Bab 6 - Pengemb Produk Unggulan Banjarnegara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN 6 - 1



6.1.



PRODUK SEKTOR PERTANIAN



6.1.1.



KOMODITAS KENTANG (HORTIKULTURA SAYURAN)



U



A. POTENSI PRODUKSI saha Tani Kentang di Kabupaten Banjarnegara sudah di usahakan oleh petani sejak lama dan berlangsung secara turun-temurun. Pengusahaan dilakukan secara modern dengan tingkat intensifikasi yang tinggi. Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut serta hawanya yang dingin sangat memungkinkan untuk tanaman kentang berkembang dengan baik. Tanaman kentang tersebar di 4 kecamatan, yaitu Pejawaran, Batur, Wanayasa, dan Kalibening. Kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 133.417,5 ton/tahun. Dan luas panen tanaman kentang Kabupaten Banjarnegara 8.434 Ha. TABEL: 6.1. LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KENTANG Kecamatan 1. Pejawaran 2. B a t u r 3. Wanayasa 4. Kalibening Jumlah Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008



Luas Panen (Ha) 2.560,00 4.432,00 207,00 17,00 7.216,00 7.300,00 7.339,00 9.060,00 8.434,00



Produksi (ton)



Rata-rata (ton/Ha)



275.600,00 760.182,00 27.744,00 1.874,00 1.065.400,00 997.563,00 1.096.132,00 1.250.772,00 1.334.175,00



107,66 171,52 134,03 110,24 147,64 136,65 149,36 138,05 158,19



Sumber Data : Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara



Kentang Sebagai salah satu produk ungulan , kentang terus di budidayakan khususnya di daerah yang paling cocok yaitu Kecamatan Batur dan Kecamatan Pejawaran. Sebagian hasil pertanian keluarga ubi_ubian berkalori rendah ini dikirim ke Jakarta an kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, restoran, juga untuk PT. Indofood sebagai produsen makanan olahan.



HALAMAN 6 - 2



Gambar : Potensi agribisnis tanaman kentang



B. POTENSI PENGEMBANGAN KENTANG Bagi Indonesia beras sebagai makanan pokok, namun dengan adanya fenomena semakin meningkatnya harga dan impor beras merupakan indikasi merapuhnya ketahanan pangan. Berbagai studi telah memprediksi bahwa ketahanan pangan berkelanjutan tidak mungkin dapat terwujud jika tidak disertai dengan penguatan program diversifikasi. Komparasi dengan bahan pangan utama lain menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan. Sampai saat ini, komoditas kentang masih diposisikan sebagai salah satu jenis tanaman sayuran. Oleh karena itu hendaknya direkomendasikan sebagai tanaman ketahanan pangan, prioritasinya perlu dipertimbangkan tidak lagi sebagai komoditas sayuran, tetapi sebagai salah satu komoditas prioritas non-beras (pangan). Perbaikan kebijakan yang mendorong penajaman program penelitian pemuliaan untuk menempatkan pencapaian output (pelepasan varietas) dan pencapaian outcome ; (adopsivarietas) secara proporsional harus segera dilakukan. Re-evaluasi varietas yang telah dilepas harus dilaksanakan sampai tuntas untuk memperoleh umpan balik bagi program perakitan varietas baru agar tidak berhenti di tahap pelepasan saja, tetapi terus berlanjut sampai tahap adopsi. Kentang prioritasinya perlu dipertimbangkan tidak lagi sebagai komoditas sayuran, tetapi sebagai salah satu komoditas prioritas non-beras (pangan), dan direkomendasikan sebagai tanaman ketahanan pangan.



Kebijakan pengembangan varietas perlu dirancang secara komprehensif dan melembaga untuk mendorong: (a) peningkatan partisipasi petani, konsumen, prosesor dan stakeholders dalam proses seleksi varietas;



lainnya



(b) pemahaman tentang karakteristik-karakteristik varietas utama yang dikehendaki oleh petani, konsumen, prosesor dan stakeholders lainnya; (c)



peningkatan kemampuan untuk merancang, mendokumentasi dan menganalisis persepsi stakeholders dalam seleksivarietas;



(d) perhatian lebih serius terhadap tahapan on-farm evaluation under farmer managed conditions dan



HALAMAN 6 - 3



(e) perbaikan strategi bisnis program untuk memproduksi benih berkualitas dengan jumlah yang cukup pada saat menginisiasi kegiatan diseminasi dan difusivarietas, Segera setelah varietas tersebut dilepas, berbagai masalah kelembagaan dapat diatasi jika didukung oleh kebijakan pengembangan varietas kentang yang juga mengakomodasi promosi varietas dan strategi diseminasi/difusi yang inovatif. Kebijakan ketahanan benih harus memberlakukan berbagai aturan dan regulasi seperti prosedur pelepasan varietas, intellectual property rights program sertifikasi, dan standarisasi secara setara dan proporsional terhadap sistem formal dan informal. Kebijakan penelitian dan pengembangan sistem perbenihan kentang perlu memberikan penekanan terhadap: (a) harmonisasi distribusi benih dan varietas untuk menghindarkan marginalisasi kontribusi sistem informal terhadap sistem perbenihan kentang. (b) identifikasi titik-titik keterkaitan antara sistem formal dan informal agar dapat bersinergi, sehingga setiap sistem dapat menawarkan kekuatannya masing-masing untuk mencapai manfaat bersama. (c) Tuntutan peningkatan produksi kentang untuk mendukung ketahanan pangan tentu akan menimbulkan tekanan yang lebih tinggi terhadap ekosistem dataran tinggi.



KENTANG GORENG



KRIPIK KENTANG



KRUPUK KENTANG



STICK KENTANG GORENG



Gambar : Diversifikasi produk olahan kentang



HALAMAN 6 - 4



C.



PERMASALAHAN DAN SOLUSI Untuk memajukan pertanian, ada 3 hal yang selalu berhubungan, yaitu pendapatan petani, komoditas dan lingkungan. Berkaitan dengan kesejahteraan petani, perhatian dan upaya-upaya tertentu harus selalu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani, tetapi sekian kali upaya tersebut ditempuh pendapatan petani selalu saja rendah. Komoditas berkait dengan pengembangan usaha bisnis pertanian. Penanganan usaha pertanian ini harus dirubah dari penanganan pola tradisional. Pengelolaan komoditas usaha pertanian adalah sebuah sistem. Sistem ini bermula dari hal paling dasar yaitu pemilihan bibit, pengelolaan bibit, budidaya tanam yang benar, pengelolaan paska panen, pengepakan, manejemen pemasaran. Faktor Lingkungan : Faktor yang paling aktual dan paling riskan dalam pengembangan pertanian adalah faktor lingkungan. Bila upaya ini tidak terkendali, maka kerusakan lingkungan ancamanya. Solusi : Berkaitan dengan kerusakan lingkungan di Dieng akibat eksploitasi tanah secara berlebihan untuk tanaman kentang, maka harus ada upaya untuk konservasi dengan segera agar tidak semakin parah keadaannya. Cara-cara persuasif dan alternatif bisa ditempuh untuk upaya perbaikan lingkungan agar petani peduli dan sadar akan bahaya ancaman kerusakan lingkungan bagi masa depan.



