatera Barat menempati urutan ketiga dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia yaitu dengan prevalensi 16,7 permil, sedangkan pada hasil Riskesdas 2013 Sumatera Barat menempati urutan kesembilan dengan gangguan jiwa berat yaitu mencapai 1,9 % (Riskesdas, 2013). Hasil tersebut dapat disimpulkan terjadinya penurunan angka kejadian gangguan jiwa atau skizofrenia dari rentang tahun 2007 sampai tahun 2013.
17
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta memiliki gejala positif, gejala negatif, defisit kognitif, dan emosional (Jalil, Abdul 2015). Klien skizofrenia yang mengalami gejala negatif antara lain, kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas (Yosep, 2009). Penderita skizifrenia salah satunya ditandai dengan kelemahan atau ketidakmampuan dalam merawat diri (Pusdilatnakes, 2012). 70% dari seluruh penderita skizofrenia diantaranya mengalami defisit perawatan diri, gangguan jiwa lain sering juga disertai dengan gejala halusinasi, gangguan Manik Depresif dan Delirium (Pinenendi, 2016). Skizofrenia dimanifestasikan dengan perubahan berfikir, persepsi, afek tumpul, dan penurunan fungsi sosial yang menyebabkan klien cenderung mengalami penurunan kemampuan melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
sendiri
seperti
mandi
(hygiene),
berpakaian/berhias,
makan/minum, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012). Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Pasien dengan defisit perawatan diri akan didapatkan tanda-tanda seperti badan berbau, kotor, rambut kusut, berantakan. Bila makan dan minum berceceran, tidak mampu makan dengan benar, BAB/BAK di sembarang tempat serta tidak membersihkan diri setelah BAB/BAK (Pusdiklatnakes, 2012). Ketidakmampuan pasien dengan defisit perawatan diri jika dibiarkan terus menerus akan berdampak pada masalah personal hygienenya. Bisa menyebabkan gangguan fisik seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial (Dermawan, 2013).
18
Penurunan ADL (Activity of Daily Living) pada pasien jiwa di sebabkan oleh adanya gangguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan kesehatan mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan orang lain, agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam perawatan diri. Peran serta keluarga untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada penderita gangguan jiwa dapat dengan memfasilitasi, memberikan motivasi ataupun dukungan. Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, pengahargaan, emosional. (Madalise, dkk 2015). Peran perawat jiwa dalam hal ini meliputi pemberian asuhan keperawatan berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik kepada pasien langsung maupun kepada keluarga. Strategi pelaksanaan ini mencakup cara melatih pasien perawatan kebersihan diri, melatih pasien dandan dan berhias, melatih pasien makan dan minum dengan benar dan mengajarkan pasien cara buang air besar dan buang air kecil yang benar. Sedangkan pada keluarga mencakup melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil (Keliat,dkk, 2013). Hasil penulisan yang dilakukan oleh Sasmita, dkk (2012) di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang mempunyai 8 ruangan, 1 ruang IGD / PICU, 1 ruangan NAPZA dan 6 ruangan dengan pengembangan model praktek keperawatan professional (MPKP). Setiap ruang memiliki pasien yang mengalami masalah defisit perawatan diri. Perkiraan 60% dari seluruh pasien gangguan jiwa yang dirawat di RSJ. HB Sa’anin Padang mengalami defisit perawatan diri. Hasil dari penulisan yang dilakukan oleh Pinedendi, dkk (2016) di Rs Jiwa. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado hasil observasi tingkat kemandirian tentang personal hygiene pada klien ditemukan sebagian
19
besar berada pada tingkat ketergantungan sedang (66.7%), ketergantungan berat (25.9%) dan ketergantungan ringan (7.4%). Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014, jumlah pasien gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) yang terdapat di seluruh wilayah kerja puskesmas se kota Padang yaitu 6.482 orang dengan jumlah kunjungan sebanyak 29.810 kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014). Pada tahun 2015 jumlah pasien gangguan jiwa (psikotik/skizofrenia) yang terdapat di seluruh wilayah kerja puskesmas se Kota Padang yaitu 7.059 orang. Dari paparan data tersebut dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian gangguan jiwa dari tahun 2014 ke tahun 2015 di kota padang yaitu sebanyak 239 orang dalam rentang 1 tahun (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Prevalensi gangguan jiwa berat atau psikotik/skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang berdasarkan data Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 yaitu sebanyak 586 jiwa. Pada tahun 2015 didapatkan jumlah pasien gangguan jiwa berat (psikotik/skizofrenia) di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang sebanyak 569 jiwa, yang terdiri dari pasien baru sebanyak 65 orang diantaranya terdiri dari laki-laki 43 orang dan perempuan 22 orang, sedangkan pasien lama terdapat 504 orang, yang terdiri dari 354 orang pasien laki-laki dan 150 orang pasien perempuan (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 didapatkan data bahwa Puskesmas Nanggalo berada diurutan kedua dari 22 Puskesmas di Kota Padang dengan jumlah pasien gangguan jiwa terbanyak yaitu sebanyak 569 orang (Dinas Kota Padang, 2015). Menurut Laporan pencatatan pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang pada tahun 2016 jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo berdasarkan wilayah kerja sebanyak 525 orang, diantaranya terdiri dari 251 orang di Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di Kelurahan Kurao Pagang, 9 orang di Kelurahan Gurun Laweh,
20
dan 78 orang di luar wilayah kerja Puskesmas Nanggalo. Data dari Laporan Pencatatan Puskesmas Nanggalo tahun 2016 menunjukan jumlah pasien gangguan jiwa berat atau skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo sebanyak 107 orang, diantaranya terdiri dari 63 orang di Kelurahan Surau Gadang, 32 orang di Kelurahan Kurao Pagang, 5 orang di Kelurahan Gurun Laweh, dan sebanyak 7 orang dari luar wilayah kerja puskesmas Nanggalo (Puskesmas Nanggalo, 2016). Berdasarkan pengalaman praktek keperawatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang pada tahun 2016, pada umumnya pasien yang mengalami gangguan jiwa juga bermasalah dalam hal kebersihan atau perawatan diri. Keadaan ini di tandai dengan badan klien kotor, berbau, pakaian tidak diganti-ganti dan acak-acakkan. Baju kotor, mulut klien kotor dan berbau, rambut berantakan, rambut tidak disisir, kuku klien panjang, makan sering berceceran, dan terkadang klien suka buang air sembarangan tempat. Survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017 dengan cara wawancara dengan dua orang pasien di rumah pasien masing-masing di Kelurahan Surau Gadang menyatakan bahwa, pasien mengatakan malas mandi, malas merawat diri, dan malas mengganti pakaiannya. Penampilan pasien terlihat rambut acak-acakan, badan klien berbau, baju dan badan kotor, serta makan berceceran. Gejala tersebut menunjukkan terganggunya kebersihan diri dan
perawatan diri pasien. Sedangkan menurut paparan
keluarga saat diwawancarai dirumah klien masing-masing, keluarga sudah berusaha membujuk klien untuk mandi dan merawat diri tetapi klien tetap tidak mau. Keluarga juga mengatakan sudah membawa klien berobat ke puskesmas maupun ke Rumah Sakit Jiwa, tetapi perawatan atau pengobatan klien tidak secara rutin dilakukan sehingga penyakit klien kambuh lagi dan klien tidak mau merawat diri lagi.
21
Saat wawancara dengan keluarga klien, keluarga menyatakan sulit dalam merawat pasien. Tingkah dan perilaku klien yang terkadang melawan dan tidak mau merawat diri membuat keluarga terkesan kurang peduli terhadap perawatan diri klien. Hal ini juga dikarenakan ketidaktahuan keluarga dalam memberikan perawatan pasien dirumah. Keluarga menyatakan tenaga kesehatan dari Puskesmas sudah menjelaskan dan sudah mengajarkan cara perawatan diri pada pasien dengan defisit perawatan diri, dan juga mahasiswa yang praktek keperawatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo khususnya Kelurahan Surau Gadang juga sudah mengajarkan serta mengaplikasikan cara perawatan diri pada pasien, tetapi keluarga belum juga menerapkan cara perawatan yang sudah diajarkan dengan alasan sibuk dengan pekerjaan, sehingga klien sendiri dalam kesehariannya kurang peduli dalam perawatan dirinya. Hal ini mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dirumah. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulisan yang penulis angkat tentang
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit
Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang ?” C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. 2. Tujuan Khusus
22
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian jiwa pada klien gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo, Kota Padang. b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. e.
Mampu mendeskripsikan evaluasi hasil tindakan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
f. Mampu mendeskripsikan dokumentasi asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Penulisan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata serta mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri.
2. Bagi Puskesmas Nanggalo Kota Padang Melalui pimpinan Puskesmas Nanggalo diharapkan penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap pemegang program khusus gangguan jiwa dalam meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
23
3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai referensi sehingga dapat meningkatkan keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya masalah klien defisit perawatan diri.
24
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Pengertian Defisit Perawatan Diri Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry dalam Direja, 2011). Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya
guna
mempertahankan
kehidupannya,
kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Direja, 2011). Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi (Yusuf, 2015). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
25
seperti mandi, berpakaian, makan, BAK/BAB (Fitria dalam Madalise, dkk 2015). Masalah defisit perawatan diri terjadi apabila seseorang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergabung pada orang lain (anggota keluarga yang lain). Defisit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (total aktivitas keseluruhan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan universal, perkembangan dan deviasi kesehatan) melampaui kemampuan self-care (kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri). Hai ini terjadi karena klien menderita gejala yang disebabkan oleh penyakit skizofrenia tersebut yaitu gangguan pada kognitif, afektif, dan perilaku (Orem dalam Susanti, 2010).
Gambaran skema masalah defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia diuraikan sebagai berikut gangguan pada fungsi kognitif meliputi ketidakmampuan klien dalam berfikir sehingga tidak merespon dengan baik terhadap perawatan diri. Klien tersebut hanya berkonsentrasi pada pikirannya sendiri dan memberikan perhatian yang minimal dalam hal makan, kebersihan, dan penampilan. Gejala berikutnya adalah gangguan afek, munculnya afek datar atau afek yang tidak sesuai karena klien selalu disibukkan oleh pikiran dan fantasinya sendiri. Sama halnya dengan gangguan kognitif, klien dengan gangguan afek umumnya menunjukkan perasaan yang tidak sesuai. Kondisi ini menyebabkan munculnya anggapan bahwa individu tersebut tidak peduli terhadap dirinya sendiri, termasuk dalam perawatan diri. Selanjutnya masalah defisit perawatan diri juga dipengaruhi oleh perilaku individu yang tidak memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Teori self care (perawatan diri) memiliki penjelasan tentang konsep perawatan diri untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri dan membantu memandirikan pasien dalam merawat diri. Untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri perawat dapat menggunakan beberapa prinsip yaitu diantaranya pengembangan
26
kemandirian pasien, menggunakan komunikasi terapeutik, dan kolaborasi (Susanti, 2016). Kemampuan perawatan diri (menurun) Gangguan fungsi kognitif dan perilaku
Tuntutan Perawatan Diri. Makan, kebersihan, berpakaian, dandan, tidur, interaksi sosial, keamanan
Defisit Perawatan Diri
Self Care Agent Kemampuan individu dalam perawatan diri dipengaruhi umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, sistem pelayanan kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem keluarga, ketersediaan dan keadekuatan sumber.
Nursing Agent Tindakan Keperawatan Rehabilitasi : a. Meningkatkan kemandirian b. Komunikasi terapeutik c. kolaborasi
(Gambar 2.1 Skema Masalah Defisit Perawatan Diri Berdasarkan teori Orem) (Sumber : Orem dalam Susanti, 2016)
2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri Klasifikasi Defisit Perawatan Diri menurut (Direja,2011) terdiri dari : 1) Kurang Perawatan Diri : Mandi Kurang perawatan diri : mandi adalah gangguan kemampuan unutk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. Kurang Perawatan Diri. 2) Kurang Perawatan Diri : Mengenai pakaian/berhias Kurang perawatan diri mengenakan pakaian adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
27
3) Kurang Perawatan Diri : Makan Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4) Kurang Perawatan Diri : Toileting Kurang perawatan diri : Toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
3. Penyebab Defisit Perawatan Diri Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri dalam (Pusdiklatnakes, 2012), meliputi : a. Faktor predisposisi a) Biologis Penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. b) Herediter c) Psikologis Faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Kemampuan realitas menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d) Sosial Kurang
dukungan
dan
situasi
lingkungan
mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,
28
lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Pusdiklatnakes, 2012). Menurut (Demawan, 2013) penyebab kurang perawatan diri adalah: a.
Faktor Predisposisi a) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi
lingkungan
mempengaruhi
latihan
kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Dermawan, 2013). Beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri (Dermawan, 2013). Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain: a. Body image yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
29
b. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,vsikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
30
4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Penyebab
Faktor predisposisi Biologi
faktor presipitasi
herediter
psikologis
sosial
Penyakit fisik
keluarga terlalu melindung
Kurang dukungan
dan mental
dan memanjakan klien
Gangguan fungsi otak
Gangguan pola pikir
Tidak mampu merespon dengan baik
Tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
Inisiatif kurang, kemampuan realitas menurun
Ketidakpedulian terhadap diri, dan perawatan diri
1. Penurunan motivasi 2. Kerusakan kognitif atau persepsi 3. Cemas 4. Lemah
Menarik diri dan tidak mau bersosialisasi
Tidak mampu merawat diri Tidak peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan
Tidak mampu membersihkan diri, tidak merapikan pakaian, tidak berhias, makan berceceran, BAB/BAK sembarang tempat
Defisit Perawatan Diri (Gambar 2.2 proses terjadinya defisit perawatan diri)
31
5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan klien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi. a. Data Subjektif Pasien mengatakan tentang : a) Malas mandi b) Tidak mau menyisir rambut c) Tidak mau menggosok gigi d) Tidak mau berhias/ berdandan e) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi/ alat kebersihan diri f) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum g) BAB dan BAK sembarangan tempat h) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK i) Tidak mengetahui cara perawatan diriyang benar. b. Data Objektif a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar. b) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mau berdandan, tidak mampu memilih, mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, tidak mampu memakai resleting, tidak mampu memakai barabg-barang yang perlu dipakai dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian. c) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makan ke alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan makanan).
32
d) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihkan toilet, menyiram toilet (Pusdiklatnakes, 2012). Menurut Dermawan, (2013) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1) Fisik a) Badan bau, pakaian kotor b) Rambut dan kulit kotor c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi. 2) Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif b) Menarik diri, isolasi sosial c) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3) Sosial a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma d) Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
6. Dampak dari Masalah Perawatan Diri/Personal Hygiene a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, dan gangguan fisik pada kuku.
33
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Dermawan, 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa : Defisit Perawatan diri Proses keperawatan merupakan wahana/sarana kerja sama dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar daripada klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat di capai ( Keliat dalam Direja, 2011). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal (Direja, 2011).
1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart & Larai dalam Direja, 2011). Adapun isi pengkajian meliputi, identitas klien, keluhan utama / alasan masuk, faktor predispossisi, aspek fisik / biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan danaspek medik. Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data objektif dan data subjektif (Direja, 2011).
34
1. Identitas pasien Identitas pasien didapatkan dengan cara perawat berkenalan dengan pasien dengan menyebutkan nama dan nama panggilan yang disukai perawat, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien. Klien melakukan kontrak mengenai tujuan ,waktu dan tempat, dan topik yang akan dibicarakan. 2. Keluhan saat dikaji Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri akan mengeluhkan malas mandi, malas merawat diri, tidak mau menggosok gigi, tidak mau berdandan, tidak mau menyisir rambut, malas mengganti pakaian, tidak mau menggunakan alat makan untuk makan, makan berceceran, buang air besar dan buang air kecil sembarangan tempat, serta tidak mau membersihkan diri dan tempat setelah buang air besar dan buang air kecil. 3. Faktor Predisposisi 1) Faktor biologis Pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya didapatkan adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan juga adanya faktor herediter. 2) Faktor psikologis Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan
pasien
sehingga
perkembangan
inisiatif
terganggu, dan kemampuan realistis menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realistis yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
35
3) Faktor sosial Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri. 4. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. 5. Aspek Fisik/Biologis Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan hasil tekanan darah naik atau menurun, nadi bisa cepat atau lambat, pernapasan cepat atau lambat, suhu tubuh tinggi atau rendah. Biasanya klien saat interaksi lebih sering menundukkan kepala, tidak ada kontak mata, penampilan yang kurang bersih, dan kondisi acakacakan. 6. Aspek Psikososial 1) Genogram Genogram menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien. 2) Konsep Diri a) Citra Tubuh Biasanya klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan klien merasa senang dengan kondisi dirinya yang ia miliki dan membuat klien merasa nyaman.
b) Identitas Diri
36
Biasanya klien dengan defisit perawatan diri saat ditanya tentang kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien c)
menjawab tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya. Ideal Diri Biasanya klien dengan defisit perawatan diri kurang mampu melakukan perannya baik dikeluarga maupun di lingkungan
masyarakat. d) Harga Diri Biasanya akan beranggapan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah, serta dengan penampilan yang menurutnya benar. 7. Hubungan Sosial Biasanya klien dengan defisit perawatan diri dekat dengan keluarganya dan akan membatasi diri dengan orang-orang di kelompok dan di lingkungan masyarakat. Klien akan merasa tidak aman berada didekat orang lain serta lebih suka sendiri dan menarik diri dari sehingga masyarakat menjauhi klien dan dianggap memiliki penyakit kejiwaan. 8. Status Mental a. Penampilan Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri berpenampilan tidak rapi, rambut tidak bersih, terlihat kusut dan berketombe, kuku panjang dan kotor, badan berbau dan pakaian klien jarang diganti. b. Pembicaraan Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam. 9. Kebiasaan Sehari-hari a. Mandi Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri tidak mau mandi, tidak ada inisiatif untuk mandi, tidak membersihkan rambut dan tidak menggosok gigi b. Berpakaian/ Berhias
37
Biasanya klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien tidak mampu menyisir rambut dan berdandan secara mandiri c. Makan Biasanya klien makan tidak teratur. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Biasanya makan berceceran, tidak mencuci tangan sebelum makan dan juga tidak mencuci tangan sesudah makan. d. BAB/BAK Biasanya klieb BAB/BAK disembarang tempat, dan tidak membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK.
