10 0 326 KB
PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJERUKTAHUN 2021 Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan UAS Pada Mata Kuliah Riset Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Politekni Kesehatan Kemenkes Mataram Tahun Akademik 2021/2022
Oleh : AULIA HAMYATUL FITRI NIM. P07120421005A
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan UAS Pada Mata Kuliah Riset Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Politekni Kesehatan Kemenkes Mataram Tahun Akademik 2021/2022
Mataram,
Desember 2021
Mahasiswa,
AULIA HAMYATUL FITRI NIM. P07120421005A
i
Mengesahkan, Dosen Pengajar,
MOH. ARIP, S.Kp.,M.Kes NIP. 196706071989031003
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, taufik, hidayah, sehingga penulisan Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Brisk Walking Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruktahun 2021” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan Proposal Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
ii
sebesar-besarnya
kepada
Dosen
Pengajar
bapak
MOH.
ARIP,
S.Kp.,M.Kes dan seterusnya. Semoga tugas proposal ini ada manfaatnya bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya
Mataram,
Desember 2021
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................i KATA PENGANTAR................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................iii DAFTAR TABEL.....................................................................................iv DAFTAR GAMBAR.................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vi BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................6 C. Tujuan Penelitian...........................................................................6 D. Hipotesis........................................................................................7 E. Manfaat Penelitian........................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................9 A. Landasan Teoritis..........................................................................9 1. Konsep Tekanan Darah..........................................................9 2. Konsep Hipertensi.................................................................19 3. Konsep Briks alking Exercise...............................................34 B. Kerangka konseptual..................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN............................................................41 A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................41 B. Rancangan Penelitian.................................................................41 C. Populasi dan Sampel..................................................................42 1. Populasi................................................................................42 2. Sampel..................................................................................42 a. Besar Sampel...................................................................43 b. Kriteria Sampel.................................................................44 c. Sampling...........................................................................45 D. Variabel Penelitian......................................................................45 E. Definisi Operasional....................................................................46 F. Instrumen Penelitian...................................................................47 G. Alur Penelitian.............................................................................49
iv
H. Data Yang Dikumpulkan..............................................................50 I. Cara Pengumpulan Data.............................................................50 J. Cara Pengolahan Data................................................................51 K. Analisa Data................................................................................53 L. Etika Penelitian...........................................................................53 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................55 LAMPIRAN................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Tekanan Darah Normal Rata-Rata...........................................14
v
Tabel.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH.........................23 Tabel.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA & JNC VII, 2014...............23 Tabel.4 Kategori Tekanan Darah Menurut Kemenkes RI......................23 Tabel.5 Definisi Operasional..................................................................46
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 Kerangka Konseptual...........................................................40
vi
Gambar.2 Bentuk Rancangan ..............................................................42 Gambar.3 Spigmomanometer...............................................................47 Gambar.4 Stetoskop..............................................................................47 Gambar.5 Alat Tulis...............................................................................48 Gambar.6 Alat Pengumpulan Data (Kuosioner)....................................48 Gambar.7 Alur Penelitian.......................................................................49
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit
jantung
dan
pembuluh
darah
(Kardiovaskular)
merupakan masalah kesehatan utama di Negara maju maupun Negara berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang banyak disandang masyarakat. Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi seperti stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak), dan kejang pada wanita
preeklamsi.
(P2PTM
Kemenkes
RI,
2018).
Hipertensi
merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling banyak disandang masyarakat (Kemenkes RI, 2019).