Faktor Harga Kentang : Harga kentang lokal kalah bersaing dengan kentang impor asal China. Hal ini disebabkan karena produktifitas petani kentang di Dieng masih sangat rendah. Terbatasnya ketersediaan bibit berkualitas bagi petani, sehingga harganya menjadi tinggi. Untuk itu, Banjarnegara ditargetkan bisa berswasembada bibit kentang pada 2014 Solusi: 1. Upaya konservasi dengan memilih pohon yang memberikan alternatif ekonomi bagi petani. 2. Sebagai solusinya penangkaran bibit unggul kentang. Diharapkan produktifitas meningkat, juga akan menekan biaya pembelian bibit yang selama ini didatangkan dari luar kota. 3. Solusi kedua adalah kebijakan pemerintah yang harus berpihak kepada petani dalam distribusi impor produk kentang.



HALAMAN 6 - 5



6.1.2.



KOMODITAS SALAK (HOTIKULTURA FRUTIKULTUR) A. POTENSI PRODUKSI Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah penghasil salak pondoh utama. Luas areal lahan salak pondoh mencapai 8.502 Ha dengan jumlah rumpun produktif ± 14.834.415 pohon. Secara umum sentra perkebunan salak pondoh berada di Kecamatan Madukara, Kecamatan Banjarmangu Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Pagentan dan Kecamatan Karangkobar. Sekitar 200 hektar diantaranya yaitu di Kecamatan Madukara dan Banjarmangu telah diregistrasi sehingga dapat dijadikan sumber produksi untuk tujuan ekspor. Total produksi salak di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2011 sebesar 263,028,823 kg. Produksi salak tertinggi adalah di Kecamatan Madukara (219,263,221 kg), Kecamatan Karangkobar (13.559.800 kg) Kecamatan Banjarmangu (9.660.000 kg), Kecamatan Sigaluh (5.709.500 kg) Kecamatan Pagentan (5.500.000 kg). Jenis salak yang dikembangkan ada 2 macam yaitu jenis lokal dan pondoh dengan perbandingan jumlah tanaman 50:50 %.



TABEL: 6.2.



LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KENTANG DI 4 KECAMATAN Jml Pohon Panen



Produksi



Rata- rata



Kecamatan (Rumpun/ Clump) O1.Susukan 02. Purwareja Klampok 03. Mandiraja 04. Purwanegara 05. B a w a n g 06. Banjarnegara 07. Pagedongan 08. S i g a l u h 09. Madukara 10. Banjarmangu 11. Wanadadi 12. R a k i t 13. Punggelan 14. Karangkobar 15. Pagentan 16. Pejawaran 17. B a t u r 18. Wanayasa 19. Kalibening 20. Pandanarum



(Kg)



(Kg/Rpn)



5.790,00



99.900,00



17,25



9.346,00 2.553,00 9.904,00 332.140,00 241.352,00 995.200,00 6.829.602,00 4.863.917,00 8.124,00 60.295,00 453.387,00 1.679.678,00 4.200,00 113.146,00 70.000,00 2.500,00



133.200,00 21.600,00 51.500,00 3.036.000.00 3.720.6000 4.251.60000 277.387.500,00 46.848.400,00 15.600,00 1.331.900,00 7.436.300,00 32.028.500,00 25.500,00 1.575.900,00 1.105.000,00 15.000,00



14,25 8,46 5,20 9,14 15,42 4,27 40,62 9,63 1,92 22,09 16,40 19,07 6,07 13,93 15,79 6,00



Jumlah 15.681.134,00 379.084.000,00 Tahun 2011 14.834.415,00 263.028.823,00 Tahun 2010 14.855.786,00 228.226.078,00 Tahun 2009 13.127.941,00 215.819.300,00 Tahun 2008 12.651.800,00 193.662.100,00 Sumber Data : Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara



24,17 17,73 15,36 16,44 15,31



HALAMAN 6 - 6



B. POTENSI PERMINTAAN Dengan produksi demikian besar dimana salak pondoh Banjarnegara diperdagangkan? Jawabannya adalah Pasar Jagabela Banjarnegara yang dibangun tahun 2009. Di pasar ini salak datang dari beberapa Kecamatan dan pergi ke seantero Nusantara, bahkan mancanegara. Jakarta, Tangerang, Bandung, Batam, Palembang, Kalimantan, Sulawesi adalah sebagian daerah tujuan salak pondoh Banjarnegara. Untuk ekspor dilaporkan sudah mencapai China dan Singapura. Agar tetap dapat memperoleh keuntungan yang layak, beberapa kelompok tani melakukan pengolahan salak menjadi kerupuk dan dodol salak. Permintaan terhadap buah salak yang datang dari pasar lokal dan pasar nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah : (a) dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak keberhasilan program penyuluhan dan program peningkatan gizi masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah, (b) tingkat harga salak di pasar eceran, (c)



tingkat harga buah-buahan lainnya, dan



(d) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya beli masyarakat pada umumnya. Buah salak dapat dipanen hampir disepanjang tahun menyebabkan buah ini dapat hadir pula di pasar lokal dan pasar nasional relatif sepanjang tahun pula. Dengan demikian buah salak yang merupakan salah satu buah di Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat hanya karena adanya kesinambungan ketersediannya di pasar eceran.



HALAMAN 6 - 7



Permintaan yang datang dari pasar lokal dan nasional juga akan datang dari sektor industri olah lanjut yang menggunakan buah salak sebagai bahan bakunya. Penyediaan jenis makanan mengggunakan buah salak segar sebagai bahan baku akan menambah kemungkinan semakin besarnya permintaan buah salak segar untuk juice salak, salak kaleng dan manisan buah salak. Buah asli Indoensia ini mempunyai potensi untuk dipasarkan ke luar negeri. Kecenderungan meningkatnya volume pemasaran buah salak ke luar negeri sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a) Buah salak harus tidak cepat busuk; b) Buahnya harus berdaging tebal; c) Buahnya memiliki rasa manis, boleh sedikit asam tetapi harus tidak ada rasa sepet; d) Kulit buahnya mudah dikupas; e) Buahnya segar dan tidak masir. Sepanjang buah salak dapat dihasilkan dengan ciriciri seperti diatas dan sifat-sifat ini bertahan sampai di konsumen akhir di luar negeri, maka buah salak ini mempunyai potensi besar untuk terus ekspor. Melimpahnya buah salak yang bermutu seperti di atas sepanjang tahun akan menempatkan buah ini sebagai mata dagangan yang berpotensi untuk mensubstitusi buah impor, bahkan disamping itu dapat pula menganeka-ragamkan ketersediaan buah. Besarnya suplai atau penawaran buah salak akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a) Kecenderungan meningkatnya luas areal tanam salak; b) Iklim; c) Harga sarana reproduksi; d) Perkembangan teknologi yang diterapkan untuk memproduksikan buah salak;



C.