10. Mekanisme Koping Menurut Dermawan (2013) mekanisme koping pada pasien dengan pasien defisit perawatan diri adalah sebagai berikut: 1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti
pada
perilaku
perkembangan
anak
atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas 2) Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015) 3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan 4)
Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau
38
diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat. (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015). Pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga pasien. Hal yang dapat ditanyakan saat melakukan wawancara dengan pasien maupun dengan keluarga meliputi, bagaimana kebersihan diri pasien, Bagaimana kebersihan diri pasien, apakah pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, menggunting kuku, bagaimana penampilan pasien, apakah pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki), apakah pakaian pasien rapi dan sesuai. Biasanya data subjektif yang diperolah dari klien defisit perawatan diri yaitu pasien mengatakan tentang : 1) Malas mandi 2) Tidak mau menyisir rambut 3) Tidak mau menggosok gigi 4) Tidak mau memotong kuku 5) Tidak mau berhias/berdandan 6) Tidak bisa/tidak mau alat mandi/kebersihan diri 7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum 8) BAB dan BAK disembarang tempat 9) Tidak membersihkan diri dari tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK Data objektif : 1) Bau badan, kotor, berdakirambut kotor,gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar 2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian tidak rapi, tidak mampu berdandan, tidak mampu memilih, mengambil dan memakai pakaian, tidak mampu memakai sendal/sepatu, tidak mampu memakai rosleting, tidak mapu memakai barang-barang yang
39
diperlukan dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang yang perlu dilepas dalam berpakaian. 3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelas makanan secara aman, menyelesaikan makan). 4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK tidak mampu menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet (Pusdiklatnakes, 2012).
2. Pohon Masalah Resiko tinggi isolasi sosial
Effect
Defisit Perawatan Diri
Core problem
Harga Diri Rendah
Cause
(Gambar 2.3 pohon masalah defisit perawatan diri) (Sumber : Direja, 2011) 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia dalam Direja, 2011). Rumusan diagnosis adalah Problem/masalah (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis ini juga bisa permasalahan (P), penyebab (E) dan
40
simtom/gejala sebagai data penunjang. Jika diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas (Kusumawati dan Hartono, 2009). Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakan adalah Defist perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK (Pusdiklatnakes, 2012). Berdasarkan
pohon
masalah
di
atas
maka
rumusan
diagnosis
keperawatannya sebagai berikut: a. Defisit perawatan diri b. Harga diri rendah c. Isolasi sosial
4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga. Saat melakukan pemberian pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga peneliti mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Selain itu peneliti menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami klien. Setelah peneliti selesai melatih pasien, maka peneliti kembali menemui keluarga dan melatih keluarga untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah di ajarkan peneliti. Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
41
minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit perawatan diri. Tindakan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri dan isolasi sosial adalah sebagai berikut : a. Defisit Perawatan Diri 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien a) Tujuan 1) Membina hubungan saling percaya 2) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 3) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. 4) Pasien mampu melakukan makan dengan baik. 5) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. b) Tindakan keperawatan a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat melakukan tahapan tindakan berikut : 1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. 2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. 3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri. 4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. b. Melatih pasien berdandan/berhias. Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. a) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi: 1) Berpakaian 2) menyisir rambut 3) bercukur b) Untuk pasien perempuan melipuuti 1) Berpakaian
42
2) menyisir rambut 3) berhias c) Melatih pasien makan secara mandiri. Untuk melatih makan pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut. 1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan. 2) Menjelaskan cara makan yang tertib. 3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan. 4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik. d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri. Melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut : 1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai. 2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK. 3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
2.
Tindakan Keperawatan pada Keluarga a)
Tujuan Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
b) Tindakan keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.
43
Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut : 1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. 2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma. 3) Menjelaskan ke keluarga pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri pada pasien dan mengambil keputusan dalam merawat pasien 4) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. 5) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdandan dan berhias, makan dan minum serta BAB dan BAK yang benar pada pasien. 6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien 7) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati). 8) Anjurkan
keluarga
untuk
memberikan
pujian
atas
keberhasilan pasien dalam merawat diri. 9) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan 10) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. Strategi Pelaksanaan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri : 1. SP 1 Keluarga 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
44
2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami oleh pasien 3) Menjelaskan
cara-cara
merawat
pasien
dengan
defisit
perawatan diri. 2. SP 2 Keluarga 1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri 2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan defisit perawatan diri. 3. SP 3 Keluarga 1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat 2) Menjelaskan follow up pasien ke pelayanan kesehatan secara teratur
b. Harga Diri Rendah 1. Tindakan keperawatan pada pasien a) Strategi pelaksanaan 1 pada pasien 1) Mengidentifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi. 2) Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan). 3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan). 4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
45
5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. 6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya). 7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. b) Strategi pelaksanaan 2 pasien: Latihan kegiatan kedua. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah. 2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama. 4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih. 5) Melatih pasien untuk kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-masing dua kali per hari. c) Strategi Pelaksanaan 3 pasien: Latihan kegiatan ketiga. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah. 2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua. 4) Membantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. 5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua kali per hari. d) Strategi Pelaksanaan 4 pasien: Latihan kegiatan keempat. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.
46
2) Mengevaluasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua, ketiga. 4) Membantu pasien memilih memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. 5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: emapt kegiatan, masing-masing dua kali per hari. 2.
Strategi tindakan pelaksanaan pada keluarga a)
Strategi pelaksanaan 1 keluarga: Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis (melatih kegiatan pertama). 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien dengan harga diri rendah kronis. 2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadi dan akibat harga diri rendah kronis. 3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis. 4) Memberikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki pasien. 5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien. 6) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu
pasien
melakukan kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.
b) Strategi pelaksanaan 2 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan kedua.
47
1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengientifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam memimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian. 4) Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien. 5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan beri pujian. c)
Strategi pelaksanaan 3 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan ketiga. 1) Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam megidentifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian. 4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih. 5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan keempat. 1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengientifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) kemampuan
keluarga
dalam
memimbing
pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian.
48
4) Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien. 5) Menganjurkan keluarga untuk follow up ke Puskesmas. 6) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan beri pujian.
c. Isolasi Sosial 3. Tindakan keperawatan untuk pasien a) Tujuan : 1) Mampu menyadari isolasi sosial yang dialaminya 2) Mampu berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya 3) Mampu erkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial. b) Tindakan Keperawatan : Membina hubungan saling percaya dengan cara: 1) Ucapkan salam setiap berinteraksi dengan pasien 2) Kenalan dengan pasien, perkenalkan nama dan panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai 3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini 4) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana 5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untk kepentingan terapi 6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 1 :
49
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat dan apa sebabnya 2) Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap 3) Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap 4) Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga 5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan. Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 : 1) Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian 2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( latih 2 kegiatan) 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 : 1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat melakukan dua kegiatan harian. Beri pujian 2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan baru) 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :
50
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian 2) Latih cara bicara sosial: belanja ke warung, meminta sesuatu, menjawab pertanyaan 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan lebih 5 orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi 4.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Isolasi Sosial 1) Tujuan : a) Mengenal masalah isolasi sosial b) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi sosial c) Merawat pasien isolasi sosial dengan menganjarkan dan mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial d) Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar e) Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan kesehatan 2) Tindakan Keperawatan : a) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 : 1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial 3) Jelaskan cara merawat isolasi sosial 4) Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian 51
b) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian 2) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama) 3) Latih cara mebimbing pasien berbicara dan memberi pujian c) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien melakukan kegiatan harian dan rumah tangga. beri pujian 2) Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti belanja, meminta sesuatu dan lain-lain 3) Latih keluarga mengajak pasien belanja d) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/ rumah tangga, berbelanja. Beri pujian 2) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 3) Anjurkan
membantu
pasien
sesuai
jadwal
dan
memberikan pujian.
5. Evaluasi Keperawatan
52
a. Evaluasi kemampuan pasien defisit perawatan diri berhasil apabila pasien dapat : 1) Mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan bersih 2) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih 3) Membereskan pakaian kotor 4) Berdandan dengan benar 5) Mempersiapkan makanan 6) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 7) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar 8) BAK dan BAB pada tempatnya 9) BAK dan BAB dengan bersih b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat : 1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri) 2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien 3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri, berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK. 4) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Desain Penulisan
53
Desain penulisan yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus, dimana
penulisan
menggambarkan
yang
suatu
dilakukan
fenomena
untuk
yang
mendeskripsikan
terjadi
dalam
atau
masyarakat
(Notoatmodjo, 2012). Penulisan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan jiwa pada partisipan yang mengalami defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan penulis tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena itu bisa terjadi (Nursalam, 2013).
B. Tempat dan Waktu Penulisan Penulisan dilakukan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo, Kota Padang. Waktu penulisan studi kasus di mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017, sedangkan waktu untuk menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan selama 10 dengan 10 kali kunjungan yang dimulai dari tanggal 22 Mei samapi 30 Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penulisan ini adalah semua pasien skizofrenia yang telah berobat ke wilayah kerja Puskesmas Nanggalo di kelurahan Surau Gadang pada tahun 2016 yaitu sebanyak 63 orang, dan pasien skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri sebanyak 5 orang.
2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau sebanyak 5 orang pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri yang dapat dipergunakan sebagai subjek penulisan melalui sampling. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
54
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penulisan (Nursalam, 2013). Sampel penulisan ini adalah dua pasien dengan defisit perawatan diri yang telah berobat ke Puskesmas Nanggalo Padang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengumpulkan data seluruh pasien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang dari data Puskesmas Nanggalo Padang, kemudian penulis menelusuri alamat lengkap pasien dan melakukan screening terhadap beberapa orang pasien yang berada di Kelurahan Surau Gadang tersebut dengan menggunakan lembar observasi defisit perawatan diri yang telah disiapkan. Dari sejumlah pasien tersebut didapatkan sampel yang mengalami defisit perawatan diri dan sesuai dengan kriteria sampel. Jika didapatkan lebih dari dua orang pasien maka dilakukan dengan cara simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien. Adapun kriteria sampel adalah: a. Kriteria inklusi 1) Partisipan bersedia menjadi responden 2) Partisipan gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri 3) Partisipan gangguan jiwa yang sudah kooperatif dan sudah bisa berkomunikasi verbal dengan cukup baik 4) Berada pada Keluarga Mandiri tingkat I 5) Keluarga partisipan bersedia partisipan menjadi responden dan mau berpartisipasi dalam penulisan. b. Kriteria eksklusi 1) Keluarga partisipan tidak bersedia partisipan menjadi responden 2) Partisipan gangguan jiwa yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu.
55
D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penulisan ini adalah format pengkajian keperawatan, implementasi
diagnosa
keperawatan,
keperawatan,
evaluasi
perencananaan keperawatan,
keperawatan,
lembar
observasi
pengkajian defisit perawatan diri dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer, alat ukur berat badan dan tinggi badan Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi. 1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : Identitas partisipan, keluhan utama, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan sehari-hari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik, analisa data, daftar masalah, pohon masalah, diagnosa keperawatan. 2. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : Diagnosa keperawatan, tanggal munculnya masalah, tanggal teratasi masalah dan tanda tangan. 3. Format intervensi keperawatan terdiri dari : Diagnosa keperawatan, rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi. 4. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari : Hari, tanggal, jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. 5. Lembar Observasi atau daftar tilik pengkajian defisit perawatan diri terdiri dari : petunjuk penilaian, tanda-tanda defisit perawatan diri dilihat dari kebersihan diri, berdandan, makan/minum, dan buang air besar dan buang air kecil. E. Jenis dan Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu 2 orang partisipan dengan menggunakan format
56
pengkajian asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik terhadap responden. Data primer diperoleh masing-masing dijelaskan sebagai berikut : 1) Hasil wawancara berupa : identitas partisipan, keluhan saat dikaji, faktor predisposisi, keluhan fisik, psikososial, kebutuhan seharhari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medis dan pengkajian defisit perawatan diri partisipan 2) Hasil observasi berupa : status mental, tanda-tanda defisit perawatan
diri
dilihat
dari
kebersihan
diri,
berdandan,
makan/minum dan buang air besar dan buang air kecil 3) Hasil pemeriksaan fisik berupa : tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, suhu, tinggi badan dan berat badan . b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Medical Record Puskesmas Nanggalo kota Padang berjumlah 117 pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang, data yang didapat berupa nama, alamat, dan diagnosa medis partisipan.
2. Cara Pengumpulan Data Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara : 1. Wawancara (hasil anamnesa tentang identitas pasien, keluhan saat dikaji, riwayat gangguan jiwa dimasa lalu,). Sumber data dari pasien, keluarga, perawat lainnya) 2. Observasi dan Pemeriksaan fisk yang ditandai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital partisipan.
F. Prosedur Penulisan
57
a. Penulis meminta izin penulisan dari institusi asal penulis yaitu Poltekkes Kemenkes Padang. b. Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan surat izin penulisan dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang. c. Meminta surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota Padang d. Meminta izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang e. Penulis meminta data jumlah pasien skizofrenia pada tahun 2016 dan 2017. f. Penulis meminta jumlah pasien dengan diagnosa medis skizofrenia dan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada ketiga Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. g. Penulis menghitung dan mengambil jumlah terbanyak pasien dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 63 pasien dan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri sebanyak 5 pasien di kelurahan Surau Gadang. Pasien defisit perawatan diri terdistribusi di Jl. Padang sebanyak 1 pasien, Jl. Sijunjung 1 pasien, Jl. Solok 1 pasien, Jl. Jamal Jamil sebanyak 1 pasien dan Jl. Pondok Kopi 1 pasien. h. Penulis memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta responden yang beralamat berdekatan yaitu terdistribusi di Jl. Sijunjung dan Jl. Solok. Kemudian penulis melakukan skrining. Selain itu responden dipilih berdasarkan responden yang merupakan Keluarga Mandiri I. i. Mendatangi
responden
dan
keluarga
penanggung
jawab,
lalu
menjelaskan tentang tujuan penulisan j. Informed Consent diberikan kepada responden diketahui oleh keluarga penanggung jawab responden k. Responden dan keluarga penanggung jawab diberikan kesempatan untuk bertanya l. Responden menandatangani Informed Consent, penulis meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian penulis pamit.
58
Sedangkan langkah-langkah dalam proses asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah : a. Penulis
melakukan
pengkajian
pada
responden
dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. b. Penulis merumuskan diagnosa keperawatan pada responden c. Penulis
membuat
perencanaan
tindakan
keperawatan
pada
responden d. Penulis melakukan implementasi keperawatan pada responden e. Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan pada responden f. Penulis mendokumentasikan asuhan keperawatan pada responden
G. Analisa Data Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan penulis meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori. Analisis data dilakukan sejak penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penulisan yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penulisan. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data
untuk
selanjutnya
diinterpretasikan
oleh
penulis
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Nursallam, 2013).
59
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada partisipan dengan defisit perawatan diri yang telah dilaksanakan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. 60
Pelaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 22 Mei sampai 30 Mei 2017. Gambaran asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, sampai melakukan evaluasi keperawatan. Kasus yang dikelolah penulis berjumlah 2 orang partisipan, partisipan pertama berinisial Ny. A seorang janda berumur 58 tahun berjenis kelamin perempuan. Partisipan 1 merupakan kakak dari 2 bersaudara, beragama islam, pendidikan sekolah sampai tingkat SMA sederajat, dan
tinggal di Jl.
Sijunjung V No. 363 kelurahan Surau Gadang Siteba Padang, bekerja sebagai ibu rumah tangga. Partisipan kedua berinisial Tn. M berusia 46 tahun berjenis kelamin laki-laki, partisipan 2 merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, beragama islam, pendidikan terakhir sampai SMA sederajat, bertempat tinggal di Jl. Padang No. 240 Kelurahan Surau Gadang Siteba Padang. Partisipan 2 keseharian cuma dirumah tidak bekerja. Secara rinci deskripsi kasus didapatkan data sebagai berikut :
(Tabel 4.1 : Deskripsi kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2) Asuhan Keperawatan Pengkajian : Keluhan utama
Partisipan 1
Partisipan 2
Hasil pengkajian tampak wajah
Hasil
pengkajian
partisipan kusam, rambut kusam,
tampak kusam, badan berbau,
badan berkeringat dan lengket,
kuku panjang dan kotor, gigi
badan berbau, kuku tangan dan kaki
kotor
panjang dan kotor, gigi kotor, dan
partisipan tidak memakai sendal
penampilan tidak rapi. Keluarga
jika keluar rumah. Keluarga
mengatakan partisipan tidak mandi
mengatakan
sejak lebih kurang 2 minggu dan
mandi sudah 4 hari dan pakaian
baju partisipan juga tidak pernah
partisipan tidak diganti-ganti.
dan
partisipan
mulut
partisipan
berbau,
tidak
61
diganti-ganti.