1
1
Organisasi
kesehatan
dunia
(World
Healt
Organization/WHO)
mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebuat, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Wilayah Afrika memiliki prevalensi Hipertensi sebesar 27%. Asia tenggara berada di posisi ke3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. WHO juga memperkirakan 1 diantara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 diantar 4. (Pusdatin Kemkes, 2019). Berdasarkan hasil Riskesdas terbaru tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34.1%. Angka ini meningkat cukup tinggi dibandingkan hasil RISKESDAS tahun 2013. Dan dari riset yang terbaru pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 13.2% pada usia 18-24 tahun, 20,1% di usia 25-34 tahun, dan 31,6% pada kelompok usia 25-44 tahun. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga menunjukkan bahwa penderita hipertensi di Indonesia berdasarkan kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 45,3%, usia 55-64 tahun sebanyak 55,2%, usia 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan pada usia ≥ 75 tahun sebanyak 69,5%. Berdasarkan data-data yang diperoleh menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu sebesar 26,5%. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
2
NTB (2017), dari 2.981.909 penduduk usia 18 tahun ke atas, sebanyak 100.114 jiwa (24,90%) mengalami hipertensi. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2018 menunjukkan penyakit yang menempati peringkat kedua terbanyak di Provinsi NTB adalah hipertensi. Tercatat penderita hipertensi yang berusia ≥18 tahun di Provinsi NTB sebanyak 358.110 jiwa dan mendapatkan pelayanan sebesar 56.107 jiwa (15,7%). Data kunjungan hipertensi se-Puskesmas di Kota Mataram tahun 2018 bahwa Puskesmas Pejeruk menempati peringkat keenam terbanyak dengan jumlah kasus 462 jiwa. Di sisi lain hipertensi menempati peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi di Puskesmas Pejeruk (Profil Puskesmas Pejeruk, 2018). Penyakit Hipertensi berdampak timbulnya penyakit lain yaitu stroke, serangan jantung, dan gagal jantung. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi terkena penyakit jantung, tetapi juga beresiko menderita penyakit lain seperti saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin besar resikonya. Pengendalian hipertensi dengan perubahan perilaku anatara lain menghindari asap rokok, diet yang sehat, rajin aktifitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol. [ CITATION sit20 \l 1057 ] Terdapat dua pengobatan untuk menurunkan Hipertensi yatu, Farmakologi dan Non-farmakologi. Terapi farmakologi merupakan terapi menggunakan obat atau senyawa yang dapat mempengaruhi tekanan darah pasien. Terapi non farmakologi adalah pengobatan
3
tanpa obat dan bisa dilakukan melalui pola makan dengan diet seimbang,
berhenti
merokok,
berhenti
mengonsumsi
alkohol,
mengendalikan stress, terapi herbal, terapi pijat senam yoga, dan olahraga atau aktifitas fisik yang bersiat aerobik seperti jogging, bersepeda, renang, jalan kaki atau brisk walking (dalimartha, 2008 dalam [ CITATION Ayu17 \l 1057 ]. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat Puskesmas Pejeruk diperoleh informasi bahwa tidak ada bentuk penanganan lain yang diberikan pada pasien hipertensi selain pemberian
obat
penurunan
anti
hipertensi.
Sementara
itu,
penanganan hipertensi yang dilakukan hanya dengan pemberian obat-obatan penurun tekanan darah masih belum cukup untuk membantu penderita hipertensi dalam mengendalikan tekanan darah yang meningkat, sehingga perlu penanganan lain seperti senam ataupun aktivitas fisik lainnya untuk membantu penderita hipertensi dalam
mengendalikan
atau
mengontrol
tekanan
darah
yang
meningkat. Menurut the American College of Sports Medicine, olahraga atau aktifitas fisik dengan intensitas sedang, seperti berjalan cepat dapat menurunkan mortalitas penderita gangguan kardiovaskular seperti hipertensi. (Niederhoffer KG, 2009 dalam [ CITATION Son20 \l 1057 ] Brisk Walking Exercise sebagai salah satu bentuk latihan aerobik merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien
4
hipertensi dengan menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30 menit dengan rerata kecepatan 4-6 km/jam. Kelebihannya adalah latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen dan peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat mengurangi pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemak dan peningkatan penggunaan glukosa (Kowalski, 2010). Brisk Walking Exercise/ jalan cepat berdampak pada penurunan risiko mortalitas dan morbiditas pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran kalori, mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta endorphin yang dapat menurunkan stres serta tingkat keamanan penerapan Brisk Walking Exercise pada semua tingkat umur penderita hipertensi (Kowalski, 2010 dalam [ CITATION Ari18 \l 1057 ] Menurut Ganong dan Price (2003) Brisk Walking Exercise bekerja melalui penurunan resistensi perifer. Pada saat otot berkontraksi melalui aktifitas fisik akan terjadi peningkatan aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik. Adanya dilatasi sfinter prekapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan pembukaan 10 - 100 kali lipat pada kapiler. Dilatasi pembuluh juga akan mengakibatkan penurunan jarak antara darah dan sel aktif serta jarak tempuh difusi O2 serta zat metabolik sangat berkurang yang dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah, oksigen serta nutrisi dalam sel [ CITATION Ani18 \l 1057 ].