PENGEMBANGAN Pengembangan pasar buah salak masih sangat potensial untuk ditingkatkan. Diawali dari perbaikan mutu buahnya dengan penerapan teknologi yang maju, yaitu melalui pemangkasan terhadap buah yang kecil-kecil, sehingga buah yang besar dapat tumbuh secara maksimal (merata). Mengefisienkan proses pemasaran sehingga dari tingkat harga di pasar konsumen sebagian besar dapat diterima kembali oleh petani produsen. Melalui program-program penyuluhan yang dapat meningkatkan dan tumbuhnya minat masyarakat luas untuk membeli buah salak, melalui penyediaan buah salak di pasarpasar eceran dalam kemasan-kemasan buah salak yang sesuai dengan derajat mutu buah dan diversifikasi produk buah salak dengan proses lanjutan. Bilamana buah salak telah berhasil diekspor maka besaran harga di tingkat produsen dapat diturunkan dari titik-titik pasar dan tingkat harga salak di pasar-pasar yang bersangkutan yang sedang berlaku. Untuk harga di tingkat produsen salak pondoh tercatat sebesar Rp. 5.000.



HALAMAN 6 - 8



Dodol salak merah dibuat dengan campuran tepung ketan sebagai perekat dan rasa kenyal. Rasa salak tetap kuat dengan bau harum terasa.



Dodol salak



Kripik salak



Krupuk salak



Dodol salak



HALAMAN 6 - 9



Manisan salak



Manisan salak



Brownies salak pondoh



Brownies salak pondoh



Gambar : Diversifikasi olahan produk salak



6.1.3.



KOMODITAS KELAPA (TANAMAN PERKEBUNAN) Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi yang besar untuk menjadi sentra produksi tanaman perkebunan, Berdasarkan data dari Banjarnegara dalam angka 2012 terdapat 17 komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Banjarnegara. Dari 17 komoditas yang yang ada terdapat 4 komoditas yang dinyatakan memiliki keunggulan yang khas dan unik yaitu : kelapa, teh, kopi, dan melati gambir, hal ini sesuai dengan trianggulasi hasil analisis dengan LQ, analisis daftar skala prioritas dan analisis SWOT.



A. POTENSI PRODUKSI KELAPA Sebagai “Tree of Life” kelapa tidak hanya pohonnya saja yang bermanfaat tetapi semua komponen tanaman kelapa mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Pohon kelapa merupakan tanaman yang banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Banjarnegara, karena sudah sejak lama terbiasa dalam membudidayakan kelapa sebagai salah satu sumber pendapatan utama mereka. Dari tanaman kelapa itulah mereka memperoleh pendapatan untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. Tanaman kelapa sendiri termasuk tanaman yang cukup istimewa. Karena, hampir seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk kebutuhan sehari-hari. Pada tahun 2012 komoditas kelapa yang memiliki produksi paling besar adalah kelapa deres dengan produksi sebanyak 10,273,31 ton. Namun produksi kelapa deres mengalami penurunan sampai tahun 2012 menjadi 8.510,90 ton. Di bawah ini adalah tabel yang menjelaskan sebaran tanaman rakyat kelapa di setiap kecamatan dan lembaga penjualan hasil komoditas kelapa di Kabupaten Banjarnegara.



HALAMAN 6 - 10



TABEL: 6.3.



LUAS TANAMAN PERKEBUNAN DAN PRODUKSI KOMODITAS KELAPA MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARATAHUN 2012



KELAPA DERES HIBRIDA LUAS (HA) PROD LUAS PROD (TON) (HA) (TON) 01. Susukan 647,75 5.257,56 02. Purwareja Klampok 78,40 819,03 03. Mandiraja 210,96 2.060,63 04. Purwanegara 177,45 1.003,00 05. B a w a n g 67,82 101,04 6,72 6 ,00 06. Banjarnegara 18,50 114,57 3,50 1 ,60 07. Pagedongan 34,00 7,70 2,90 0 ,51 08. S i g a l u h 36,50 270,49 09. Madukara 10. Banjarmangu 12,90 100,00 0,30 0 ,05 11. Wanadadi 4,00 3 ,80 12. R a k i t 95,80 151,29 8,10 1 ,63 13. Punggelan 51,10 388,00 14. Karangkobar 15. Pagentan 16. Pejawaran 17. B a t u r 18. Wanayasa 19. Kalibening 20. Pandanarum Jumlah 1.431,18 10.273,31 25,52 1 3,59 Tahun 2011 1 .442,53 11.668,45 27,64 2 9,77 Tahun 2010 1 .472,43 12.414,87 29,14 2 6,22 Tahun 2009 1 .500,35 12.838,45 28,02 4 2,27 Tahun 2008 1.329,10 13.922,91 30,02 30,60 Sumber Data : Dishutbun Kabupaten Banjarnegara KECAMATAN



KELAPA DALAM LUAS PROD (HA) (TON) 2 .119,59 1 .735,00 3 21,91 1 86,28 1 .180,91 8 17,26 1 .140,90 1 .000,87 8 58,96 1 .240,00 4 27,05 3 00,74 1 .093,00 3 11,60 7 85,25 6 48,00 6 88,00 4 32,12 5 71,91 6 83,30 7 00,00 3 52,36 9 36,65 1 40,13 1 .246,75 6 45,90 2 0,23 6 ,70 5 7,08 2 ,06 8 ,40 4 ,08 8 ,43 4 ,50 1 2.165,02 8 .510,90 1 2.141,36 9 .354,13 1 2.074,51 9 .347,51 1 2.104,46 9 .587,73 1 2.042,28 9 .950,65



Industri pengolahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara salah satunya adalah industri gula kelapa yang pusatnya terletak di Desa Gumelem wetan Kecamatan Susukan. Faktor yang mempengaruhi lokasi karena dekat dengan bahan baku, tersedianya tenaga kerja dan keputusan perilaku usaha. Dari gambar di samping dapat dilihat terdapat dua perbedaan alur penjualan, jika penjualan dilakukan melalui tengkulak maka margin nilai akan lebih tinggi jika dibandingkan menjual langsung kepedagang besar tanpa melalui tengkulak.