Partisipan
tidak Keluarga
juga
pernah berbedak, menyisir rambut
partisipan
dan memakai lipstik. Partisipan
kumis
mengatakan
jarang dan
mencukir
jenggot,
dan
juga tidak mampu menyiapkan partisipan makan cuma sekali makanan sendiri.
sehari, partisipan mampu makan secara mandiri. didapatkan
Hasil
mengalami
mengalami gangguan jiwa sejak
gangguan jiwa di masa lalu sejak
berusia 19 tahun sudah pernah
berusia 17 tahun dan sudah 3 kali di
dirawat di rumah sakit jiwa
rawat di RSJ HB Saanin Padang.
sebanyak 4 kali dengan rata-rata
Keluarga sudah pernah membawa
lama hari rawat ± 1 bulan.
partisipan berobat ke dukun atau
Partisipan
orang pintar tetapi pengobatan tidak
sebelumnya
berhasil
tidak
terapi pengobatan di puskesmas
sembuh, kemudian partisipan juga
dan rumah sakit jiwa. Partisipan
sudah
pernah
dipukuli
keluarga ke rumah sakit jiwa Prof
masyarakat
karena
HB Saanin Padang sebanyak 3 kali.
keributan
di
Keluarga
masyarakat sekitar.
Faktor
Hasil
pengkajian
predisposisi
partisipan
sudah
dan
partisipan
di bawa berobat oleh
mengatakan
partisipan
penulisan
partisipan
mengatakan sudah menjalani
oleh membuat
lingkungan
pernah mengalami aniaya seksual dan menjadi korban kekerasan oleh suaminnya waktu partisipan baru menikah dengan suami. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik partisipan
hasil pemeriksaan fisik pada
dalam batas normal yang ditandai
Partisipan dalam batas normal,
dengan data sebagai berikut, TD :
yang ditandai dengan hasil TD :
120/80 mmHg, N : 78x / menit, S :
110/80 mmHg, N : 82x / menit,
36.5 °C, P : 20x/menit, BB : 53 Kg,
S : 36.6 °C, P : 22x / menit, TB :
dan TB : 152 Cm, dan partisipan
165 Cm, BB : 50 Kg, partisipan
tidak
mengeluhkan
apapun.
ada
mengeluhkan
sakit
sering
pada
saat
ini
batuk-batuk
karena
partisipan
perokok
aktif,
keseharian
merokok
lebih
62
kurang
1
bungkus,
dan
partisipan kurang minum air putih.
Psikososial
Hasil
pengkajian
konsep
diri Hasil pengkajian konsep diri
didapatkan saat ini partisipan tidak
didapatkan
peduli dan acuh tak acuh terhadap
beranggapan sebagai seorang
kondisi
kakak
keluarganya,
partisipan
partisipan
tertua
yang
tinggal
juga merasa nyaman dan menyukai
serumah, semua keputusan harus
kondisi tubunya yang saat ini.
partisipan yang memutuskan,
Pada
pengkajian
keluarga
partisipan
citra
tubuh
mengatakan
dan semua adik-adiknya harus menuruti semua kehendaknya.
partisipan menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan partisipan merasa senang dengan bentuk tubuh yang ia miliki dan membuat
partisipan
merasa
nyaman.
Citra Tubuh klien mengatakan anggota tubuhnya lengkap dan tidak
mengalami
kecacatan,
klien bersyukur telah diberikan anggota tubuh yang lengkap oleh Yang Maha Kuasa.
Pengkajian Identitas Diri Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien adalah seorang ibu rumah tangga dan pengangguran, klien sekolah sampai tingkat SMA sederajat, klien
saat
ditanya
tentang
kepuasaan
yang
dijalani
dilingkungan
masyarakat
menjawab
tidak
klien
Identitas Diri klien mengatakan bahwa
klien
adalah
anak
pertama dari 4 bersaudara dan sebagai laki-laki klien ingin mempunyai
pasangan
hidup
(isteri) yang baik dan solehah
mengetahui
kepuasaan yang dialaminnya.
Peran Diri klien mengatakan didalam keluarga adalah seorang
Pengkajian peran klien merupakan seorang janda dan seorang kakak
anak dan saat ini berumur 45 tahun
dan
belum
menikah.
63
dari 2 bersaudara dan saat ini klien Seharusnya dari segi umur klien tidak peduli dan acuh tak acuh tentang
menikah
kondisi mempunyai
bagaimana
dan
sudah
pekerjaan
yang
Klien hanya ingat tetap. Namun pada umur 45
keluarganya.
dengan keluarganya ketika klien ditinggal
sudah
tahun klien belum mempunyai
sendirian pekerjaan yang tetap dan belum
cukuplama
dirumah oleh keluarganya.
berkeluarga.
Data yang didapat dari pengkajian
Ideal Diri klien mengatakan
harga diri partisipan beranggapan
tidak memiliki keluhan pada
dirnya bukan apa-apa, merasa tidak
bagian anggota tubuhnya, Klien
berguna dan merasa tidak dianggap
mengatakan
orang lain karena partisipan tidak
penyakit yang dihadaapinya.
memiliki
keinginan
melakukan
aktivitas
Partisipan
berharap
pasrah
dengan
untuk apapun.
bisa
cepat
Harga Diri klien mengatakan
sembuh dan kembali kondisi seperti
hubungannya dengan keluarga
semula.
dan
Hasil pengkajian hubungan sosial
masalah,
didapatkan
orang
partisipan
memiliki
masyarakat klien lain
tidak
ada
mengatakan
menganggapnya
orang terdekat yaitu adik partisipan sebagai orang gangguan jiwa. sendiri.
Keluarga
mengatakan
partisipan tidak pernah berinteraksi, berbicara
dengan
tetangga
dan
Data
yang
didapatkan
dari
masyarakat sekitarnya. Partisipan
pengkajian harga diri partisipan
tidak
beranggapan
pernah
bergaul
dengan
tetangga dan orang lain. ditanya
tetangga
yang
didepan
partisipan
partisipan
cuma
Jika lewat
biasanya
dirinya
tidak
berguna bagi keluarga karena hanya
menyusahkan
saja.
Partisipan sebagai laki-laki dari
tidak
segi umur ingin mempunyai
menghiraukan apa yang ditanya
pasangan hidup (isteri) yang
orang lain.
baik dan solehah.
Pengkajian
peran
diam,
serta
dalam
kegiatan kelompok / masyarakat keluarga klien mengatakan klien
Hasil
pengkajian
hubungan
sosial
didapatkan
partisipan
64
membatasi diri dengan orang-orang
mengatakan
di kelompok dan dilingkungan
menganggapnya sebagai orang
masyarakat. Klien merasa tidak
gangguan
jiwa,
sehingga
aman berada didekat orang lain
partisipan
lebih
memilih
serta
dan
menarik diri dari lingkungan,
menarik diri dari lingkungan yang
jarang bergaul dengan orang lain
di
lebih
anggap
sehingga klien
dan
suka
sendiri
aman
bagi
orang
lain
pasein dan lebih banyak beraktivitas di
masyarakat
menjauhi
dalam
dianggap
memiliki
partisipan juga sadar dengan
Terkadang
perilakunya yang menghindar
penyakit kejiwaan. Pengkajian
rumah.
hambatan
dalam
berhubungan dengan orang lain keluarga klien mengatakan klien
dari lingkungan, dan mencoba untuk
bergaul
dengan
lingkungan sekitarnya.
kurang berinteraksi dan bercakapcakap dengan orang lain, klien lebih suka sendiri dibandingkan
Hasil dari pengkajian pada nilai
berhubungan dengan orang lain
spiritual didapatkan partisipan
baik
beragama
dikelompok
maupun
hukumnya
masyarakat. Hasil pengkajian nilai spiritual didapakan
bahwa
keluarga
partisipan mengatakan bahwa ia beragama islam tetapi partisipan tidak melaksankan sholat sesuai perintah agama islam.
Status mental
partisipan
islam
dan
shalat, tidak
wajib tetapi
melakukan
shalat 5 waktu setiap hari sesuai dengan jadwal waktu shalat. Partisipan beranggapan bahwa penyakitnya adalah balasan dari yang maha kuasa.
Dirumah partisipan berpenampilan
Saat
tidak rapi rambut tidak bersih
berpenampilan tidak rapi, kuku
terlihat
berketombe,
partisipan panjang dan kotor,
badan partisipan terasa lengket
gigi hitam dan kekuningan,
karna partisipan jarang mandi, kuku
kumis dan jengot tidak rapi dan
partisipan panjang dan kotor, badan
partisipan tidak mau mandi.
partisipan
Partisipan BAB/BAK di toilet,
kusut
dan
berbau
dan
pakaian
dirumah
partisipan
65
partisipan jarang diganti, tidak mau
mampu BAB/BAK sendiri dan
memakai baju jika tidak dipaksa,
mampu
dan partisipan suka memakai baju
setelah BAB/BAK. Partisipan
berlapis-
Partisipan
makan menggunakan sendok,
terkadang
mampu makan sendiri dan tidak
lapis.
BAB/BAK
di
toilet,
mampu membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK. Jika makan, partisipan makan sendiri menggunakan tangan kanan, makan partisipan tidak berceceran.
membersihkan
diri
berceceran. Pembicaraan
partisipan
berpindah - pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, berbicara
Pembicaraan
partisipan
nada
pelan
dengan
frekuensi
kooperatif dalam berbicara, dan
saat
ditanya
partisipan
juga
seadanya,
kepada penulis.
lambat, hanya
menjawab
misalnya
partisipan
dengan
ditanya
cepat
dan
keras.
kadang
Partisipan
ada
bertanya
5
dijawab 2. Partisipan tidak pernah bertanya kalau bukan penulis yang
Aktivitas
menanyakan
tampak malas untuk menjaga
motorik
partisipan
kebersihan diri seperti mandi, Aktivitas
motorik
tampak malas
partisipan berdandan dan mengganti baju.
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Partisipan lebih suka bermalasmalsan
dan
tidur-tiduran
Pengkajian alam perasaan keluarga daripada membantu ibunya di klien mengatakan bahwa klien tidak warung. merasakan
perasaan
apa-apa
terhadap keluarganya. Dari wajah klien
tampak
mengalami
kalau
keputusasaan
alam perasaan klien Pengkajian yang tampak dari wajah partisipan
sangat besar.
yang terlihat lesu dan sedih. Partisipan
Pengkajian afek kspresi wajah klien ketika berinteraksi datar dan kontak mata klien dengan perawat kurang,
mengatakan
dia
sangat ingin memiliki seorang istri seperti teman seumurannya yang sudah memiliki keluarga.
dan tatapan mata klien kosong.
66
Alam Perasaan klien tampak Interaksi selama wawancara ketika klien berinteraksi dan bercakap – cakap dengan perawat klien tidak kooperatif
dalam
pertanyaan
dan
menjawab
jawaban
klien
putus asa karena keinginannya tidak tercapai dan ia merasa sedih
karena
keluarganya
meninggalkannya
di
rumah
labil,
karena
sakit.
berbelit-belit. Jika sudah diulang beberapa kali baru klien menjawab pertanyaan
perawat
dengan
seadanya.
Afek
klien
emosinya belum dapat terkontrol
Pengkajian
persepsi
mengatakan
tidak
klien dengan baik dan cepat berubah-
ada
melihat ubah.
bayangan – bayangan maupun mendengar suara-suara. Pengkajian proses pikir saat klien berbicara dengan perawat klien bisa menjawab pertanyaan dari perawat,
tetapi
jawaban
klien
berbelit – belit, dan terkadang jawaban klien tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.
mengatakan
bahwa
dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya
seperti
orang
tua
dan
tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa.
Selama
Wawancara
Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif, klien bisa menjawab pertanyaan
yang
diberikan
namun terkadang klien sering mempertahankan
pendapatnya
dan kebenaran dirinya.
Pada pengkajian daya tilik diri partisipan
Interaksi
Persepsi
mengatakan
klien
pernah mendengar bisikan suara yang aneh dan terjadi ketika klien sedang sendiri. Saat dikaji klien mengatakan tidak ada mendengar bisikan suara sejak 2 minggu yang lalu.
Proses pikir klien cukup baik, tetapi
terkadang
dalam
pembicaraan
klien
sering
mengganti
topik
yang
67
ditanyakan.
Ketika
berinterasi
dengan
penulis
partisipan
mampu
menjawab apa yang ditanyakan penulis, dan terkadang jawaban yang
disampaikan
partisipan
berbelit-belit dan tidak sesuai dengan pertanyaan penulis.
Saat
pengkajian
isi
pikir
partisipan mengatakan memiliki keyakinan
yang
terhadap
sesuatu.
Seperti
keyakinan
berlebih
terhadap
agama
berlebihan
yang
sering
diucapkannya secara berulang ulang
dan
menyampaikan
sesuatu
yang
berulang-ulang
tidak sesuai kenyataan.
Pada pengkajian daya tilik diri partisipan
menyadari
bahwa
dirinya memang mudah emosian namun
partisipan
juga
menyalahkan sesuatu yaitu obat yang
menyebabkan
dirinya
seperti sekarang ini.
Kebutuhan
Partisipan makan 3x sehari yaitu
Partisipan mampu makan dan
sehari-hari
pukul 07.00, 13.00 dan 18.00 WIB.
minum secara mandiri dengan
68
Makanan partisipan terdiri dari
frekuensi makan 1 atau 2x
nasi,
sehari (nasi + lauk pauk +
lauk,
sayur
dan
setelah
itu
ia
bisa
disediakan
partisipan
sendiri,
partisipan
merapikan dan membersihkan
menyukai
makanan
tersebut.
alat makan tanpa disuruh oleh
tangan
makan
kanan,
partisipan
adik
sayur),
Makanan
Partisipan
oleh
buah.
menggunakan dan
makan
terkadang
menggunakan
sendok.
orang lain. Partisipan mampu BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan
mampu
untuk
Partisipan mampu BAB/BAK ke
membersihkan
toilet sendiri dan membersihkannya
menggunakannya.
sendiri, terkadang partisipan juga
sulit disuruh mandi, partisipan
tidak membersihkan diri dan tempat
mengatakan tidak mau mandi
setelah BAK. Partisipan tidak mau
2x sehari, karena partisipan
mandi, partisipan mandi di bantu
mengatakan setelah mandi dia
dan
oleh
akan pergi kelayapan keluar.
keluarganya. Partisipan tidak ada
Partisipan tidak bisa berpakaian
inisiatif untuk mandi, partisipan
dan berhias sendiri, partisipan
mandi jika sudah di paksa oleh
tidak
keluarga dan penulis. Partisipan
pakaiannya.
di
ingatkan
terus
tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan. Partisipan
bisa
menghias
pernah
setelah
Partisipan
mengganti
Klie tidak mampu merapikan kumis
tidak
toilet
dan
mandiri
dan
jenggot
secara
tidak
mampu
dirinya sendiri. Partisipan menyisir
berpakaian sesuai dengan situasi
rambut
dan kondisi.
dan
berdandan
selalu
dibantu oleh keluarga dan perawat. Istirahat
dan
tidur
partisipan
Partisipan
mengatakan
tidur
siang selama 1-2 jam sehari,
kadang-kadang ada tidur
siang
pada malam hari partisipan tidur
maupun
tidur
tidak cukup. Sebelum tidur,
malam hari pukul 20.00 WIB
partisipan tidak mencuci muka,
sampai 06.00 WIB, tidak ada
kaki, tangan dan menyikat gigi,
persiapan sebelum tidur seperti
kemudian
menggosok gigi, mencuci kaki dan
partisipan tidak bisa cuci muka
berdo’a. gigi.
dan tidak merapikan tempat
sore,
partisipan
setelah
bangun
69
tidur. Pada saat partisipan minum obat, partisipan tidak mampu minum obat sendiri, partisipan minum obat di bantu oleh adiknya sepenuhnya. Pemeliharaan kesehatan partisipan tidak
mampu
menjaga
kesehatannya dengan baik tanpa kendala
yang
berarti.
Dan
partisipan tidak mengetahui kemana
Kegiatan di dalam rumah partisipan tidak mampu membersihkan rumah tidak
makanan
mampu untuk
menyiapkan dirinya
obat 1x sehari secara oral, jenis obat yang di komsumsi oleh partisipan adalah CPZ, THP dan HLP.
Pada
pemeliharaan
kesehatan
partisipan
mengatakan puskesmas
berobat nanggalo
di padang
dan ditemani oleh keluarganya.
partisipan harus mengambil obat.
dan
Partisipan mengatakan minum
dan
keluarga sesuai dengan keinginan partisipan. Kegiatan/ aktivitas di luar rumah partisipan tidak mampu
Kegiatan
di
rumah
partisipan mampu mengerjakan pekerjaan
rumah
seperti
menyapu halaman, menolong orangtua berjualan dan ke pasar. Kegiatan/ rumah
aktivitas
di
partisipan
berbelanja
melakukan kegiatan
dalam
luar
mampu
untuk
keperluan
sehari-hari dan bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan
keluarga
seperti
berbelanja. Mekanisme koping
berbicara
Partisipan mampu berinteraksi
dengan penulis, tetapi partisipan
dengan penulis, keluarga dan
menjawab
masyarakat
Partisipan
seadanya,
1
mampu pertanyaan
misalnya
penulis
ditanya
5
rumah
di
lingkungan
partisipan.
