Asuhan Keperawatan Fraktur Dengan Nanda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG



ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG



KARYA TULIS ILMIAH



MISH FADHILLAH AFIFAH NIM : 143110175



JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017



1



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG



ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG



KARYA TULIS ILMIAH



Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan



MISH FADHILLAH AFIFAH NIM : 143110175



JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017



2



3



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang “. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penelitian, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih kepada: 1. Ibu Renidayati, M.Kep, Sp.kep Jiwa selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II sekaligus Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. 4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. 5. Bapak/Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penulis. 6. Bapak/Ibu Direktur dan Staf Puskesmas Nanggalo Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.



4



7. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kita semua. 8. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2017. Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Akhir kata penulis berharap penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aaminn. Padang, 01 Juni 2017



(Mish Fadhillah Afifah)



5



6



7



8



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



Nama



: Mish Fadhillah Afifah



NIM



: 143110175



Tempat/ tanggal lahir



: Tebing Tan Saidi/ 23 Maret 1996



Agama



: Islam



Status Perkawinan



: Belum Menikah



Orang Tua



: Ayah : Awaluddin Ibu



Alamat



: Yesmaneli



: Tebing Tinggi, Kenagarian Kambang Barat, Kec. Lengayang Kab. Pesisir Selatan.



Riwayat Pendidikan



PENDIDIKAN TK PKK PASAR GOMPONG SD NEGERI NO. 18 TEBING TINGGI SMP NEGERI 1 LENGAYANG SMA NEGERI 3 PAINAN POLTEKKES KEMENKES PADANG



TAHUN 2001 - 2002 2002 - 2008 2008 - 2011 2011 - 2014 2014 - 2017



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017



9



Mish Fadhillah Afifah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Isi : xii + 77 Halaman + 11 Lampiran ABSTRAK Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2015, jumlah pasien gangguan jiwa di seluruh puskesmas di Kota Padang terus meningkat. Jumlah pasien gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo tahun 2016 sebanyak 117 orang. Masalah yang biasa terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada 2 partisipan dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Desain penelitian deskriptif, diakukan di Kelurahan Surau Gadang dari bullan Januari sampai Juni 2017. Data diperoleh dari wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik menggunakan format asuhan keperawatan kesehatan jiwa, lembar observasi defisit perawatan diri, tensimeter, stetoskop, termometer, alat ukur berat badan dan tinggi badan.populasi sebanyak 63 orang gangguan jiwa. Sampel penelitian adalah 2 partisipan yang berada di Kelurahan Surau Gadang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling. Analisa dilakukan dengan membandingkan kasus dengan teori. Hasil pengkajian didapatkan penampilan partisipan tidak rapi, rambut berantakan, wajah kusam, badan berbau dan lengket, gigi kuning dan kotor, jarang mandi, suka menyendiri dan merasa tidak berguna. Diagnosa keperawatan utama yaitu defisit perawatan diri dan harga diri rendah. Intervensi yang dilakukan melatih perawatan diri dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 10 hari partisipan mampu melakukan perawatan diri dengan dibantu, dam mampu melakukan kegiatan dibantu. Melalui pimpinan Puskesmas Nanggalo disarankan kepada pemegang program kesehatan jiwa untuk dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperbanyak responden penulisan supaya dapat membandingkan satu kasus yang sama terhadap partisipan yang berbeda. Kata Kunci (Key Word) : Defisit Perawatan Diri, Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka : 24 (2006 – 2016)



DAFTAR ISI



10



HALAMAN JUDUL....................................................................................... .........................................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ........................................................................................................................ii KATA PENGANTAR....................................................................................... LEMBAR ORISINALITAS............................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ABSTRAK........................................................................................................ DAFTAR ISI..................................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................ DAFTAR TABEL............................................................................................ . DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................



iii v vi vii viii x xi xii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................ C. Tujuan Penelitian.............................................................................. D. Manfaat Penelitian...........................................................................



1 7 7 8



BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri.............................................. 1. Pengertian Defisit Perawatan Diri............................................. 2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri............................................ 3. Penyebab Defisit Perawatan Diri.............................................. 4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri................................. 5. Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri................................. 6. Damapak dari Masalah Defisit Perawatan Diri.........................



10 10 12 13 16 17 18



B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa................................. 1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 2. Pohon Masalah.......................................................................... 3. Diagnosa Keperawatan............................................................. 4. Tindakan Keperawatan............................................................. 5. Evaluasi Keperawatan..............................................................



19 19 25 26 26 38



BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.............................................................................. B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... C. Populasi Dan Sampel....................................................................... D. Instrument Pengumpulan Data......................................................... E. Jenis Dan Pengumpulan Data........................................................... F. Analisis Data.....................................................................................



39 39 39 41 42 44



BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kasus................................................................................ 46 B. Pembahasan Kasus........................................................................... 64



11



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................... 75 B. Saran................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN



12



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Skema masalah defisit perawatan diri berdasarkan teori orem.....



12



Gambar 2.2 Proses terjadinya defisit perawatan diri........................................



16



Gambar 2.3 Pohon masalah defisit perawatan diri...........................................



25



13



DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Deskripsi kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2.......................



47



14



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1



Jadwal kegiatan Karya Tulis Ilmiah



Lampiran 2



Format skrining pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah defisit perawatan diri



Lampiran 3



Lembar konsultasi proposal penelitian Prodi Keperawatan Padang Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang



Lampiran 4



Inform consent responden



Lampiran 5



Surat izin pengambilan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang



Lampiran 6



Data Jumlah Pasien Skizofrenia di Kelurahan Surau Gadang Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2016



Lampiran 7



Surat Izin Penelitian



Lampiran 8



Surat Selesai Penelitian



Lampiran 9



Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah



Lampiran 10 Asuhan Keperawatan pada Partisipan Lampiran 11 Dokumentasi Kunjungan Pasien dan Keluarga



15



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undung No 36 tahun 2009 menjelaskan tentang kesehatan jiwa yang merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat jiwa ditandai dengan halhal sebagai berikut, yaitu sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/keutuhan), Otonomi, persepsi realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Direja, 2011). Kesehatan jiwa memiliki rentang sehat-sakit jiwa yang bergerak dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Rentang sehat-sakit jiwa memiliki 3 komponen, yaitu sehat jiwa, masalah psikososial, dan gangguan jiwa (Kusumawati, 2010). Seseorang yang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri bisa berakibat stres sehingga menyebabkan gangguan jiwa yang dapat mengenai manusia secara seutuhnya bukan hanya jiwa, badan, dan lingkungannya saja. Gangguan jiwa meliputi gejala-gejala patologi dominan yang berasal dari unsur psikis yang timbul secara menyeluruh (Yosep, 2009). Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Hal ini meliputi fungsi psikologik, perilaku, dan biologik. Gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara perorang tetapi juga dengan masyarakat. Gangguan jiwa ditandai dengan terganggunya emosi, proses berfikir, perilaku, dan persepsi (Stuart, 2006). Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2013 prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi. 25% dari penduduk dunia pernah 16



menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku (Pinenendi, 2016). Angka kejadian gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. National Institute of Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, memperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kasus gangguan jiwa yang ada di Negara-negara berkembang (WHO dalam Rochmawati 2013 ). Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah pasien gangguan jiwa diperkirakan sudah meningkat. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak terdapat di DI Yogyakarta, yang kemudian diikuti dengan wilayah Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari yang ringan hingga berat (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Sumatera Barat menempati urutan ketiga dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia yaitu dengan prevalensi 16,7 permil, sedangkan pada hasil Riskesdas 2013 Sumatera Barat menempati urutan kesembilan dengan gangguan jiwa berat yaitu mencapai 1,9 % (Riskesdas, 2013). Hasil tersebut dapat disimpulkan terjadinya penurunan angka kejadian gangguan jiwa atau skizofrenia dari rentang tahun 2007 sampai tahun 2013.



17



Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta memiliki gejala positif, gejala negatif, defisit kognitif, dan emosional (Jalil, Abdul 2015). Klien skizofrenia yang mengalami gejala negatif antara lain, kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas (Yosep, 2009). Penderita skizifrenia salah satunya ditandai dengan kelemahan atau ketidakmampuan dalam merawat diri (Pusdilatnakes, 2012). 70% dari seluruh penderita skizofrenia diantaranya mengalami defisit perawatan diri, gangguan jiwa lain sering juga disertai dengan gejala halusinasi, gangguan Manik Depresif dan Delirium (Pinenendi, 2016). Skizofrenia dimanifestasikan dengan perubahan berfikir, persepsi, afek tumpul, dan penurunan fungsi sosial yang menyebabkan klien cenderung mengalami penurunan kemampuan melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan



sendiri



seperti



mandi



(hygiene),



berpakaian/berhias,



makan/minum, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012). Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Pasien dengan defisit perawatan diri akan didapatkan tanda-tanda seperti badan berbau, kotor, rambut kusut, berantakan. Bila makan dan minum berceceran, tidak mampu makan dengan benar, BAB/BAK di sembarang tempat serta tidak membersihkan diri setelah BAB/BAK (Pusdiklatnakes, 2012). Ketidakmampuan pasien dengan defisit perawatan diri jika dibiarkan terus menerus akan berdampak pada masalah personal hygienenya. Bisa menyebabkan gangguan fisik seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial (Dermawan, 2013).



18



Penurunan ADL (Activity of Daily Living) pada pasien jiwa di sebabkan oleh adanya gangguan mental pada pasien dan kurangnya pendidikan kesehatan mengenai perawatan diri pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan orang lain, agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam perawatan diri. Peran serta keluarga untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada penderita gangguan jiwa dapat dengan memfasilitasi, memberikan motivasi ataupun dukungan. Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, pengahargaan, emosional. (Madalise, dkk 2015). Peran perawat jiwa dalam hal ini meliputi pemberian asuhan keperawatan berupa penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri baik kepada pasien langsung maupun kepada keluarga. Strategi pelaksanaan ini mencakup cara melatih pasien perawatan kebersihan diri, melatih pasien dandan dan berhias, melatih pasien makan dan minum dengan benar dan mengajarkan pasien cara buang air besar dan buang air kecil yang benar. Sedangkan pada keluarga mencakup melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil (Keliat,dkk, 2013). Hasil penulisan yang dilakukan oleh Sasmita, dkk (2012) di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang mempunyai 8 ruangan, 1 ruang IGD / PICU, 1 ruangan NAPZA dan 6 ruangan dengan pengembangan model praktek keperawatan professional (MPKP). Setiap ruang memiliki pasien yang mengalami masalah defisit perawatan diri. Perkiraan 60% dari seluruh pasien gangguan jiwa yang dirawat di RSJ. HB Sa’anin Padang mengalami defisit perawatan diri. Hasil dari penulisan yang dilakukan oleh Pinedendi, dkk (2016) di Rs Jiwa. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado hasil observasi tingkat kemandirian tentang personal hygiene pada klien ditemukan sebagian



19



besar berada pada tingkat ketergantungan sedang (66.7%), ketergantungan berat (25.9%) dan ketergantungan ringan (7.4%). Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014, jumlah pasien gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) yang terdapat di seluruh wilayah kerja puskesmas se kota Padang yaitu 6.482 orang dengan jumlah kunjungan sebanyak 29.810 kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014). Pada tahun 2015 jumlah pasien gangguan jiwa (psikotik/skizofrenia) yang terdapat di seluruh wilayah kerja puskesmas se Kota Padang yaitu 7.059 orang. Dari paparan data tersebut dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian gangguan jiwa dari tahun 2014 ke tahun 2015 di kota padang yaitu sebanyak 239 orang dalam rentang 1 tahun (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Prevalensi gangguan jiwa berat atau psikotik/skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang berdasarkan data Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 yaitu sebanyak 586 jiwa. Pada tahun 2015 didapatkan jumlah pasien gangguan jiwa berat (psikotik/skizofrenia) di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang sebanyak 569 jiwa, yang terdiri dari pasien baru sebanyak 65 orang diantaranya terdiri dari laki-laki 43 orang dan perempuan 22 orang, sedangkan pasien lama terdapat 504 orang, yang terdiri dari 354 orang pasien laki-laki dan 150 orang pasien perempuan (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 didapatkan data bahwa Puskesmas Nanggalo berada diurutan kedua dari 22 Puskesmas di Kota Padang dengan jumlah pasien gangguan jiwa terbanyak yaitu sebanyak 569 orang (Dinas Kota Padang, 2015). Menurut Laporan pencatatan pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang pada tahun 2016 jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo berdasarkan wilayah kerja sebanyak 525 orang, diantaranya terdiri dari 251 orang di Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di Kelurahan Kurao Pagang, 9 orang di Kelurahan Gurun Laweh,



20



dan 78 orang di luar wilayah kerja Puskesmas Nanggalo. Data dari Laporan Pencatatan Puskesmas Nanggalo tahun 2016 menunjukan jumlah pasien gangguan jiwa berat atau skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo sebanyak 107 orang, diantaranya terdiri dari 63 orang di Kelurahan Surau Gadang, 32 orang di Kelurahan Kurao Pagang, 5 orang di Kelurahan Gurun Laweh, dan sebanyak 7 orang dari luar wilayah kerja puskesmas Nanggalo (Puskesmas Nanggalo, 2016). Berdasarkan pengalaman praktek keperawatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang pada tahun 2016, pada umumnya pasien yang mengalami gangguan jiwa juga bermasalah dalam hal kebersihan atau perawatan diri. Keadaan ini di tandai dengan badan klien kotor, berbau, pakaian tidak diganti-ganti dan acak-acakkan. Baju kotor, mulut klien kotor dan berbau, rambut berantakan, rambut tidak disisir, kuku klien panjang, makan sering berceceran, dan terkadang klien suka buang air sembarangan tempat. Survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017 dengan cara wawancara dengan dua orang pasien di rumah pasien masing-masing di Kelurahan Surau Gadang menyatakan bahwa, pasien mengatakan malas mandi, malas merawat diri, dan malas mengganti pakaiannya. Penampilan pasien terlihat rambut acak-acakan, badan klien berbau, baju dan badan kotor, serta makan berceceran. Gejala tersebut menunjukkan terganggunya kebersihan diri dan



perawatan diri pasien. Sedangkan menurut paparan



keluarga saat diwawancarai dirumah klien masing-masing, keluarga sudah berusaha membujuk klien untuk mandi dan merawat diri tetapi klien tetap tidak mau. Keluarga juga mengatakan sudah membawa klien berobat ke puskesmas maupun ke Rumah Sakit Jiwa, tetapi perawatan atau pengobatan klien tidak secara rutin dilakukan sehingga penyakit klien kambuh lagi dan klien tidak mau merawat diri lagi.



21



Saat wawancara dengan keluarga klien, keluarga menyatakan sulit dalam merawat pasien. Tingkah dan perilaku klien yang terkadang melawan dan tidak mau merawat diri membuat keluarga terkesan kurang peduli terhadap perawatan diri klien. Hal ini juga dikarenakan ketidaktahuan keluarga dalam memberikan perawatan pasien dirumah. Keluarga menyatakan tenaga kesehatan dari Puskesmas sudah menjelaskan dan sudah mengajarkan cara perawatan diri pada pasien dengan defisit perawatan diri, dan juga mahasiswa yang praktek keperawatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo khususnya Kelurahan Surau Gadang juga sudah mengajarkan serta mengaplikasikan cara perawatan diri pada pasien, tetapi keluarga belum juga menerapkan cara perawatan yang sudah diajarkan dengan alasan sibuk dengan pekerjaan, sehingga klien sendiri dalam kesehariannya kurang peduli dalam perawatan dirinya. Hal ini mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dirumah. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulisan yang penulis angkat tentang



Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit



Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang ?” C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. 2. Tujuan Khusus



22



a. Mampu mendeskripsikan pengkajian jiwa pada klien gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo, Kota Padang. b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. e.



Mampu mendeskripsikan evaluasi hasil tindakan keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.



f. Mampu mendeskripsikan dokumentasi asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.



D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Penulisan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata serta mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri.



2. Bagi Puskesmas Nanggalo Kota Padang Melalui pimpinan Puskesmas Nanggalo diharapkan penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap pemegang program khusus gangguan jiwa dalam meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang, wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.



23



3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai referensi sehingga dapat meningkatkan keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya masalah klien defisit perawatan diri.



24



BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN



A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Pengertian Defisit Perawatan Diri Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry dalam Direja, 2011). Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi



kebutuhannya



guna



mempertahankan



kehidupannya,



kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Direja, 2011). Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi (Yusuf, 2015). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri



25



seperti mandi, berpakaian, makan, BAK/BAB (Fitria dalam Madalise, dkk 2015). Masalah defisit perawatan diri terjadi apabila seseorang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergabung pada orang lain (anggota keluarga yang lain). Defisit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (total aktivitas keseluruhan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan universal, perkembangan dan deviasi kesehatan) melampaui kemampuan self-care (kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri). Hai ini terjadi karena klien menderita gejala yang disebabkan oleh penyakit skizofrenia tersebut yaitu gangguan pada kognitif, afektif, dan perilaku (Orem dalam Susanti, 2010).



Gambaran skema masalah defisit perawatan diri pada pasien skizofrenia diuraikan sebagai berikut gangguan pada fungsi kognitif meliputi ketidakmampuan klien dalam berfikir sehingga tidak merespon dengan baik terhadap perawatan diri. Klien tersebut hanya berkonsentrasi pada pikirannya sendiri dan memberikan perhatian yang minimal dalam hal makan, kebersihan, dan penampilan. Gejala berikutnya adalah gangguan afek, munculnya afek datar atau afek yang tidak sesuai karena klien selalu disibukkan oleh pikiran dan fantasinya sendiri. Sama halnya dengan gangguan kognitif, klien dengan gangguan afek umumnya menunjukkan perasaan yang tidak sesuai. Kondisi ini menyebabkan munculnya anggapan bahwa individu tersebut tidak peduli terhadap dirinya sendiri, termasuk dalam perawatan diri. Selanjutnya masalah defisit perawatan diri juga dipengaruhi oleh perilaku individu yang tidak memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Teori self care (perawatan diri) memiliki penjelasan tentang konsep perawatan diri untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri dan membantu memandirikan pasien dalam merawat diri. Untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri perawat dapat menggunakan beberapa prinsip yaitu diantaranya pengembangan



26



kemandirian pasien, menggunakan komunikasi terapeutik, dan kolaborasi (Susanti, 2016). Kemampuan perawatan diri (menurun) Gangguan fungsi kognitif dan perilaku



Tuntutan Perawatan Diri. Makan, kebersihan, berpakaian, dandan, tidur, interaksi sosial, keamanan



Defisit Perawatan Diri



Self Care Agent Kemampuan individu dalam perawatan diri dipengaruhi umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, sistem pelayanan kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem keluarga, ketersediaan dan keadekuatan sumber.