HALAMAN 6 - 11



Petani kelapa dalam



Pasar tradisional



Tengkulak



Pedagang besar



Pedagang pengecer



Konsumen GAMBAR: 6.1. ORGANISASI LEMBAGA PEMASARAN KELAPA



B. PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN Selama ini produk olahan kelapa yang dihasilkan di kabupaten Banjarnegara masih terbatas baik dalam jumlah maupun jenisnya. Padahal, sebagai the tree of life banyak sekali yang dapat dimanfaatkan dari setiap bagian pohon kelapa. Produk-produk yang dapat dihasilkan dari buah kelapa dan banyak diminati karena nilai ekonominya yang tinggi diantaranya adalah VCO, AC, CF, CP, CC, serta oleokimia yang dapat menghasilkan asam lemak, metal ester, fatty alkohol, fatty amine, fatty nitrogen, glyserol, dan lainlainnya. Demikian pula batang kelapa juga merupakan bahan baku industri untuk menghasilkan perlengkapan rumah tangga (furniture) yang masih prospektif untuk dikembangkan. a) Daun kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat sapu lidi, b) Bunga kelapa dapat disadap niranya yang kemudian dapat diproses menjadi gula kelapa. c) Kayu kelapa yang berasal dari batang pohon kelapa banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan disamping sebagai bahan baku untuk pembuatan furniture. d) Dari buah kelapa, selain buahnya, sabut kelapa bermanfaat untuk memproduksi berbagai barang kerajinan seperti kemoceng, tambang sabut kelapa atau keset sabut kelapa. Belakangan, sabut kelapa dikombinasi dengan lateks karet dimanfaatkan untuk membuat busa sabut kelapa untuk pembuatan jok mobil, kasur atau matras dan lain-lain. e) Batok kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai barang kerajinan seperti mulai dari kancing, manik-manik, berbagai jenis asesoris, hiasan interior, piring, taplak meja hingga ubin batok kelapa yang sangat indah. f) Daging buah kelapa dimanfaatkan untuk memproduksi santan kelapa yang banyak dibutuhkan untuk kebutuhan memasak sebagai bumbu dapur. Santan kelapa juga dapat diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng kelapa (klentik) yang memiliki aroma yang sangat khas. Selain dapat diparut untuk diambil santannya, daging buah kelapa juga dapat diproses terlebih dahulu menjadi kopra. Kopra sendiri merupakan bahan baku utama untuk pembuatan minyak kopra. Baik kopra maupun minyak kopra selama ini menjadi komoditi dagang yang banyak dicari importir dari mancanegara.



HALAMAN 6 - 12



NATA KELAP A



VINEGAR AIR



KECAP MINUMA VCO



DC CONCENT



PARUT COCOMI



SKIM DAGING



SEMI KULIT COCO M,GORE



BUAH



CCO OLEOKIM



KOPRA



PAKAN TEPUNG TEMPURU NG



TEPUNG ARANG AKTIF BERKARE



SABUT



SERAT GEOTEX COCOPE FURNITUR



BATAN G



KAYU



LIDI



KERAJINA N



SERAT COCOPE



GAMBAR: 6.2. POHON INDUSTRI KELAPA



BANGUNA NE



SKIM MILK COCO SHAKE



HALAMAN 6 - 13



KOPRA : merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting,karena merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya.



HASIL KERAJINAN TEMPURUNG : tempurung kelapa tidak hanya untuk bahan bakar, tetapi dengan bahan tersebut dapat menghasilkan hasil kerajinan tangan yang unik dan memiliki nilai tambah, seperti : tas cantik, asesoris, hiasan dinding, tempat pensil dll.



Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. GAMBAR: 6.3. GAMBAR : POTENSI DAN PELUANG INVESTASI KOMODITAS KELAPA DAN DIVERSIFIKASINYA



HALAMAN 6 - 14



C.



POTENSI PASAR Menurut APCC (Asean Pasific Coconut Community) perolehan ekspor produk kelapa Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan perolehan negara pesaing utama (Filipina). Padahal bila dibandingkan tingkat harga ekspor antar produk kelapa di kedua negara, harga beberapa produk kelapa asal Indonesia lebih murah. Hal ini mengindikasikan dalam perolehan manfaat perdagangan kelapa Indonesia pengaruh faktor non harga masih cukup signifikan. Faktor-faktor yang terkait dengan: kualitas produk, tingginya biaya transportasi, dan kompleksitas prosedur ekspor diduga turut berpengaruh terhadap perolehan manfaat perdagangan (ekspor) produk kelapa Indonesia yang belum maksimal. Produk kelapa nasional sebagian besar merupakan komoditi ekspor, dengan pangsa pasar sekitar 75%, sedangkan sisanya dikonsumsi oleh pasar domestik. Pada tahun 2010, total ekspor aneka produk kelapa Indonesia mencapai US$ 396 juta dengan volume ekspor 708 ribu ton yang dikirim ke negara-negara USA, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Italia, Belgia, Irlandia, Singapura dan ke negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, Cina, Bangladesh, Sri Lanka, Taiwan, Korea Selatan dan Thailand. Belakangan ini mulai dibuka penetrasi pasar aneka produk kelapa ke pasar-pasar baru seperti negara-negara yang termasuk kelompok Asia Pasifik, Eropa Timur dan negaranegara Timur Tengah. Permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang meningkat. Sebagai contoh, pangsa pasar DC Indonesia terhadap ekspor DC dunia cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi pada arang aktif. Sebaliknya pangsa ekspor CCO mengalami penurunan. Situasi ini mengisyaratkan perlunya mengarahkan pengembangan produk olahan pada produk-produk baru yang permintaan pasarnya cenderung meningkat (demand driven).



D. PERMASALAHAN DAN SOLUSI (1) Kegunaan Kelapa saat ini. Kelapa masih cenderung dikonsumsi dalam bentuk kelapa segar, dimana konsumen utamanya adalah masyarakat perkotaan. Kondisi demikian mengakibatkan produk kelapa tidak memiliki added value sehingga margin keuntungannya juga kecil. Hal ini dapat diatasi jika dikembangkan beberapa produk kelapa terutama santan untuk dapat mensubtitusi santan yang langsung dibuat oleh rumah tangga dari kelapa segar, yang merupakan penggunaan yang dominan, disamping hasil-hasil turunannya seperti kerajinan dari tempurung, furniture dll seperti terlihat pada pohon industry kelapa. (2) Kebijakan Harga, Perdagangan, dan Investasi. Intervensi kebijakan pemerintah dalam mendukung agribisnis kelapa selama ini masih sangat terbatas. Pada komoditas kelapa ini belum pernah diberlakukan kebijakan harga output (price policy). Penentuan harga jual output selama ini diserahkan pada mekanisme pasar. Status komoditas yang bukan merupakan kebutuhan dasar dan tingkat penggunaan perkapita yang relatif rendah dapat menjadi faktor penjelas belum adanya urgensi intervensi kebijakan harga pada produk kelapa. Dalam perdagangan internasional untuk kegiatan ekspor kelapa pemerintah belum melakukan intervensi kebijakan. Secara formal belum ada pemberlakuan peraturan yang terkait dengan pembatasan ekspor, baik menyangkut volume, bentuk produk maupun tujuan eskpor. Begitu pula kebijakan