Partisipan
dijawab 2 saja. Partisipan apabila
mengatakan jika ada masalah
mendapatkan perlakuan yang tidak
biasanya akan menyendiri dan
baik
mengurung
atau
tidak
lingkungan
seperti
direndahkan
oleh
wajar
dari
partisipan
Dalam
diri
di
menghadapi
kamar. masalah
masyarakat
partisipan terkesan menghindari
karena mendapat gangguan jiwa,
masalah dan tidak mau bercerita
maka partisipan akan menarik diri
kepada keluarga, teman dan
dan
tertutup
dari
lingkungan
70
tersebut. Partisipan terkesan akan
masyarakat.
menghindari stressor yang datang dengan cara menarik diri, atau menyendiri dan menjauhkan diri dari keluarga dan masyarakat. Masalah Psikososial
Partisipan tidak ada masalah dalam
Partisipan tidak ada masalah
dukungan kelompok, lingkungan, dalam
dukungan
pendidikan, pekerjaan, perumahaan,
lingkungan,
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
perumahaan,
kelompok, pendidikan
ekonomi
pelayanan
kesehatan
dan dalam
pekerjaan partisipan mengatakan tidak memiliki pekerjaan tetap, partisipan
hanya
membantu
ibunya berjualan diwarung. Pengetahuan
Partisipan tidak mengetahui tentang
Partisipan
penyakitnya
mengetahui tentang perjalanan
predisposisi,
serta koping
faktor mekanisme
mengatakan
penyakitnya.
tidak
Partisipan
sehinga penyakit partisipan tambah
beranggapanbahwa
penyakit
berat.
yang diderita disebabkan karena gangguan setan.
Aspek medik
Partisipan
didiagnosa
dengan Partisipan didiagnosa dengan
skizofrenia dan mendapatkan terapi
skizofrenia, dan mendapatkan
medis CPZ 2X2 mg, dan THP 2x2 terapi medis CPZ 2x2 mg, THP mg.
2x2 mg, HLP 2x2 mg.
Diagnosa
Data hasil pengkajian dan observasi
Data masalah defisit perawatan
keperawatan
masalah defisit perawatan diri, data
diri, data subjektif partisipan
subjektif
partisipan
mengatakan sudah 3 hari tidak
mengatakan partisipan tidak mau
mandi, partisipan mengatakan
mandi jika tidak dipaksa, tidak mau
kadang mandi 1x sehari, bahkan
menggosok gigi, partisipan malas
tidak
mandi, malas mengganti pakaian,
pakaiannya diganti 1x sehari.
keluarga
dan malas dalam berdandan. Data objektif tampak gigi dan mulut
mandi
seharian,
dan
Data objektif didapatkan dari partisipan tampak berantakan,
71
partisipan kotor dan tidak rapi,
partisipan
rambut
dalam menjaga kebersihan gigi
partisipan
berketombe,
kurang
mulut,
terampil
tubuh partisipan berbau tidak sedap,
dan
gigi
partisipan
partisipan berpakaian tidak rapi,
tampak
kuning
badan / kulit partisipan terasa
badan
partisipan
lengket jika dipegang, dan kuku
partisipan
kaki dan tangan panjang dan kotor.
memakai alas kaki jika keluar
dan
hitam, berbau,
tampak
tidak
rumah. Data masalah harga diri rendah didapatkan keluarga
dari
partisipan
partisipan dengan
subjektif
Data masalah harga diri rendah
mengatakan
didapatkan dari data subjektif
berinteraksi
partisipan mengatakan pasrah
keluarga
akan keadaannya yang seperti
data
malas orang
lain,
partisipan mengatakan tidak ada
ini,
partisipan
mengatakan
bentuk tubuh yang dia banggakan,
bahwa
partisipan merasa dirinya tidak
balasan dari yang maha kuasa.
berguna
penyakitnya
Dat
objektif
Data
didapatkan
partisipan
tampak
terkadang
menyendiri,
partisipan
tampak
murung dan sedih, partisipan
lagi.
murung. Hasil pengkajian dan observasi diatas ditemukan masalah yang muncul pada pasien yaitu defisit
objektif
adalah
didapatkan
partisipan
terlihat
sering berjalan mondar-mandir dan gelisah, saat wawancara dengan
penulis
partisipan
tampak sering menunduk.
perawatan diri : kebersihan diri/ mandi, dan harga diri rendah.
Hasil pengkajian dan observasi diatas ditemukan masalah yang muncul pada pasien yaitu defisit perawatan diri : kebersihan diri/ mandi, dan harga diri rendah.
72
Intervensi Keperawatan
Strategi
pelaksanaan
tindakan
keperawatan yang telah dilakukan untuk
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
masalah dilakukan
mengatasi
keperawatan defisit perawatan diri
masalah
berupa
perawatan
pendekatan
strategi
yang untuk
telah mengatasi
keperawatan
defisit
diri
berupa
pendekatan kepada pasien dengan
pendekatan strategi pendekatan
partisipan,
kepada
identifikasi
masalah
pasien
latih
cara
cara
menjaga kebersihan diri: mandi
menjaga kebersihan diri: mandi dan
dan ganti pakaian, sikat gigi,
ganti pakaian, sikat gigi, cuci
cuci rambut, potong kuku, latih
perawatan
diri
dan
latih
rambut, potong kuku, latih cara cara berdandan / berhias, latih berdandan / berhias, latih cara
cara makan dan minum yang
makan dan minum yang baik, latih
baik, latih cara buang air besar
cara buang air besar dan buang air
dan buang air kecil yang baik.
kecil yang baik. Pada Pada keluarga latih cara merawat dan
membimbing membimbing
merawat
dan
latih
cara
membimbing
partisipan partisipan kebersihan diri, latih
kebersihan diri, laih cara merawat dan
keluarga
cara merawat dan membimbing
partisipan partisipan berdandan, latih cara
berdandan, latih cara merawat dan
merawat
dan
membimbing
membimbing partisipan makan dan
partisipan makan dan minum
minum yang baik, latih merawat
yang baik, latih merawat dan
dan membimbing partisipan buang membimbing partisipan buang air besar dan buang air kecil baik,
air besar dan buang air kecil
jelaskan follow up ke pelayanan baik, jelaskan follow up ke kesehatan,
tanda
kambuh
dan pelayanan
kesehatan,
tanda
kambuh dan rujukan.
rujukan.
yang
Intervensi keperawatan untuk
disusun dan telah dilakukan untuk
mengatasi masalah harga diri
mengatasi
rendah
Intervensi
keperawatan masalah
harga
diri
rendah berupa strategi pelakasanaan
berupa
strategi
pelakasanaan kepada pasien
73
kepada
pasien
mengidentifikasi latih kegiatan positif yang
kemampuan melakukan kegiatan mampu dilakukan partisipan, dan aspek positif pasien dan latih melatih pasien untuk kegiatan kegiatan
positif
yang
mampu
dilakukan partisipan, melatih pasien untuk kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya), melatih kegiatan ketiga
(alat
dan
cara
kedua
(alat
dan
melakukannya),
cara melatih
kegiatan ketiga (alat dan cara melakukannya),
melatih
melakukannya), melatih kegiatan
kegiatan keempat (alat dan
keempat
cara melakukannya).
(alat
dan
cara
melakukannya).
Pada keluarga menjelaskan cara merawat pasien dengan
Pada keluarga yaitu melatih cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis, bersama keluarga
harga
diri
bersama
rendah
keluarga
pasien
dalam
kronis, melatih
melakukan
melatih pasien dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
kegiatan kedua yang dipilih pasien,
pasien,
bersama
bersama keluarga melatih pasien
melatih
pasien
melakukan kegiatan ketiga yang
kegiatan ketiga yang dipilih,
dipilih, bersama keluarga melatih
bersama
pasien dalam melakukan kegiatan
pasien
keempat
kegiatan keempat yang dipilih
yang
menganjurkan
dipilih
pasien,
keluarga
untuk
follow up ke Puskesmas.
keluarga melakukan
keluarga dalam
pasien,
melatih
melakukan menganjurkan
keluarga untuk follow up ke Puskesmas.
Implementasi
Implementasi keperawatan untuk
Implementasi
keperawatan
masalah
disesuaikan
defisit
perawatan
diri
keperawatan dengan
dilakukan selama 10 kunjungan tindakan
keperawatan.
yaitu disesuaikan dengan rencana
Implementasi
tindakan
keperawatan
keperawatan.
rencana tindakan
yang
telah
Implementasi tindakan keperawatan
dilakukan oleh penulis sesuai
yang telah dilakukan oleh penulis
dengan
sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan
ditetapkan dengan membuat strategi
strategi pelaksanaan tindakan
kriteria
yang
dengan
telah
membuat
74
pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada diagnosa
keperawatan
defisit
perawatan diri yaitu melatih cara merawat
kebersihan
diri,
berdandan, makan dan minum, dan BAB/BAK.
keperawatan pada pasien. Implementasi
pada
diagnosa
keperawatan harga diri rendah dilakukan
membantu
mengarahkan
pasien
untuk
mengidentifikasikan
aspek
positif yang pasien miliki, lalu menolong pasien untuk menilai
Implementasi keperawatan membantu
pada harga
diagnosa diri
rendah
mengarahkan
pasien
untuk mengidentifikasikan aspek positif yang pasien miliki, lalu
kegiatan
yang
dapat
pasien
lakukan yaitu membantu ibu berjualan di warung, menyapu, membuang
sampah,
dan
membakar sampah.
menolong pasien untuk menilai kegiatan yang dapat pasien lakukan yaitu melap meja, melipat pakaian, menyapu dan mengiris bawang.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi
keperawatan
dilakukan
Evaluasi keperawatan dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan
setiap
keperawatan
tindakan
keluarga.
pada
Evaluasi
pasien
dan
keperawatan
selesai
melakukan
keperawatan
pada
pasien dan keluarga. Evaluasi
pada masalah defisit perawatan diri
keperawatan
yaitu partisipan mampu membina
defisit
hubungan saling percaya dengan
partisipan
mampu
membina
penulis,
hubungan
saling
percaya
penulis,
mampu
mampu
melakukan
paada
perawatan
masalah diri
yaitu
kebersihan diri dibantu oleh penulis
dengan
dan keluarga, mampu berdandan
melakukan
seperti
dan
secara mandiri tanpa dibantu
berbedak secara mandiri, mampu
penulis dan keluarga, mampu
makan dan minum dengan mandiri
berdandan, makan dan minum
dan mampu BAB/BAK dengan
dan
mandiri.
mandiri.
menyisir
rambut
BAB
kebersihan
/
BAK
diri
dengan
Keluarga mampu merawat dan
75
Keluarga
partisipan
merawat
dan
mampu
memberikan
membimbing
partisipan
merawat
diri
cara
dengan
bimbingan kepada partisipan cara
menjelaskan
merawat diri dengan melakukan
berdandan, makan dan minum
kebersihan diri, berdandan, makan
dan BAB/BAK dengan baik
dan
minum
serta
kebersihan diri,
BAB/BAK
dengan benar. Evaluasi
keperawatan
pada
masalah harga diri rendah yaitu Evaluasi untuk mengatasi masalah
partisipan mampu melakukan
harga diri rendah yaitu partisipan
kegiatan
mampu melakuakan kegiatan yang
menghilangkan suntuk dan lesu
bermanfaat, tidak terlihat lesu dan
secara mandiri dengan dibantu
tidak bermalas-malasan lagi. Pada
sedikit-dikit oleh penulis. Pada
bermanfaat
yang
keluarga mampu membimbing dan keluarga mampu membimbing membantu partisipan melakukan
dan
kegiatan
partisipan
dalam
melakukan
kegiatan
yang
partisipan
yang
dilakukan
oleh
partisipan.
senantiasa
membantu
lakukan.
B. PEMBAHASAN KASUS Pada pembahasan kasus ini penulis membahas kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 yang mengalami masalah defisit perawatan diri yang telah penulis lakukan mulai dari tanggal 22 Mei sampai 30 Mei 2017. Pembahasan yang penulis lakukan mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pembahasan dari dua kasus kelolahan penulis diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
76
Data pengkajian yang penulis kumpulkan dari dua kasus yang sama pada partisipan 1 dan pada partisipan 2 meliputi identitas partisipan, keluhan utama, faktor predisposisi, aspek fisik, aspek psikososial, status mental, kebutuhan sehari-hari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan serta aspek medik. Hal ini sesuai dengan Direja (2011) bahwa adapun isi pengkajian meliputi, identitas partisipan, keluhan utama / alasan masuk, faktor predispossisi, aspek fisik / biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik. Hasil pengkajian pada partisipan 1didapatkan wajah kusam, berkeringat, rambut kusam, badan berkeringat, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor, penampilan tidak rapi, dan tidak ada berdandan. Partisipan mengatakan malas untuk membersihkan diri seperti mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian, kadang pasien mandi hanya 1x seminggu, terkadang setelah BAK tidak membersihkan diri dan tempat BAK. Hasil pengkajian pada partisipan 2 didapatkan wajah kusam, berkeringat, rambut kusam, badan berkeringat, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor dan kuning, penampilan tidak rapi, dan tidak ada berdandan. Partisipan malas untuk membersihkan diri seperti mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian, kadang pasien mandi hanya 1x seminggu. Hal ini sesuai dengan menurut Dermawan (2013) bahwa tanda dan gejala dari defisit perawatan diri dapat dilihat dari Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mau berdandan, tidak mampu memilih, mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, tidak mampu memakai resleting, tidak mampu memakai barabg-barang yang
77
perlu dipakai dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu (menjaga kebersihkan toilet, menyiram toilet. Hal ini didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, dimana partisipan dan keluarga kooperatif saat wawancara sehingga dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan dan memberikan data yang sebenarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) tentang defisit perawatan diri pada partisipan skizofrenia : aplikasi teori orem mengatakan bahwa manisfestasi defisit perawatan diri pada partisipan skizofrenia dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan partisipan dalam melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, kebersihan diri (mandi, buang air besar/buang air kecil), berpakaian, berdandan dan tidur. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang didapatkan diatas maka penulis berasumsi terjadinya defisit perawatan diri pada diri partisipan disebabkan karenan terjadinya kerusakan otak, adanya perubahan proses pikir, kurangnya dukungan dari keluarga, kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian pada dirinya dan lingkungan sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Oleh karena itu seorang perawat jiwa harus mencari dan mengkaji data fokus untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Pengkajian faktor predisposisi pada partisipan 1 didapatkan partisipan 1 pernah mengalami aniaya seksual pada hari pertama pernikahannya, dan partisipan sudah lebih dari 3 kali dirawat di RSJ. HB. Sa’anin Padang, sedangkan pada partisipan 2 didapatkan bahwa partisipan pernah mengalami kecelakaan dimasa kecil yang mengakibatkan kepala partisipan terbentur dan partisipan pada saat itu langsung pingsan, dan juga pada bangku perkuliahan partisipan pernah tersentrum listrik.
78
Hal tersebut sesuai dengan teori yang terdapat pada Pusdiklatnakes (2012) bahwa penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya defisit perawatan diri. Hal ini sama terjadi pada Partisipan yang memiliki riwayat keluarga mengalami gangguan jiwa, tetapi berbeda pada kasus Partisipan dimana keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati, Keliat, Wardani (2013) di RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur dari sebanyak 18 orang pasien gangguan jiwa, didapatkan hasil bahwa hanya 8 orang pasien (44,4%) yang mengalami defisit perawatan diri memiliki faktor genetik gangguan jiwa . Berdasarkan pendapat tersebut, asumsi penulis tidak semua pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri disebabkan karena adanya faktor genetik. Pada pengkajian hubungan sosial dari dua kasus didapatkan partisipan 1 mengatakan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena partisipan tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah. Pada kasus partisipan 2 sebagai laki-laki partisipan ingin mempunyai pasangan hidup (isteri) yang baik dan solehah, dan keinginan itu belum terwujud sampai sekarang ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat dalam Yosep (2009) harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Hasil penelitian yang dilakukan Pinedendi (2016) tentang Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien Di RSJ. Prof. V. L.
79
Ratumbuysang Manado Tahun 2016 didapatkan keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh partisipan (partisipan bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan diatas, maka penulis berasumsi harga diri rendah yang dialami partisipan disebabkan karenan adanya perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, hal ini berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Berdasarkan hasil dari pengkajian status mental pada partisipan 1 didapatkan data partisipan bicara dengan nada pelan dan frekuensi lambat, interaksi dengan penulis dijawab seadanya dan jawaban partisipan berbelit-belit, partisipan juga kurang kooperatif, kontak mata kurang dan tatapan mata kosong. Partisipan beranggapan bahwa dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti orang tua dan tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Yusuf (2015) bahwa pada pengkajian status mental partisipan dengan harga diri rendah akan ditemukan partisipan bicara lambat, dan tidak berani menatap lawan jenis, partisipan tampak lesu. Partisipan juga menunjukan perilaku yang tidak kooperatif , bermusuhan dan mudah tersinggung.
Hal ini tidak ditemukan pada partisipan 2 yang bicara dengan nada keras dan cepat, bicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, partisipan juga kooperatif saat berinteraksi. Pada pengkajian daya tilik diri partisipan menyadari bahwa dirinya memang mudah emosian namun partisipan menyalahkan sesuatu yaitu obat yang menyebabkan dirinya seperti sekarang ini.