5
Hal terseut didukung oleh penelitian yang berjudul “Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking Exercise” yang dilakukan di Kudus, didapatkan hasil rata-rata teanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukannya teknik brisk walking exercise menunjukkan adanya perubahan yang signfikan. Dalam jurnal lain yang berjudul “The Effect Of Alking Exercise On The Bloodpreasure in The Eldry With in Mulyoharjo Community Health Center Pemalang” juga disebutkan bahawa brisk walking exercise berpengaru secara signifikan terhadap tekanan darah, yaitu pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan briks walking exercise tekanan darah rata-rata 152/95 mmHg, dan setelah dilakukan
brisk
walking
exercise
tekanan
darah
rata-rata
147/93mmHg [ CITATION sit20 \l 1057 ]. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Brisk Walking Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk tahun 2021“ B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
6
Untuk mengetahui pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.
2. Tujuan Khusus a. Mengindentifikasi hasil tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dilakukan Brisk Walking Exercise di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk. b. Mengindentifikasi hasil tekanan darah pada penderita hipertensi sesudah dilakukan Brisk Walking Exercise di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk. c. Menganalisa
pengaruh
Brisk
Walking
Exercise
terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk. D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Hipotesis nol (Ho) : tidak ada pengaruh Brisk alking Exercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk. Hipotesis alternatif (Ha) : ada pengaruh pengaruh Brisk alking Exercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.
7
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pasien Dapat dijadikan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi dengan melakukan
Brisk
Walking
Exercise
dan
sebagai
terapi
komplementer yang mudah untuk dilakukan secara mandiri. 2. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas Menjadi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan terapi komplementer pada pasien dengan Hipertensi. 3. Bagi institusi Pendidikan Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pustaka
dalam
pengembangan
ilmu
pengetahuan
guna
meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya. 4. Peneliti lainnya Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu data awal untuk penelitian lebih lanjut.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis 1. Konsep Tekanan Darah a. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah (TD) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh darah pada dinding pembuluh darah, dan biasanya berkenaan dengan tekanan di dalam arteri saat ventrikel kiri memompa daerah ke aorta. Tekanan dihasilkan saat menemui tahanan (Brooker, 2009). Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007). Sedangkan menurut Sheps (2005), tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007). Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny, 2010).
1
1
Tekanan
darah
hemodinamik
yang
pengukurannya.
merupakan sederhana
Tekanan
salah dan
darah
satu
parameter
mudah
dilakukan
menggambarkan
situasi
hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan
dimana
tekanan
dan
aliran
darah
dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan (Muttaqin, 2012). b. Fisiologi Tekanan Darah Tekanan darah menggambarkan interelasidari curah jantung, tekanan vaskuler perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas
arteri.
Pengetahuan
perawat
tentang
variabel
hemodinamik membantu dalam pengkajian perubahan tekanan darah (Potter & Perry, 2006). 1) Curah Jantung Curah jantung seseorang adalah jumlah volume darah yang dipompa oleh ventrikel kiri jantung selama 1 menit. Saat dipompakan, darah membawa oksigen dan nutrisi untuk sel tubuh dan membawa sampah metabolisme seperti karbon dioksida. Jika curah jantung meningkat, darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak sehingga menyebabkan tekanan darah naik. Curah jantung dapat meningkat
sebagai
akibat
dari
peningkatan
frekuensi
jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung
2
dapat terjadi lebih cepat daripada perubahan kontraktilitas otot atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah, mengakibatkan penurunan tekanan darah. 2) Tahanan Perifer Sirkulasi darah melalui jalur arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena. Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk mengubah ukuran lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur aliran darah bagi kebutuhan jaringan lokal. Tekanan darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot vaskuler dan diameter pembuluh darah. Semakin kecil lumen pembuluh darah, semakin besar tahanan vesikular terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan, tekanan darah arteri juga naik. Pada dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun, maka tekanan darah juga turun. 3) Volume Darah Volume
sirkulasi
darah
dalam
system
vaskuler
mempengaruhi tekanan darah. Pada kebanyakan orang dewasa,
volume
sirkulasi
darahnya
adalah
500
ml.
Normalnya volume darah tetap konstan. Bagaimanapun juga volume meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar. Bila sirkulasi darah menurun seperti pada kasus hemoragi atau dehidrasi, tekanan darah akan menurun.