Nursing Agent Tindakan Keperawatan Rehabilitasi : a. Meningkatkan kemandirian b. Komunikasi terapeutik c. kolaborasi



(Gambar 2.1 Skema Masalah Defisit Perawatan Diri Berdasarkan teori Orem) (Sumber : Orem dalam Susanti, 2016)



2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri Klasifikasi Defisit Perawatan Diri menurut (Direja,2011) terdiri dari : 1) Kurang Perawatan Diri : Mandi Kurang perawatan diri : mandi adalah gangguan kemampuan unutk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. Kurang Perawatan Diri. 2) Kurang Perawatan Diri : Mengenai pakaian/berhias Kurang perawatan diri mengenakan pakaian adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.



27



3) Kurang Perawatan Diri : Makan Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4) Kurang Perawatan Diri : Toileting Kurang perawatan diri : Toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.



3. Penyebab Defisit Perawatan Diri Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri dalam (Pusdiklatnakes, 2012), meliputi : a. Faktor predisposisi a) Biologis Penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. b) Herediter c) Psikologis Faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Kemampuan realitas menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d) Sosial Kurang



dukungan



dan



situasi



lingkungan



mempengaruhi



kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,



28



lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Pusdiklatnakes, 2012). Menurut (Demawan, 2013) penyebab kurang perawatan diri adalah: a.



Faktor Predisposisi a) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.



Situasi



lingkungan



mempengaruhi



latihan



kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Dermawan, 2013). Beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri (Dermawan, 2013). Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain: a. Body image yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.



29



b. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,vsikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.



30



4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Penyebab



Faktor predisposisi Biologi



faktor presipitasi



herediter



psikologis



sosial



Penyakit fisik



keluarga terlalu melindung



Kurang dukungan



dan mental



dan memanjakan klien



Gangguan fungsi otak



Gangguan pola pikir



Tidak mampu merespon dengan baik



Tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri



Inisiatif kurang, kemampuan realitas menurun



Ketidakpedulian terhadap diri, dan perawatan diri



1. Penurunan motivasi 2. Kerusakan kognitif atau persepsi 3. Cemas 4. Lemah



Menarik diri dan tidak mau bersosialisasi



Tidak mampu merawat diri Tidak peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan



Tidak mampu membersihkan diri, tidak merapikan pakaian, tidak berhias, makan berceceran, BAB/BAK sembarang tempat



Defisit Perawatan Diri (Gambar 2.2 proses terjadinya defisit perawatan diri)



31



5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan klien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi. a. Data Subjektif Pasien mengatakan tentang : a) Malas mandi b) Tidak mau menyisir rambut c) Tidak mau menggosok gigi d) Tidak mau berhias/ berdandan e) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi/ alat kebersihan diri f) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum g) BAB dan BAK sembarangan tempat h) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK i) Tidak mengetahui cara perawatan diriyang benar. b. Data Objektif a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar. b) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mau berdandan, tidak mampu memilih, mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, tidak mampu memakai resleting, tidak mampu memakai barabg-barang yang perlu dipakai dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian. c) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makan ke alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan makanan).



32



d) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihkan toilet, menyiram toilet (Pusdiklatnakes, 2012). Menurut Dermawan, (2013) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1) Fisik a) Badan bau, pakaian kotor b) Rambut dan kulit kotor c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi. 2) Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif b) Menarik diri, isolasi sosial c) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3) Sosial a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma d) Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.



6. Dampak dari Masalah Perawatan Diri/Personal Hygiene a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, dan gangguan fisik pada kuku.



33



b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Dermawan, 2013).



B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa : Defisit Perawatan diri Proses keperawatan merupakan wahana/sarana kerja sama dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar daripada klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat di capai ( Keliat dalam Direja, 2011). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal (Direja, 2011).



1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart & Larai dalam Direja, 2011). Adapun isi pengkajian meliputi, identitas klien, keluhan utama / alasan masuk, faktor predispossisi, aspek fisik / biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan danaspek medik. Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data objektif dan data subjektif (Direja, 2011).



34



1. Identitas pasien Identitas pasien didapatkan dengan cara perawat berkenalan dengan pasien dengan menyebutkan nama dan nama panggilan yang disukai perawat, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien. Klien melakukan kontrak mengenai tujuan ,waktu dan tempat, dan topik yang akan dibicarakan. 2. Keluhan saat dikaji Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri akan mengeluhkan malas mandi, malas merawat diri, tidak mau menggosok gigi, tidak mau berdandan, tidak mau menyisir rambut, malas mengganti pakaian, tidak mau menggunakan alat makan untuk makan, makan berceceran, buang air besar dan buang air kecil sembarangan tempat, serta tidak mau membersihkan diri dan tempat setelah buang air besar dan buang air kecil. 3. Faktor Predisposisi 1) Faktor biologis Pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya didapatkan adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan juga adanya faktor herediter. 2) Faktor psikologis Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan



memanjakan



pasien



sehingga



perkembangan



inisiatif



terganggu, dan kemampuan realistis menurun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realistis yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.



35



3) Faktor sosial Pasien yang mengalami defisit perawatan diri dapat ditemukan adanya kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri. 4. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. 5. Aspek Fisik/Biologis Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan hasil tekanan darah naik atau menurun, nadi bisa cepat atau lambat, pernapasan cepat atau lambat, suhu tubuh tinggi atau rendah. Biasanya klien saat interaksi lebih sering menundukkan kepala, tidak ada kontak mata, penampilan yang kurang bersih, dan kondisi acakacakan. 6. Aspek Psikososial 1) Genogram Genogram menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien. 2) Konsep Diri a) Citra Tubuh Biasanya klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan klien merasa senang dengan kondisi dirinya yang ia miliki dan membuat klien merasa nyaman.



b) Identitas Diri



36



Biasanya klien dengan defisit perawatan diri saat ditanya tentang kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien c)



menjawab tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya. Ideal Diri Biasanya klien dengan defisit perawatan diri kurang mampu melakukan perannya baik dikeluarga maupun di lingkungan



masyarakat. d) Harga Diri Biasanya akan beranggapan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah, serta dengan penampilan yang menurutnya benar. 7. Hubungan Sosial Biasanya klien dengan defisit perawatan diri dekat dengan keluarganya dan akan membatasi diri dengan orang-orang di kelompok dan di lingkungan masyarakat. Klien akan merasa tidak aman berada didekat orang lain serta lebih suka sendiri dan menarik diri dari sehingga masyarakat menjauhi klien dan dianggap memiliki penyakit kejiwaan. 8. Status Mental a. Penampilan Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri berpenampilan tidak rapi, rambut tidak bersih, terlihat kusut dan berketombe, kuku panjang dan kotor, badan berbau dan pakaian klien jarang diganti. b. Pembicaraan Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam. 9. Kebiasaan Sehari-hari a. Mandi Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri tidak mau mandi, tidak ada inisiatif untuk mandi, tidak membersihkan rambut dan tidak menggosok gigi b. Berpakaian/ Berhias



37



Biasanya klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien tidak mampu menyisir rambut dan berdandan secara mandiri c. Makan Biasanya klien makan tidak teratur. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Biasanya makan berceceran, tidak mencuci tangan sebelum makan dan juga tidak mencuci tangan sesudah makan. d. BAB/BAK Biasanya klieb BAB/BAK disembarang tempat, dan tidak membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK.



10. Mekanisme Koping Menurut Dermawan (2013) mekanisme koping pada pasien dengan pasien defisit perawatan diri adalah sebagai berikut: 1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,



seperti



pada



perilaku



perkembangan



anak



atau



berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas 2) Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015) 3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan 4)



Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau



38



diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat. (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015). Pengkajian pada pasien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga pasien. Hal yang dapat ditanyakan saat melakukan wawancara dengan pasien maupun dengan keluarga meliputi, bagaimana kebersihan diri pasien, Bagaimana kebersihan diri pasien, apakah pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, menggunting kuku, bagaimana penampilan pasien, apakah pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki), apakah pakaian pasien rapi dan sesuai. Biasanya data subjektif yang diperolah dari klien defisit perawatan diri yaitu pasien mengatakan tentang : 1) Malas mandi 2) Tidak mau menyisir rambut 3) Tidak mau menggosok gigi 4) Tidak mau memotong kuku 5) Tidak mau berhias/berdandan 6) Tidak bisa/tidak mau alat mandi/kebersihan diri 7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum 8) BAB dan BAK disembarang tempat 9) Tidak membersihkan diri dari tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK Data objektif : 1) Bau badan, kotor, berdakirambut kotor,gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar 2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian tidak rapi, tidak mampu berdandan, tidak mampu memilih, mengambil dan memakai pakaian, tidak mampu memakai sendal/sepatu, tidak mampu memakai rosleting, tidak mapu memakai barang-barang yang



39



diperlukan dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang yang perlu dilepas dalam berpakaian. 3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelas makanan secara aman, menyelesaikan makan). 4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK tidak mampu menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet (Pusdiklatnakes, 2012).



2. Pohon Masalah Resiko tinggi isolasi sosial



Effect



Defisit Perawatan Diri



Core problem



Harga Diri Rendah



Cause



(Gambar 2.3 pohon masalah defisit perawatan diri) (Sumber : Direja, 2011) 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia dalam Direja, 2011). Rumusan diagnosis adalah Problem/masalah (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis ini juga bisa permasalahan (P), penyebab (E) dan



40



simtom/gejala sebagai data penunjang. Jika diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosis baru sampai tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas (Kusumawati dan Hartono, 2009). Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakan adalah Defist perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK (Pusdiklatnakes, 2012). Berdasarkan



pohon



masalah



di



atas



maka



rumusan



diagnosis



keperawatannya sebagai berikut: a. Defisit perawatan diri b. Harga diri rendah c. Isolasi sosial



4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga. Saat melakukan pemberian pelayanan di puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga peneliti mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Selain itu peneliti menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami klien. Setelah peneliti selesai melatih pasien, maka peneliti kembali menemui keluarga dan melatih keluarga untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah di ajarkan peneliti. Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,



41



minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit perawatan diri. Tindakan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri dan isolasi sosial adalah sebagai berikut : a. Defisit Perawatan Diri 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien a) Tujuan 1) Membina hubungan saling percaya 2) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 3) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. 4) Pasien mampu melakukan makan dengan baik. 5) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. b) Tindakan keperawatan a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat melakukan tahapan tindakan berikut : 1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. 2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. 3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri. 4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. b. Melatih pasien berdandan/berhias. Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. a) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi: 1) Berpakaian 2) menyisir rambut 3) bercukur b) Untuk pasien perempuan melipuuti 1) Berpakaian



42



2) menyisir rambut 3) berhias c) Melatih pasien makan secara mandiri. Untuk melatih makan pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut. 1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan. 2) Menjelaskan cara makan yang tertib. 3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan. 4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik. d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri. Melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut : 1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai. 2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK. 3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.



2.



Tindakan Keperawatan pada Keluarga a)



Tujuan Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.



b) Tindakan keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.



43



Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut : 1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. 2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma. 3) Menjelaskan ke keluarga pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri pada pasien dan mengambil keputusan dalam merawat pasien 4) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. 5) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdandan dan berhias, makan dan minum serta BAB dan BAK yang benar pada pasien. 6) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien 7) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati). 8) Anjurkan



keluarga



untuk



memberikan



pujian



atas



keberhasilan pasien dalam merawat diri. 9) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan 10) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. Strategi Pelaksanaan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri : 1. SP 1 Keluarga 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien



44



2) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami oleh pasien 3) Menjelaskan



cara-cara



merawat



pasien



dengan



defisit



perawatan diri. 2. SP 2 Keluarga 1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri 2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan defisit perawatan diri. 3. SP 3 Keluarga 1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat 2) Menjelaskan follow up pasien ke pelayanan kesehatan secara teratur



b. Harga Diri Rendah 1. Tindakan keperawatan pada pasien a) Strategi pelaksanaan 1 pada pasien 1) Mengidentifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi. 2) Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan). 3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan). 4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.



45



5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. 6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya). 7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. b) Strategi pelaksanaan 2 pasien: Latihan kegiatan kedua. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah. 2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama. 4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih. 5) Melatih pasien untuk kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-masing dua kali per hari. c) Strategi Pelaksanaan 3 pasien: Latihan kegiatan ketiga. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah. 2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua. 4) Membantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. 5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua kali per hari. d) Strategi Pelaksanaan 4 pasien: Latihan kegiatan keempat. 1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.



46



2) Mengevaluasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian. 3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua, ketiga. 4) Membantu pasien memilih memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. 5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara melakukannya). 6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: emapt kegiatan, masing-masing dua kali per hari. 2.



Strategi tindakan pelaksanaan pada keluarga a)



Strategi pelaksanaan 1 keluarga: Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis (melatih kegiatan pertama). 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien dengan harga diri rendah kronis. 2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadi dan akibat harga diri rendah kronis. 3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis. 4) Memberikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki pasien. 5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien. 6) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu



pasien



melakukan kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.



b) Strategi pelaksanaan 2 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan kedua.



47



1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengientifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam memimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian. 4) Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien. 5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan beri pujian. c)



Strategi pelaksanaan 3 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan ketiga. 1) Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam megidentifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian. 4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih. 5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.



d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga: Latihan cara merawat/ membimbing pasien melakukan kegiatan keempat. 1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengientifikasi tanda dan gejala harga diri rendah kronis. 2) kemampuan



keluarga



dalam



memimbing



pasien



melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dan berikan pujian.



48



4) Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien. 5) Menganjurkan keluarga untuk follow up ke Puskesmas. 6) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan beri pujian.



c. Isolasi Sosial 3. Tindakan keperawatan untuk pasien a) Tujuan : 1) Mampu menyadari isolasi sosial yang dialaminya 2) Mampu berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya 3) Mampu erkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial. b) Tindakan Keperawatan : Membina hubungan saling percaya dengan cara: 1) Ucapkan salam setiap berinteraksi dengan pasien 2) Kenalan dengan pasien, perkenalkan nama dan panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai 3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini 4) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana 5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untk kepentingan terapi 6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 1 :



49



1) Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat dan apa sebabnya 2) Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap 3) Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap 4) Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga 5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan. Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 : 1) Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian 2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( latih 2 kegiatan) 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 : 1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat melakukan dua kegiatan harian. Beri pujian 2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan baru) 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.



Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :



50



1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian 2) Latih cara bicara sosial: belanja ke warung, meminta sesuatu, menjawab pertanyaan 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan lebih 5 orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi 4.



Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Isolasi Sosial 1) Tujuan : a) Mengenal masalah isolasi sosial b) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi sosial c) Merawat pasien isolasi sosial dengan menganjarkan dan mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial d) Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar e) Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan kesehatan 2) Tindakan Keperawatan : a) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 : 1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial 3) Jelaskan cara merawat isolasi sosial 4) Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian 51



b) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian 2) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama) 3) Latih cara mebimbing pasien berbicara dan memberi pujian c) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien melakukan kegiatan harian dan rumah tangga. beri pujian 2) Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti belanja, meminta sesuatu dan lain-lain 3) Latih keluarga mengajak pasien belanja d) Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 : 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/ rumah tangga, berbelanja. Beri pujian 2) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 3) Anjurkan



membantu



pasien



sesuai



jadwal



dan



memberikan pujian.



5. Evaluasi Keperawatan



52



a. Evaluasi kemampuan pasien defisit perawatan diri berhasil apabila pasien dapat : 1) Mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan bersih 2) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih 3) Membereskan pakaian kotor 4) Berdandan dengan benar 5) Mempersiapkan makanan 6) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 7) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar 8) BAK dan BAB pada tempatnya 9) BAK dan BAB dengan bersih b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat : 1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri) 2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien 3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri, berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK. 4) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.



BAB III METODOLOGI PENULISAN



A. Desain Penulisan



53



Desain penulisan yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus, dimana



penulisan



menggambarkan



yang



suatu



dilakukan



fenomena



untuk



yang



mendeskripsikan



terjadi



dalam



atau



masyarakat



(Notoatmodjo, 2012). Penulisan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan jiwa pada partisipan yang mengalami defisit perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan penulis tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena itu bisa terjadi (Nursalam, 2013).



B. Tempat dan Waktu Penulisan Penulisan dilakukan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo, Kota Padang. Waktu penulisan studi kasus di mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017, sedangkan waktu untuk menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan selama 10 dengan 10 kali kunjungan yang dimulai dari tanggal 22 Mei samapi 30 Mei 2017.



C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penulisan ini adalah semua pasien skizofrenia yang telah berobat ke wilayah kerja Puskesmas Nanggalo di kelurahan Surau Gadang pada tahun 2016 yaitu sebanyak 63 orang, dan pasien skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri sebanyak 5 orang.



2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau sebanyak 5 orang pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri yang dapat dipergunakan sebagai subjek penulisan melalui sampling. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang



54



benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penulisan (Nursalam, 2013). Sampel penulisan ini adalah dua pasien dengan defisit perawatan diri yang telah berobat ke Puskesmas Nanggalo Padang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengumpulkan data seluruh pasien dengan defisit perawatan diri di Kelurahan Surau Gadang dari data Puskesmas Nanggalo Padang, kemudian penulis menelusuri alamat lengkap pasien dan melakukan screening terhadap beberapa orang pasien yang berada di Kelurahan Surau Gadang tersebut dengan menggunakan lembar observasi defisit perawatan diri yang telah disiapkan. Dari sejumlah pasien tersebut didapatkan sampel yang mengalami defisit perawatan diri dan sesuai dengan kriteria sampel. Jika didapatkan lebih dari dua orang pasien maka dilakukan dengan cara simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien. Adapun kriteria sampel adalah: a. Kriteria inklusi 1) Partisipan bersedia menjadi responden 2) Partisipan gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri 3) Partisipan gangguan jiwa yang sudah kooperatif dan sudah bisa berkomunikasi verbal dengan cukup baik 4) Berada pada Keluarga Mandiri tingkat I 5) Keluarga partisipan bersedia partisipan menjadi responden dan mau berpartisipasi dalam penulisan. b. Kriteria eksklusi 1) Keluarga partisipan tidak bersedia partisipan menjadi responden 2) Partisipan gangguan jiwa yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu.