HALAMAN 6 - 15



pendukung kegiatan ekspor, juga belum ada. Intervensi kebijakan pemerintah baru dilakukan pada kegiatan impor. Intervensi tersebut berupa penetapan bea masuk barang impor dan pajak penjualan yang selain memberikan pemasukan bagi Negara juga dimaksudkan untuk melindungi para produsen di dalam negeri. (3) Dalam bidang investasi, insentif pemerintah untuk mendukung pengembangan agribisnis kelapa belum ada yang bersifat khusus. Penyediaan dan peningkatan kualitas infra-struktur yang selama ini juga dilakukan di daerah-daerah sentra produksi itupun tidak secara khusus dimaksudkan untuk mendukung pengembangan investasi dalam agribisnis kelapa. (4) Pada aspek modal, meskipun terdapat penyediaan fasilitas kredit untuk usaha skala kecil dari beberapa bank pemerintah, tetapi pemberian fasilitas tersebut tidak secara khusus disediakan untuk usaha yang mengelola atau mengolah produk kelapa.



6.1.4.



KOMODITAS AREN (TANAMAN PERKEBUNAN) A. POTENSI PRODUKSI Aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman yang sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia dengan produk utama berupa gula merah. Aren memiliki berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lainlain.Yang menarik, tanaman aren tidak membutuhkan pemupukan untuk tumbuh, tidak terserang hama dan penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan. Bahkan boleh dikatakan produknya organik. Aren dapat tumbuh pada lahan marginal di lereng gunung atau berbukit-bukit bersama tanaman lain. aren diusahakan petani-petani kecil dan kebanyakan masih belum dibudidayakan dan tumbuh liar di hutan-hutan sekitar pemukiman. Karena itu produkproduk ekonomis dimanfaatkan rakyat yang berpenghasilan rendah. Aren dijadikan program penanggulangan pengangguran dan kemiskinan di pedesaan. Dari segi kelestarian lingkungan, aren tumbuh subur bersama-sama pohon lain. Oleh karena itu, aren mampu menciptakan ekologi yang baik sehingga tercipta keseimbangan biologi. Di samping itu, karena aren tumbuh bersama-sama pohon lain dapat menjadi penahan air yang baik dan aren relatif sulit untuk terbakar. Potensi aren di Banjarnegara luar biasa besar. Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal gula dan biofuel per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu, rendemen gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7%. Gula aren dinilai baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor.



HALAMAN 6 - 16



TABEL: 6.4. No 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



LUAS TANAMAN PERKEBUNAN DAN PRODUKSI KOMODITAS AREN MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARATAHUN 2012



Kecamatan Susukan Purwareja Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008



Luas (Ha)



Produksi (Ton)



Rata-rata (Ku/Ha)



4,30 4,10 57,05 1,80 3,00 30,70 12,70 2,85 37,90 86,15



4,95 0,20 161,00 5,50 1,75 47,16 24,00 0,65 36,90 142,72



11,51 0,49 28,22 30,56 5,83 15,36 18,90 2,28 9,74 16,57



240,55 247,26 253,94 252,44 253,87



424,83 470,50 485,66 512,87 501,89



17,66 19,03 19,12 20,32 19,77



Sumber Data : Dishutbun Kabupaten Banjarnegara



B. PROSPEK PASAR Aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif. Gula aren yang kaya nutrisi sejak lama bermanfaat untuk membuat aneka herbal guna mengobati berbagai penyakit. Jika dikombinasikan dengan jahe, gula aren dapat mencegah mual, mengatasi masalah pencernaan, melancarkan sirkulasi darah dan mengobati arthritis (radang sendi). Perbedaan gula aren dengan gula kelapa (sering disebut gula jawa atau gula merah) adalah pada sumber niranya dan komposisi kimianya.



HALAMAN 6 - 17



Sumber nira Gula kelapa dibuat dari nira pohon kelapa, sedangkan gula aren dibuat dari nira pohon aren. Komposisi kimia gula sederhana dan gula komplek antara gula aren dan gula kelapa sangat berbeda. Juga kandungan zat gizi dan non gizinya sangat berbeda. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Warna cokelatnya ternyata adalah kandungan serat makanan yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Bagus untuk mengobati batuk demam. Terdapat senyawa – senyawa yang berfungsi menghambat penyerapan kolesterol disaluran pencernaan. Baik untuk Terapi Asthma, Kurang darah/Anemia, Lepra/kusta, dan untuk mempercepat pertumbuhan Anak. Bagus utuk makanan awal bagi orang yang terkena penyakit typhus. Sangat bagus bagi orang yang ingin menurunkan BP, mengurangi panas Pankreas, menguatkan Jantung, membantu pertumbuhan gigi kuat. Selain itu potensi nira aren yang lain adalah dapat diolah menjadi etanol, sumber energi yang bisa diperbarui. Selain menghasilkan gula dan etanol, pohon aren juga bisa memproduksi lidi, ijuk, daun untuk atap rumah, dan kayu dengan kualitas sangat baik. Dari aren juga bisa dihasilkan makanan enak, yaitu kolang kaling. Aren mempunyai potensi yang luar biasa besarnya dari segi ekonomi, pemerataan pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan.



C.



POTENSI PENGEMBANGAN AREN Aren mempunyai potensi yang luar biasa besarnya dari segi ekonomi, aren melalui suatu proses sangat sederhana menghasilkan nira sebagai produk utama yang bisa diproses jadi gula merah sebagai pengganti gula putih dan etanol yang sangat penting untuk energi. Pemasok gula aren di Jepang saat ini masih didominasi Thailand yang menguasai pasar 49%, Australia 39%, dan Afrika Selatan 12%. Dengan demikian dibutuhkan inovasi teknologi untuk mengembangkan tanaman aren sebagai penghasil bioetanol meliputi :    



sumber benih, budidaya, penyadapan nira dan pengolahan nira menjadi bioetanol.



Di Indonesia, berdasarkan data, kebutuhan bioetanol meningkat. Indonesia butuh 153 ribu KL bioetanol sedangkan pada 2011 lalu meningkat menjadi 272 ribu KL. Maka potensi aren ke depan harus ada area khusus untuk aren sebagai bahan baku etanol. Bahan baku memang masih sangat terbatas tapi untuk aren bisa dikembangkan.