80
Berdasarkan hasil pengkajian mekanisme koping yang ditemukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 adalah sama-sama mengungkapkan jika ada masalah partisipan lebih suka menyendiri, tidak terbuka pada keluarga dan orang lain, serta lebih suka memendam masalah sendiri daripada menceritakan masalahnya kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015) bahwa kenyataan yang tak menyenangkan yang dialami partisipan dihadapi dengan cara menolak dan menarik diri. Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, untuk menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti kesibukan lain serta tidak berani melihat dan memilih untuk menyendiri. Berdasarkan data hasil penelitian dan teori yang dikemukan diatas maka penulis berasumsi mekanisme koping yang terjadi pada pasien merupakan sikap maladaktif ang diakibatkan karena partisipan tidak mampu mengendalikan dan menghadi stessor yang muncul, sehingga partisipan cuma mampu menghindari sumber stressor dengan cara menarik diri dan tertutup pada keluarga dan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan partisipan mencakup respon saat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang (Kusumawati dan Hartono, 2009). Berdasarkan data hasil pengkajian, maka masalah keperawatan yang menonjol pada partisipan 1 dan partisipan 2 saat ini yaitu defisit perawatan diri dengan harga diri rendah. Hal ini sesuai menurut Direja (2011) dari pohon masalah defisit perawatan diri, kemungkinan masalah keperawatan yang muncul pada partisipan dengan defisit perawatan diri yaitu harga diri rendah, dan isolasi
81
sosial, dimana defisit perawatan diri sebagai core problem, harga diri rendah sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai akibat. Pada kasus kelolahan partisipan 1 dan partisipan 2 penulis menetapkan masalah keperawatan yang menonjol pada partisipan adalah defisit perawatan diri dengan harga diri rendah sebagai masalah keperawatan yang prioritas untuk segera dilakukan intervensi, hal ini didukung dengan data hasil pengkajian yang didapatkan dari partisipan 1 dan partisian 2 serta keluarga partisipan sedangkan untuk masalah isolasi sosial tidak ada data fokus yang menonjol yang di temukan pada saat pengkajian. Faktor pendukung dalam merumuskan diagnosa yaitu partisipan dan keluarga kedua partisipan yang kooperatif saat wawancara sehingga dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan dan memberikan data yang sebenarnya. Sedangkan faktor penghambat yaitu pembicaraan partisipan saat wawancara sering berbelit-belit dan jawaban seadanya sehingga penulis harus mengulang pertanyaan lagi.
3. Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah keperawatan defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain dengan strategi pelaksanaan pada pasien : latih pasien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar, strategi pelaksaan pada keluarga : latih keluarga dalam merawat dan membimbing pasien melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar. Sedangkan rencana tindakan yang telah disusun untuk mengatasi masalah harga diri rendah yaitu menggunakan strategi pelaksanaan pasien: pertama perawat membantu pasien memilih beberapa kegiatan yang dapat dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, kedua yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan kedua, latih kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat
82
yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan keempat, latih kegiatan keempat. Strategi pelaksanaan keluarga: latih keluarga mendampingi pasien melakukan kegiatan yang disukainya. Rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan teori, menurut Keliat, dkk (2013) intervensi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri antara lain melakukan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri terhadap partisipan dan keluarga pasien. Asumsi penulis rencana tindakan keperawatan berupa strategi pelaksanaan pada partisipan dan keluarga merupakan rencana tindakan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan partisipan dalam aktivitas perawatan diri serta membantu partisipan menghilangkan persepsi tidak berharga pada dirinya dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat.
4. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dilakukan selama 10 hari dimulai dari tanggal 22 mei sampai 30 mei 2017. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk masalah keperawatan defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain membina hubungan saling percaya dengan partisipan dengan cara mengucapkan salam, memperkenalkan nama dan panggilan yang perawat sukai, serta menanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien, menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini, membuat kontrak tindakan, waktu dan tempat bersama pasien, menjelaskan cara menjaga kebersihan diri: mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, dan ganti pakaian dan melatih partisipan cara menjaga kebersihan diri: mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, dan mengganti pakaian, melatih cara memakai bedak dan menyisir rambut, melatih cara makan dan minum yang baik, menjelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik. Pada keluarga partisipan1 dan keluarga partisipan 2 antara lain menjelaskan cara merawat dan membimbing partisipan melakukan kebersihan diri (mandi, gosok
83
gigi, cuci rambut, potong kuku, mengganti pakaian), memakai bedak dan menyisir rambut, makan dan minum yang benar, menjelaskan buang air besar dan buang air kecil yang baik. Tindakan keperawatan yang yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan harga diri rendah pada partisipan1 dan partisipan 2 antara lain mengidentifikasi aspek positif pada diri partisipan, menilai kegiatan yang dapat partisipan lakukan dirumah yaitu ada 4 kegiatan yang partisipan lakukan dirumah dan setiap kegiatan yang dilakukan berbedabeda. Pada keluarga partisipan 1 dan partisipan 2 diantaranya menjelaskan dan melatih keluarga untuk mendampingi dan membantu partisipan saat melakukan kegiatan. Implementasi yang penulis lakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 sesuai dengan teori, menurut Keliat, dkk (2013) tindakan yang dilakukan untuk mengatasi defisit perawatan diri ialah melatih pasien melakukan aktivitas perawatan diri dan melatih keluarga cara membimbing pasien melakukan aktivitas perawatan diri. Faktor pendukung selama melakukan implementasi adalah partisipan dan keluarga
partisipan
keperawatan,
yang
keluarga
kooperatif
partisipan
selama
yang
melakukan
ramah
sedangkan
tindakan faktor
penghambat yaitu pada partisipan 2 yang berjenis kelamin laki-laki tidak mau penulis melatih mandi. 5. Evaluasi Keperawatan Penulis dapat mencapai setiap tujuan khusus untuk masalah defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan keluarga dan partisipan 2 dan keluarga, setelah melakukan strategi pelaksaaan sebanyak masing-masing 5 kali pertemuan, untuk tujuan khusus 1 partisipan mampu membina hubungan saling percaya, tujuan khusus
partisipan mampu menjaga
kebersihan diri dibantu penulis dan keluarga, tujuan khusus 3 partisipan mampu melakukan berhias/ berdandan secara baik, tujuan khusus 4
84
partisipan mampu buang air kecil dan besar dengan baik, masing-masing tercapai setelah melakukan 1 kali pertemuan. Evaluasi yang penulis lakukan terhadap partisipan dan keluarga partisipan mengacu pada tujuan khusus dan kriteria evaluasi yang telah disusun pada intervensi. Evaluasi yang penulis lakukan mengacu pada kriteria evaluasi menurut Keliat, dkk (2013) evaluasi kemampuan pasien defisit perawatan diri antara lain pasien mampu mandi, mencuci rambut menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan rapi, mengganti pakaian dengan pakaian bersih, berdandan dengan benar, mempersiapkan makanan, mengambil makanan dan minuman dengan baik, menggunakan alat makan dan minum dengan benar, buang air kecil dan besar pada tempatnya, sedangkan evaluasi kemampuan keluarga pasien defisit perawatan diri antara lain keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri), menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien, merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar. Berdasarkan penjelasan diatas terlihat kemampuan partisipan 1 dan keluarga dan partisipan 2 dan keluarga meningkat setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 10 hari, terlihat partisipan 1 dan keluarga, dan partisipan 2 dan keluarga mampu melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, mampu berinteraksi secara bertahap dan keluarga partisipan 1 dan keluarga partisipan 2 mampu membantu partisipan 1 dan partisipan 2 dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan-kegiatan yang telah dipilih partisipan. Menurut analisis penulis untuk mengatasi defisit perawatan diri pada partisipan, penulis harus memotivasi keluarga untuk terus mengingatkan partisipan melakukan aktivitas perawatan diri, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting saat ini untuk meningkatkan kemampuan partisipan melakukan aktivitas perawatan diri. Sedangkan untuk masalah harga diri rendah penulis harus memiliki waktu yang panjang supaya penulis dapat mengatasi masalah tersebut secara optimal.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan defisit perawatan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian yang didapatkan partisipan mengatakan malas dalam merawat diri, malas mandi, malas mencuci rambut, malas mengganti pakaian, dan tidak gosok gigi. Keluarga partisipan mengatakan partisipan malas mandi, untuk partisipan 1 keluarga mengatakan sudah tidak mandi 1 minggu yang lalu dan untuk partisipan 2 keluarga mengatakan tidak mandi sejak 3 hari yang lalu. Wajah kedua partisipan tampak kusam, penampilan tidak rapi, kulit berminyak dan lengket, badan berbau, kuku kaki dan tangan panjang dan kotor, rambut kusut dan berantakkan, serta keluarga mengatakan baju partisipan jarang diganti. Kedua partisipan beranggapan
86
dirinya tidak berguna, dan jika ada masalah suka menyendiri dan memendam masalah tersebut. 2. Diagnosa keperawatan utama pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu defisit perawatan diri dengan harga diri rendah. 3. Rencana tindakan keperawatan yang disusun sesuai dengan teori. Rencana tindakan keperawatan tersebut antara lain melatih partisipan cara melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dan melakukan kegiatan yang bermanfaaat yang bisa dilakukan dirumah. 4. Implementasi keperawatan dilakukan mulai tanggal 22 mei – 30 mei 2017. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan antara lain menjelaskan dan melatih cara melakukan kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku), memakai bedak dan menyisir rambut, dan caram erapikan jenggot dan kumis bagi partisipan, makan dan minum, buang air kecil dan besar, dan melatih partisipan melakukan kegiatan yang dapat dilakukan dirumah. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain melatih cara membimbing partisipan melakukan kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku), berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dan melatih cara mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan yang telah dipilih partisipan. 5. Hasil evaluasi didapatkan penulis mampu mencapai setiap tujuan khusus untuk masalah defisit perawatan diri pada partisipan dan keluarga serta pada partisipan dan keluarga setelah melakukan strategi pelaksaaan sebanyak masing-masing 5 kali pertemuan, sedangkan untuk diagnosa harga diri rendah penulis dapat mencapai setiap tujuan khusus pada partisipan dan keluarga dan pada partisipan dan keluarga setelah melakukan strategi pelaksaaan masing-masing sebanyak 5 kali pertemuan. Tujuan khusus yang telah tercapai antara lain partisipan mampu
87
melakukan kebersihan diri, berdandan/berhias, makan dan minum, buang air kecil dan besar secara baik, mampu melakukan kegiatan yang bermanfaat, keluarga mampu merawat dan membimbing partisipan cara melakukan kebersihan diri, berhias/berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dengan baik, mampu mengenal masalah harga diri rendah dan memutuskan untuk melakukan perawatan pada partisipan, mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan harian dan sosial, dan mengenal tanda kambuh.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut : 1. Bagi Penulis Bagi penulis agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada partisipan dengan defisit perawatan diri tidak hanya tertuju pada partisipan saja, tetapi juga kepada keluarga dan orang terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif. 2. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang Melalui Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang disarankan kepada program kesehatan jiwa untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien defisit perawatan diri serta melakukan konseling kepada keluarga pasien terkait bagaimana tentang prosedur kontrol rutin dan pengambilan obat di puskesmas dan jika harus dirujuk, bagaimana prosedur membawa pasien ke tempat rujukan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penulisan ini dapat meningkatkan keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya pada masalah partisipan dengan defisit perawatan diri. 88
4. Bagi Penulis Selanjutnya a. Dapat dijadikan data dasar bagi penulis untuk penulisan selanjutnya. b. Diharapkan penulis selanjutnya lebih memperbanyak responden penulisan supaya dapat membandingkan satu kasus yang sama terhadap pasien yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Baru Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Laporan Tahunan Tahun 2014. Padang : Dinas Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang : Dinas Kesehatan Kota Padang. Direja, Ade Heman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
89
Jalil, Abdul. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 3, No.2, November 2015. Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Madalise, Seniaty dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri) Terhadap Pelaksanaan ADL (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi dan Mulut di RSJ. Prof. Dr. V. L Ratumbuysang Ruang Katrili. E-Journal Keperawatan Volume 4 Nomor 2. Diakses pada tanggal 16 Januari 2017, Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Pinedendi, Novita. 2016. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene pada Pasien di RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun 2016. E-Journal Keperawatan Volume 4 Nomor 2. Diakses pada tanggal 16 Januari 2017. Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Kesehatan
Jiwa
Puskesmas Nanggalo Kota Padang. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Rochmawati, Keliat, B.A., dan Wardani. 2013. Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri pada Klien Gangguan Jiwa di RW 02 dan RW 12 kelurahan Baranangsiang kecamatan Bogor Timur. Journal of Indonesia University, Volume: 1, 107-120. Sasmita, Heppi dkk. 2012. Pengaruh Metode Token Economy Terhadap Aktivitas Perawatan Diri pada Pasien Defisit Perawatan Diri. Ners Jurnal Keperawatan Volume 8, No 1. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017
90
Supardi, Sudibyo & Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media. Susanti, Herni. 2016. Defisit Perawatan Diri pada Klien Skizofrenia : Aplikasi Teori Keperawatan Orem. Diakses pada tanggal 19 Januari 2017. Stuart,Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa , Ed.5 . Jakarta : EGC Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama Yusuf, Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
91
92
LEMBAR OBSERVASI FORMAT SKRINING DEFISIT PERAWATAN DIRI
Petunjuk Penilaian : Diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi langsung kepada responden. Beri tanda (√) pada kotak yang tersedia.
No Tanda-tanda defisit perawatan diri 1. KEBERSIHAN DIRI Badan kotor Badan berdaki Rambut kotor Gigi kotor Kuku panjang Tidak menggunakan alat-alat mandi Tidak mandi dengan benar 2. BERDANDAN/BERHIAS Rambut kusut dan berantakan Kumis dan jenggot tidak rapi (khusus pasien laki-laki) Tidak mampu berdandan (khusus pasien perempuan) Memilih pakaian sembarangan Tidak memakai sendal dan sepatu Tidak memakai resleting 3. MAKAN/MINUM Makan dan minum sembarangan Makan dan minum berceceran Tidak menggunakan alat makan dan minum Tidak mampu menyiapkan makanan Tidak mampu memindahkan makanan ke alat makan Tidak mampu memegang alat makan Tidak mampu membawa makanan dari piring ke mulut Tidak mampu mengunyah dan menelan makanan
4.