55



D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penulisan ini adalah format pengkajian keperawatan, implementasi



diagnosa



keperawatan,



keperawatan,



evaluasi



perencananaan keperawatan,



keperawatan,



lembar



observasi



pengkajian defisit perawatan diri dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer, alat ukur berat badan dan tinggi badan Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi. 1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : Identitas partisipan, keluhan utama, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan sehari-hari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik, analisa data, daftar masalah, pohon masalah, diagnosa keperawatan. 2. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : Diagnosa keperawatan, tanggal munculnya masalah, tanggal teratasi masalah dan tanda tangan. 3. Format intervensi keperawatan terdiri dari : Diagnosa keperawatan, rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi. 4. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari : Hari, tanggal, jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. 5. Lembar Observasi atau daftar tilik pengkajian defisit perawatan diri terdiri dari : petunjuk penilaian, tanda-tanda defisit perawatan diri dilihat dari kebersihan diri, berdandan, makan/minum, dan buang air besar dan buang air kecil. E. Jenis dan Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu 2 orang partisipan dengan menggunakan format



56



pengkajian asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik terhadap responden. Data primer diperoleh masing-masing dijelaskan sebagai berikut : 1) Hasil wawancara berupa : identitas partisipan, keluhan saat dikaji, faktor predisposisi, keluhan fisik, psikososial, kebutuhan seharhari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medis dan pengkajian defisit perawatan diri partisipan 2) Hasil observasi berupa : status mental, tanda-tanda defisit perawatan



diri



dilihat



dari



kebersihan



diri,



berdandan,



makan/minum dan buang air besar dan buang air kecil 3) Hasil pemeriksaan fisik berupa : tekanan darah, frekuensi nadi,



frekuensi pernapasan, suhu, tinggi badan dan berat badan . b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Medical Record Puskesmas Nanggalo kota Padang berjumlah 117 pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang, data yang didapat berupa nama, alamat, dan diagnosa medis partisipan.



2. Cara Pengumpulan Data Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara : 1. Wawancara (hasil anamnesa tentang identitas pasien, keluhan saat dikaji, riwayat gangguan jiwa dimasa lalu,). Sumber data dari pasien, keluarga, perawat lainnya) 2. Observasi dan Pemeriksaan fisk yang ditandai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital partisipan.



F. Prosedur Penulisan



57



a. Penulis meminta izin penulisan dari institusi asal penulis yaitu Poltekkes Kemenkes Padang. b. Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan surat izin penulisan dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang. c. Meminta surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota Padang d. Meminta izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang e. Penulis meminta data jumlah pasien skizofrenia pada tahun 2016 dan 2017. f. Penulis meminta jumlah pasien dengan diagnosa medis skizofrenia dan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri pada ketiga Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. g. Penulis menghitung dan mengambil jumlah terbanyak pasien dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 63 pasien dan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri sebanyak 5 pasien di kelurahan Surau Gadang. Pasien defisit perawatan diri terdistribusi di Jl. Padang sebanyak 1 pasien, Jl. Sijunjung 1 pasien, Jl. Solok 1 pasien, Jl. Jamal Jamil sebanyak 1 pasien dan Jl. Pondok Kopi 1 pasien. h. Penulis memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta responden yang beralamat berdekatan yaitu terdistribusi di Jl. Sijunjung dan Jl. Solok. Kemudian penulis melakukan skrining. Selain itu responden dipilih berdasarkan responden yang merupakan Keluarga Mandiri I. i. Mendatangi



responden



dan



keluarga



penanggung



jawab,



lalu



menjelaskan tentang tujuan penulisan j. Informed Consent diberikan kepada responden diketahui oleh keluarga penanggung jawab responden k. Responden dan keluarga penanggung jawab diberikan kesempatan untuk bertanya l. Responden menandatangani Informed Consent, penulis meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian penulis pamit.



58



Sedangkan langkah-langkah dalam proses asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah : a. Penulis



melakukan



pengkajian



pada



responden



dengan



menggunakan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. b. Penulis merumuskan diagnosa keperawatan pada responden c. Penulis



membuat



perencanaan



tindakan



keperawatan



pada



responden d. Penulis melakukan implementasi keperawatan pada responden e. Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan pada responden f. Penulis mendokumentasikan asuhan keperawatan pada responden



G. Analisa Data Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan penulis meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori. Analisis data dilakukan sejak penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penulisan yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penulisan. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan



data



untuk



selanjutnya



diinterpretasikan



oleh



penulis



dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Nursallam, 2013).



59



BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS



A. Deskripsi Kasus Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada partisipan dengan defisit perawatan diri yang telah dilaksanakan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. 60



Pelaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 22 Mei sampai 30 Mei 2017. Gambaran asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, sampai melakukan evaluasi keperawatan. Kasus yang dikelolah penulis berjumlah 2 orang partisipan, partisipan pertama berinisial Ny. A seorang janda berumur 58 tahun berjenis kelamin perempuan. Partisipan 1 merupakan kakak dari 2 bersaudara, beragama islam, pendidikan sekolah sampai tingkat SMA sederajat, dan



tinggal di Jl.



Sijunjung V No. 363 kelurahan Surau Gadang Siteba Padang, bekerja sebagai ibu rumah tangga. Partisipan kedua berinisial Tn. M berusia 46 tahun berjenis kelamin laki-laki, partisipan 2 merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, beragama islam, pendidikan terakhir sampai SMA sederajat, bertempat tinggal di Jl. Padang No. 240 Kelurahan Surau Gadang Siteba Padang. Partisipan 2 keseharian cuma dirumah tidak bekerja. Secara rinci deskripsi kasus didapatkan data sebagai berikut :



(Tabel 4.1 : Deskripsi kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2) Asuhan Keperawatan Pengkajian : Keluhan utama



Partisipan 1



Partisipan 2



Hasil pengkajian tampak wajah



Hasil



pengkajian



partisipan kusam, rambut kusam,



tampak kusam, badan berbau,



badan berkeringat dan lengket,



kuku panjang dan kotor, gigi



badan berbau, kuku tangan dan kaki



kotor



panjang dan kotor, gigi kotor, dan



partisipan tidak memakai sendal



penampilan tidak rapi. Keluarga



jika keluar rumah. Keluarga



mengatakan partisipan tidak mandi



mengatakan



sejak lebih kurang 2 minggu dan



mandi sudah 4 hari dan pakaian



baju partisipan juga tidak pernah



partisipan tidak diganti-ganti.



dan



partisipan



mulut



partisipan



berbau,



tidak



61



diganti-ganti.



Partisipan



tidak Keluarga



juga



pernah berbedak, menyisir rambut



partisipan



dan memakai lipstik. Partisipan



kumis



mengatakan



jarang dan



mencukir



jenggot,



dan



juga tidak mampu menyiapkan partisipan makan cuma sekali makanan sendiri.



sehari, partisipan mampu makan secara mandiri. didapatkan



Hasil



mengalami



mengalami gangguan jiwa sejak



gangguan jiwa di masa lalu sejak



berusia 19 tahun sudah pernah



berusia 17 tahun dan sudah 3 kali di



dirawat di rumah sakit jiwa



rawat di RSJ HB Saanin Padang.



sebanyak 4 kali dengan rata-rata



Keluarga sudah pernah membawa



lama hari rawat ± 1 bulan.



partisipan berobat ke dukun atau



Partisipan



orang pintar tetapi pengobatan tidak



sebelumnya



berhasil



tidak



terapi pengobatan di puskesmas



sembuh, kemudian partisipan juga



dan rumah sakit jiwa. Partisipan



sudah



pernah



dipukuli



keluarga ke rumah sakit jiwa Prof



masyarakat



karena



HB Saanin Padang sebanyak 3 kali.



keributan



di



Keluarga



masyarakat sekitar.



Faktor



Hasil



pengkajian



predisposisi



partisipan



sudah



dan



partisipan



di bawa berobat oleh



mengatakan



partisipan



penulisan



partisipan



mengatakan sudah menjalani



oleh membuat



lingkungan



pernah mengalami aniaya seksual dan menjadi korban kekerasan oleh suaminnya waktu partisipan baru menikah dengan suami. Pemeriksaan fisik



Hasil pemeriksaan fisik partisipan



hasil pemeriksaan fisik pada



dalam batas normal yang ditandai



Partisipan dalam batas normal,



dengan data sebagai berikut, TD :



yang ditandai dengan hasil TD :



120/80 mmHg, N : 78x / menit, S :



110/80 mmHg, N : 82x / menit,



36.5 °C, P : 20x/menit, BB : 53 Kg,



S : 36.6 °C, P : 22x / menit, TB :



dan TB : 152 Cm, dan partisipan



165 Cm, BB : 50 Kg, partisipan



tidak



mengeluhkan



apapun.



ada



mengeluhkan



sakit



sering



pada



saat



ini



batuk-batuk



karena



partisipan



perokok



aktif,



keseharian



merokok



lebih



62



kurang



1



bungkus,



dan



partisipan kurang minum air putih.



Psikososial



Hasil



pengkajian



konsep



diri Hasil pengkajian konsep diri



didapatkan saat ini partisipan tidak



didapatkan



peduli dan acuh tak acuh terhadap



beranggapan sebagai seorang



kondisi



kakak



keluarganya,



partisipan



partisipan



tertua



yang



tinggal



juga merasa nyaman dan menyukai



serumah, semua keputusan harus



kondisi tubunya yang saat ini.



partisipan yang memutuskan,



Pada



pengkajian



keluarga



partisipan



citra



tubuh



mengatakan



dan semua adik-adiknya harus menuruti semua kehendaknya.



partisipan menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan partisipan merasa senang dengan bentuk tubuh yang ia miliki dan membuat



partisipan



merasa



nyaman.



Citra Tubuh klien mengatakan anggota tubuhnya lengkap dan tidak



mengalami



kecacatan,



klien bersyukur telah diberikan anggota tubuh yang lengkap oleh Yang Maha Kuasa.



Pengkajian Identitas Diri Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien adalah seorang ibu rumah tangga dan pengangguran, klien sekolah sampai tingkat SMA sederajat, klien



saat



ditanya



tentang



kepuasaan



yang



dijalani



dilingkungan



masyarakat



menjawab



tidak



klien



Identitas Diri klien mengatakan bahwa



klien



adalah



anak



pertama dari 4 bersaudara dan sebagai laki-laki klien ingin mempunyai



pasangan



hidup



(isteri) yang baik dan solehah



mengetahui



kepuasaan yang dialaminnya.



Peran Diri klien mengatakan didalam keluarga adalah seorang



Pengkajian peran klien merupakan seorang janda dan seorang kakak



anak dan saat ini berumur 45 tahun



dan



belum



menikah.



63



dari 2 bersaudara dan saat ini klien Seharusnya dari segi umur klien tidak peduli dan acuh tak acuh tentang



menikah



kondisi mempunyai



bagaimana



dan



sudah



pekerjaan



yang



Klien hanya ingat tetap. Namun pada umur 45



keluarganya.



dengan keluarganya ketika klien ditinggal



sudah



tahun klien belum mempunyai



sendirian pekerjaan yang tetap dan belum



cukuplama



dirumah oleh keluarganya.



berkeluarga.



Data yang didapat dari pengkajian



Ideal Diri klien mengatakan



harga diri partisipan beranggapan



tidak memiliki keluhan pada



dirnya bukan apa-apa, merasa tidak



bagian anggota tubuhnya, Klien



berguna dan merasa tidak dianggap



mengatakan



orang lain karena partisipan tidak



penyakit yang dihadaapinya.



memiliki



keinginan



melakukan



aktivitas



Partisipan



berharap



pasrah



dengan



untuk apapun.



bisa



cepat



Harga Diri klien mengatakan



sembuh dan kembali kondisi seperti



hubungannya dengan keluarga



semula.



dan



Hasil pengkajian hubungan sosial



masalah,



didapatkan



orang



partisipan



memiliki



masyarakat klien lain



tidak



ada



mengatakan



menganggapnya



orang terdekat yaitu adik partisipan sebagai orang gangguan jiwa. sendiri.



Keluarga



mengatakan



partisipan tidak pernah berinteraksi, berbicara



dengan



tetangga



dan



Data



yang



didapatkan



dari



masyarakat sekitarnya. Partisipan



pengkajian harga diri partisipan



tidak



beranggapan



pernah



bergaul



dengan



tetangga dan orang lain. ditanya



tetangga



yang



didepan



partisipan



partisipan



cuma



Jika lewat



biasanya



dirinya



tidak



berguna bagi keluarga karena hanya



menyusahkan



saja.



Partisipan sebagai laki-laki dari



tidak



segi umur ingin mempunyai



menghiraukan apa yang ditanya



pasangan hidup (isteri) yang



orang lain.



baik dan solehah.



Pengkajian



peran



diam,



serta



dalam



kegiatan kelompok / masyarakat keluarga klien mengatakan klien



Hasil



pengkajian



hubungan



sosial



didapatkan



partisipan



64



membatasi diri dengan orang-orang



mengatakan



di kelompok dan dilingkungan



menganggapnya sebagai orang



masyarakat. Klien merasa tidak



gangguan



jiwa,



sehingga



aman berada didekat orang lain



partisipan



lebih



memilih



serta



dan



menarik diri dari lingkungan,



menarik diri dari lingkungan yang



jarang bergaul dengan orang lain



di



lebih



anggap



sehingga klien



dan



suka



sendiri



aman



bagi



orang



lain



pasein dan lebih banyak beraktivitas di



masyarakat



menjauhi



dalam



dianggap



memiliki



partisipan juga sadar dengan



Terkadang



perilakunya yang menghindar



penyakit kejiwaan. Pengkajian



rumah.



hambatan



dalam



berhubungan dengan orang lain keluarga klien mengatakan klien



dari lingkungan, dan mencoba untuk



bergaul



dengan



lingkungan sekitarnya.



kurang berinteraksi dan bercakapcakap dengan orang lain, klien lebih suka sendiri dibandingkan



Hasil dari pengkajian pada nilai



berhubungan dengan orang lain



spiritual didapatkan partisipan



baik



beragama



dikelompok



maupun



hukumnya



masyarakat. Hasil pengkajian nilai spiritual didapakan



bahwa



keluarga



partisipan mengatakan bahwa ia beragama islam tetapi partisipan tidak melaksankan sholat sesuai perintah agama islam.



Status mental



partisipan



islam



dan



shalat, tidak



wajib tetapi



melakukan



shalat 5 waktu setiap hari sesuai dengan jadwal waktu shalat. Partisipan beranggapan bahwa penyakitnya adalah balasan dari yang maha kuasa.



Dirumah partisipan berpenampilan



Saat



tidak rapi rambut tidak bersih



berpenampilan tidak rapi, kuku



terlihat



berketombe,



partisipan panjang dan kotor,



badan partisipan terasa lengket



gigi hitam dan kekuningan,



karna partisipan jarang mandi, kuku



kumis dan jengot tidak rapi dan



partisipan panjang dan kotor, badan



partisipan tidak mau mandi.



partisipan



Partisipan BAB/BAK di toilet,



kusut



dan



berbau



dan



pakaian



dirumah



partisipan



65



partisipan jarang diganti, tidak mau



mampu BAB/BAK sendiri dan



memakai baju jika tidak dipaksa,



mampu



dan partisipan suka memakai baju



setelah BAB/BAK. Partisipan



berlapis-



Partisipan



makan menggunakan sendok,



terkadang



mampu makan sendiri dan tidak



lapis.



BAB/BAK



di



toilet,



mampu membersihkan diri dan tempat setelah BAB/BAK. Jika makan, partisipan makan sendiri menggunakan tangan kanan, makan partisipan tidak berceceran.



membersihkan



diri



berceceran. Pembicaraan



partisipan



berpindah - pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, berbicara



Pembicaraan



partisipan



nada



pelan



dengan



frekuensi



kooperatif dalam berbicara, dan



saat



ditanya



partisipan



juga



seadanya,



kepada penulis.



lambat, hanya



menjawab



misalnya



partisipan



dengan



ditanya



cepat



dan



keras.



kadang



Partisipan



ada



bertanya



5



dijawab 2. Partisipan tidak pernah bertanya kalau bukan penulis yang



Aktivitas



menanyakan



tampak malas untuk menjaga



motorik



partisipan



kebersihan diri seperti mandi, Aktivitas



motorik



tampak malas



partisipan berdandan dan mengganti baju.



dalam melakukan



aktifitas sehari-hari.



Partisipan lebih suka bermalasmalsan



dan



tidur-tiduran



Pengkajian alam perasaan keluarga daripada membantu ibunya di klien mengatakan bahwa klien tidak warung. merasakan



perasaan



apa-apa



terhadap keluarganya. Dari wajah klien



tampak



mengalami



kalau



keputusasaan



alam perasaan klien Pengkajian yang tampak dari wajah partisipan



sangat besar.



yang terlihat lesu dan sedih. Partisipan



Pengkajian afek kspresi wajah klien ketika berinteraksi datar dan kontak mata klien dengan perawat kurang,



mengatakan



dia



sangat ingin memiliki seorang istri seperti teman seumurannya yang sudah memiliki keluarga.



dan tatapan mata klien kosong.



66



Alam Perasaan klien tampak Interaksi selama wawancara ketika klien berinteraksi dan bercakap – cakap dengan perawat klien tidak kooperatif



dalam



pertanyaan



dan



menjawab



jawaban



klien



putus asa karena keinginannya tidak tercapai dan ia merasa sedih



karena



keluarganya



meninggalkannya



di



rumah



labil,



karena



sakit.



berbelit-belit. Jika sudah diulang beberapa kali baru klien menjawab pertanyaan



perawat



dengan



seadanya.



Afek



klien



emosinya belum dapat terkontrol



Pengkajian



persepsi



mengatakan



tidak



klien dengan baik dan cepat berubah-



ada



melihat ubah.



bayangan – bayangan maupun mendengar suara-suara. Pengkajian proses pikir saat klien berbicara dengan perawat klien bisa menjawab pertanyaan dari perawat,



tetapi



jawaban



klien



berbelit – belit, dan terkadang jawaban klien tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.



mengatakan



bahwa



dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya



seperti



orang



tua



dan



tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa.



Selama



Wawancara



Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif, klien bisa menjawab pertanyaan



yang



diberikan



namun terkadang klien sering mempertahankan



pendapatnya



dan kebenaran dirinya.



Pada pengkajian daya tilik diri partisipan



Interaksi



Persepsi



mengatakan



klien



pernah mendengar bisikan suara yang aneh dan terjadi ketika klien sedang sendiri. Saat dikaji klien mengatakan tidak ada mendengar bisikan suara sejak 2 minggu yang lalu.



Proses pikir klien cukup baik, tetapi



terkadang



dalam



pembicaraan



klien



sering



mengganti



topik



yang



67



ditanyakan.



Ketika



berinterasi



dengan



penulis



partisipan



mampu



menjawab apa yang ditanyakan penulis, dan terkadang jawaban yang



disampaikan



partisipan



berbelit-belit dan tidak sesuai dengan pertanyaan penulis.



Saat



pengkajian



isi



pikir



partisipan mengatakan memiliki keyakinan



yang



terhadap



sesuatu.



Seperti



keyakinan



berlebih



terhadap



agama



berlebihan



yang



sering



diucapkannya secara berulang ulang



dan



menyampaikan



sesuatu



yang



berulang-ulang



tidak sesuai kenyataan.



Pada pengkajian daya tilik diri partisipan



menyadari



bahwa



dirinya memang mudah emosian namun



partisipan



juga



menyalahkan sesuatu yaitu obat yang



menyebabkan



dirinya



seperti sekarang ini.