3
4) Viskositas Viskositas darah adalah ukuran resistensi dari darah mengalir. Viskositas atau kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan internal antara molekul-molekul dan partikelpartikel yang menyusun suatu fluida dalam pembuluh darah yang berbentuk silinder. Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh yang kecil. Hematokrit atau persentase sel darah merah dalam
darah
menentukan
viskositas
darah.
Apabila
hematokrit meningkat dan aliran darah lambat, maka tekanan darah arteri naik. Jantung harus berkontraksi kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati system sirkulasi. 5) Elastisitas Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding
pembuluh
meningkat
untuk
mengakomodasi
perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri untuk mencegah
pelebaran
Bagaimanapun
juga
arteriosklerosis,
fluktuasi
pada
dinding
tekanan
penyakit
pembuluh
tertentu darah
darah. seperti
kehilangan
elastisitasnya dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat
meregang
dengan
baik.
Dengan
menurunnya
elastisitas terhadap tahanan yang lebih besar pada aliran
4
darah, akibatnya bila ventrikel kiri menginjeki volume secukupnya, pembuluh tidak lagi memberi tekanan. Malahan volume darah yang diberikan melewati dinding arteri yang kaku dan tekanan sistemik meningkat. Kenaikan tekanan darah sistolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik sebagai akibat dari penurunan elastisitas arteri. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang dapat secara adekuat menunjukkan tekanan darah pasien. Meskipun dalam keadaan kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut ke denyut lainnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya adalah usia, ras, jenis kelamin, stress, medikasi, variasi diurnal, olahraga dan hormonal (Sudoyo et al, 2006). 1) Usia Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan, tingkat tekanan darah darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia. Pada dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Tekanan darah sistolik lansia akan meningkat
sehubungan
pembuluh darah.
dengan
penurunan
elastisitas
5
Tabel 1. Tekanan Darah Normal Rata-Rata Usia
Tekanan Darah (mmHg)
Bayi baru lahir (3000 gr) 1 bulan 1 tahun 6 tahun 10-13 tahun 14-17 tahun Dewasa Lansia
40 (rerata) 85/54 95/65 105/65 110/65 120/75 120/80 140/90
(sumber : Potter & Perry, 2006) 2) Ras Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak pada orang Afrika Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan genetic dan lingkungan. 3) Jenis Kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut. 4) Stress Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi
6
simpatik meningkatkan tekanan darah. Stress adalah segala situasi
dimana
tuntutan
non
spesifik
mengharuskan
seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan 5) Medikasi Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Selama pengkajian tekanan
darah,
perawat
menanyakan
apakah
klien
menerima medikasi antihipertensi yang menurunkan tekanan darah. Golongan medikasi lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgetik narkotik. 6) Variasi Diurnal Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa tekanan darah mencapai puncak tertinggi pada pagi hari (mid morning), puncak kedua pada sore hari, menurun pada malam hari, paling rendah pada waktu tidur sampai jam 3-4 pagi. Kemudian tekanan darah naik perlahan sampai bangun pagi dimana tekanan darah naik secara cepat. Tekanan darah dapat bervariasi sampai 40 mmHg dalam 24 jam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama. 7) Olahraga Berdasarkan penelitian Pujiati dan Yuliana (2014), ada hubungan antara olahraga dengan kestabilan tekanan darah pada pasien hipertensi. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fernando Dimeo dkk di Brasil (2012), yang menyatakan
7
bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik 3±7 mmHg pada penderita hipertensi yang resisten. 8) Hormon Mengenai
hubungan
tekanan
darah
dan
hormon
memang ada, terutama berhubungan dengan kerja kelenjar tiroid, ptuitari dan adrenal. Pada kondisi hiperplasia atau adanya tumor pada kedua kelenjar ini, penderita biasanya mengalami hipertensi. d. Alat ukur dan cara mengukur tekanan darah Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode langsung menggunakan insersi kateter arteri dan metode tidak langsung paling umum menggunakan sphigmomanometer dan stetoskop (Potter and Perry, 2005). Sphigmomanometer adalah alat pengukur tekanan darah yang terdiri dari manometer tekanan, manset oklusif yang menutup kantung karet yang dapat mengembang dan balon tekanan yang memiliki katup pelepas untuk menggembungkan manset. Terdapat beberapa jenis sphigmomanometer yaitu manometer aneroid dan manometer air raksa. Manometer air raksa lebih akurat dibandingkan manometer aneroid karena tidak perlu melakukan pengulangan kalibrasi, tetapi kerugian
8