HALAMAN 6 - 18



GULA JAWA : yang dibuat dari bunga pohon kelapa/aren, lebih sering digunakan untuk bumbu dapur. Dalam satu hari, pankreas normal mampu mengubah 90 gram (sekitar 9 sendok makan) gula merah menjadi energi. Jika dibandingkan, gula merah adalah gula yang paling sehat di antara gula pasir dan gula batu.



GULA AREN terbuat dari nira/sari bunga pohon aren. Aromanya lebih khas dari pada gula jawa. Umumnya berwarna lebih gelap dari gula jawa.



HALAMAN 6 - 19



GULA SEMUT : - gula nira kelapa kristal memiliki daya simpan lebih lama yaitu sampai 1 tahun dibanding gula kelapa pada umumnya yang hanya tidak lebih dari 1 bulan. - Gula semut dgn berbagai rasa empon-2 (rasa jahe, kencur, kunir, kunir putih, lengkuas, temu lawak dan temu kunci. Kegunaan untuk pengobatan ataupun pencegahan gangguan kesehatan.



SERABUT : Produk primer sabut kelapa dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan produk-produk kerajinan/industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas. Debu sabut dapat diproses jadi kompos dan cocopeat, dan particle board/hardboard.Cocopeat digunakan sebagai substitusi gambut alam untuk industri bunga dan pelapis lapangan golf. Di samping itu, bersama bristle dapat diolah menjadi hardboard



D. KENDALA Masalah pengembangan komoditas aren adalah pengetahuan mengenai aren masih minim, karena hingga kini Banjarnegara belum melakukan pengembangan tanaman aren sebagai tanaman pangan sekaligus bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan altenatif dari energy fosil yang tak terbarukan. Maka jika aren akan dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang khas dan unik, maka pengetahuan tentang aren harus ditambah :  Pengetahuan yang mendesak adalah mengenai seleksi tanaman yang mempunyai produktivitas tinggi dan cara perbanyakannya.  Pengetahuan mengenai proses panen yang efisien dan efektif.  Transportasi nira dari pohon ke pabrik agar tidak rusak.  Sistem pengolahan hasil yang modern.  Masalah organisasi dan manajemen, mulai dari organisasi petani, organisasi pabrik, dan organisasi distribusi dari petani ke pabrik, serta manajemen yang mengelola sistem agribisnis berbasis aren tersebut.



HALAMAN 6 - 20



6.1.5.



KOMODITAS KOPI ARABIKA DAN KOPI ROBUSTA (TANAMAN PERKEBUNAN) A. POTENSI PRODUKSI KOPI ARABIKA DAN KOPI ROBUSTA Kabupaten Banjarnegara sebagai daerah sentra pertanian termasuk perkebunan di dalamnya, memegang peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi sektor perkebunan menyediakan lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil perkebunan dan meningkatkan perolehan devisa dengan jalan meningkatkan volume eksport. Keunggulan komperatif sektor perkebunan adalah ketersediaan lahan, iklim yang menunjang, ketersediaan tenaga kerja yang mampu memperkuat saya saing. Ketersediaan lahan dan bahan baku yang melimpah yang ditunjukan dengan data potensi luas areal perkebunan kopi di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2012 seluas 1.859,79 Ha untuk kopi robusta tersebar di semua kecamatan. Seluas 549,6 Ha untuk kopi arabika yang tersebar di 7 (tujuh) Kecamatan. TABEL: 6.5.



LUAS PANEN, PRODUKSI DAN RATA –RATA PRODUKSI KOPI DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011



Kecamatan 01. Susukan 02. Purwareja Klampok 03. Mandiraja 04. Purwanegara 05. B a w a n g 06. Banjarnegara 07. Pagedongan 08. S i g a l u h 09. Madukara 10. Banjarmangu 11. Wanadadi 12. R a k i t 13. Punggelan 14. Karangkobar 15. Pagentan 16. Pejawaran 17. B a t u r 18. Wanayasa 19. Kalibening 20. Pandanarum Jumlah Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008



Robusta Luas Produksi Rata-rata (Ha) (Ton) (Ku/Ha) 29,75 0,20 0,07 4,41 0,55 1,25 53,00 7,63 1,44 34,24 32,23 9,41 50,44 2,00 0,40 119,50 48,50 4,06 34,00 5,95 1,75 56,75 11,40 2,01 39,00 4,00 1,03 60,15 23,00 3,82 176,75 19,18 1,09 20,04 1,11 0,55 124,25 60,06 4,83 232,30 257,60 11,09 52,04 1,03 0,20 158,50 41,00 2,59 12,50 0,45 0,36 205,10 33,92 1,65 293,52 284,54 9,69 103,55 41,08 3,97 1.859,79 875,43 4,71 1 .843,01 674,25 3,66 1 .817,31 666,70 3,67 1 .624,46 426,03 2,62 1.509,64 344,18 2,28



Luas (Ha) 32,30 24,30 221,02 9,60 57,28 155,62 49,50 549,62 450,71 4 45,99 4 46,29 446,19



Arabika Produksi (Ton) 9,00 0,53 4,00 0,06 7,25 106,51 19,12 146,47 105,00 102,70 87,58 76,24



Rata-rata (Ku/Ha) 2,79 0,22 0,18 0,06 1,27 6,84 3,86 2,66 2,33 2,30 1,96 1,71



HALAMAN 6 - 21



Kopi Arabica dan robusta, namun robusta yang paling cocok ditanam di Indonesia



Kopi bubuk robustas asli Temanggung



Bp. Imam Sajidin menjuarai The 5th Indonesian Specialty Coffe Contest



B. JALUR PEMASARAN PRODUK Kopi robusta di Kabupaten Banjarnegara diolah di Desa Binangun Kecamatan Karangkobar sehingga Desa Ambal menjadi sentra pengolahan kopi robusta. Kondisi lahan yang mendukung di Kecamatan Karangkobar untuk produksi kopi robusta menjadikan bahan baku untuk diolah tercukupi. Faktor perilaku usaha yaitu adanya kelompok tani “Gondo Arum” sebagai pencetus dan pemilik usaha pengolahan kopi robusta memepengaruhi berkembangnya pengolahan kopi robusta di Kecamatan Karangkobar. Ketersediaan tenaga kerja yang sebagian besar adalah petani di Kecamatan Karangkobar juga mempengaruhi ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja dalam produksi kopi robusta di Kecamatan Karangkobar. Organisasi Lembaga Pemasaran Kopi Robusta dapat dilihat pada gambar di bawah ini: PETANI (BAHAN BAKU)



KELOMPOK TANI GONDO ARUM (PENGOLAHAN) HASIL PENGOLAHAN (BIJI KOPI KERING)



PEDAGANG SURABAYA, BANDUNG, YOGYAKARTA)



HASIL PENGOLAHAN ( KOPI BUBUK)



PENGEPUL/TENGKULAK



PEDAGANG BESAR (KOPI MENTAH)



PEDAGANG KECIL (KOPERASI BANJARNEGARA)



KONSUMEN



GAMBAR: 6.4. ORGANISASI LEMBAGA PEMASARAN KOPI (ANALSIIS KONSULTAN, 2013)



HALAMAN 6 - 22



Dari gambar di atas dapat dilihat penjualan bahan baku kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung ke kelompok tani atau melalui tengkulak, jika melalui tengkulak maka harga akan lebih murah. Tengkulak juga menjualnya kepada kelompok tani fondo arun, namun ada tengkulak yang menjual dalam bentuk mentah ke pedagang besar di luar Kabupaten Banjarnegara yang membuat pasokan bahan baku untuk diolah berkurang.