Kebutuhan



Partisipan makan 3x sehari yaitu



Partisipan mampu makan dan



sehari-hari



pukul 07.00, 13.00 dan 18.00 WIB.



minum secara mandiri dengan



68



Makanan partisipan terdiri dari



frekuensi makan 1 atau 2x



nasi,



sehari (nasi + lauk pauk +



lauk,



sayur



dan



setelah



itu



ia



bisa



disediakan



partisipan



sendiri,



partisipan



merapikan dan membersihkan



menyukai



makanan



tersebut.



alat makan tanpa disuruh oleh



tangan



makan



kanan,



partisipan



adik



sayur),



Makanan



Partisipan



oleh



buah.



menggunakan dan



makan



terkadang



menggunakan



sendok.



orang lain. Partisipan mampu BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan



mampu



untuk



Partisipan mampu BAB/BAK ke



membersihkan



toilet sendiri dan membersihkannya



menggunakannya.



sendiri, terkadang partisipan juga



sulit disuruh mandi, partisipan



tidak membersihkan diri dan tempat



mengatakan tidak mau mandi



setelah BAK. Partisipan tidak mau



2x sehari, karena partisipan



mandi, partisipan mandi di bantu



mengatakan setelah mandi dia



dan



oleh



akan pergi kelayapan keluar.



keluarganya. Partisipan tidak ada



Partisipan tidak bisa berpakaian



inisiatif untuk mandi, partisipan



dan berhias sendiri, partisipan



mandi jika sudah di paksa oleh



tidak



keluarga dan penulis. Partisipan



pakaiannya.



di



ingatkan



terus



tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan. Partisipan



bisa



menghias



pernah



setelah



Partisipan



mengganti



Klie tidak mampu merapikan kumis



tidak



toilet



dan



mandiri



dan



jenggot



secara



tidak



mampu



dirinya sendiri. Partisipan menyisir



berpakaian sesuai dengan situasi



rambut



dan kondisi.



dan



berdandan



selalu



dibantu oleh keluarga dan perawat. Istirahat



dan



tidur



partisipan



Partisipan



mengatakan



tidur



siang selama 1-2 jam sehari,



kadang-kadang ada tidur



siang



pada malam hari partisipan tidur



maupun



tidur



tidak cukup. Sebelum tidur,



malam hari pukul 20.00 WIB



partisipan tidak mencuci muka,



sampai 06.00 WIB, tidak ada



kaki, tangan dan menyikat gigi,



persiapan sebelum tidur seperti



kemudian



menggosok gigi, mencuci kaki dan



partisipan tidak bisa cuci muka



berdo’a. gigi.



dan tidak merapikan tempat



sore,



partisipan



setelah



bangun



69



tidur. Pada saat partisipan minum obat, partisipan tidak mampu minum obat sendiri, partisipan minum obat di bantu oleh adiknya sepenuhnya. Pemeliharaan kesehatan partisipan tidak



mampu



menjaga



kesehatannya dengan baik tanpa kendala



yang



berarti.



Dan



partisipan tidak mengetahui kemana



Kegiatan di dalam rumah partisipan tidak mampu membersihkan rumah tidak



makanan



mampu untuk



menyiapkan dirinya



obat 1x sehari secara oral, jenis obat yang di komsumsi oleh partisipan adalah CPZ, THP dan HLP.



Pada



pemeliharaan



kesehatan



partisipan



mengatakan puskesmas



berobat nanggalo



di padang



dan ditemani oleh keluarganya.



partisipan harus mengambil obat.



dan



Partisipan mengatakan minum



dan



keluarga sesuai dengan keinginan partisipan. Kegiatan/ aktivitas di luar rumah partisipan tidak mampu



Kegiatan



di



rumah



partisipan mampu mengerjakan pekerjaan



rumah



seperti



menyapu halaman, menolong orangtua berjualan dan ke pasar. Kegiatan/ rumah



aktivitas



di



partisipan



berbelanja



melakukan kegiatan



dalam



luar



mampu



untuk



keperluan



sehari-hari dan bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan



keluarga



seperti



berbelanja. Mekanisme koping



berbicara



Partisipan mampu berinteraksi



dengan penulis, tetapi partisipan



dengan penulis, keluarga dan



menjawab



masyarakat



Partisipan



seadanya,



1



mampu pertanyaan



misalnya



penulis



ditanya



5



rumah



di



lingkungan



partisipan.



Partisipan



dijawab 2 saja. Partisipan apabila



mengatakan jika ada masalah



mendapatkan perlakuan yang tidak



biasanya akan menyendiri dan



baik



mengurung



atau



tidak



lingkungan



seperti



direndahkan



oleh



wajar



dari



partisipan



Dalam



diri



di



menghadapi



kamar. masalah



masyarakat



partisipan terkesan menghindari



karena mendapat gangguan jiwa,



masalah dan tidak mau bercerita



maka partisipan akan menarik diri



kepada keluarga, teman dan



dan



tertutup



dari



lingkungan



70



tersebut. Partisipan terkesan akan



masyarakat.



menghindari stressor yang datang dengan cara menarik diri, atau menyendiri dan menjauhkan diri dari keluarga dan masyarakat. Masalah Psikososial



Partisipan tidak ada masalah dalam



Partisipan tidak ada masalah



dukungan kelompok, lingkungan, dalam



dukungan



pendidikan, pekerjaan, perumahaan,



lingkungan,



ekonomi dan pelayanan kesehatan.



perumahaan,



kelompok, pendidikan



ekonomi



pelayanan



kesehatan



dan dalam



pekerjaan partisipan mengatakan tidak memiliki pekerjaan tetap, partisipan



hanya



membantu



ibunya berjualan diwarung. Pengetahuan



Partisipan tidak mengetahui tentang



Partisipan



penyakitnya



mengetahui tentang perjalanan



predisposisi,



serta koping



faktor mekanisme



mengatakan



penyakitnya.



tidak



Partisipan



sehinga penyakit partisipan tambah



beranggapanbahwa



penyakit



berat.



yang diderita disebabkan karena gangguan setan.



Aspek medik



Partisipan



didiagnosa



dengan Partisipan didiagnosa dengan



skizofrenia dan mendapatkan terapi



skizofrenia, dan mendapatkan



medis CPZ 2X2 mg, dan THP 2x2 terapi medis CPZ 2x2 mg, THP mg.



2x2 mg, HLP 2x2 mg.



Diagnosa



Data hasil pengkajian dan observasi



Data masalah defisit perawatan



keperawatan



masalah defisit perawatan diri, data



diri, data subjektif partisipan



subjektif



partisipan



mengatakan sudah 3 hari tidak



mengatakan partisipan tidak mau



mandi, partisipan mengatakan



mandi jika tidak dipaksa, tidak mau



kadang mandi 1x sehari, bahkan



menggosok gigi, partisipan malas



tidak



mandi, malas mengganti pakaian,



pakaiannya diganti 1x sehari.



keluarga



dan malas dalam berdandan. Data objektif tampak gigi dan mulut



mandi



seharian,



dan



Data objektif didapatkan dari partisipan tampak berantakan,



71



partisipan kotor dan tidak rapi,



partisipan



rambut



dalam menjaga kebersihan gigi



partisipan



berketombe,



kurang



mulut,



terampil



tubuh partisipan berbau tidak sedap,



dan



gigi



partisipan



partisipan berpakaian tidak rapi,



tampak



kuning



badan / kulit partisipan terasa



badan



partisipan



lengket jika dipegang, dan kuku



partisipan



kaki dan tangan panjang dan kotor.



memakai alas kaki jika keluar



dan



hitam, berbau,



tampak



tidak



rumah. Data masalah harga diri rendah didapatkan keluarga



dari



partisipan



partisipan dengan



subjektif



Data masalah harga diri rendah



mengatakan



didapatkan dari data subjektif



berinteraksi



partisipan mengatakan pasrah



keluarga



akan keadaannya yang seperti



data



malas orang



lain,



partisipan mengatakan tidak ada



ini,



partisipan



mengatakan



bentuk tubuh yang dia banggakan,



bahwa



partisipan merasa dirinya tidak



balasan dari yang maha kuasa.



berguna



penyakitnya



Dat



objektif



Data



didapatkan



partisipan



tampak



terkadang



menyendiri,



partisipan



tampak



murung dan sedih, partisipan



lagi.



murung. Hasil pengkajian dan observasi diatas ditemukan masalah yang muncul pada pasien yaitu defisit



objektif



adalah



didapatkan



partisipan



terlihat



sering berjalan mondar-mandir dan gelisah, saat wawancara dengan



penulis



partisipan



tampak sering menunduk.



perawatan diri : kebersihan diri/ mandi, dan harga diri rendah.



Hasil pengkajian dan observasi diatas ditemukan masalah yang muncul pada pasien yaitu defisit perawatan diri : kebersihan diri/ mandi, dan harga diri rendah.



72



Intervensi Keperawatan



Strategi



pelaksanaan



tindakan



keperawatan yang telah dilakukan untuk



Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan



masalah dilakukan



mengatasi



keperawatan defisit perawatan diri



masalah



berupa



perawatan



pendekatan



strategi



yang untuk



telah mengatasi



keperawatan



defisit



diri



berupa



pendekatan kepada pasien dengan



pendekatan strategi pendekatan



partisipan,



kepada



identifikasi



masalah



pasien



latih



cara



cara



menjaga kebersihan diri: mandi



menjaga kebersihan diri: mandi dan



dan ganti pakaian, sikat gigi,



ganti pakaian, sikat gigi, cuci



cuci rambut, potong kuku, latih



perawatan



diri



dan



latih



rambut, potong kuku, latih cara cara berdandan / berhias, latih berdandan / berhias, latih cara



cara makan dan minum yang



makan dan minum yang baik, latih



baik, latih cara buang air besar



cara buang air besar dan buang air



dan buang air kecil yang baik.



kecil yang baik. Pada Pada keluarga latih cara merawat dan



membimbing membimbing



merawat



dan



latih



cara



membimbing



partisipan partisipan kebersihan diri, latih



kebersihan diri, laih cara merawat dan



keluarga



cara merawat dan membimbing



partisipan partisipan berdandan, latih cara



berdandan, latih cara merawat dan



merawat



dan



membimbing



membimbing partisipan makan dan



partisipan makan dan minum



minum yang baik, latih merawat



yang baik, latih merawat dan



dan membimbing partisipan buang membimbing partisipan buang air besar dan buang air kecil baik,



air besar dan buang air kecil



jelaskan follow up ke pelayanan baik, jelaskan follow up ke kesehatan,



tanda



kambuh



dan pelayanan



kesehatan,



tanda



kambuh dan rujukan.



rujukan.



yang



Intervensi keperawatan untuk



disusun dan telah dilakukan untuk



mengatasi masalah harga diri



mengatasi



rendah



Intervensi



keperawatan masalah



harga



diri



rendah berupa strategi pelakasanaan



berupa



strategi



pelakasanaan kepada pasien



73



kepada



pasien



mengidentifikasi latih kegiatan positif yang



kemampuan melakukan kegiatan mampu dilakukan partisipan, dan aspek positif pasien dan latih melatih pasien untuk kegiatan kegiatan



positif



yang



mampu



dilakukan partisipan, melatih pasien untuk kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya), melatih kegiatan ketiga



(alat



dan



cara



kedua



(alat



dan



melakukannya),



cara melatih



kegiatan ketiga (alat dan cara melakukannya),



melatih



melakukannya), melatih kegiatan



kegiatan keempat (alat dan



keempat



cara melakukannya).



(alat



dan



cara



melakukannya).



Pada keluarga menjelaskan cara merawat pasien dengan



Pada keluarga yaitu melatih cara merawat pasien dengan harga diri rendah kronis, bersama keluarga



harga



diri



bersama



rendah



keluarga



pasien



dalam



kronis, melatih



melakukan



melatih pasien dalam melakukan



kegiatan kedua yang dipilih



kegiatan kedua yang dipilih pasien,



pasien,



bersama



bersama keluarga melatih pasien



melatih



pasien



melakukan kegiatan ketiga yang



kegiatan ketiga yang dipilih,



dipilih, bersama keluarga melatih



bersama



pasien dalam melakukan kegiatan



pasien



keempat



kegiatan keempat yang dipilih



yang



menganjurkan



dipilih



pasien,



keluarga



untuk



follow up ke Puskesmas.



keluarga melakukan



keluarga dalam



pasien,



melatih



melakukan menganjurkan



keluarga untuk follow up ke Puskesmas.



Implementasi



Implementasi keperawatan untuk



Implementasi



keperawatan



masalah



disesuaikan



defisit



perawatan



diri



keperawatan dengan



dilakukan selama 10 kunjungan tindakan



keperawatan.



yaitu disesuaikan dengan rencana



Implementasi



tindakan



keperawatan



keperawatan.



rencana tindakan



yang



telah



Implementasi tindakan keperawatan



dilakukan oleh penulis sesuai



yang telah dilakukan oleh penulis



dengan



sesuai dengan kriteria yang telah



ditetapkan



ditetapkan dengan membuat strategi



strategi pelaksanaan tindakan



kriteria



yang



dengan



telah



membuat



74



pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada diagnosa



keperawatan



defisit



perawatan diri yaitu melatih cara merawat



kebersihan



diri,



berdandan, makan dan minum, dan BAB/BAK.



keperawatan pada pasien. Implementasi



pada



diagnosa



keperawatan harga diri rendah dilakukan



membantu



mengarahkan



pasien



untuk



mengidentifikasikan



aspek



positif yang pasien miliki, lalu menolong pasien untuk menilai



Implementasi keperawatan membantu



pada harga



diagnosa diri



rendah



mengarahkan



pasien



untuk mengidentifikasikan aspek positif yang pasien miliki, lalu



kegiatan



yang



dapat



pasien



lakukan yaitu membantu ibu berjualan di warung, menyapu, membuang



sampah,



dan



membakar sampah.



menolong pasien untuk menilai kegiatan yang dapat pasien lakukan yaitu melap meja, melipat pakaian, menyapu dan mengiris bawang.



Evaluasi keperawatan



Evaluasi



keperawatan



dilakukan



Evaluasi keperawatan dilakukan



setiap selesai melakukan tindakan



setiap



keperawatan



tindakan



keluarga.



pada



Evaluasi



pasien



dan



keperawatan



selesai



melakukan



keperawatan



pada



pasien dan keluarga. Evaluasi



pada masalah defisit perawatan diri



keperawatan



yaitu partisipan mampu membina



defisit



hubungan saling percaya dengan



partisipan



mampu



membina



penulis,



hubungan



saling



percaya



penulis,



mampu



mampu



melakukan



paada



perawatan



masalah diri



yaitu



kebersihan diri dibantu oleh penulis



dengan



dan keluarga, mampu berdandan



melakukan



seperti



dan



secara mandiri tanpa dibantu



berbedak secara mandiri, mampu



penulis dan keluarga, mampu



makan dan minum dengan mandiri



berdandan, makan dan minum



dan mampu BAB/BAK dengan



dan



mandiri.



mandiri.



menyisir



rambut



BAB



kebersihan



/



BAK



diri



dengan



Keluarga mampu merawat dan



75



Keluarga



partisipan



merawat



dan



mampu



memberikan



membimbing



partisipan



merawat



diri



cara



dengan



bimbingan kepada partisipan cara



menjelaskan



merawat diri dengan melakukan



berdandan, makan dan minum



kebersihan diri, berdandan, makan



dan BAB/BAK dengan baik



dan



minum



serta



kebersihan diri,



BAB/BAK



dengan benar. Evaluasi



keperawatan



pada



masalah harga diri rendah yaitu Evaluasi untuk mengatasi masalah



partisipan mampu melakukan



harga diri rendah yaitu partisipan



kegiatan



mampu melakuakan kegiatan yang



menghilangkan suntuk dan lesu



bermanfaat, tidak terlihat lesu dan



secara mandiri dengan dibantu



tidak bermalas-malasan lagi. Pada



sedikit-dikit oleh penulis. Pada



bermanfaat



yang



keluarga mampu membimbing dan keluarga mampu membimbing membantu partisipan melakukan



dan



kegiatan



partisipan



dalam



melakukan



kegiatan



yang



partisipan



yang



dilakukan



oleh



partisipan.



senantiasa



membantu



lakukan.



B. PEMBAHASAN KASUS Pada pembahasan kasus ini penulis membahas kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 yang mengalami masalah defisit perawatan diri yang telah penulis lakukan mulai dari tanggal 22 Mei sampai 30 Mei 2017. Pembahasan yang penulis lakukan mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pembahasan dari dua kasus kelolahan penulis diuraikan sebagai berikut :



1. Pengkajian Keperawatan



76



Data pengkajian yang penulis kumpulkan dari dua kasus yang sama pada partisipan 1 dan pada partisipan 2 meliputi identitas partisipan, keluhan utama, faktor predisposisi, aspek fisik, aspek psikososial, status mental, kebutuhan sehari-hari, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan serta aspek medik. Hal ini sesuai dengan Direja (2011) bahwa adapun isi pengkajian meliputi, identitas partisipan, keluhan utama / alasan masuk, faktor predispossisi, aspek fisik / biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik. Hasil pengkajian pada partisipan 1didapatkan wajah kusam, berkeringat, rambut kusam, badan berkeringat, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor, penampilan tidak rapi, dan tidak ada berdandan. Partisipan mengatakan malas untuk membersihkan diri seperti mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian, kadang pasien mandi hanya 1x seminggu, terkadang setelah BAK tidak membersihkan diri dan tempat BAK. Hasil pengkajian pada partisipan 2 didapatkan wajah kusam, berkeringat, rambut kusam, badan berkeringat, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor dan kuning, penampilan tidak rapi, dan tidak ada berdandan. Partisipan malas untuk membersihkan diri seperti mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian, kadang pasien mandi hanya 1x seminggu. Hal ini sesuai dengan menurut Dermawan (2013) bahwa tanda dan gejala dari defisit perawatan diri dapat dilihat dari Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mau berdandan, tidak mampu memilih, mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, tidak mampu memakai resleting, tidak mampu memakai barabg-barang yang



77



perlu dipakai dalam berpakaian, tidak mampu melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu (menjaga kebersihkan toilet, menyiram toilet. Hal ini didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, dimana partisipan dan keluarga kooperatif saat wawancara sehingga dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan dan memberikan data yang sebenarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) tentang defisit perawatan diri pada partisipan skizofrenia : aplikasi teori orem mengatakan bahwa manisfestasi defisit perawatan diri pada partisipan skizofrenia dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan partisipan dalam melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, kebersihan diri (mandi, buang air besar/buang air kecil), berpakaian, berdandan dan tidur. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang didapatkan diatas maka penulis berasumsi terjadinya defisit perawatan diri pada diri partisipan disebabkan karenan terjadinya kerusakan otak, adanya perubahan proses pikir, kurangnya dukungan dari keluarga, kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian pada dirinya dan lingkungan sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Oleh karena itu seorang perawat jiwa harus mencari dan mengkaji data fokus untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Pengkajian faktor predisposisi pada partisipan 1 didapatkan partisipan 1 pernah mengalami aniaya seksual pada hari pertama pernikahannya, dan partisipan sudah lebih dari 3 kali dirawat di RSJ. HB. Sa’anin Padang, sedangkan pada partisipan 2 didapatkan bahwa partisipan pernah mengalami kecelakaan dimasa kecil yang mengakibatkan kepala partisipan terbentur dan partisipan pada saat itu langsung pingsan, dan juga pada bangku perkuliahan partisipan pernah tersentrum listrik.