Ya
Tidak
secara aman Tidak mampu menyelesaikan makan BUANG AIR BESAR/BUANG AIR KECIL Buang air besar tidak pada tempatnya Buang air kecil tidak pada tempatnya Tidak membersihkan diri setelah buang air besar Tidak membersihkan diri setelah buang air kecil Tidak mampu menjaga kebersihan toilet Tidak mampu menyiram toilet setelah buang air besar Tidak mampu menyiram toilet setelah buang air kecil
93
94
95
96
97
98
99
100
Jumlah Pasien Skizofrenia Di Kelurahan Surau Gadang Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016 No
Nama
1
Wahyudin
Umur 51
Diagnosa Medis
Diagnosa Keperawatan
Skizofrenia
1. Perilaku kekerasan
Terapi Obat
Bekerja
HLP 3x5 mg CPZ mg
1x100
Alamat Jl. Pungas No. 153
THP 3x2 mg Diaz 1x1 mg 2
3
Budi
Manual Lubis
44
42
Skizofrenia 1. Halusinasi 2. Defisit Perawatan Diri
Skizofrenia 1. RPK 2. Waham 3. DPD
CPZ mg
1x100
Jl. Padang No. 357
THP 3x2 mg HLP mg
1x1,5
CPZ mg
1x100
Jl. Solok No. 240
THP 2x2 mg
4
Agus Susanto
45
Skizofrenia 1. Halusinasi 2. Imsomnia
HLP mg
2x1,5
CPZ mg
2x100 Bekerja
HLP mg
2x1,5
Jl. Sijunjung No. 269
THP 2x2 mg 5
Satriadi
37
Skizofrenia 1. RPK 2. HDR
CPZ mg
1x100
HLP mg
3x1,5
Jl. Padang I No. 364
THP 3x2 mg
101
Vit Bc 2x1 mg 6
Asriadi
32
Skizofrenia 1. RPK
CPZ mg
3x100 Bekerja
HLP mg
3x1,5
Simpang Perumnas Siteba No 04 RT 001 RW 020
THP 3x2 mg
7
8
Firdaus
Hendri
40
40
Skizofrenia 1.Halusinasi 2.DPD
Skizofrenia 1.PK 2.HDR
9
Elsa prima
30
10
Yuwendar a
30
Skizofrenia 1.RPK
11
Ilham Daril
26
Skizofrenia 1.HDR
THP 3x2 mg HLP mg
2x1,5
CPZ mg
1x150
THP 3x2 mg HLP mg
2x1,5
CPZ mg
1x100
Jl. Jamal Jamil Komp. Anggaran
Bekerja
Jl. Jamal Jamil No.09 RT 002 RW 001
Jl. Agam 4 No. 246 Jl. Agam 5 Mo. 102
THP 2x2 mg HLP mg
2x1,5
Jl. Jamal Jamil No. 17
Diaz 1x2 mg 12
Febreri Ganda
20
Skizofrenia 1.RPK
THP 2x2 mg HLP mg
3x2,5
CPZ
2x100
Jl. Agam 3 No. 400 Jl. Padang No 376
102
mg Diaz 2x2 mg 13
Okmariant o
29
Skizofrenia 1.RPK
HLP mg
3x1,5
Jl. Belakang Pasar No. 47
THP 2x2 mg Diaz 1x2 mg 14
Fajri Pratama
23
Skizofrenia 1. RPK
Jl. Belakang Kompi No. 22 RT 004 RW 019
2. Halusinasi 3. Waham 4. DPD
15
Fauzi
29
Skizofrenia
16
Arya Voni
30
Skizofrenia
Jl. Pondok Kopi No. 288
1. HDR 2. RPK HLP mg
2x1,5 Bekerja
Jl. Agam
THP 2x2 mg Diaz 1x2 mg 17
Dodi Arisandi
39
Skizofrenia
1. PK
18
Anton
33
Skizofrenia
1. RPK
Bekerja THP 2x2 mg HLP 2x5 mg CPZ mg
19
Deri Fitri
38
Skizofrenia
1. Halusinasi
Jl. Merpati No.16 Jl. Berok Raya No. 33
1x100
HLP 3x2 mg THP mg
3x1,5
CPZ mg
1x100
Jl. Wira Sakti 4 No. 36 pindah ke asrama kompi No. 64
103
20
Aki Rahman
31
Epilepsi
CPZ mg
3x200
Jl. 50 kota
Luminal 2x30 mg Diaz 2x2 mg Penitoin 3x100 mg 21
Syafwan
43
Epilepsi
1. RPK
HLP mg
3x1,5
Jl. Pessel 3 No. 454
THP 3x2 mg CPZ mg 22
Oktafimay enti
33
Epilepsi
1. RPK
1x100
Lum 2x30 mg HLP mg
2x1,5
Jl. Wira Sakti 11 No.71
THP 2x2 mg CPZ mg
2x200
Penitoin 2x100 mg
23
Endang
30
Skizofrenia
1. Halusinasi 2. Waham
Jl. Handayani 4 No. 148
24
Revita Agus
31
Skizofrenia
1. Halusinasi 2. RPK 3. RBD
Jl. 50 kota 5 N0. 667 Jl. Bukittingg i 2 No. 309
25
Asnet
38
Skizofrenia
1. HDR
Diaz 1x2 mg
Perumdak 3 No.09
104
THP 2x2 mg HLP mg
2x1,5
26
Meri Sumarni
29
Skizofrenia
1. HDR
Jl. Padang Panjang No. 225
27
Afneti
50
Skizofrenia
1. ISOS 2. DPD
Jl. Sijunjung 5 No. 363
28
Rima Nurmala
Skizofrenia
Jl. Batusangk ar 1 No. 781
29
Ernawati
Skizofrenia
Jl. Pondok Kopi pindah ke sawahan
30
Nurzura
31
Skizofrenia
Jl. Handayani 4 No. 147
31
Ezi Murziz
40
Skizofrenia
1. PK
HLP mg
2x1,5
Jl. Padang Pariaman
THP 2x2 mg CPZ 1x50 mg 32
Maria Ulfa
34
Epilepsi
33
Deswati
31
Epilepsi
Komp. Pasar Siteba No. 61 Lum 2x30 mg CPZ mg
2x200
Jl. Merpati RT 1 RW 5
Diaz 2x20 mg 34
Elsa Prima 30
Jl. Agam 4 No. 246
105
35
Fajri Desi
45
Skizofrenia Residual
1. HDR 2. Halusinasi
HLP 1x1 mg THP 1x1 mg
Jl. Padang Panjang 1 No. 209
CPZ 1x50 mg 36
Warniati
57
Skizofrenia
CPZ mg
1x100
HLP mg
1x1,5
Jl. Padang Pariaman 1 No. 889
THP 1x2 mg Vit BC 2x1 mg 37
Wirman
51
Skizofrenia
1. ISOS
HLP mg
2x1,5
THP 2x2 mg CPZ mg 38
Nurul
20
Epilepsi
39
Yusrika
34
Skizofrenia
40
Jefri Ronaldo
18
Skizofrenia
J;. Padang Panjang 1 No.200
1x100
Lum 2x30 mg
1. HDR 2. ISOS
Jl. Payakumb uh 3 No. 562 Komp. Pasar Siteba No. 33
Risperidon 2x2 mg Dzp 1x5 mg
Jl. Pondok Kopi No. 172 RW 2 Rt 1
THP 2x1 mg 41
Ronaldo
24
Skizofrenia
1. PK
Komp vilaku indah 4 Blok K/ 36 RT/RW 03/006
106
42
Novrialdi Rahman
27
Ggn Perilaku Akibat Penggunaa n Obat dan Ganja
43
Hidayat Wisra
35
Skizofrenia paranoid
Jl. Banjarmas in RT 4 RW 6 No. 10
HLP mg
3x2,5
AMT 3x12,5 mg
Indah Pratama Blok K RT 7
Dzp 1x2 mg
44
45
Ichsan Muchsin
33
Syafizal
45
Skizofrenia 14-08-2015
CPZ HLP
Skizofrenia 14-08-2015
CPZ HLP
46
Hardius
47
Romni
48
Wandi Dasril
26
Fajri
17
49
49
Skizofrenia
Jl. Tanjung Pinang
Jl. Tanjung Pinang
14-08-2015
Jl. Teknologi
1. RPK 2. ISOS
Jl. 50 kota 1 No. 738 Siteba
Skizofrenia 8-10-2015
Skizofrenia 15-10-2015
Komp. PGRI Blok E
1
Jl. Balik Papan
107
50
Fuadi
38
Skizofrenia 19-10-2015
51
Budi
52
Ade Pratiwi
27
Depresi
53
Chandra Nurmansy ah
24
54
Jl. Payakumb uh 3 No. 556
29-10-2015
Jl. Sijunjung No. 347
22-10-2015
Jl. Payakumb uh No. 402 Siteba
Skizofrenia 24-10-2015
Jl. Jamal Jamil RT 005 No 001
Purwansya 27 h
Skizofrenia
Jl. Sosiologi 2 No. 30 Siteba
55
Yeni Fitria
36
Skizofrenia
Perumdak 2
56
Agusdian
38
Ansietas
Jl. Wira Sakti
57
Ikas Juwita
38
Skizofrenia
1. Halusinasi
Jl. Solok 5 No. 394
58
Erik Alda
14
Skizofrenia
1. Halusinasi
Jl. Bukittingg i 3 N0. 738
59
Ade Saputra
60
Yusman
61
Nurlisa
Skizofrenia
Jl. TD I/ 23
40
GAB
Jl. Handayani 1 No. 82
48
Skizofrenia
1. Halusinasi 2. Waham
Jl. Sawahlunt
108
o 2 No. 200 62
Mardalena
54
Skizofrenia
Jl. TD 4/108
63
Adi Firman
40
Skizofrenia
Jl. Ambon No. 30
109
110
111
112
113
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I.
II.
Identitas Klien Inisial klien Umur Informan Pekerjaan Alamat lengkap Tanggal Pengkajian
: Ny. A (/P) : 58 Tahun : Partisipan dan keluarga : Ibu Rumah Tangga : Jln.Sijunjuang V No.363, Nanggalo Padang. : 22 Mei 2017
Keluhan saat dikaji Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 22 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, klien mengatakan malas dalam merawat diri, wajah klien kusam, rambut kusam, badan berkeringat dan lengket, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor, dan penampilan tidak rapi. Keluarga mengatakan klien tidak mandi sejak lebih kurang 2 minggu dan baju klien juga tidak pernah diganti-ganti. Klien tidak pernah berbedak, menyisir rambut dan memakai lipstik. Klien juga tidak mampu menyiapkan makanan sendiri.
III. Faktor Predisposisi a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu Keluarga klien mengatakan klien mengalami gangguan jiwa sejak usia 18 tahun yang lalu karenan pernah mengalami aniaya seksual oleh suaminya. Keluarga mengatakan sudah klien sudah pernah dirawat sebanyak 3 kali di RSJ HB Saanin Padang.
b. Pengobatan Sebelumnya Keluarga klien mengatakan kondisi klien setelah keluar dari RSJ mulai membaik, tetapi karenan keluarrga tidak membawa kontrol klien ke pelayanan kesehatan terdekat, perlahan-lahan penyakit klien mulai kambuh lagi. Keluarga mengatakan sudah pernah membawa klien berobat ke dukun atau orang pintar tetapi klien tidak sembuh, kemudian klien juga sudah di bawa berobat oleh keluarga ke rumah sakit jiwa Prof HB Saanin Padang sebanyak 3 kali. 114
c. Trauma 1. Aniaya Fisik Klien tidak pernah mengalami penganiayaan secara fisik serta klien tidak pernah menjadi pelaku aniaya fisik. 2. Aniaya Seksual Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami aniaya seksual waktu klien baru menikah dengan suami klien. 3. Penolakan Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami penolakan. 4. Kekerasan dalam Keluarga Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah menjadi pelaku kekerasan, namun klien pernah menjadi korban kekerasan oleh suaminnya. 5. Tindakan Kriminal Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal, tidak pernah menjadi pelaku dan tidak pernah menyaksikan tindakan kriminal. Masalah Keperawatan : Respon pasca trauma d. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluaraga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien Genogram
Keterangan : : perempuan : laki-laki : meninggal : orang terdekat
: mengalami gangguan jiwa : klien tinggal serumah
115
Klien merupakan seorang janda karena waktu baru menikah klien ditinggal pergi oleh suaminya. Klien juga merupakan seorang kakak dari 2 bersaudara, hubungan klien dengan adiknya harmonis dan klien tidak ada bertengkar dengan adiknya. Klien tinggal bersama adik klien dan selalu menuruti apa kata adiknya, dan hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain juga harmonis. e. Pengalaman Masa Lalu Tidak Menyenangkan Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami suatu kejadian pengalaman yang tidak menyenangkan, yaitu ketika baru menikah klien ditinggal pergi tanpa alasan oleh suami klien, keluarga mengatakan sejak saat itu klien sering menyendiri, tidak peduli lagi dengan penampilan dan perawatan diri, serta suka tertawa-tertawa sendiri. Masalah keperawatan : respon pasca trauma IV.
Pemerikasaan Fisik Tanda-Tanda Vital
: TD : 120/80 mmHg N : 82 x / menit S : 36.6 x / menit P : 23 x / menit
Ukuran Keluhan Fisik
: TB : 154 cm BB : 51 kg : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
apapun. V.
Psikososial a. Konsep Diri Citra Tubuh Keluarga klien mengatakan klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan klien merasa senang dengan bentuk tubuh yang ia miliki dan membuat klien merasa nyaman. Pengkajian Identitas Diri Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien adalah seorang ibu rumah tangga dan pengangguran, klien sekolah sampai tingkat SMA sederajat, klien saat ditanya tentang
116
kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien menjawab tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya. Pengkajian peran klien merupakan seorang janda dan seorang kakak dari 2 bersaudara dan saat ini klien tidak peduli dan acuh tak acuh tentang bagaimana kondisi keluarganya. Klien hanya ingat dengan keluarganya ketika klien ditinggal cukuplama sendirian dirumah oleh keluarganya. Ideal Diri Keluarga klien mengatakan bahwa klien nyaman dan lebih tenang dengan kondisinya pada saat ini. Klien berharap bisa cepat sembuh dan kembali kondisi seperti semula. Harga Diri Klien mengatakan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah Masalah Keperawatan: gangguan harga diri b. Hubungan Sosial Orang Terdekat Klien mengatakan memiliki orang terdekat yaitu adik klien
sendiri Pengkajian
peran
kelompok/masyarakat
serta keluarga
dalam klien
membatasi diri dengan orang-orang
kegiatan
mengatakan
klien
di kelompok dan
dilingkungan masyarakat. Klien merasa tidak aman berada didekat orang lain serta lebih suka sendiri dan menarik diri dari lingkungan yang di anggap aman bagi pasein sehingga masyarakat menjauhi klien dan dianggap memiliki penyakit
kejiwaan. Pengkajian hambatan dalam berhubungan dengan orang lain keluarga klien mengatakan klien kurang berinteraksi dan bercakap-cakap dengan orang lain, klien lebih suka sendiri dibandingkan berhubungan dengan orang lain baik dikelompok maupun masyarakat. Masalah Keperawatan : resiko isolasi sosial
117
c.
Spritual Nilai dan Keyakinan Keluarga klien mengatakan bahwa ia beragama islam tetapi klien tidak melaksankan sholat sesuai perintah agama dan mengetahui jika meninggalkan adalah perbuatan dosa. Kegiatan Ibadah Klien mengatakan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu sesuai dengan perintah agama islam. Masalah Keperawatan : distress spiritual
VI.
Status Mental a. Penampilan Penampilan klien tidak rapi rambut klien tidak bersih terlihat kusut dan berketombe, badan klien terasa lengket karna klien jarang mandi, kuku klien panjang dan kotor, badan klien berbau dan pakaian klien jarang diganti, tidak mau memakai baju jika tidak dipaksa, dan klien suka memakai baju berlapis- lapis. Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri b. Pembicaraan Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya
c.
misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam. Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Aktivitas Motorik Klien tampak malas dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
d. Pengkajian alam perasaan keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak merasakan perasaan apa-apa terhadap keluarganya. Dari wajah klien tampak kalau klien mengalami keputusasaan yang sangat besar. e. Pengkajian afek kspresi wajah klien ketika berinteraksi datar dan kontak mata klien dengan perawat kurang, dan tatapan mata klien kosong. interaksi selama wawancara ketika klien berinteraksi dan bercakap – cakap dengan perawat klien tidak kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan jawaban klien berbelit-belit. Jika sudah diulang 118
beberapa kali baru klien menjawab pertanyaan perawat dengan f.
seadanya. Pengkajian persepsi klien mengatakan tidak ada melihat bayangan
g.
– bayangan maupun mendengar suara-suara. Pengkajian proses pikir saat klien berbicara dengan perawat klien bisa menjawab pertanyaan dari perawat, tetapi jawaban klien berbelit – belit, dan terkadang jawaban klien tidak sesuai dengan
pertanyaan perawat. h. Isi Pikir Klien mengatakan bahwa keadaanya baik-baik saja. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah i. Tingkat Kesadaran Kesadaran klien Compos Mentis, klien mengetahui dimana klien berada saat ini yaitu di rumah. k. Memori Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan kejadian di masa lalu. Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir l. Tingkat Kesadaran dan berhitung Klien tidak mampu berkonsentrasi lama dan tidak dapat berhitung secara sederhana. Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir m. Kemampuan Penilaian Klien kurang mampu melakukan penilaian terhadap sesuatu yang dapat dinilai. Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir n. Daya Tilik diri Klien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti orang tua dan tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa. Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir VII.
Kebiasaan Sehari-hari a. Makan Klien makan 3x sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 dan 18.00 WIB. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Makanan disediakan oleh adik klien sendiri, klien menyukai makanan tersebut. Klien makan menggunakan tangan kanan, dan terkadang klien makan menggunakan sendok. b. BAB/BAK
119
Klien mampu BAB/BAK ke toilet sendiri dan membersihkannya sendiri.
c. Mandi Klien tidak mau mandi, klien mandi di bantu dan di ingatkan terus oleh keluarganya. Klien tidak ada inisiatif untuk mandi, klien mandi jika sudah di paksa oleh keluarga dan perawat. d. Berpakaian/ Berhias Klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien menyisir rambut dan berdandan selalu dibantu oleh keluarga dan perawat. e. Istirahat dan Tidur Klien kadang-kadang ada tidur siang maupun sore, klien tidur malam hari pukul 20.00 WIB sampai 06.00 WIB, tidak ada persiapan sebelum tidur seperti menggosok gigi, mencuci kaki dan berdo’a. gigi. f. Penggunaan Obat Pada saat klien minum obat, klien tidak mampu minum obat sendiri, klien minum obat di bantu oleh adiknya sepenuhnya. g. Pemeliharaan Kesehatan Klien tidak mampu menjaga kesehatannya dengan baik tanpa kendala yang berarti. Dan klien tidak mengetahui kemana klien harus mengambil obat. h. Kegiatan di Dalam Rumah Klien tidak mampu membersihkan rumah dan tidak mampu menyiapkan makanan untuk dirinya dan keluarga sesuai dengan keinginan klien. i. Kegiatan/ Aktivitas di Luar Rumah Setelah dilakukan pengkajian klien tidak mampu melakukan kegiatan diluar rumah. Jika klien keluar rumah klien bingung dan tahu arah jalan. VIII. Mekanisme Koping a. Koping Adaptif Jika ada masalah klien bercerita kepada adiknya b. Koping Maladaptif Klien apabila mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan oleh masyarakat karena
120
mendapat gangguan jiwa, maka klien akan menarik diri dan tertutup dari lingkungan tersebut Masalah kepererawatan: gangguan penyesuaian diri IX.
Masalah Psikososial dan Lingkungan a. Masalah dengan Dukungan Kelompok Klien mengatakan tidak mempunyai sistem pendukung dan klien tidak mengetahuinya b. Masalah Berhubungan dengan Lingkungan Klien tidak ada mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dilingkungan seperti klien direndahkan, diejek karena mendapat gangguan jiwa c. Masalah dengan Pendidikan Keluarga klien mengatakan riwayat pendidikan terakhir adalah SMA sederajat. d. Masalah dengan Pekerjaan Klien tidak memiliki pekerjaan, klien hanya murung dan menyendiri di rumah tanpa melakukan aktivitas apapun e. Masalah dengan Perumahan Keluarga klien mengatakan tidak ada permasalahan dalam perumahan karena klien tinggal serumah dengan adiknya. f. Masalah Ekonomi Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah mengenai ekonomi dalam keluarganya. g. Masalah dengan Pelayanan Kesehatan Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah dalam hal pelayanan
kesehatan terutama dalam hal berobat saat ini. Masalah Keperawatan: tidak ada masalah X. Pengetahuan Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya serta faktor predisposisi, koping mekanisme sehinga penyakit klien tambah berat. Masalah Keperawatan: Kurang pegetahuan XI.
Aspek Medik Klien didiagnosa dengan skizofrenia dan mendapatkan terapi medis CPZ 2X2 mg, dan THP 2x2 mg.
XII.
Analisa Data
No 1.
DATA
MASALAH
DS:
121
Keluarga klien mengatakan klien tidak Defisit Perawatan Diri
mau mandi jika tidak dipaksa Keluarga klien mengatakan tidak mau
menggosok gigi Klien mengatakan malas mandi karena malas
DO: 3.