dari manometer air raksa yaitu berpotensi terhadap pecah dan keluarnya air raksa yang dapat mengancam kesehatan. Selain jenis shigmomanometer diatas terdapat juga alat tekanan darah atau tensimeter digital yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah. Cara penggunaannya cukup mudah dan praktis karena cukup menaruh manset di lengan pasien kemudian memprogram alat tersebut dan munculah hasil dari pengukuran tekanan darah. Namun kekurangan tensimeter digital yang termasuk golongan alat elektronik ini biasanya lebih sensitive terhadap gangguan dari luar dan rentan terhadap kesalahan karena menggunakan baterai agar dapat digunakan (Potter and Perry, 2005). Adapun prosedur pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut (Kusyati, 2013) : 1) Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien. 2) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya. 3) Cuci tangan. 4) Atur posisi klien, baik duduk ataupun berbaring dengan dan sangga lengan klien setinggi jantung dengan telapak tangan menghadap ke atas. 5) Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas. 6) Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas denyut arteri brakialis. 7) Pastikan spigmomanometer sejajar sejajar dengan mata,
9
Dan
anda
berdiri
kurang
dari
satu
meter
dari
spigmomanometer. 8) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30 mmHg di atas titik arteri brakialis tidak teraba lagi, kemudian perlahan buka katup pada manset. Perhatikan titik ketika denyut kembali teraba (sistolik palpasi). 9) Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 3 menit. 10)Pasang stetoskop di telinga anda. 11) Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma stetoskop di atasnya. 12)Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat. 13)Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik sistolik palpasi klien. 14)Buka katup secara perlahan hingga memungkinkan raksa turun rata-rata 2-3 mmHg per detik. 15)Perhatikan titik pada spigmomanometer ketika denyut terdengar pertama kali. 16)Lanjut membuka katup secara perlahan dan perhatikan titik ketika denyut tidak terdengar lagi. 17)Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas. 18)Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik. 19)Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik. 20)Tutup lengan atas, bantu klien memperoleh posisi yang diinginkan.
10
21)Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan kapas alcohol. 22)Cuci tangan. 23)Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan. 2. Konsep Hipertensi a. Definisi Hipertensi Hipertensi dapat diartikan suatu keadaan terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu
atau
beberapa
faktor
risiko
yang
tidak
berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara abnormal (Wijaya & Putri, 2013). Hipertensi adalah mengalami peningkatan
suatu
keadaan dimana seseorang
tekanan darah diatas normal yang
mengkibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas), tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung, dan fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014) Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2013).
11
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai
tersebut
sebagai
normal-tinggi.
(batasan
tersebut
diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidak jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko jantung dan pembuluh darah (CBN, 2006) dalam (Triyanto, 2014). Hipertensi diderita oleh 15% hingga 20% orang dewasa di Amerika Serikat. Resiko hipertensi semakin besar seiring peningkatan usia lebih tinggi pada populasi kulit hitam dibandingkan kulit putih serta pada individu berpendidikan lebih rendah dan memiliki pendapatan yang lebih kecil. Kaum pria memiliki insiden hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda dan awal usia pertengahan. Sesudah usia tersebut, kaum wanita mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kowalak, 2016). b. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan etiologinya, dikenal dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 95%
kasus
hipertensi.
Yogiantoro
dalam
penelitiannya
menyebutkan bahwa hipertensi esensial merupakan penyakit
12
multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor resiko, meliputi : 1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik, dan stress. 2) Faktor genetik dan usia. 3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal 4) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi. 5) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem renin, angiotensin, dan aldeosterone. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldsteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi
sekunder
dapat
disembuhkan
dengan
penatalaksanaan penyebabnya secara tepat. Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu hipertensi diastolik, hipertensi sistolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.
13
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastoik. Biasanya ditemukan pada usia lanjut. Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan darah pada sistolik dan juga diastolik. Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita check up. Sedangkan hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan, biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organorgan seperti otak, jantung dan ginjal. Di
Indonesia
sendiri
berdasarkan
consensus
yang
dihasilkan pada pertemuan ilmiah pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi sendiri untuk orang indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berkala nasional sangat jarang (sutomo, 2009). Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization - International Society of Hypertension), dan ESHESC (European Society of Hypertension - European Society of Cardiology), 2014.
14
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH
Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah
Tekanan darah
sistolik (mmHg) WHO-ISH ESH-ESC
diastolik (mmHg) WHO-ISH ESH-
1