78



Hal tersebut sesuai dengan teori yang terdapat pada Pusdiklatnakes (2012) bahwa penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya defisit perawatan diri. Hal ini sama terjadi pada Partisipan yang memiliki riwayat keluarga mengalami gangguan jiwa, tetapi berbeda pada kasus Partisipan dimana keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati, Keliat, Wardani (2013) di RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur dari sebanyak 18 orang pasien gangguan jiwa, didapatkan hasil bahwa hanya 8 orang pasien (44,4%) yang mengalami defisit perawatan diri memiliki faktor genetik gangguan jiwa . Berdasarkan pendapat tersebut, asumsi penulis tidak semua pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri disebabkan karena adanya faktor genetik. Pada pengkajian hubungan sosial dari dua kasus didapatkan partisipan 1 mengatakan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena partisipan tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah. Pada kasus partisipan 2 sebagai laki-laki partisipan ingin mempunyai pasangan hidup (isteri) yang baik dan solehah, dan keinginan itu belum terwujud sampai sekarang ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat dalam Yosep (2009) harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Hasil penelitian yang dilakukan Pinedendi (2016) tentang Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien Di RSJ. Prof. V. L.



79



Ratumbuysang Manado Tahun 2016 didapatkan keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh partisipan (partisipan bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan diatas, maka penulis berasumsi harga diri rendah yang dialami partisipan disebabkan karenan adanya perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, hal ini berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Berdasarkan hasil dari pengkajian status mental pada partisipan 1 didapatkan data partisipan bicara dengan nada pelan dan frekuensi lambat, interaksi dengan penulis dijawab seadanya dan jawaban partisipan berbelit-belit, partisipan juga kurang kooperatif, kontak mata kurang dan tatapan mata kosong. Partisipan beranggapan bahwa dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti orang tua dan tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Yusuf (2015) bahwa pada pengkajian status mental partisipan dengan harga diri rendah akan ditemukan partisipan bicara lambat, dan tidak berani menatap lawan jenis, partisipan tampak lesu. Partisipan juga menunjukan perilaku yang tidak kooperatif , bermusuhan dan mudah tersinggung.



Hal ini tidak ditemukan pada partisipan 2 yang bicara dengan nada keras dan cepat, bicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, partisipan juga kooperatif saat berinteraksi. Pada pengkajian daya tilik diri partisipan menyadari bahwa dirinya memang mudah emosian namun partisipan menyalahkan sesuatu yaitu obat yang menyebabkan dirinya seperti sekarang ini.



80



Berdasarkan hasil pengkajian mekanisme koping yang ditemukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 adalah sama-sama mengungkapkan jika ada masalah partisipan lebih suka menyendiri, tidak terbuka pada keluarga dan orang lain, serta lebih suka memendam masalah sendiri daripada menceritakan masalahnya kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015) bahwa kenyataan yang tak menyenangkan yang dialami partisipan dihadapi dengan cara menolak dan menarik diri. Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, untuk menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti kesibukan lain serta tidak berani melihat dan memilih untuk menyendiri. Berdasarkan data hasil penelitian dan teori yang dikemukan diatas maka penulis berasumsi mekanisme koping yang terjadi pada pasien merupakan sikap maladaktif ang diakibatkan karena partisipan tidak mampu mengendalikan dan menghadi stessor yang muncul, sehingga partisipan cuma mampu menghindari sumber stressor dengan cara menarik diri dan tertutup pada keluarga dan orang lain.



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan partisipan mencakup respon saat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang (Kusumawati dan Hartono, 2009). Berdasarkan data hasil pengkajian, maka masalah keperawatan yang menonjol pada partisipan 1 dan partisipan 2 saat ini yaitu defisit perawatan diri dengan harga diri rendah. Hal ini sesuai menurut Direja (2011) dari pohon masalah defisit perawatan diri, kemungkinan masalah keperawatan yang muncul pada partisipan dengan defisit perawatan diri yaitu harga diri rendah, dan isolasi



81



sosial, dimana defisit perawatan diri sebagai core problem, harga diri rendah sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai akibat. Pada kasus kelolahan partisipan 1 dan partisipan 2 penulis menetapkan masalah keperawatan yang menonjol pada partisipan adalah defisit perawatan diri dengan harga diri rendah sebagai masalah keperawatan yang prioritas untuk segera dilakukan intervensi, hal ini didukung dengan data hasil pengkajian yang didapatkan dari partisipan 1 dan partisian 2 serta keluarga partisipan sedangkan untuk masalah isolasi sosial tidak ada data fokus yang menonjol yang di temukan pada saat pengkajian. Faktor pendukung dalam merumuskan diagnosa yaitu partisipan dan keluarga kedua partisipan yang kooperatif saat wawancara sehingga dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan dan memberikan data yang sebenarnya. Sedangkan faktor penghambat yaitu pembicaraan partisipan saat wawancara sering berbelit-belit dan jawaban seadanya sehingga penulis harus mengulang pertanyaan lagi.



3. Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah keperawatan defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain dengan strategi pelaksanaan pada pasien : latih pasien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar, strategi pelaksaan pada keluarga : latih keluarga dalam merawat dan membimbing pasien melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar. Sedangkan rencana tindakan yang telah disusun untuk mengatasi masalah harga diri rendah yaitu menggunakan strategi pelaksanaan pasien: pertama perawat membantu pasien memilih beberapa kegiatan yang dapat dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, kedua yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan kedua, latih kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat



82



yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan keempat, latih kegiatan keempat. Strategi pelaksanaan keluarga: latih keluarga mendampingi pasien melakukan kegiatan yang disukainya. Rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan teori, menurut Keliat, dkk (2013) intervensi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri antara lain melakukan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri terhadap partisipan dan keluarga pasien. Asumsi penulis rencana tindakan keperawatan berupa strategi pelaksanaan pada partisipan dan keluarga merupakan rencana tindakan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan partisipan dalam aktivitas perawatan diri serta membantu partisipan menghilangkan persepsi tidak berharga pada dirinya dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat.



4. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dilakukan selama 10 hari dimulai dari tanggal 22 mei sampai 30 mei 2017. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk masalah keperawatan defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain membina hubungan saling percaya dengan partisipan dengan cara mengucapkan salam, memperkenalkan nama dan panggilan yang perawat sukai, serta menanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien, menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini, membuat kontrak tindakan, waktu dan tempat bersama pasien, menjelaskan cara menjaga kebersihan diri: mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, dan ganti pakaian dan melatih partisipan cara menjaga kebersihan diri: mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, dan mengganti pakaian, melatih cara memakai bedak dan menyisir rambut, melatih cara makan dan minum yang baik, menjelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik. Pada keluarga partisipan1 dan keluarga partisipan 2 antara lain menjelaskan cara merawat dan membimbing partisipan melakukan kebersihan diri (mandi, gosok



83



gigi, cuci rambut, potong kuku, mengganti pakaian), memakai bedak dan menyisir rambut, makan dan minum yang benar, menjelaskan buang air besar dan buang air kecil yang baik. Tindakan keperawatan yang yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan harga diri rendah pada partisipan1 dan partisipan 2 antara lain mengidentifikasi aspek positif pada diri partisipan, menilai kegiatan yang dapat partisipan lakukan dirumah yaitu ada 4 kegiatan yang partisipan lakukan dirumah dan setiap kegiatan yang dilakukan berbedabeda. Pada keluarga partisipan 1 dan partisipan 2 diantaranya menjelaskan dan melatih keluarga untuk mendampingi dan membantu partisipan saat melakukan kegiatan. Implementasi yang penulis lakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 sesuai dengan teori, menurut Keliat, dkk (2013) tindakan yang dilakukan untuk mengatasi defisit perawatan diri ialah melatih pasien melakukan aktivitas perawatan diri dan melatih keluarga cara membimbing pasien melakukan aktivitas perawatan diri. Faktor pendukung selama melakukan implementasi adalah partisipan dan keluarga



partisipan



keperawatan,



yang



keluarga



kooperatif



partisipan



selama



yang



melakukan



ramah



sedangkan



tindakan faktor



penghambat yaitu pada partisipan 2 yang berjenis kelamin laki-laki tidak mau penulis melatih mandi. 5. Evaluasi Keperawatan Penulis dapat mencapai setiap tujuan khusus untuk masalah defisit perawatan diri pada partisipan 1 dan keluarga dan partisipan 2 dan keluarga, setelah melakukan strategi pelaksaaan sebanyak masing-masing 5 kali pertemuan, untuk tujuan khusus 1 partisipan mampu membina hubungan saling percaya, tujuan khusus



partisipan mampu menjaga



kebersihan diri dibantu penulis dan keluarga, tujuan khusus 3 partisipan mampu melakukan berhias/ berdandan secara baik, tujuan khusus 4



84



partisipan mampu buang air kecil dan besar dengan baik, masing-masing tercapai setelah melakukan 1 kali pertemuan. Evaluasi yang penulis lakukan terhadap partisipan dan keluarga partisipan mengacu pada tujuan khusus dan kriteria evaluasi yang telah disusun pada intervensi. Evaluasi yang penulis lakukan mengacu pada kriteria evaluasi menurut Keliat, dkk (2013) evaluasi kemampuan pasien defisit perawatan diri antara lain pasien mampu mandi, mencuci rambut menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan rapi, mengganti pakaian dengan pakaian bersih, berdandan dengan benar, mempersiapkan makanan, mengambil makanan dan minuman dengan baik, menggunakan alat makan dan minum dengan benar, buang air kecil dan besar pada tempatnya, sedangkan evaluasi kemampuan keluarga pasien defisit perawatan diri antara lain keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri), menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien, merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar. Berdasarkan penjelasan diatas terlihat kemampuan partisipan 1 dan keluarga dan partisipan 2 dan keluarga meningkat setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 10 hari, terlihat partisipan 1 dan keluarga, dan partisipan 2 dan keluarga mampu melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, mampu berinteraksi secara bertahap dan keluarga partisipan 1 dan keluarga partisipan 2 mampu membantu partisipan 1 dan partisipan 2 dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan-kegiatan yang telah dipilih partisipan. Menurut analisis penulis untuk mengatasi defisit perawatan diri pada partisipan, penulis harus memotivasi keluarga untuk terus mengingatkan partisipan melakukan aktivitas perawatan diri, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting saat ini untuk meningkatkan kemampuan partisipan melakukan aktivitas perawatan diri. Sedangkan untuk masalah harga diri rendah penulis harus memiliki waktu yang panjang supaya penulis dapat mengatasi masalah tersebut secara optimal.



85



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan defisit perawatan di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian yang didapatkan partisipan mengatakan malas dalam merawat diri, malas mandi, malas mencuci rambut, malas mengganti pakaian, dan tidak gosok gigi. Keluarga partisipan mengatakan partisipan malas mandi, untuk partisipan 1 keluarga mengatakan sudah tidak mandi 1 minggu yang lalu dan untuk partisipan 2 keluarga mengatakan tidak mandi sejak 3 hari yang lalu. Wajah kedua partisipan tampak kusam, penampilan tidak rapi, kulit berminyak dan lengket, badan berbau, kuku kaki dan tangan panjang dan kotor, rambut kusut dan berantakkan, serta keluarga mengatakan baju partisipan jarang diganti. Kedua partisipan beranggapan



86



dirinya tidak berguna, dan jika ada masalah suka menyendiri dan memendam masalah tersebut. 2. Diagnosa keperawatan utama pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu defisit perawatan diri dengan harga diri rendah. 3. Rencana tindakan keperawatan yang disusun sesuai dengan teori. Rencana tindakan keperawatan tersebut antara lain melatih partisipan cara melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dan melakukan kegiatan yang bermanfaaat yang bisa dilakukan dirumah. 4. Implementasi keperawatan dilakukan mulai tanggal 22 mei – 30 mei 2017. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan antara lain menjelaskan dan melatih cara melakukan kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku), memakai bedak dan menyisir rambut, dan caram erapikan jenggot dan kumis bagi partisipan, makan dan minum, buang air kecil dan besar, dan melatih partisipan melakukan kegiatan yang dapat dilakukan dirumah. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga partisipan 1 dan partisipan 2 antara lain melatih cara membimbing partisipan melakukan kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku), berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dan melatih cara mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan yang telah dipilih partisipan. 5. Hasil evaluasi didapatkan penulis mampu mencapai setiap tujuan khusus untuk masalah defisit perawatan diri pada partisipan dan keluarga serta pada partisipan dan keluarga setelah melakukan strategi pelaksaaan sebanyak masing-masing 5 kali pertemuan, sedangkan untuk diagnosa harga diri rendah penulis dapat mencapai setiap tujuan khusus pada partisipan dan keluarga dan pada partisipan dan keluarga setelah melakukan strategi pelaksaaan masing-masing sebanyak 5 kali pertemuan. Tujuan khusus yang telah tercapai antara lain partisipan mampu



87



melakukan kebersihan diri, berdandan/berhias, makan dan minum, buang air kecil dan besar secara baik, mampu melakukan kegiatan yang bermanfaat, keluarga mampu merawat dan membimbing partisipan cara melakukan kebersihan diri, berhias/berdandan, makan dan minum, buang air kecil dan besar dengan baik, mampu mengenal masalah harga diri rendah dan memutuskan untuk melakukan perawatan pada partisipan, mendampingi partisipan saat melakukan kegiatan harian dan sosial, dan mengenal tanda kambuh.



B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut : 1. Bagi Penulis Bagi penulis agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada partisipan dengan defisit perawatan diri tidak hanya tertuju pada partisipan saja, tetapi juga kepada keluarga dan orang terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif. 2. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang Melalui Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang disarankan kepada program kesehatan jiwa untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien defisit perawatan diri serta melakukan konseling kepada keluarga pasien terkait bagaimana tentang prosedur kontrol rutin dan pengambilan obat di puskesmas dan jika harus dirujuk, bagaimana prosedur membawa pasien ke tempat rujukan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penulisan ini dapat meningkatkan keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya pada masalah partisipan dengan defisit perawatan diri. 88



4. Bagi Penulis Selanjutnya a. Dapat dijadikan data dasar bagi penulis untuk penulisan selanjutnya. b. Diharapkan penulis selanjutnya lebih memperbanyak responden penulisan supaya dapat membandingkan satu kasus yang sama terhadap pasien yang berbeda



DAFTAR PUSTAKA



Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Baru Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Laporan Tahunan Tahun 2014. Padang : Dinas Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang : Dinas Kesehatan Kota Padang. Direja, Ade Heman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.



89



Jalil, Abdul. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 3, No.2, November 2015. Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Madalise, Seniaty dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri) Terhadap Pelaksanaan ADL (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi dan Mulut di RSJ. Prof. Dr. V. L Ratumbuysang Ruang Katrili. E-Journal Keperawatan Volume 4 Nomor 2. Diakses pada tanggal 16 Januari 2017, Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Pinedendi, Novita. 2016. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene pada Pasien di RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun 2016. E-Journal Keperawatan Volume 4 Nomor 2. Diakses pada tanggal 16 Januari 2017. Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.



Kesehatan



Jiwa



Puskesmas Nanggalo Kota Padang. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Rochmawati, Keliat, B.A., dan Wardani. 2013. Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri pada Klien Gangguan Jiwa di RW 02 dan RW 12 kelurahan Baranangsiang kecamatan Bogor Timur. Journal of Indonesia University, Volume: 1, 107-120. Sasmita, Heppi dkk. 2012. Pengaruh Metode Token Economy Terhadap Aktivitas Perawatan Diri pada Pasien Defisit Perawatan Diri. Ners Jurnal Keperawatan Volume 8, No 1. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017



90



Supardi, Sudibyo & Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media. Susanti, Herni. 2016. Defisit Perawatan Diri pada Klien Skizofrenia : Aplikasi Teori Keperawatan Orem. Diakses pada tanggal 19 Januari 2017. Stuart,Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa , Ed.5 . Jakarta : EGC Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama Yusuf, Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika



91



92



LEMBAR OBSERVASI FORMAT SKRINING DEFISIT PERAWATAN DIRI



Petunjuk Penilaian : Diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi langsung kepada responden. Beri tanda (√) pada kotak yang tersedia.



No Tanda-tanda defisit perawatan diri 1. KEBERSIHAN DIRI Badan kotor Badan berdaki Rambut kotor Gigi kotor Kuku panjang Tidak menggunakan alat-alat mandi Tidak mandi dengan benar 2. BERDANDAN/BERHIAS Rambut kusut dan berantakan Kumis dan jenggot tidak rapi (khusus pasien laki-laki) Tidak mampu berdandan (khusus pasien perempuan) Memilih pakaian sembarangan Tidak memakai sendal dan sepatu Tidak memakai resleting 3. MAKAN/MINUM Makan dan minum sembarangan Makan dan minum berceceran Tidak menggunakan alat makan dan minum Tidak mampu menyiapkan makanan Tidak mampu memindahkan makanan ke alat makan Tidak mampu memegang alat makan Tidak mampu membawa makanan dari piring ke mulut Tidak mampu mengunyah dan menelan makanan



4.