C.



PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :    



Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika. Kopi robusta mengalami over supply. Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi. Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO (International Coffee Organization) melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.



Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang dijual ke pasar dunia. Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, kopi memegang peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa di luar minyak dan gas maupun sebagai mata pencaharian rakyat. Saat ini Indonesia tergolong negara produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Produksi kopi Indonesia berpeluang meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan produksi kopi dan perluasan lahan penanaman kopi yang dilakukan oleh petani. Gambaran Peluang/Prospek komoditi perkebunan teh antara lain sebagai berikut : a) Areal perkebunan kopi rakyat di Banjarnegara, berkembang dengan baik dengan terdapatnya sentra-sentra pekebunan kopi rakyat, hal ini sejalan dengan makin meningkatnya permintaan pasar di dalam dan luar negeri akan kopi. b) Peningkatan permitaan tersebut juga dikarenakan meningkatnya penduduk, pendapatan serta pemanfaatan produk kopi serta turunannya untuk berbagai macam bahan makanan. c)Tanpa mengesampingkan pasar ekspor, peluang kopi di dalam negeri pun sangat besar hal ini ditunjukan dengan berkembangnya industri hilir berbahan baku kopi untuk berbagai bentuk bahan makanan / konsumsi d) Dengan jumlah penduduk yang lebih 220 Juta jiwa serta meningkatnya pendapatan perkapita pendududuk Indonesia, menumbuhkan konsumsi kopi perkepita menjadi



HALAMAN 6 - 23



dua kali lipat dari saat ini (0,12 kg/kapita/pertahun) akan memerlukan volume produk kopi serta lahan perkebunan yang sangat besar.



D. PERMASALAHAN DAN SOLUSI Prospek ekspor kopi robusta Indonesia di pasar internasional sangat menjanjikan. Hal ini dapat terjadi karena trend konsumsi atau permintaaan pasar kopi dunia dalam kurun lima tahun terakhir jauh lebih cepat dibandingkan produksi kopi dunia. Data dari International Coffee Organization (ICO) menyebutkan bahwa trend peningkatan konsumsi kopi dunia terjadi sejak tahun 2010 dengan jumlah peningkatan rata-rata sebesar 2,5%/tahun. Pada tahun 2020, diperkirakan kebutuhan kopi dunia akan mencapai 10,3 juta ton. Meskipun produksi dan ekspor kopi robusta Indonesia masih belum optimal, namun optimisme dan motivasi bagi seluruh stakeholder perkebunan kopi robusta untuk lebih berusaha dalam meningkatkan produksi dan ekspor kopi robusta nasional. Perkebunan kopi memiliki potensi yang dapat ditingkatkan lagi. Menurut Soetriono (2009), hasil penelitiannya menyatakan bahwa usahatani kopi robusta yang dilakukan petani Indonesia masih mempunyai peluang yang besar dan sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan kondisi komoditas kopi robusta yang dihasilkan oleh petani mempunyai daya saing yang kuat. Beberapa alasan dapat dikemukakan bahwa peluang-peluang untuk pengembangan perkopian di masa yang akan datang. a) permintaan produk-produk kopi dan olahannya masih sangat tinggi, terutama di pasar domestic dengan penduduk yang melebihi 200 juta jiwa merupakan pasar potensial. b) peluang ekspor terbuka terutama bagi negara-negara pengimpor wilayah nontradisional seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa Timur. c) kelimpahan sumber daya alam dan letak geografis di wilayah tropis merupakan potensi besar bagi pengembangan agribisnis kopi. d) Lahan yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya kopi masih sangat luas, jika dapat dieksploitasikan secara benar dan terpadu dengan kawasan hutan, maka produksi kopi akan meningkat. Persoalan investasi dan permodalan menjadi faktor kunci untuk mendorong tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis kopi di Banjarnegara. Sebaiknya pemerintah memberikan iklim yang lebih baik untuk mendorong bergairahnya kegiatan agribisnis kopi robusta yang diusahakan oleh rakyat, sehingga pada akhirnya kondisi tersebut dapat mendorong peningkatan daya saing dan perdagangan kopi robusta Banjarnegara di pasar nasional dan di pasar internasional. Masih banyaknya potensi yang dapat ditingkatkan dari perkebunan kopi. Hal ini tentunya dapat mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor kopi robusta. Oleh karena itu pemerintah harus mendukung terwujudnya kondisi ekspor yang baik di masa yang akan datang, dengan merumuskan kebijakan yang berorientasi kepada kesejahteraan petani melalui penghargaan terhadap hasil produksi kopi petani yang berkualitas, penyediaan infrastruktur yang memadai, dan peningkatan daya saing kopi robusta. Sehingga pada akhirnya posisi di pasar dunia lebih kuat sebagai salah satu produsen kopi robusta.



HALAMAN 6 - 24



6.1.6.



KOMODITAS TEH (TANAMAN PERKEBUNAN) Produksi Teh di Kabupaten Banjarnegara pada 3 tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2009 mampu memperoduksi 2.167,94 ton, tahun 2010 sebanyak 2.243,27 ton, namun di tahun 2011 produksi terjadi penurunan sebanyak 1.945,20 ton. Pertanian the terdapat di di 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, B a t u r, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. TABEL: 6.6. LUAS PANEN, PRODUKSI DAN RATA –RATA PRODUKSI TEH DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 KECAMATAN



Produksi (Ton)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum



Jumlah Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008



Rata-rata (Ku/Ha)