Gigi dan mulut klien tampak kotor Rambut klien berketombe Tubuh klien berbau tidak sedap Klien berpakaian tidak rapi
DS:
Keluarga klien mengatakan malas Harga diri rendah
berinteraksi dengan orang lain Keluarga klien mengatakan tidak ada bentuk tubuh yang dia banggakan
DO: 3
Klien tampak sendiri Klien tampak murung
DO Keluarga
Isos klien
mengatakan
klien
malas berinteraksi dengan orang lain Klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan orang lain DS 3.
Klien tampak suka menyendiri Kontak mata kurang Klien lebih banyak diam Klien tidak mau berbicara
DO Keluarga
Isolasi Sosial klien
mengatakan
klien
malas berinteraksi dengan orang lain Klien mengatakan malas untuk
122
berinteraksi dengan orang lain DS
Klien tampak suka menyendiri Kontak mata kurang Klien lebih banyak diam Klien tidak mau berbicara
I.
Daftar Masalah 1. Resiko perilaku kekerasan 2. Resiko isolasi sosial 3. Defisit perawatan diri 4. Gangguan proses pikir 5. Harga diri rendah 6. Gangguan persepsi sensori halusinasi 7. Kurang pengetahuan
II.
Pohon Masalah Isolasi Sosial
DPD
gangguan proses pikir
HDR III. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. Defisit perawatan diri 2. HDR 3. Isos
INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1.
DIAGNOSA DPD
TUJUAN Masalah defisit perawatan pada
KRITERIA HASIL Klien
mampu SP 1 Pasien
diri menjaga pasien kebersihan
INTERVENSI
diri
teratasi dengan dan lingkungan
a. Identifikasi perawatan
masalah diri
:
kebersihan diri (mandi,
123
memberikan
menggosok
asuhan
mencuci
keperawatan
mengganti
dengan
cara
setelah
gigi, rambut, pakian mandi),
pendekatan
berdandan
(menyisir
strategi
rambut,
berbedak,
pelaksanaan
memakai parfum, dan berlipstik),
makan
/
minum. BAB / BAK b. Jelaskan pentingya kebersihan diri c. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri d. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan mengganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, e. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi, cuci rambut , potong kuku.
SP 2 Pasien a. Evaluasi kebersihan
kegiatan diri.
Beri
pujian b. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan,
cukuran
untuk pria. d. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk
124
kebersihan
diri
dan
berdandan
SP 3 Pasien a. Evaluasi
kegiatan
kebersihan
diri
dan
berdandan. Beri pujian b. Jelaskan cara dan alat makan dan minum c. Latih cara dan alat makan
minum
yang
baik. d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan
diri,
berdandan, dan makan minum yang baik.
SP 4 Pasien a. Evaluasi kebersihan
kegiatan diri,
berdandan, makan dan minum. Beri pujian. b. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik. c. Latih cara BAB/BAK yang baik d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan
diri,
berdandan, makan dam minum serta BAB/BAK .
125
SP 1 Keluarga a. Diskusikan
masalah
yang dirasakan dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
(gunakan
booklet) c. Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri d. Latih cara merawat kebersihan diri e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
SP 2 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
kegiatan
keluarga
dalam merawa/melatih klien kebersihan diri. Beri pujian b. Bombing
keluarga
membantu
klien
berdandan c. Anjurkan
membantu
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
SP 3 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien menjaga kebersihan diri dan
berdandan.
Beri
126
pujian b. Bimbing
keluarga
membantu makan dan minum klien c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian
SP 4 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien kebersihan
diri,
berdandan, makan dan minum. Beri pujian b. Bimbing keluarga merawat
BAB/BAK
klien c. Bimbing
keluarga
merawat
BAB
DAN
BAK klien d. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh serta rujukan. e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian. 2
Harga Rendah
Diri Membantu klien untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri melalui strategi pelaksanaan keperawatan
1. Rasa percaya SP 1 Pasien diri
klien
kembali ada 2. Klien tidak
a. Identifikasi kemampuan melakukan
kegiatan
lagi
dan aspek positif ( buat
dengan cara
daftar kegiatan ) b. Bantu klien menilai
minder menggali lagi
aspek
kegiatan
yang
dapat
dilakukan saat ini (pilih
127
kelebihan
dari daftar kegiatan ),
yang dimilki
buat
klien
yang dapat dilakukan
daftar
kegiatan
saat ini. c. Bantu klien memilih salah
satu
kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini untuk dipilih. d. Latih kegiatan yang dipilih ( alat dan cara melakukanya ) e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2 kali perhari. SP 2 Pasien a. Evaluasi pertama dilatih
kegiatan
yang dan
telah berikan
pujian b. Bantu klien memilih kegiatan yang kedua untuk dilatih. c. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua
kegiatan
masin-masing sehari. SP 3 Pasien a. Evaluasi pertama
yang 2
kali
kegiatan dan
kedua
yang sudah dilatih dan berikan pujian b. Bantu klien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih c. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal
128
kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masing – masing dua kali per hari. SP 4 Pasien a. Evaluasi
kegiatan
pertama,
kedua,dan
ketiga yang telah di latih
dan
berikan
pujian. b. Bantu kklien memilih kegiatan keempat yang akan di latih. c. Latih kegiatan keempat (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masingmasing dua kali per hari.
SP 1 Keluarga a. Diskusikan salah yang dirasakan
dalam
merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet) c. Jelaskan cara merawat harga terutama
diri
rendah
memberikan
pujian semua hal positif pada klien d. Latih keluarga member 129
tanggung
jawab
kegiatan yang dipilih klien : bimbing dan beri pujian. e. Anjurkan
membantu
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 2 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
membimbing dalam
klien
melaksanakan
kegiatan
kebersihan
diri. Beri pujian b. Bersama keluarga melatih
klien
melakukan
dalam kegiatan
kedua yang dipilih klien c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian SP 3 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
membimbing
klien
melaksanakan kegiatan. Beri pujian b. Bersama melatih melakukan
keluarga klien kegiatan
keempat yang dipilih c. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan. d. Anjurkan
membantu
130
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 4 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
membimbing
klien
melaksanakan kegiatan. Beri pujian b. Bersama melatih melakukan
keluarga klien kegiatan
keempat yang dipilih. c. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan d. Anjurkan
membantu
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian. SP 1 pasien a. Melatih
cara
berinteraksi dengan 1 orang lawan bicara b. Memasukkan ke jadwal harian
SP 2 Isos c. Evaluasi
kegiatan
berkenalan ( beberapa orang ) beri pujian d. Latih cara berbiacara saat
melakukan
kegiatan harian (latih 2
131
kegiatan) e. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga
atau
berbicara
tamu, saat
melakukan
kegiatan
harian. SP 3 Pasien a. Evaluasi latihan
kegiatan berkenalan
(beberapa orang) dan bicara saat melakukan dua
kegiatan
Beri pujian b. Latih cara saat
harian. berbicara
melakukan
kegiatan harian c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang berbiacara
saat
melakukan
kegiatan
harian. SP 1 Keluarga a. Diskusikan
masalah
yang dirasakan dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi social c. Jelaskan cara merawat isolasi social d. Latih dua cara merawat berkenalan,berbicara
132
saat
melakukan
kegiatan harian SP 2 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/ melatih klien berkenalan
dan
berbicara
saat
melakukan
kegiatan
harian b. Jelaskan rumah
kegiatan tangga
yang
dapat melibatkan klien berbicara c. Latih cara membimbing klien
berbicara
dan
member pujian SP 3 Keluarga a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien berkenalan, saat
berbicara melakukan
kegiatan harian dan RT. Beri pujian b. Jelaskan cara melatih klien
melakukan
kegiatan social seperti berbelanja, sesuatu c. Latih cara
meminta keluarga
mengajak klien belanja SP 4 Keluarga
133
a. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/ melatih klien berkenalan, saat
berbicara melakukan
kegiatan
harian,
berbelanja, beri pujian b. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal
dan
memberikan pujian.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI/TG
DIAGNOSA
L
EVALUASI
PARAF
KEPERAWATAN
senin, 22 Defisit Mei 2017
IMPLEMENTASI
Perawatan Diri
SP 1 DPD :
S : Klien mengatakan
Identifikasi
masalah
perawatan
diri
kebersihan
: diri,
bisa
melakukan
kegiatan
perawatan
diri
berdandan, makan / O : Klien tampak minum. BAB / BAK a. Jelaskan pentingya
bisa
melakukan
perawatan diri
kebersihan diri A: Klien tampak b. Jelaskan cara dan mandiri melakukan alat kebersihan diri kegiatan kebersihan c. Latih cara menjaga diri kebersihan diri : mandi dang anti Klien
mampu
134
pakaian, sikat gigi,
mandi,
mencuci
cuci
rambut
dibantu
rambut,
peneliti. potong kuku, d. Masukan pada Klien jadwal
kegiatan
untuk
mampu
menyisir
latihan
dan
rambut berbedak
mandi, sikat gigi, cuci
rambut
potong kuku.
secara mandiri mampu , Klien makan dan minum benar Klien
dengan mampu
BAB/BAK dengan benar. P
:
Optimalkan
kemampuan
Sp
1
DPD
SP
1
HDR
:
pengkajian dan latihan kegiatan pertama
S : Klien mnegatakan belum
bisa
melakukan kegiatan merapikan
a. Membina
tempat
saling tidur dengan arahan
hubungan
percaya b. Mengidentifikasi
O : Klien tampak
dari aspek positif tidak bisa melakukan dengan yang masih dimilki kegiatan c. Menidentifikasi kemampuan
A : Klien melakukan
melakukan kegiatan dan aspek positif klien d. Bantu menilai yang
arahan
klien
kegiatan dapat
kegiatan
mandiri
tanpa arahan P
:
Optimalkan
kemampuan
SP
1
135
dilakukan saat ini HDR (pilih dari daftar kegiatan
),
buat
daftar
kegiatan
yang
dapat
dilakukan saat ini. e. Bantu klien memilih salah satu kegiatan dapat saat f.
yang dilakukan
ini
dipilih. Latih
untuk kegiatan
yang dipilih ( alat dan
cara
melakukanya ) g. Masukkan pada jadwal
kegiatan
untuk latihan 2 kali perhari.
Sp 1 Isos
S : Klien mengatakan
a. Mengidentifikasi penyebab
isolasi
tidak bisa melakukan kegiatan berkenalan dengan baik
social:
siapa
dirumah,
siapa O : Klien tampak
yang
dekat,
dan bisa
melakukan
apa sebabnya. kegiatan dengan b. Keuntungan punya arahan teman dan A : Klien melakukan bercakap-cakap c. Kerugian tidak kegiatan mandiri punya teman dan tanpa arahan tidak cakap d. Latih
bercakapP
:
Optimalkan
cara kemampuan
SP
1
136
berkenalan dengan Isos anggota keluarga e. Masukkan pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan
berkenalan. Defisit
S : Klien mengatakan
SP 2 DPD :
Perawatan Diri
a. Evaluasi
kegiatan
kebersihan
diri.
Beri pujian b. Jelaskan cara dan alat
untuk
berdandan c. Latih
cara
belum
bisa
melakukan kegiatan perawatan diri O :
Klien tampak
tidak bisa melakukan perawatan diri
berdandan setelah A : Klien tampak kebersihan diri: mandiri dalam sisiran, rias muka perawatan diri untuk perempuan d. Masukkan pada P jadwal untuk
:
Optimalkan
kegiatan kemampuan
SP
2
kebersihan DPD
diri dan berdandan
Harga Rendah
Diri SP 2 HDR a. Evaluasi
S : Klien mengatakan kegiatan
pertama yang telah
belum bisa menyapu lantai
dilatih dan berikan O : Klien tampak
pujian b. Bantu
klien tidak bisa menyapu kegiatan lantai dengan arahan
memilih
yang kedua untuk A : Klien tampak
dilatih. c. Latih kedua
kegiatan mandiri (alat
cara) d. Masukkan
dalam
dan perawatan diri pada
137
jadwal
kegiatan P
:
Optimalkan
untuk latihan dua Kemampuan kegiatan
Sp
2
yang HDR
masin-masing
2
kali sehari.
S : Klien mengatakan SP 2 Isos f. Evaluasi kegiatan belum bisa berkenalan berkenalan dengan ( beberapa orang ) orang lain beri pujian g. Latih cara O : Klien tampak berbiacara saat tidak bisa berkenalan melakukan
dengan orang lain
kegiatan
harian
A : Klien tampak (latih 2 kegiatan) h. Masukan pada tidak mandiri jadual
kegiatan
untuk
latihan
berkenalan orang
2-3
tetangga
atau
P
:
Optimalkan
Kemampuan
Sp
2
Isos
tamu,
berbicara
saat
melakukan kegiatan harian. DPD
SP 3 Pasien S : Klien mengatakan e. Evaluasi kegiatan belum bisa mengepel pertama dan kedua lantai yang sudah dilatih dan berikan pujian O : Klien tampak f. Bantu klien tidak bisa mengepel memilih
kegiatan lantai dengan arahan ketiga yang akan A : Klien tampak di latih g. Latih kegiatan mandiri dalam ketiga
(alat
dan
138
cara) h. Masukkan
melakukan aktivitas pada
: Optimalkan kegiatan P untuk latihan tiga Kemampuan Sp 2 kegiatan, masing – HDR jadwal
masing dua kali per hari. HDR
S : Klien mengatakan
SP 3 Pasien a. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa dan
orang)
bicara
belum berkenalan
dengan
orang lain
saat O : Klien tampak dua tidak bisa berkenalan
melakukan
harian. dengan
kegiatan
bisa
orang
lain
tanpa arahan
Beri pujian b. Latih
cara saat A : Klien tampak mandiri dalam
berbicara melakukan
melakukan kegiatan kegiatan harian c. Masukan pada berkenalan jadwal kegiatan : Optimalkan untuk latihan P 4-5 Kemampuan Sp Isos
berkenalan orang
berbiacara
saat
melakukan
kegiatan harian. S : Klien mengatakan
SP 3 Pasien a. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa dan
orang)
bicara
melakukan kegiatan Beri pujian
belum
bisa
berkenalan
dengan
orang lain
saat O : Klien tampak dua tidak bisa berkenalan
harian. dengan
orang
lain
tanpa arahan 139
b. Latih
cara A : Klien tampak
berbicara
saat mandiri
melakukan
dalam
melakukan kegiatan
kegiatan harian berkenalan c. Masukan pada : Optimalkan jadwal kegiatan P latihan Kemampuan Sp Isos
untuk berkenalan
4-5
orang
berbiacara
saat
melakukan
kegiatan harian.
S : Klien mengatakan
SP 4 Klien a. Evaluasi kegiatan kebersihan
diri,
bisa BAB/BAK yang baik
berdandan, makan O : Klien tampak dan minum. Beri bisa
tanpa arahan
pujian. b. Jelaskan
cara
BAB/BAK baik. c. Latih BAB/BAK baik d. Masukkan jadwal
BAK/BAK
yang A : Klien tampak mandiri dalam cara melakukan kegiatan yang berkenalan pada P
:
Optimalkan
kegiatan Kemampuan
untuk kebersihan
Sp
4
latihan DPD diri,
berdandan, makan dam minum serta BAB/BAK
140
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. Pengkajian Identitas Klien Inisial Klien
: Tn. M (/L)
Umur
: 46 tahun
Informan
: Klien dan keluarga
Pekerjaan
: tidak bekerja
Alamat Lengkap
: Jalan Solok no. 240, Nanggalo Padang
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2017
141
I.
KELUHAN SAAT DIKAJI Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 13.10 WIB klien mengatakan malas mandi, malas mengganti pakaian dan malas melakukan aktivitas lainnya. Wajah klien tampak kusam, badan berbau, kuku panjang dan kotor, gigi kotor dan mulut berbau, klien tidak memakai sendal jika keluar rumah. Keluarga mengatakan klien tidak mandi sudah 4 hari dan pakaian klien tidak diganti-ganti. Keluarga juga mengatakan klien jarang mencukir kumis dan jenggot, dan klien makan cuma sekali sehari, klien mampu makan secara mandiri.
II.
FAKTOR PREDISPOSISI a. Gangguan Jiwa di Masa Lalu Klien mengatakan sebelumnya klien sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak 3 kali dalam 1 tahun terakhir dengan rata-rata lama hari rawat ± 1 bulan. Pertama kali dirawat tahun 2015 dengan alasan putus obat. Klien mengatakan pada saat putus obat klien marah-marah ke keluarga dan masyarakat sekitar. b. Pengobatan Sebelumnya Klien mengatakan sebelumnya sudah menjalani terapi pengobatan di puskesmas nanggalo, klien menyadari bahwa klien mengalami putus obat. c. Trauma Aniaya Fisik Klien mengatakan pernah dipukuli oleh masyarakat karena membuat
keributan di lingkungan masyarakat sekitar. Aniaya Seksual Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya seksual dan juga pelaku seksual.Klien juga tidak pernah menyaksikan kejadian tentang
aniaya seksual. Penolakan Klien mengatakan tidak pernah merasa ditolak dalam keluarga maupun
masyarakat. Kekerasan dalam Keluarga Klien mengatakan tidak pernah dipukul dalam keluarga, klien juga tidak pernah
memukul
anggota
keluarga.
Jika
marah
klien
hanya
mengungkapkan kata-kata kasar tanpa melukai orang sekitar Tindakan Kriminal
142
Klien mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukan tindakan kriminal seperti membunuh atau mencuri barang milik orang lain maupun keluarganya. MK : Respon Pasca Trauma d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa atau tidak ada anggota keluarganya yang dirawat di rumah sakit jiwa sebelumnya. e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan saat kelas 5 SD pernah mengalami kecelakaan bersepeda dan mengalami benturan pada kepalanya. Saat itu klien mengatakan tidak dibawa ke rumah sakit melainkan di bawa ke dukun oleh keluarganya. Masalah Keperawatan: Respon Pasca Trauma I.