Ya



Tidak



secara aman Tidak mampu menyelesaikan makan BUANG AIR BESAR/BUANG AIR KECIL Buang air besar tidak pada tempatnya Buang air kecil tidak pada tempatnya Tidak membersihkan diri setelah buang air besar Tidak membersihkan diri setelah buang air kecil Tidak mampu menjaga kebersihan toilet Tidak mampu menyiram toilet setelah buang air besar Tidak mampu menyiram toilet setelah buang air kecil



93



94



95



96



97



98



99



100



Jumlah Pasien Skizofrenia Di Kelurahan Surau Gadang Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016 No



Nama



1



Wahyudin



Umur 51



Diagnosa Medis



Diagnosa Keperawatan



Skizofrenia



1. Perilaku kekerasan



Terapi Obat



Bekerja



HLP 3x5 mg CPZ mg



1x100



Alamat Jl. Pungas No. 153



THP 3x2 mg Diaz 1x1 mg 2



3



Budi



Manual Lubis



44



42



Skizofrenia 1. Halusinasi 2. Defisit Perawatan Diri



Skizofrenia 1. RPK 2. Waham 3. DPD



CPZ mg



1x100



Jl. Padang No. 357



THP 3x2 mg HLP mg



1x1,5



CPZ mg



1x100



Jl. Solok No. 240



THP 2x2 mg



4



Agus Susanto



45



Skizofrenia 1. Halusinasi 2. Imsomnia



HLP mg



2x1,5



CPZ mg



2x100 Bekerja



HLP mg



2x1,5



Jl. Sijunjung No. 269



THP 2x2 mg 5



Satriadi



37



Skizofrenia 1. RPK 2. HDR



CPZ mg



1x100



HLP mg



3x1,5



Jl. Padang I No. 364



THP 3x2 mg



101



Vit Bc 2x1 mg 6



Asriadi



32



Skizofrenia 1. RPK



CPZ mg



3x100 Bekerja



HLP mg



3x1,5



Simpang Perumnas Siteba No 04 RT 001 RW 020



THP 3x2 mg



7



8



Firdaus



Hendri



40



40



Skizofrenia 1.Halusinasi 2.DPD



Skizofrenia 1.PK 2.HDR



9



Elsa prima



30



10



Yuwendar a



30



Skizofrenia 1.RPK



11



Ilham Daril



26



Skizofrenia 1.HDR



THP 3x2 mg HLP mg



2x1,5



CPZ mg



1x150



THP 3x2 mg HLP mg



2x1,5



CPZ mg



1x100



Jl. Jamal Jamil Komp. Anggaran



Bekerja



Jl. Jamal Jamil No.09 RT 002 RW 001



Jl. Agam 4 No. 246 Jl. Agam 5 Mo. 102



THP 2x2 mg HLP mg



2x1,5



Jl. Jamal Jamil No. 17



Diaz 1x2 mg 12



Febreri Ganda



20



Skizofrenia 1.RPK



THP 2x2 mg HLP mg



3x2,5



CPZ



2x100



Jl. Agam 3 No. 400 Jl. Padang No 376



102



mg Diaz 2x2 mg 13



Okmariant o



29



Skizofrenia 1.RPK



HLP mg



3x1,5



Jl. Belakang Pasar No. 47



THP 2x2 mg Diaz 1x2 mg 14



Fajri Pratama



23



Skizofrenia 1. RPK



Jl. Belakang Kompi No. 22 RT 004 RW 019



2. Halusinasi 3. Waham 4. DPD



15



Fauzi



29



Skizofrenia



16



Arya Voni



30



Skizofrenia



Jl. Pondok Kopi No. 288



1. HDR 2. RPK HLP mg



2x1,5 Bekerja



Jl. Agam



THP 2x2 mg Diaz 1x2 mg 17



Dodi Arisandi



39



Skizofrenia



1. PK



18



Anton



33



Skizofrenia



1. RPK



Bekerja THP 2x2 mg HLP 2x5 mg CPZ mg



19



Deri Fitri



38



Skizofrenia



1. Halusinasi



Jl. Merpati No.16 Jl. Berok Raya No. 33



1x100



HLP 3x2 mg THP mg



3x1,5



CPZ mg



1x100



Jl. Wira Sakti 4 No. 36 pindah ke asrama kompi No. 64



103



20



Aki Rahman



31



Epilepsi



CPZ mg



3x200



Jl. 50 kota



Luminal 2x30 mg Diaz 2x2 mg Penitoin 3x100 mg 21



Syafwan



43



Epilepsi



1. RPK



HLP mg



3x1,5



Jl. Pessel 3 No. 454



THP 3x2 mg CPZ mg 22



Oktafimay enti



33



Epilepsi



1. RPK



1x100



Lum 2x30 mg HLP mg



2x1,5



Jl. Wira Sakti 11 No.71



THP 2x2 mg CPZ mg



2x200



Penitoin 2x100 mg



23



Endang



30



Skizofrenia



1. Halusinasi 2. Waham



Jl. Handayani 4 No. 148



24



Revita Agus



31



Skizofrenia



1. Halusinasi 2. RPK 3. RBD



Jl. 50 kota 5 N0. 667 Jl. Bukittingg i 2 No. 309



25



Asnet



38



Skizofrenia



1. HDR



Diaz 1x2 mg



Perumdak 3 No.09



104



THP 2x2 mg HLP mg



2x1,5



26



Meri Sumarni



29



Skizofrenia



1. HDR



Jl. Padang Panjang No. 225



27



Afneti



50



Skizofrenia



1. ISOS 2. DPD



Jl. Sijunjung 5 No. 363



28



Rima Nurmala



Skizofrenia



Jl. Batusangk ar 1 No. 781



29



Ernawati



Skizofrenia



Jl. Pondok Kopi pindah ke sawahan



30



Nurzura



31



Skizofrenia



Jl. Handayani 4 No. 147



31



Ezi Murziz



40



Skizofrenia



1. PK



HLP mg



2x1,5



Jl. Padang Pariaman



THP 2x2 mg CPZ 1x50 mg 32



Maria Ulfa



34



Epilepsi



33



Deswati



31



Epilepsi



Komp. Pasar Siteba No. 61 Lum 2x30 mg CPZ mg



2x200



Jl. Merpati RT 1 RW 5



Diaz 2x20 mg 34



Elsa Prima 30



Jl. Agam 4 No. 246



105



35



Fajri Desi



45



Skizofrenia Residual



1. HDR 2. Halusinasi



HLP 1x1 mg THP 1x1 mg



Jl. Padang Panjang 1 No. 209



CPZ 1x50 mg 36



Warniati



57



Skizofrenia



CPZ mg



1x100



HLP mg



1x1,5



Jl. Padang Pariaman 1 No. 889



THP 1x2 mg Vit BC 2x1 mg 37



Wirman



51



Skizofrenia



1. ISOS



HLP mg



2x1,5



THP 2x2 mg CPZ mg 38



Nurul



20



Epilepsi



39



Yusrika



34



Skizofrenia



40



Jefri Ronaldo



18



Skizofrenia



J;. Padang Panjang 1 No.200



1x100



Lum 2x30 mg



1. HDR 2. ISOS



Jl. Payakumb uh 3 No. 562 Komp. Pasar Siteba No. 33



Risperidon 2x2 mg Dzp 1x5 mg



Jl. Pondok Kopi No. 172 RW 2 Rt 1



THP 2x1 mg 41



Ronaldo



24



Skizofrenia



1. PK



Komp vilaku indah 4 Blok K/ 36 RT/RW 03/006



106



42



Novrialdi Rahman



27



Ggn Perilaku Akibat Penggunaa n Obat dan Ganja



43



Hidayat Wisra



35



Skizofrenia paranoid



Jl. Banjarmas in RT 4 RW 6 No. 10



HLP mg



3x2,5



AMT 3x12,5 mg



Indah Pratama Blok K RT 7



Dzp 1x2 mg



44



45



Ichsan Muchsin



33



Syafizal



45



Skizofrenia 14-08-2015



CPZ HLP



Skizofrenia 14-08-2015



CPZ HLP



46



Hardius



47



Romni



48



Wandi Dasril



26



Fajri



17



49



49



Skizofrenia



Jl. Tanjung Pinang



Jl. Tanjung Pinang



14-08-2015



Jl. Teknologi



1. RPK 2. ISOS



Jl. 50 kota 1 No. 738 Siteba



Skizofrenia 8-10-2015



Skizofrenia 15-10-2015



Komp. PGRI Blok E



1



Jl. Balik Papan



107



50



Fuadi



38



Skizofrenia 19-10-2015



51



Budi



52



Ade Pratiwi



27



Depresi



53



Chandra Nurmansy ah



24



54



Jl. Payakumb uh 3 No. 556



29-10-2015



Jl. Sijunjung No. 347



22-10-2015



Jl. Payakumb uh No. 402 Siteba



Skizofrenia 24-10-2015



Jl. Jamal Jamil RT 005 No 001



Purwansya 27 h



Skizofrenia



Jl. Sosiologi 2 No. 30 Siteba



55



Yeni Fitria



36



Skizofrenia



Perumdak 2



56



Agusdian



38



Ansietas



Jl. Wira Sakti



57



Ikas Juwita



38



Skizofrenia



1. Halusinasi



Jl. Solok 5 No. 394



58



Erik Alda



14



Skizofrenia



1. Halusinasi



Jl. Bukittingg i 3 N0. 738



59



Ade Saputra



60



Yusman



61



Nurlisa



Skizofrenia



Jl. TD I/ 23



40



GAB



Jl. Handayani 1 No. 82



48



Skizofrenia



1. Halusinasi 2. Waham



Jl. Sawahlunt



108



o 2 No. 200 62



Mardalena



54



Skizofrenia



Jl. TD 4/108



63



Adi Firman



40



Skizofrenia



Jl. Ambon No. 30



109



110



111



112



113



PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



I.



II.



Identitas Klien Inisial klien Umur Informan Pekerjaan Alamat lengkap Tanggal Pengkajian



: Ny. A (/P) : 58 Tahun : Partisipan dan keluarga : Ibu Rumah Tangga : Jln.Sijunjuang V No.363, Nanggalo Padang. : 22 Mei 2017



Keluhan saat dikaji Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 22 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, klien mengatakan malas dalam merawat diri, wajah klien kusam, rambut kusam, badan berkeringat dan lengket, badan berbau, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, gigi kotor, dan penampilan tidak rapi. Keluarga mengatakan klien tidak mandi sejak lebih kurang 2 minggu dan baju klien juga tidak pernah diganti-ganti. Klien tidak pernah berbedak, menyisir rambut dan memakai lipstik. Klien juga tidak mampu menyiapkan makanan sendiri.



III. Faktor Predisposisi a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu Keluarga klien mengatakan klien mengalami gangguan jiwa sejak usia 18 tahun yang lalu karenan pernah mengalami aniaya seksual oleh suaminya. Keluarga mengatakan sudah klien sudah pernah dirawat sebanyak 3 kali di RSJ HB Saanin Padang.



b. Pengobatan Sebelumnya Keluarga klien mengatakan kondisi klien setelah keluar dari RSJ mulai membaik, tetapi karenan keluarrga tidak membawa kontrol klien ke pelayanan kesehatan terdekat, perlahan-lahan penyakit klien mulai kambuh lagi. Keluarga mengatakan sudah pernah membawa klien berobat ke dukun atau orang pintar tetapi klien tidak sembuh, kemudian klien juga sudah di bawa berobat oleh keluarga ke rumah sakit jiwa Prof HB Saanin Padang sebanyak 3 kali. 114



c. Trauma 1. Aniaya Fisik Klien tidak pernah mengalami penganiayaan secara fisik serta klien tidak pernah menjadi pelaku aniaya fisik. 2. Aniaya Seksual Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami aniaya seksual waktu klien baru menikah dengan suami klien. 3. Penolakan Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami penolakan. 4. Kekerasan dalam Keluarga Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah menjadi pelaku kekerasan, namun klien pernah menjadi korban kekerasan oleh suaminnya. 5. Tindakan Kriminal Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal, tidak pernah menjadi pelaku dan tidak pernah menyaksikan tindakan kriminal. Masalah Keperawatan : Respon pasca trauma d. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluaraga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien Genogram



Keterangan : : perempuan : laki-laki : meninggal : orang terdekat



: mengalami gangguan jiwa : klien tinggal serumah



115



Klien merupakan seorang janda karena waktu baru menikah klien ditinggal pergi oleh suaminya. Klien juga merupakan seorang kakak dari 2 bersaudara, hubungan klien dengan adiknya harmonis dan klien tidak ada bertengkar dengan adiknya. Klien tinggal bersama adik klien dan selalu menuruti apa kata adiknya, dan hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain juga harmonis. e. Pengalaman Masa Lalu Tidak Menyenangkan Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami suatu kejadian pengalaman yang tidak menyenangkan, yaitu ketika baru menikah klien ditinggal pergi tanpa alasan oleh suami klien, keluarga mengatakan sejak saat itu klien sering menyendiri, tidak peduli lagi dengan penampilan dan perawatan diri, serta suka tertawa-tertawa sendiri. Masalah keperawatan : respon pasca trauma IV.



Pemerikasaan Fisik  Tanda-Tanda Vital



: TD : 120/80 mmHg N : 82 x / menit S : 36.6 x / menit P : 23 x / menit



 



Ukuran Keluhan Fisik



: TB : 154 cm BB : 51 kg : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik



apapun. V.



Psikososial a. Konsep Diri  Citra Tubuh Keluarga klien mengatakan klien menyukai bentuk tubuh yang dimiliki pada saat ini dan klien merasa senang dengan bentuk tubuh yang ia miliki dan membuat klien merasa nyaman.  Pengkajian Identitas Diri Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien adalah seorang ibu rumah tangga dan pengangguran, klien sekolah sampai tingkat SMA sederajat, klien saat ditanya tentang



116



kepuasaan yang dijalani dilingkungan masyarakat klien menjawab tidak mengetahui kepuasaan yang dialaminnya. Pengkajian peran klien merupakan seorang janda dan seorang kakak dari 2 bersaudara dan saat ini klien tidak peduli dan acuh tak acuh tentang bagaimana kondisi keluarganya. Klien hanya ingat dengan keluarganya ketika klien ditinggal cukuplama sendirian dirumah oleh keluarganya.  Ideal Diri Keluarga klien mengatakan bahwa klien nyaman dan lebih tenang dengan kondisinya pada saat ini. Klien berharap bisa cepat sembuh dan kembali kondisi seperti semula.  Harga Diri Klien mengatakan bahwa dirinya bukan apa-apa, merasa tidak berguna dan merasa tidak dianggap orang lain dan lingkunganya karena klien tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas apapun selama berada di rumah Masalah Keperawatan: gangguan harga diri b. Hubungan Sosial  Orang Terdekat Klien mengatakan memiliki orang terdekat yaitu adik klien 



sendiri Pengkajian



peran



kelompok/masyarakat



serta keluarga



dalam klien



membatasi diri dengan orang-orang



kegiatan



mengatakan



klien



di kelompok dan



dilingkungan masyarakat. Klien merasa tidak aman berada didekat orang lain serta lebih suka sendiri dan menarik diri dari lingkungan yang di anggap aman bagi pasein sehingga masyarakat menjauhi klien dan dianggap memiliki penyakit 



kejiwaan. Pengkajian hambatan dalam berhubungan dengan orang lain keluarga klien mengatakan klien kurang berinteraksi dan bercakap-cakap dengan orang lain, klien lebih suka sendiri dibandingkan berhubungan dengan orang lain baik dikelompok maupun masyarakat. Masalah Keperawatan : resiko isolasi sosial



117



c.



Spritual  Nilai dan Keyakinan Keluarga klien mengatakan bahwa ia beragama islam tetapi klien tidak melaksankan sholat sesuai perintah agama dan mengetahui jika meninggalkan adalah perbuatan dosa.  Kegiatan Ibadah Klien mengatakan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu sesuai dengan perintah agama islam. Masalah Keperawatan : distress spiritual



VI.



Status Mental a. Penampilan Penampilan klien tidak rapi rambut klien tidak bersih terlihat kusut dan berketombe, badan klien terasa lengket karna klien jarang mandi, kuku klien panjang dan kotor, badan klien berbau dan pakaian klien jarang diganti, tidak mau memakai baju jika tidak dipaksa, dan klien suka memakai baju berlapis- lapis. Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri b. Pembicaraan Pada saat klien berbicara klien berbicara dengan nada pelan dengan frekuensi lambat, saat klien ditanya berulang-ulang kali klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi yang dijawab seadanya



c.



misalnya ditanya 5 dijawab cuma 2 dan klien lebih sering diam. Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Aktivitas Motorik Klien tampak malas dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah



d. Pengkajian alam perasaan keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak merasakan perasaan apa-apa terhadap keluarganya. Dari wajah klien tampak kalau klien mengalami keputusasaan yang sangat besar. e. Pengkajian afek kspresi wajah klien ketika berinteraksi datar dan kontak mata klien dengan perawat kurang, dan tatapan mata klien kosong. interaksi selama wawancara ketika klien berinteraksi dan bercakap – cakap dengan perawat klien tidak kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan jawaban klien berbelit-belit. Jika sudah diulang 118



beberapa kali baru klien menjawab pertanyaan perawat dengan f.



seadanya. Pengkajian persepsi klien mengatakan tidak ada melihat bayangan



g.



– bayangan maupun mendengar suara-suara. Pengkajian proses pikir saat klien berbicara dengan perawat klien bisa menjawab pertanyaan dari perawat, tetapi jawaban klien berbelit – belit, dan terkadang jawaban klien tidak sesuai dengan



pertanyaan perawat. h. Isi Pikir Klien mengatakan bahwa keadaanya baik-baik saja. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah i. Tingkat Kesadaran Kesadaran klien Compos Mentis, klien mengetahui dimana klien berada saat ini yaitu di rumah. k. Memori Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan kejadian di masa lalu. Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir l. Tingkat Kesadaran dan berhitung Klien tidak mampu berkonsentrasi lama dan tidak dapat berhitung secara sederhana. Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir m. Kemampuan Penilaian Klien kurang mampu melakukan penilaian terhadap sesuatu yang dapat dinilai. Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir n. Daya Tilik diri Klien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, dan ia juga menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti orang tua dan tetangga yang menuduh dirinya orang yang mengalami gangguan jiwa. Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir VII.



Kebiasaan Sehari-hari a. Makan Klien makan 3x sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 dan 18.00 WIB. Makanan klien terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Makanan disediakan oleh adik klien sendiri, klien menyukai makanan tersebut. Klien makan menggunakan tangan kanan, dan terkadang klien makan menggunakan sendok. b. BAB/BAK



119



Klien mampu BAB/BAK ke toilet sendiri dan membersihkannya sendiri.



c. Mandi Klien tidak mau mandi, klien mandi di bantu dan di ingatkan terus oleh keluarganya. Klien tidak ada inisiatif untuk mandi, klien mandi jika sudah di paksa oleh keluarga dan perawat. d. Berpakaian/ Berhias Klien tidak mampu memilih pakaian yang akan dikenakan, dan klien tidak bisa menghias dirinya sendiri. Klien menyisir rambut dan berdandan selalu dibantu oleh keluarga dan perawat. e. Istirahat dan Tidur Klien kadang-kadang ada tidur siang maupun sore, klien tidur malam hari pukul 20.00 WIB sampai 06.00 WIB, tidak ada persiapan sebelum tidur seperti menggosok gigi, mencuci kaki dan berdo’a. gigi. f. Penggunaan Obat Pada saat klien minum obat, klien tidak mampu minum obat sendiri, klien minum obat di bantu oleh adiknya sepenuhnya. g. Pemeliharaan Kesehatan Klien tidak mampu menjaga kesehatannya dengan baik tanpa kendala yang berarti. Dan klien tidak mengetahui kemana klien harus mengambil obat. h. Kegiatan di Dalam Rumah Klien tidak mampu membersihkan rumah dan tidak mampu menyiapkan makanan untuk dirinya dan keluarga sesuai dengan keinginan klien. i. Kegiatan/ Aktivitas di Luar Rumah Setelah dilakukan pengkajian klien tidak mampu melakukan kegiatan diluar rumah. Jika klien keluar rumah klien bingung dan tahu arah jalan. VIII. Mekanisme Koping a. Koping Adaptif Jika ada masalah klien bercerita kepada adiknya b. Koping Maladaptif Klien apabila mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan oleh masyarakat karena



120



mendapat gangguan jiwa, maka klien akan menarik diri dan tertutup dari lingkungan tersebut Masalah kepererawatan: gangguan penyesuaian diri IX.



Masalah Psikososial dan Lingkungan a. Masalah dengan Dukungan Kelompok Klien mengatakan tidak mempunyai sistem pendukung dan klien tidak mengetahuinya b. Masalah Berhubungan dengan Lingkungan Klien tidak ada mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dilingkungan seperti klien direndahkan, diejek karena mendapat gangguan jiwa c. Masalah dengan Pendidikan Keluarga klien mengatakan riwayat pendidikan terakhir adalah SMA sederajat. d. Masalah dengan Pekerjaan Klien tidak memiliki pekerjaan, klien hanya murung dan menyendiri di rumah tanpa melakukan aktivitas apapun e. Masalah dengan Perumahan Keluarga klien mengatakan tidak ada permasalahan dalam perumahan karena klien tinggal serumah dengan adiknya. f. Masalah Ekonomi Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah mengenai ekonomi dalam keluarganya. g. Masalah dengan Pelayanan Kesehatan Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah dalam hal pelayanan



kesehatan terutama dalam hal berobat saat ini. Masalah Keperawatan: tidak ada masalah X. Pengetahuan Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya serta faktor predisposisi, koping mekanisme sehinga penyakit klien tambah berat. Masalah Keperawatan: Kurang pegetahuan XI.



Aspek Medik Klien didiagnosa dengan skizofrenia dan mendapatkan terapi medis CPZ 2X2 mg, dan THP 2x2 mg.



XII.



Analisa Data



No 1.



DATA



MASALAH



DS:



121







Keluarga klien mengatakan klien tidak Defisit Perawatan Diri







mau mandi jika tidak dipaksa Keluarga klien mengatakan tidak mau







menggosok gigi Klien mengatakan malas mandi karena malas



DO:     3.



Gigi dan mulut klien tampak kotor Rambut klien berketombe Tubuh klien berbau tidak sedap Klien berpakaian tidak rapi



DS: 



Keluarga klien mengatakan malas Harga diri rendah







berinteraksi dengan orang lain Keluarga klien mengatakan tidak ada bentuk tubuh yang dia banggakan



DO:   3



Klien tampak sendiri Klien tampak murung



DO  Keluarga



Isos klien



mengatakan



klien



malas berinteraksi dengan orang lain  Klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan orang lain DS     3.



Klien tampak suka menyendiri Kontak mata kurang Klien lebih banyak diam Klien tidak mau berbicara



DO  Keluarga



Isolasi Sosial klien



mengatakan



klien



malas berinteraksi dengan orang lain  Klien mengatakan malas untuk



122



berinteraksi dengan orang lain DS    



Klien tampak suka menyendiri Kontak mata kurang Klien lebih banyak diam Klien tidak mau berbicara



I.



Daftar Masalah 1. Resiko perilaku kekerasan 2. Resiko isolasi sosial 3. Defisit perawatan diri 4. Gangguan proses pikir 5. Harga diri rendah 6. Gangguan persepsi sensori halusinasi 7. Kurang pengetahuan



II.



Pohon Masalah Isolasi Sosial



DPD



gangguan proses pikir



HDR III. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. Defisit perawatan diri 2. HDR 3. Isos



INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1.



DIAGNOSA DPD



TUJUAN Masalah defisit perawatan pada



KRITERIA HASIL Klien



mampu SP 1 Pasien



diri menjaga pasien kebersihan



INTERVENSI



diri



teratasi dengan dan lingkungan



a. Identifikasi perawatan



masalah diri



:



kebersihan diri (mandi,



123



memberikan



menggosok



asuhan



mencuci



keperawatan



mengganti



dengan



cara



setelah



gigi, rambut, pakian mandi),



pendekatan



berdandan



(menyisir



strategi



rambut,



berbedak,



pelaksanaan



memakai parfum, dan berlipstik),



makan



/



minum. BAB / BAK b. Jelaskan pentingya kebersihan diri c. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri d. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan mengganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, e. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi, cuci rambut , potong kuku.



SP 2 Pasien a. Evaluasi kebersihan



kegiatan diri.



Beri



pujian b. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan,



cukuran



untuk pria. d. Masukkan pada jadwal kegiatan



untuk



124



kebersihan



diri



dan



berdandan



SP 3 Pasien a. Evaluasi



kegiatan



kebersihan



diri



dan



berdandan. Beri pujian b. Jelaskan cara dan alat makan dan minum c. Latih cara dan alat makan



minum



yang



baik. d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan



diri,



berdandan, dan makan minum yang baik.



SP 4 Pasien a. Evaluasi kebersihan



kegiatan diri,



berdandan, makan dan minum. Beri pujian. b. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik. c. Latih cara BAB/BAK yang baik d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan



diri,



berdandan, makan dam minum serta BAB/BAK .



125



SP 1 Keluarga a. Diskusikan



masalah



yang dirasakan dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya



(gunakan



booklet) c. Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri d. Latih cara merawat kebersihan diri e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian



SP 2 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



kegiatan



keluarga



dalam merawa/melatih klien kebersihan diri. Beri pujian b. Bombing



keluarga



membantu



klien



berdandan c. Anjurkan



membantu



klien sesuai jadwal dan memberikan pujian



SP 3 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien menjaga kebersihan diri dan



berdandan.



Beri



126



pujian b. Bimbing



keluarga



membantu makan dan minum klien c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian



SP 4 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien kebersihan



diri,



berdandan, makan dan minum. Beri pujian b. Bimbing keluarga merawat



BAB/BAK



klien c. Bimbing



keluarga



merawat



BAB



DAN



BAK klien d. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh serta rujukan. e. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian. 2



Harga Rendah



Diri Membantu klien untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri melalui strategi pelaksanaan keperawatan



1. Rasa percaya SP 1 Pasien diri



klien



kembali ada 2. Klien tidak



a. Identifikasi kemampuan melakukan



kegiatan



lagi



dan aspek positif ( buat



dengan cara



daftar kegiatan ) b. Bantu klien menilai



minder menggali lagi



aspek



kegiatan



yang



dapat



dilakukan saat ini (pilih



127



kelebihan



dari daftar kegiatan ),



yang dimilki



buat



klien



yang dapat dilakukan



daftar



kegiatan



saat ini. c. Bantu klien memilih salah



satu



kegiatan



yang dapat dilakukan saat ini untuk dipilih. d. Latih kegiatan yang dipilih ( alat dan cara melakukanya ) e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2 kali perhari. SP 2 Pasien a. Evaluasi pertama dilatih



kegiatan



yang dan



telah berikan



pujian b. Bantu klien memilih kegiatan yang kedua untuk dilatih. c. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua



kegiatan



masin-masing sehari. SP 3 Pasien a. Evaluasi pertama



yang 2



kali



kegiatan dan



kedua



yang sudah dilatih dan berikan pujian b. Bantu klien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih c. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal



128



kegiatan untuk latihan tiga kegiatan, masing – masing dua kali per hari. SP 4 Pasien a. Evaluasi



kegiatan



pertama,



kedua,dan



ketiga yang telah di latih



dan



berikan



pujian. b. Bantu kklien memilih kegiatan keempat yang akan di latih. c. Latih kegiatan keempat (alat dan cara) d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masingmasing dua kali per hari.



SP 1 Keluarga a. Diskusikan salah yang dirasakan



dalam



merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet) c. Jelaskan cara merawat harga terutama



diri



rendah



memberikan



pujian semua hal positif pada klien d. Latih keluarga member 129



tanggung



jawab



kegiatan yang dipilih klien : bimbing dan beri pujian. e. Anjurkan



membantu



klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 2 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



membimbing dalam



klien



melaksanakan



kegiatan



kebersihan



diri. Beri pujian b. Bersama keluarga melatih



klien



melakukan



dalam kegiatan



kedua yang dipilih klien c. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian SP 3 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



membimbing



klien



melaksanakan kegiatan. Beri pujian b. Bersama melatih melakukan



keluarga klien kegiatan



keempat yang dipilih c. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan. d. Anjurkan



membantu



130



klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 4 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



membimbing



klien



melaksanakan kegiatan. Beri pujian b. Bersama melatih melakukan



keluarga klien kegiatan



keempat yang dipilih. c. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan d. Anjurkan



membantu



klien sesuai jadwal dan memberikan pujian. SP 1 pasien a. Melatih



cara



berinteraksi dengan 1 orang lawan bicara b. Memasukkan ke jadwal harian



SP 2 Isos c. Evaluasi



kegiatan



berkenalan ( beberapa orang ) beri pujian d. Latih cara berbiacara saat



melakukan



kegiatan harian (latih 2



131



kegiatan) e. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang tetangga



atau



berbicara



tamu, saat



melakukan



kegiatan



harian. SP 3 Pasien a. Evaluasi latihan



kegiatan berkenalan



(beberapa orang) dan bicara saat melakukan dua



kegiatan



Beri pujian b. Latih cara saat



harian. berbicara



melakukan



kegiatan harian c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang berbiacara



saat



melakukan



kegiatan



harian. SP 1 Keluarga a. Diskusikan



masalah



yang dirasakan dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi social c. Jelaskan cara merawat isolasi social d. Latih dua cara merawat berkenalan,berbicara



132



saat



melakukan



kegiatan harian SP 2 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/ melatih klien berkenalan



dan



berbicara



saat



melakukan



kegiatan



harian b. Jelaskan rumah



kegiatan tangga



yang



dapat melibatkan klien berbicara c. Latih cara membimbing klien



berbicara



dan



member pujian SP 3 Keluarga a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien berkenalan, saat



berbicara melakukan



kegiatan harian dan RT. Beri pujian b. Jelaskan cara melatih klien



melakukan



kegiatan social seperti berbelanja, sesuatu c. Latih cara



meminta keluarga



mengajak klien belanja SP 4 Keluarga



133



a. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/ melatih klien berkenalan, saat



berbicara melakukan



kegiatan



harian,



berbelanja, beri pujian b. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan Anjurkan membantu klien sesuai



jadwal



dan



memberikan pujian.



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI/TG



DIAGNOSA



L



EVALUASI



PARAF



KEPERAWATAN



senin, 22 Defisit Mei 2017



IMPLEMENTASI



Perawatan Diri



SP 1 DPD :



S : Klien mengatakan



Identifikasi



masalah



perawatan



diri



kebersihan



: diri,



bisa



melakukan



kegiatan



perawatan



diri



berdandan, makan / O : Klien tampak minum. BAB / BAK a. Jelaskan pentingya



bisa



melakukan



perawatan diri



kebersihan diri A: Klien tampak b. Jelaskan cara dan mandiri melakukan alat kebersihan diri kegiatan kebersihan c. Latih cara menjaga diri kebersihan diri : mandi dang anti  Klien



mampu



134



pakaian, sikat gigi,



mandi,



mencuci



cuci



rambut



dibantu



rambut,



peneliti. potong kuku, d. Masukan pada  Klien jadwal



kegiatan



untuk



mampu



menyisir



latihan



dan



rambut berbedak



mandi, sikat gigi, cuci



rambut



potong kuku.



secara mandiri mampu ,  Klien makan dan minum benar  Klien



dengan mampu



BAB/BAK dengan benar. P



:



Optimalkan



kemampuan



Sp



1



DPD



SP



1



HDR



:



pengkajian dan latihan kegiatan pertama



S : Klien mnegatakan belum



bisa



melakukan kegiatan merapikan



a. Membina



tempat



saling tidur dengan arahan



hubungan



percaya b. Mengidentifikasi



O : Klien tampak



dari aspek positif tidak bisa melakukan dengan yang masih dimilki kegiatan c. Menidentifikasi kemampuan



A : Klien melakukan



melakukan kegiatan dan aspek positif klien d. Bantu menilai yang



arahan



klien



kegiatan dapat



kegiatan



mandiri



tanpa arahan P



:



Optimalkan



kemampuan



SP



1



135



dilakukan saat ini HDR (pilih dari daftar kegiatan



),



buat



daftar



kegiatan



yang



dapat



dilakukan saat ini. e. Bantu klien memilih salah satu kegiatan dapat saat f.



yang dilakukan



ini



dipilih. Latih



untuk kegiatan



yang dipilih ( alat dan



cara



melakukanya ) g. Masukkan pada jadwal



kegiatan



untuk latihan 2 kali perhari.



Sp 1 Isos



S : Klien mengatakan



a. Mengidentifikasi penyebab



isolasi



tidak bisa melakukan kegiatan berkenalan dengan baik



social:



siapa



dirumah,



siapa O : Klien tampak



yang



dekat,



dan bisa



melakukan



apa sebabnya. kegiatan dengan b. Keuntungan punya arahan teman dan A : Klien melakukan bercakap-cakap c. Kerugian tidak kegiatan mandiri punya teman dan tanpa arahan tidak cakap d. Latih



bercakapP



:



Optimalkan



cara kemampuan



SP



1



136



berkenalan dengan Isos anggota keluarga e. Masukkan pada jadwal



kegiatan



untuk



latihan



berkenalan. Defisit



S : Klien mengatakan



SP 2 DPD :



Perawatan Diri



a. Evaluasi



kegiatan



kebersihan



diri.



Beri pujian b. Jelaskan cara dan alat



untuk



berdandan c. Latih



cara



belum



bisa



melakukan kegiatan perawatan diri O :



Klien tampak



tidak bisa melakukan perawatan diri



berdandan setelah A : Klien tampak kebersihan diri: mandiri dalam sisiran, rias muka perawatan diri untuk perempuan d. Masukkan pada P jadwal untuk



:



Optimalkan



kegiatan kemampuan



SP



2



kebersihan DPD



diri dan berdandan



Harga Rendah



Diri SP 2 HDR a. Evaluasi



S : Klien mengatakan kegiatan



pertama yang telah



belum bisa menyapu lantai



dilatih dan berikan O : Klien tampak



pujian b. Bantu



klien tidak bisa menyapu kegiatan lantai dengan arahan



memilih



yang kedua untuk A : Klien tampak



dilatih. c. Latih kedua



kegiatan mandiri (alat



cara) d. Masukkan



dalam



dan perawatan diri pada



137



jadwal



kegiatan P



:



Optimalkan



untuk latihan dua Kemampuan kegiatan



Sp



2



yang HDR



masin-masing



2



kali sehari.



S : Klien mengatakan SP 2 Isos f. Evaluasi kegiatan belum bisa berkenalan berkenalan dengan ( beberapa orang ) orang lain beri pujian g. Latih cara O : Klien tampak berbiacara saat tidak bisa berkenalan melakukan



dengan orang lain



kegiatan



harian



A : Klien tampak (latih 2 kegiatan) h. Masukan pada tidak mandiri jadual



kegiatan



untuk



latihan



berkenalan orang



2-3



tetangga



atau



P



:



Optimalkan



Kemampuan



Sp



2



Isos



tamu,



berbicara



saat



melakukan kegiatan harian. DPD



SP 3 Pasien S : Klien mengatakan e. Evaluasi kegiatan belum bisa mengepel pertama dan kedua lantai yang sudah dilatih dan berikan pujian O : Klien tampak f. Bantu klien tidak bisa mengepel memilih



kegiatan lantai dengan arahan ketiga yang akan A : Klien tampak di latih g. Latih kegiatan mandiri dalam ketiga



(alat



dan



138



cara) h. Masukkan



melakukan aktivitas pada



: Optimalkan kegiatan P untuk latihan tiga Kemampuan Sp 2 kegiatan, masing – HDR jadwal



masing dua kali per hari. HDR



S : Klien mengatakan



SP 3 Pasien a. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa dan



orang)



bicara



belum berkenalan



dengan



orang lain



saat O : Klien tampak dua tidak bisa berkenalan



melakukan



harian. dengan



kegiatan



bisa



orang



lain



tanpa arahan



Beri pujian b. Latih



cara saat A : Klien tampak mandiri dalam



berbicara melakukan



melakukan kegiatan kegiatan harian c. Masukan pada berkenalan jadwal kegiatan : Optimalkan untuk latihan P 4-5 Kemampuan Sp Isos



berkenalan orang



berbiacara



saat



melakukan



kegiatan harian. S : Klien mengatakan



SP 3 Pasien a. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa dan



orang)



bicara



melakukan kegiatan Beri pujian



belum



bisa



berkenalan



dengan



orang lain



saat O : Klien tampak dua tidak bisa berkenalan



harian. dengan



orang



lain



tanpa arahan 139



b. Latih



cara A : Klien tampak



berbicara



saat mandiri



melakukan



dalam



melakukan kegiatan



kegiatan harian berkenalan c. Masukan pada : Optimalkan jadwal kegiatan P latihan Kemampuan Sp Isos



untuk berkenalan



4-5



orang



berbiacara



saat



melakukan



kegiatan harian.



S : Klien mengatakan



SP 4 Klien a. Evaluasi kegiatan kebersihan



diri,



bisa BAB/BAK yang baik



berdandan, makan O : Klien tampak dan minum. Beri bisa



tanpa arahan



pujian. b. Jelaskan



cara



BAB/BAK baik. c. Latih BAB/BAK baik d. Masukkan jadwal



BAK/BAK



yang A : Klien tampak mandiri dalam cara melakukan kegiatan yang berkenalan pada P



:



Optimalkan



kegiatan Kemampuan



untuk kebersihan



Sp



4



latihan DPD diri,



berdandan, makan dam minum serta BAB/BAK



140



PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



A. Pengkajian Identitas Klien Inisial Klien



: Tn. M (/L)



Umur



: 46 tahun



Informan



: Klien dan keluarga



Pekerjaan



: tidak bekerja



Alamat Lengkap



: Jalan Solok no. 240, Nanggalo Padang



Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2017



141



I.



KELUHAN SAAT DIKAJI Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 13.10 WIB klien mengatakan malas mandi, malas mengganti pakaian dan malas melakukan aktivitas lainnya. Wajah klien tampak kusam, badan berbau, kuku panjang dan kotor, gigi kotor dan mulut berbau, klien tidak memakai sendal jika keluar rumah. Keluarga mengatakan klien tidak mandi sudah 4 hari dan pakaian klien tidak diganti-ganti. Keluarga juga mengatakan klien jarang mencukir kumis dan jenggot, dan klien makan cuma sekali sehari, klien mampu makan secara mandiri.



II.