PEMERIKSAAN FISIK Tanda-tanda Vital TD: 110/70 mmHg
S: 37 ºC
P: 24 x/m
Ukuran TB: 165 cm
N: 95 x/m
BB: 50 kg
Keluhan Fisik Klien mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatanya, klien tidak pernah merasa sakit, terkadang klien hanya merasa pusing dan hilang apabila klien tidur.
II. PSIKOSOSIAL a. b. Genogram
143
Keterangan: = perempuan
= klien
= laki-laki
= hubungan keluarga = tinggal serumah
= meninggal Klien mengatakan tinggal bersama ibu dan dua adik kandungnya (anak ke 3 dan 4) di rumah.Ayahnya telah meninggal dunia sejak usianya
tahun,
sedangkan adiknya yang nomor 2 hanya 1x seminggu mengunjungi rumah.Kakek dan nenek dari ayah telah meninggal dunia dan dari ibu hanya nenek saja yang masih hidup.Di dalam keluarga, yang sering mengambil keputusan adalah adik kandungnya, sehingga klien merasa dirinya tidak dianggap sebagai anak yang tertua.Kemudian klien menganggap bahwa adik yang ke tiga dan ke empatnya tidak berguna bagi keluarga karena hanya menyusahkan saja. Masalah keperawatan: Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan. c. Konsep Diri Citra Tubuh Klien mengatakan anggota tubuhnya lengkap dan tidak mengalami kecacatan, klien bersyukur telah diberikan anggota tubuh yang lengkap oleh Yang Maha Kuasa.
Identitas Diri Klien mengatakan bahwa klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan sebagai laki-laki klien ingin mempunyai pasangan hidup (isteri) yang baik dan solehah
144
Peran Diri Klien mengatakan didalam keluarga adalah seorang anak dan saat ini berumur 45 tahun dan belum menikah. Seharusnya dari segi umur klien sudah menikah dan sudah mempunyai pekerjaan yang tetap. Namun pada umur 45 tahun klien belum mempunyai pekerjaan yang tetap dan belum
berkeluarga. Ideal Diri Klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada bagian anggota tubuhnya,
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dihadaapinya. Harga Diri Klien mengatakan hubungannya dengan keluarga dan masyarakat tidak ada masalah, klien mengatakan orang lain menganggapnya sebagai orang gangguan jiwa. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
d. Hubungan Sosial Orang Terdekat Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu klien. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Klien mengatakan tidak membatasi hubungan dan interaksinya dengan
masyarakat ataupun kelompok. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan bahwa klien tidak ada hambatan komunikasi dengan klien lain dan tidak ada masalah dengan masyarakat. Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
e. Spritual Nilai dan keyakinan Klien mengatakan beragama islam dan wajib menjalankan ibadah sholat wajib. Masyarakat sekitar masih menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa harus diasingkan karena dianggap meresahkan kenyamanan dalam masyarakat. Klien mengatakan bahwa penyakitnya
adalah balasan dari yang maha kuasa. Kegiatan Ibadah Klien mengatakan bahwa klien tidak melakukan shalat 5 waktu setiap hari sesuai dengan jadwal waktu shalat. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
III. STATUS MENTAL a. Penampilan 145
Klien berpenampilan tidak rapi, akan tetapi klien menggunakan sesuatu sesuai kondisi. Kuku Klien tampak panjang dan kotor. Gigi klien tampak hitam dan kekuningan. Kumis dan jengot klien tidak rapi. Klien mengatakan tidak mau mandi. Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri b. Pembicaraan Klien berbicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, Berbicara cepat dan keras. Masalah keperawatan: hambatan komunikasi c. Aktivitas Motorik Klien tampak gelisah, tidak tremor, dan tidak lesu. Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan d. Alam Perasaan Klien tampak putus asa karena keinginannya tidak tercapai dan ia merasa sedih karena keluarganya meninggalkannya di rumah sakit. Masalah keperawatan : keputusasaan atau ketidakberdayaan e. Afek Afek klien labil, karena emosinya belum dapat terkontrol dengan baik dan cepat berubah-ubah. Masalah keperawatan : resiko cidera f. Interaksi Selama Wawancara Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif, klien bisa menjawab pertanyaan yang diberikan namun terkadang klien sering mempertahankan pendapatnya dan kebenaran dirinya. Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan g. Persepsi Klien mengatakan pernah mendengar bisikan suara yang aneh dan terjadi ketika klien sedang sendiri. Saat dikaji klien mengatakan tidak ada mendengar bisikan suara sejak 2 minggu yang lalu. Masalah keperawatan : ganguan persepsi sensori : pendengaran. h. Proses Pikir Proses pikir klien cukup baik, tetapi terkadang dalam pembicaraan klien sering mengganti topik yang ditanyakan. Masalah keperawatan : gangguan proses pikir i. Isi Pikir Klien mengatakan memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap sesuatu. Seperti keyakinan berlebih terhadap agama yang sering diucapkannya secara berulang-ulang dan menyampaikan sesuatu yang berulang-ulang tidak sesuai kenyataan
146
Masalah keperawatan :gangguan proses pikir : waham j. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran klien baik.Klien bisa mengingat waktu, tempat dan orang ketika berkmunikasi dengannya.Klien bisa fokus berbicara dengan lawan bicara. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan k. Memori Klien tidak ada mengalami gangguan daya ingat.Klien bisa mengingat kejadian yang telah berlalu. Ketika ditanya tentang kejadian yang berlangsung satu bulan yang lalu klien masih mengingatnya, kemudian untuk kejadian yang berlangsung selama satu minggu terakhir klien juga dapat mengingatnya yaitu kapan klien masuk rumah sakit, dan untuk ingat saat ini klien dapat mengingat kejadian yang baru dialami seperti jam berapa klien bangun tadi pagi. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Klien mampu berkonsentrasi selama interaksi dengan perawat dan mampu untuk berhitung dengan baik. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan m. Kemampuan Penilaian Klien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain karena ketika ditanya ingin mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi klien bisa memilihnya. Masalah keperawatan : tidak ada keperawatan n. Daya Tilik Diri Klien menyadari bahwa dirinya memang mudah emosian namun klien juga menyalahkan sesuatu yaitu obat yang menyebabkan dirinya seperti sekarang ini. Masalah keperawatan : gangguan proses pikir IV.
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG A. Makan Klien mampu makan dan minum secara mandiri dengan frekuensi makan 3x sehari (nasi+lauk pauk+sayur), setelah itu ia bisa merapikan dan membersihkan alat makan tanpa disuruh oleh orang lain.
147
B. BAB/BAK Klien mampu BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan mampu untuk membersihkan kamar mandi (wc) setelah menggunakannya.
C. Mandi Klien mengatakan tidak mau mandi 2x sehari, karena klien mengatakan setelah mandi dia akan pergi kelayapan keluar. D. Berpakain dan berhias Klien tidak bisa berpakaian dan berhias sendiri, klien tidak pernah mengganti pakaiannya, dan tidak mampu berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi.
E. Istirahat dan tidur Klien mengatakan tidur siang selama 1-2 jam sehari, pada malam hari klien tidur tidak cukup. Sebelum tidur, klien tidak mencuci muka, kaki, tangan dan menyikat gigi, kemudian setelah bangun klien tidak bisa merapikan tempat tidur. F. Penggunaan obat Klien mengatakan minum obat 1x sehari secara oral, jenis obat yang di komsumsi oleh klien adalah CPZ, THP dan HLP. G. Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan berobat di puskesmas nanggalo padang dan ditemani oleh keluarganya. H. Kegiatan di dalam rumah Klien mengatakan mampu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu halaman, menolong orangtua berjualan dan ke pasar. I. Kegiatan/ aktivitas di luar rumah Klien mengatakan mampu berbelanja untuk keperluan sehari-hari dan bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti berbelanja. V.
MEKANISME KOPING Klien mengatakan jika ada masalah biasanya langsung meluapkannya dengan kata-kata kasar.
148
Masalah keperawatan : ketidakefektifan koping individu VI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN a. Masalah dengan dukungan kelompok Klien mengatakan tidak ada memiliki masalah dengan kelompok masyarakat di tempat dimana ia biasanya bersosialisasi seperti di pasar. b. Masalah berhubungan dengan lingkungan Klien mengatakan tetangganya banyak yang membicarakan tentang klien dan keluarganya serta menganggap klien melakukan kekerasan fisik terhadap anggota keluarganya. c. Masalah dengan pendidikan Klien mengatakan pendidikan klien hanya sampai jenjang SMA. Klien melanjutkan ke jenjang perkuliahan tetapi tidak tamat. d. Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, klien hanya membantu ibunya berjualan di warung. e. Masalah dengan perumahan Klien mengatakan tinggal dirumah sendiri dengan ibunya f. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien mengatakan memanfaatkan pengobatan di puskesmas nanggalo untuk melanjutkan terapi pengobatannya.
VII. PENGETAHUAN Klien mengatakan tidak mengetahui tentang perjalanan penyakitnya. VIII. ASPEK MEDIK Diagnosis medis : Terapi medis : CPZ 2x2 mg THP 2x2 mg `HLP 2x2 mg
IX.
ANALISA DATA
NO 1
Data DS: - Klien
Masalah Keperawatan Harga diri rendah
mengatakan
pasrah
akan
149
-
keadaannya yang seperti ini Klien mengatakan bahwa penyakitnya
adalah balasan dari yang maha kuasa DO: - Terkadang klien terlihat murung dan -
sedih Klien sering berjalan mondar-mandir dan gelisah
2
DS: - Klien mengatakan hanya mandi 1x -
Defisit perawatan diri
sehari, bahkan tidak mandi seharian. Klien mengatakan pakaiannya diganti 1x sehari
DO: - Klien tampak berantakan - Klien kurang terampil dalam menjaga -
kebersihan gigi dan mulut Gigi klien tampak kuning dan hitam Klien berbau
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5.
Harga diri rendah Defisit perawatan diri : berpakaian Gangguan proses pikir : waham Ketidakefektifan koping individu Risiko cidera
POHON MASALAH Resiko menciderai diri (RBD)
Defisit perawatan diri (DPD)
Harga Diri Rendah (HDR)
B. Diagnosa Keperawatan
150
1. Harga diri rendah (HDR) 2. Defisit perawatan diri (DPD)
C. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
1.
Keperawatan Harga Diri SP 1 Pasien: Rendah
Intervensi
1. Identifikasikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan) 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. 3. Bantu pasien memilih salah
satu
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukanya0 5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. SP 2 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama yang dilatih dan berikan pujian. 2. Bantu klien memilih kegiatan yang kedua untuk dilatih 3. Latih kegiatan yang kedua (alat dan cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali per hari.
151
SP 3 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian 2. Bantu klien memilih kegiatan yang ketiga untuk dilatih 3. Latih kegiatan ketiga ( alat-cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua kali perhari.
SP 4 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian. 2. Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. 3. Latih kegiatan keempat ( alat dan cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-masing dua kali per hari. SP 1 Keluarga: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
proses
terjadinya
Harga
Diri
Rendah (gunakan booklet) 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif klien yang pernah dimiliki sebelum dan setelah sakit. 4. Jelaskan cara merawat Harga Diri Rendah terutama memberikan pujian semua hal yang positif pada klien. 5. Latih keluarga memberikan tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih klien: bimbing dan berikan pujian. 6. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
152
dan memberikan pujian.
SP 2 Keluarga: 1. Evalusi
kegiatan
membimbing
klien
keluarga
dalam
melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan dilatih klien, beri pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih klien. 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP 3 Keluarga: 1. Evalusi
kegiatan
membimbing
klien
keluarga
dalam
melaksanakan
kegiatan pertama dan kedua yang telah dipilih dan dilatih, beri pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih. 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian. SP 4 Keluarga: 1. Evalusi
kegiatan
membimbing
klien
keluarga
dalam
melaksanakan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah
dipilih dan dilatih, beri
pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan keempat
yang
dipilih. 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal 153
dan memberi pujian.
2.
Defisit
SP 1 Pasien:
Perawatan Diri
Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK 1. Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri 3. Latih cara menjaga membersihkan diri :mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi dan sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu) potong kuku ( satu kali per minggu)
SP 2 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan 3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, cukuran untuk pria 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan . Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum 3. Latih cara makan dan minum yang baik 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan dan makan/minum yang baik. SP 4 Pasien: 154
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan
diri,
berdandan, makan/minum. Beri pujian 2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik 3. Latih cara BAB/BAK yang baik. 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan
diri,
berdandan,
makan/minum, BAB/BAK SP 1 Keluarga: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri (gunakan booklet) 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri 4. Latih dua cara merawat: kebersihan diri dan berdandan 5. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 2 Keluarga: 1. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien kebersihan diri, beri pujian. 2. Latih dua (yang lain) cara merawat: makan/minum, BAB/BAK 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian SP 3 Keluarga: 1. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien kebersihan diri dan berdandan, beri pujian. 2. Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan, makan dan minum klien 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian
155
SP 4 Keluarga: 1. Evaluasi
kegiatan
keluarga
dalam
merawat/melatih klien kebersihan diri dan berdandan,makan dan minum, beri pujian. 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK klien 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No
Hari/tangga
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Deficit
SP 1 DPD :
S : Klien mengatakan bisa
perawatan
Identifikasi
masalah melakukan kegiatan perawatan
diri
perawatan
l
kebersihan berdandan,
: diri
diri
diri, O makan
:
Klien
tampak
bisa
/ melakukan perawatan diri
minum. BAB / BAK
A:
Klien
tampak
mandiri
e. Jelaskan pentingya melakukan kegiatan kebersihan diri kebersihan diri f. Jelaskan cara dan Klien mampu mandi, mencuci alat kebersihan diri rambut dibantu peneliti. g. Latih cara menjaga Klien mampu menyisir kebersihan diri : rambut dan berbedak secara mandi dang anti mandiri pakaian, sikat gigi, Klien mampu makan dan cuci rambut, potong kuku, h. Masukan
pada
minum dengan benar Klien mampu BAB/BAK dengan benar.
jadwal
kegiatan P : Optimalkan kemampuan Sp 1 untuk latihan mandi, DPD 156
sikat
gigi,
rambut
,
cuci potong S : Klien mnegatakan belum bisa
kuku.
melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dengan arahan O : Klien tampak tidak bisa melakukan
kegiatan
dengan
arahan A : Klien melakukan kegiatan mandiri tanpa arahan P : Optimalkan kemampuan SP 1 SP
1
: HDR
HDR
Harga diri
pengkajian dan latihan
rendah
kegiatan pertama h. Membina hubungan saling percaya i. Mengidentifikasi dari aspek positif yang masih dimilki j. Menidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan
aspek
positif
klien k. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari
kegiatan
),
daftar buat
daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. l. Bantu klien memilih salah satu kegiatan 157
yang
dapat
dilakukan saat ini untuk dipilih. m. Latih kegiatan yang dipilih ( alat dan cara melakukanya ) n. Masukkan pada jadwal
kegiatan
untuk latihan 2 kali perhari.
158
DOKUMENTASI KUNJUNGAN PARTISIPAN 1 DAN KELUARGA
1. Kunjungan pertama (Senin 22 Mei 2017)
2. Kunjungan kedua (Selasa 23 Mei 2017)
159
3. Kunjungan ketiga (Rabu, 24 Mei 2017)
160
4. Kunungan keempat (Kamis, 25 Mei 2017)
161
5. Kunjungan kelima (Jumat 26 Mei 2017)
162
6. Kunjungan keenam (Sabtu, 27 Mei 2017)
163
7. Kunjungan ketujuh (Minggu, 28 Mei 2017)
164
8. Kunjungan kedelapan ( Senin 29 Mei 2017)
165
9. Kunjungan kesembilan (Selasa, 30 Mei 2017)
10. Kunjungan kesepuluh (Rabu 31 Mei 2017)
166
LAPORAN DOKUMENTASI KUNJUNGAN
167
PARTISIPAN 2
1.
Kunjungan pertama (Senin, 22 Mei 2017)
(Inform Concent, kontrak waktu, topik,dan tempat, pengkajian) 2.
Kunjungan kedua (Selasa, 23 Mei 2017)
168
(Membina hungan saling percaya, melakukan pengkajian)
3.
(Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan) Kunjungan hari ketiga (Rabu, 24 Mei 2017)
169
(Melatih SP 1 : Menjaga kebersihan diri seperti mandi, mencuci rambut, dan menggosok gig dan mengganti pakaian setelah mandii)
(setelah di latih SP 1 : Menjaga kebersihan diri)
4.
Kunjungan keempat (Kamis, 25 Mei 2017)
170
(Melatih SP 2 : Berdandan , menyisir rambut dan memakai minyak rambut)
5.
Kunjungan Kelima (Jumat, 26 Mei 2017)
171
(Melatih SP 3 : Makan dan minum dengan benar, makan dan minum duduk dan menggunakan tangan kanan)
6.
Kunjungan keenam (Sabtu, 27 Mei 2017)
172
(Melatih SP 4 : Mengajarkan cara BAB/BAK yang benar dan SP 4 keluarga)
7. Kunjungan ketujuh (Minggu, 28 Mei 2017)
173
8. Kunjungan kedelapan (Senin, 29 Mei 2017)
9. Kunjungan kesembilan (Selasa, 30 Mei 2017)
174
10. Kunjungan kesepuluh (Rabu, 31 Mei 2017)
(terminasi )
175
176