FAKTOR PREDISPOSISI a. Gangguan Jiwa di Masa Lalu Klien mengatakan sebelumnya klien sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak 3 kali dalam 1 tahun terakhir dengan rata-rata lama hari rawat ± 1 bulan. Pertama kali dirawat tahun 2015 dengan alasan putus obat. Klien mengatakan pada saat putus obat klien marah-marah ke keluarga dan masyarakat sekitar. b. Pengobatan Sebelumnya Klien mengatakan sebelumnya sudah menjalani terapi pengobatan di puskesmas nanggalo, klien menyadari bahwa klien mengalami putus obat. c. Trauma  Aniaya Fisik Klien mengatakan pernah dipukuli oleh masyarakat karena membuat 



keributan di lingkungan masyarakat sekitar. Aniaya Seksual Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya seksual dan juga pelaku seksual.Klien juga tidak pernah menyaksikan kejadian tentang







aniaya seksual. Penolakan Klien mengatakan tidak pernah merasa ditolak dalam keluarga maupun







masyarakat. Kekerasan dalam Keluarga Klien mengatakan tidak pernah dipukul dalam keluarga, klien juga tidak pernah







memukul



anggota



keluarga.



Jika



marah



klien



hanya



mengungkapkan kata-kata kasar tanpa melukai orang sekitar Tindakan Kriminal



142



Klien mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukan tindakan kriminal seperti membunuh atau mencuri barang milik orang lain maupun keluarganya. MK : Respon Pasca Trauma d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa atau tidak ada anggota keluarganya yang dirawat di rumah sakit jiwa sebelumnya. e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan saat kelas 5 SD pernah mengalami kecelakaan bersepeda dan mengalami benturan pada kepalanya. Saat itu klien mengatakan tidak dibawa ke rumah sakit melainkan di bawa ke dukun oleh keluarganya. Masalah Keperawatan: Respon Pasca Trauma I.



PEMERIKSAAN FISIK  Tanda-tanda Vital TD: 110/70 mmHg 



S: 37 ºC



P: 24 x/m



Ukuran TB: 165 cm







N: 95 x/m



BB: 50 kg



Keluhan Fisik Klien mengatakan tidak ada keluhan terhadap kesehatanya, klien tidak pernah merasa sakit, terkadang klien hanya merasa pusing dan hilang apabila klien tidur.



II. PSIKOSOSIAL a. b. Genogram



143



Keterangan: = perempuan



= klien



= laki-laki



= hubungan keluarga = tinggal serumah



= meninggal Klien mengatakan tinggal bersama ibu dan dua adik kandungnya (anak ke 3 dan 4) di rumah.Ayahnya telah meninggal dunia sejak usianya



tahun,



sedangkan adiknya yang nomor 2 hanya 1x seminggu mengunjungi rumah.Kakek dan nenek dari ayah telah meninggal dunia dan dari ibu hanya nenek saja yang masih hidup.Di dalam keluarga, yang sering mengambil keputusan adalah adik kandungnya, sehingga klien merasa dirinya tidak dianggap sebagai anak yang tertua.Kemudian klien menganggap bahwa adik yang ke tiga dan ke empatnya tidak berguna bagi keluarga karena hanya menyusahkan saja. Masalah keperawatan: Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan. c. Konsep Diri  Citra Tubuh Klien mengatakan anggota tubuhnya lengkap dan tidak mengalami kecacatan, klien bersyukur telah diberikan anggota tubuh yang lengkap oleh Yang Maha Kuasa. 



Identitas Diri Klien mengatakan bahwa klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan sebagai laki-laki klien ingin mempunyai pasangan hidup (isteri) yang baik dan solehah



144







Peran Diri Klien mengatakan didalam keluarga adalah seorang anak dan saat ini berumur 45 tahun dan belum menikah. Seharusnya dari segi umur klien sudah menikah dan sudah mempunyai pekerjaan yang tetap. Namun pada umur 45 tahun klien belum mempunyai pekerjaan yang tetap dan belum







berkeluarga. Ideal Diri Klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada bagian anggota tubuhnya,







Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dihadaapinya. Harga Diri Klien mengatakan hubungannya dengan keluarga dan masyarakat tidak ada masalah, klien mengatakan orang lain menganggapnya sebagai orang gangguan jiwa. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah



d. Hubungan Sosial  Orang Terdekat Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu klien.  Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Klien mengatakan tidak membatasi hubungan dan interaksinya dengan 



masyarakat ataupun kelompok. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan bahwa klien tidak ada hambatan komunikasi dengan klien lain dan tidak ada masalah dengan masyarakat. Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan



e. Spritual  Nilai dan keyakinan Klien mengatakan beragama islam dan wajib menjalankan ibadah sholat wajib. Masyarakat sekitar masih menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa harus diasingkan karena dianggap meresahkan kenyamanan dalam masyarakat. Klien mengatakan bahwa penyakitnya 



adalah balasan dari yang maha kuasa. Kegiatan Ibadah Klien mengatakan bahwa klien tidak melakukan shalat 5 waktu setiap hari sesuai dengan jadwal waktu shalat. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan



III. STATUS MENTAL a. Penampilan 145



Klien berpenampilan tidak rapi, akan tetapi klien menggunakan sesuatu sesuai kondisi. Kuku Klien tampak panjang dan kotor. Gigi klien tampak hitam dan kekuningan. Kumis dan jengot klien tidak rapi. Klien mengatakan tidak mau mandi. Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri b. Pembicaraan Klien berbicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, Berbicara cepat dan keras. Masalah keperawatan: hambatan komunikasi c. Aktivitas Motorik Klien tampak gelisah, tidak tremor, dan tidak lesu. Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan d. Alam Perasaan Klien tampak putus asa karena keinginannya tidak tercapai dan ia merasa sedih karena keluarganya meninggalkannya di rumah sakit. Masalah keperawatan : keputusasaan atau ketidakberdayaan e. Afek Afek klien labil, karena emosinya belum dapat terkontrol dengan baik dan cepat berubah-ubah. Masalah keperawatan : resiko cidera f. Interaksi Selama Wawancara Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif, klien bisa menjawab pertanyaan yang diberikan namun terkadang klien sering mempertahankan pendapatnya dan kebenaran dirinya. Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan g. Persepsi Klien mengatakan pernah mendengar bisikan suara yang aneh dan terjadi ketika klien sedang sendiri. Saat dikaji klien mengatakan tidak ada mendengar bisikan suara sejak 2 minggu yang lalu. Masalah keperawatan : ganguan persepsi sensori : pendengaran. h. Proses Pikir Proses pikir klien cukup baik, tetapi terkadang dalam pembicaraan klien sering mengganti topik yang ditanyakan. Masalah keperawatan : gangguan proses pikir i. Isi Pikir Klien mengatakan memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap sesuatu. Seperti keyakinan berlebih terhadap agama yang sering diucapkannya secara berulang-ulang dan menyampaikan sesuatu yang berulang-ulang tidak sesuai kenyataan



146



Masalah keperawatan :gangguan proses pikir : waham j. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran klien baik.Klien bisa mengingat waktu, tempat dan orang ketika berkmunikasi dengannya.Klien bisa fokus berbicara dengan lawan bicara. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan k. Memori Klien tidak ada mengalami gangguan daya ingat.Klien bisa mengingat kejadian yang telah berlalu. Ketika ditanya tentang kejadian yang berlangsung satu bulan yang lalu klien masih mengingatnya, kemudian untuk kejadian yang berlangsung selama satu minggu terakhir klien juga dapat mengingatnya yaitu kapan klien masuk rumah sakit, dan untuk ingat saat ini klien dapat mengingat kejadian yang baru dialami seperti jam berapa klien bangun tadi pagi. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Klien mampu berkonsentrasi selama interaksi dengan perawat dan mampu untuk berhitung dengan baik. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan m. Kemampuan Penilaian Klien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain karena ketika ditanya ingin mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi klien bisa memilihnya. Masalah keperawatan : tidak ada keperawatan n. Daya Tilik Diri Klien menyadari bahwa dirinya memang mudah emosian namun klien juga menyalahkan sesuatu yaitu obat yang menyebabkan dirinya seperti sekarang ini. Masalah keperawatan : gangguan proses pikir IV.



KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG A. Makan Klien mampu makan dan minum secara mandiri dengan frekuensi makan 3x sehari (nasi+lauk pauk+sayur), setelah itu ia bisa merapikan dan membersihkan alat makan tanpa disuruh oleh orang lain.



147



B. BAB/BAK Klien mampu BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan mampu untuk membersihkan kamar mandi (wc) setelah menggunakannya.



C. Mandi Klien mengatakan tidak mau mandi 2x sehari, karena klien mengatakan setelah mandi dia akan pergi kelayapan keluar. D. Berpakain dan berhias Klien tidak bisa berpakaian dan berhias sendiri, klien tidak pernah mengganti pakaiannya, dan tidak mampu berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi.



E. Istirahat dan tidur Klien mengatakan tidur siang selama 1-2 jam sehari, pada malam hari klien tidur tidak cukup. Sebelum tidur, klien tidak mencuci muka, kaki, tangan dan menyikat gigi, kemudian setelah bangun klien tidak bisa merapikan tempat tidur. F. Penggunaan obat Klien mengatakan minum obat 1x sehari secara oral, jenis obat yang di komsumsi oleh klien adalah CPZ, THP dan HLP. G. Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan berobat di puskesmas nanggalo padang dan ditemani oleh keluarganya. H. Kegiatan di dalam rumah Klien mengatakan mampu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu halaman, menolong orangtua berjualan dan ke pasar. I. Kegiatan/ aktivitas di luar rumah Klien mengatakan mampu berbelanja untuk keperluan sehari-hari dan bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti berbelanja. V.



MEKANISME KOPING Klien mengatakan jika ada masalah biasanya langsung meluapkannya dengan kata-kata kasar.



148



Masalah keperawatan : ketidakefektifan koping individu VI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN a. Masalah dengan dukungan kelompok Klien mengatakan tidak ada memiliki masalah dengan kelompok masyarakat di tempat dimana ia biasanya bersosialisasi seperti di pasar. b. Masalah berhubungan dengan lingkungan Klien mengatakan tetangganya banyak yang membicarakan tentang klien dan keluarganya serta menganggap klien melakukan kekerasan fisik terhadap anggota keluarganya. c. Masalah dengan pendidikan Klien mengatakan pendidikan klien hanya sampai jenjang SMA. Klien melanjutkan ke jenjang perkuliahan tetapi tidak tamat. d. Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, klien hanya membantu ibunya berjualan di warung. e. Masalah dengan perumahan Klien mengatakan tinggal dirumah sendiri dengan ibunya f. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien mengatakan memanfaatkan pengobatan di puskesmas nanggalo untuk melanjutkan terapi pengobatannya.



VII. PENGETAHUAN Klien mengatakan tidak mengetahui tentang perjalanan penyakitnya. VIII. ASPEK MEDIK Diagnosis medis : Terapi medis : CPZ 2x2 mg THP 2x2 mg `HLP 2x2 mg



IX.



ANALISA DATA



NO 1



Data DS: - Klien



Masalah Keperawatan Harga diri rendah



mengatakan



pasrah



akan



149



-



keadaannya yang seperti ini Klien mengatakan bahwa penyakitnya



adalah balasan dari yang maha kuasa DO: - Terkadang klien terlihat murung dan -



sedih Klien sering berjalan mondar-mandir dan gelisah



2



DS: - Klien mengatakan hanya mandi 1x -



Defisit perawatan diri



sehari, bahkan tidak mandi seharian. Klien mengatakan pakaiannya diganti 1x sehari



DO: - Klien tampak berantakan - Klien kurang terampil dalam menjaga -



kebersihan gigi dan mulut Gigi klien tampak kuning dan hitam Klien berbau



DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5.



Harga diri rendah Defisit perawatan diri : berpakaian Gangguan proses pikir : waham Ketidakefektifan koping individu Risiko cidera



POHON MASALAH Resiko menciderai diri (RBD)



Defisit perawatan diri (DPD)



Harga Diri Rendah (HDR)



B. Diagnosa Keperawatan



150



1. Harga diri rendah (HDR) 2. Defisit perawatan diri (DPD)



C. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



1.



Keperawatan Harga Diri SP 1 Pasien: Rendah



Intervensi



1. Identifikasikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan) 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. 3. Bantu pasien memilih salah



satu



kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukanya0 5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari. SP 2 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama yang dilatih dan berikan pujian. 2. Bantu klien memilih kegiatan yang kedua untuk dilatih 3. Latih kegiatan yang kedua (alat dan cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali per hari.



151



SP 3 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian 2. Bantu klien memilih kegiatan yang ketiga untuk dilatih 3. Latih kegiatan ketiga ( alat-cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua kali perhari.



SP 4 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian. 2. Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. 3. Latih kegiatan keempat ( alat dan cara) 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-masing dua kali per hari. SP 1 Keluarga: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan



proses



terjadinya



Harga



Diri



Rendah (gunakan booklet) 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif klien yang pernah dimiliki sebelum dan setelah sakit. 4. Jelaskan cara merawat Harga Diri Rendah terutama memberikan pujian semua hal yang positif pada klien. 5. Latih keluarga memberikan tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih klien: bimbing dan berikan pujian. 6. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal



152



dan memberikan pujian.



SP 2 Keluarga: 1. Evalusi



kegiatan



membimbing



klien



keluarga



dalam



melaksanakan



kegiatan pertama yang dipilih dan dilatih klien, beri pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih klien. 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.



SP 3 Keluarga: 1. Evalusi



kegiatan



membimbing



klien



keluarga



dalam



melaksanakan



kegiatan pertama dan kedua yang telah dipilih dan dilatih, beri pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih. 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian. SP 4 Keluarga: 1. Evalusi



kegiatan



membimbing



klien



keluarga



dalam



melaksanakan



kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah



dipilih dan dilatih, beri



pujian 2. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan keempat



yang



dipilih. 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal 153



dan memberi pujian.



2.



Defisit



SP 1 Pasien:



Perawatan Diri



Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK 1. Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri 3. Latih cara menjaga membersihkan diri :mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi dan sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu) potong kuku ( satu kali per minggu)



SP 2 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan 3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, cukuran untuk pria 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.



SP 3 Pasien: 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan . Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum 3. Latih cara makan dan minum yang baik 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan dan makan/minum yang baik. SP 4 Pasien: 154



1. Evaluasi



kegiatan



kebersihan



diri,



berdandan, makan/minum. Beri pujian 2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik 3. Latih cara BAB/BAK yang baik. 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan



diri,



berdandan,



makan/minum, BAB/BAK SP 1 Keluarga: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri (gunakan booklet) 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri 4. Latih dua cara merawat: kebersihan diri dan berdandan 5. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 2 Keluarga: 1. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien kebersihan diri, beri pujian. 2. Latih dua (yang lain) cara merawat: makan/minum, BAB/BAK 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian SP 3 Keluarga: 1. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien kebersihan diri dan berdandan, beri pujian. 2. Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan, makan dan minum klien 3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian



155



SP 4 Keluarga: 1. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih klien kebersihan diri dan berdandan,makan dan minum, beri pujian. 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK klien 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian



D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No



Hari/tangga



Diagnosa



Implementasi



Evaluasi



Deficit



SP 1 DPD :



S : Klien mengatakan bisa



perawatan



Identifikasi



masalah melakukan kegiatan perawatan



diri



perawatan



l



kebersihan berdandan,



: diri



diri



diri, O makan



:



Klien



tampak



bisa



/ melakukan perawatan diri



minum. BAB / BAK



A:



Klien



tampak



mandiri



e. Jelaskan pentingya melakukan kegiatan kebersihan diri kebersihan diri f. Jelaskan cara dan  Klien mampu mandi, mencuci alat kebersihan diri rambut dibantu peneliti. g. Latih cara menjaga  Klien mampu menyisir kebersihan diri : rambut dan berbedak secara mandi dang anti mandiri pakaian, sikat gigi,  Klien mampu makan dan cuci rambut, potong kuku, h. Masukan



pada



minum dengan benar  Klien mampu BAB/BAK dengan benar.



jadwal



kegiatan P : Optimalkan kemampuan Sp 1 untuk latihan mandi, DPD 156



sikat



gigi,



rambut



,



cuci potong S : Klien mnegatakan belum bisa



kuku.



melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dengan arahan O : Klien tampak tidak bisa melakukan



kegiatan



dengan



arahan A : Klien melakukan kegiatan mandiri tanpa arahan P : Optimalkan kemampuan SP 1 SP



1



: HDR



HDR



Harga diri



pengkajian dan latihan



rendah



kegiatan pertama h. Membina hubungan saling percaya i. Mengidentifikasi dari aspek positif yang masih dimilki j. Menidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan



aspek



positif



klien k. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih



dari



kegiatan



),



daftar buat



daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. l. Bantu klien memilih salah satu kegiatan 157



yang



dapat



dilakukan saat ini untuk dipilih. m. Latih kegiatan yang dipilih ( alat dan cara melakukanya ) n. Masukkan pada jadwal



kegiatan



untuk latihan 2 kali perhari.



158



DOKUMENTASI KUNJUNGAN PARTISIPAN 1 DAN KELUARGA



1. Kunjungan pertama (Senin 22 Mei 2017)



2. Kunjungan kedua (Selasa 23 Mei 2017)



159



3. Kunjungan ketiga (Rabu, 24 Mei 2017)



160



4. Kunungan keempat (Kamis, 25 Mei 2017)



161



5. Kunjungan kelima (Jumat 26 Mei 2017)



162



6. Kunjungan keenam (Sabtu, 27 Mei 2017)



163



7. Kunjungan ketujuh (Minggu, 28 Mei 2017)



164



8. Kunjungan kedelapan ( Senin 29 Mei 2017)



165



9. Kunjungan kesembilan (Selasa, 30 Mei 2017)



10. Kunjungan kesepuluh (Rabu 31 Mei 2017)



166



LAPORAN DOKUMENTASI KUNJUNGAN



167



PARTISIPAN 2



1.



Kunjungan pertama (Senin, 22 Mei 2017)



(Inform Concent, kontrak waktu, topik,dan tempat, pengkajian) 2.



Kunjungan kedua (Selasa, 23 Mei 2017)



168



(Membina hungan saling percaya, melakukan pengkajian)



3.



(Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan) Kunjungan hari ketiga (Rabu, 24 Mei 2017)



169



(Melatih SP 1 : Menjaga kebersihan diri seperti mandi, mencuci rambut, dan menggosok gig dan mengganti pakaian setelah mandii)



(setelah di latih SP 1 : Menjaga kebersihan diri)



4.



Kunjungan keempat (Kamis, 25 Mei 2017)



170



(Melatih SP 2 : Berdandan , menyisir rambut dan memakai minyak rambut)



5.



Kunjungan Kelima (Jumat, 26 Mei 2017)



171



(Melatih SP 3 : Makan dan minum dengan benar, makan dan minum duduk dan menggunakan tangan kanan)



6.



Kunjungan keenam (Sabtu, 27 Mei 2017)



172



(Melatih SP 4 : Mengajarkan cara BAB/BAK yang benar dan SP 4 keluarga)



7. Kunjungan ketujuh (Minggu, 28 Mei 2017)



173



8. Kunjungan kedelapan (Senin, 29 Mei 2017)



9. Kunjungan kesembilan (Selasa, 30 Mei 2017)



174



10. Kunjungan kesepuluh (Rabu, 31 Mei 2017)



(terminasi )



175



176