420,00 1,74 12,30 22,92 621,21 569,40 530,15



20,77 0,32 4,20 4,73 8,04 9,87 21,37



2.177,72 1.945,20 2.243,27 2.167,94 1.692,69



11,27 10,09 11,70 11,45 8,51



Sumber Data : Dishutbun Kabupaten Banjarnegara



A. JALUR PEMASARAN PRODUK Pabrik pengolahan teh berada di Desa Jatilawang Kecamatan Wanayasa. Pemilihan lokasi perdasarkan lokasi dekat dengan bahan baku yaitu tanaman teh yang sebagian besar tumbuh di Kecamatan Wanayasa. Ketersediaan tenaga kerja yang murah juga mempengaruhi letak pabrik teh. Selain itu Desa Jatilawang memiliki akses yang baik jika dibandingdang desa lain yang memiliki potensi tanaman teh. Pengolahan teh dilakukan oleh PT. Pagilaran Unit Jatilawang mendapatkan bahan baku dari perkebunan teh milik PT. Pagilaran dan perkebunan teh rakyat yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Pucuk teh yang telah dipanen oleh petani diserahkan kepada PT. Pagilaran. Selain itu petani juga mengolah teh secara tradisioan dengan jumlah yang relatif sedikit dan langsung dijual ke pasar untuk memnuhi permintaan teh dalam skala lokal. Pagilaran untuk selanjutnya diolah dan djual ke negara-negara eropa dan ke Negara Timur Tengah. Organisasi Lembaga Pemasaran pengolahan teh di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



HALAMAN 6 - 25



PETANI (BAHAN BAKU TEH)



PT. PAGILARAN UNIT JATILAWANG (PENGOLAHAN MODERN)



PETANI (HASIL PENGOLAHAN SECARA TRADISIONAL



HASIL PENGOLAHAN (TEH HITAM)



HASIL PENGOLAHAN (TEH HITAM)



PEDAGANG BESAR (EKSPOR)



PEDAGANG KECIL



KONSUMEN GAMBAR: 6.5. ORGANISASI LEMBAGA PEMASARAN TEH (ANALSIIS KONSULTAN, 2013)



B. PROSPEK DAN POTENSI PERKEBUNAN TEH Komoditi perkebunan memiliki berbagai manfaat serta mempunyai nilai ekonomis tinggi, produk utama, produk turunan serta produk sampingan mempuyai banyak manfaat dan fungsi sebagai bahan makanan/minuman, bahan industri makanan/minuman olahan, industri obat-obatan, industri kosmetik, industri otomotif dan industri bahan bakar. Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.31/9/2006 terdapat 126 Komoditi yang menjadi binaan Direktorat Jenderal Perkebunan. Salah satunya adalah tanaman teh yang terdapat di Kabupaten bnajarnegara. Gambaran Peluang/Prospek komoditi perkebunan teh antara lain sebagai berikut : a)



b) c)



d)



Meningkatnya kesadaran akan konsumsi makanan dan minuman alami dan juga memberikan dampak terhadap kesehatan yang baik telah meningkatkan permintaan akan teh serta produk minuman berbahan teh, dari hasil penelitian di dalam dan luar negeri dampak teh dapat memberikan dampak terhadap pencegahan dan penyembuhan berbagai penyakit. Peningkatan perekonomian serta pendapatan masyarakat di dalam dan luar negeri juga membuka peluang bagi peningkatan permintaan terhadap teh saat ini. Selain pasar luar negeri, konsumsi teh perkapita pendududk Indonesia yang baru mencapai 0,31 Kg/ tahun akan meningkat dengan berkembangnya berbagai produk minuman teh dalam kemasan siap dikonsumsi (botol dan kotak) yang semakin marak saat ini dengan berbagai macam rasa, kemasan serta merek hal ini juga ditunjang dengan maikn baiknya perekonomian dalam negeri serta semakin meningkatnya pendapatan masyarakat. Berkembangnya pasar dan harga teh di dunia dan nasional akan memberikan dampak psoitif terhadap petani teh rakyat dalam peningkatkan pendapatan, taraf hidup dan daya beli .



HALAMAN 6 - 26



6.2.



PRODUK SEKTOR PETERNAKAN



6.2.1.



SAPI POTONG A. POTENSI PRODUKSI Selama tahun 2012 populasi sapipotong dan sapi perah mengalami peningkatan populasi. Populasi sapi potong meningkat tajam yaitu sebesar 8.004% dan sapi perah meningkat sebesar 4,709% dibandingkan tahun 2011. TABEL: 6.7. JUMLAH TERNAK SAPI BESAR MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 Kecamatan



Sapi Perah



Sapi Potong



01. Susukan



-



851



02. Purworejo Klampok



5



492



03. Mandiraja



-



523



04. Purwonegoro



-



2.269



05. B a w a n g



1



3.65



06. Banjarnegara



4



1.713



07. Pagedongan



-



1.593



08. S i g a l u h



-



521



09. Madukara



10



1.163



-



489



23



723



-



925 1.784



10. Banjarmangu 11. Wanadadi 12. R a k i t 13. Punggelan 14. Karangkobar



62



1.611



15. Pagentan



211



2.199



16. Pejawaran



654



1.521



17. B a t u r



417



602



18. Wanayasa



1.337



6.114



19. Kalibening



276



4.439



2



3.885



Jumlah



3002



37067



2011



2867



34320



2010



42



41842



20. Pandanarum



2009 21 Sumber Data : Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara



41638



B. POTENSI PERMINTAAN Masyarakat Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa tentunya semakin banyak membutuhkan protein asal daging ini. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya lonjakan permintaan yang cukup signifikan akan daging. Ternak sapi merupakan penyedia protein hewani asal daging yang cukup potensial.Indonesia yang kaya raya ini menyediakan sarana produksi yang cukup berlimpah untuk usaha pengembangan ternak sapi, diantaranya sapi potong. Program swasembada daging untuk menekan jumlah impor ternak sapi potong maupun daging, telah dicanangkan dan perlu dilaksanakan secara terintegrasi oleh seluruh stake holder di bidang persapian. Sampai saat ini, pencapaian populasi ternak sapi potong



HALAMAN 6 - 27



dan sapi perah masih belum mampu memberi kemandirian produktifitas untuk memenuhi permintaan masyarakat. Jumlah populasi ternak sapi potong yang kurang dari 5% jumlah penduduk Indonesia menunjukkan betapa ketidak seriusan para stake holder dalam mengembangkan peternakan sapi potong Indonesia. Pemotongan betina produktif yang rata-rata mencapai 200.000 ekor per tahun memberi penegasan masih jauh dari niatan untuk berswasembada daging dan air susu sapi. Nilai impor daging dari luar negeri yang masih berpotensi polemik terus mengalir ditambah dengan membanjirnya impor ternak sapi terutama dari Australia merupakan bukti betapa negara ini lebih senang disebut ‘shopaholic of cattle‘ daripada ‘producer of cattle‘. Kondisi peternakan rakyat yang senang dengan ternak lokal (brahman, simmental, limousine, brangus, angus, peranakan ongole, bali, madura, grati) yang memiliki nilai reproduktif tinggi tentunya berbeda dengan jenis ternak impor dari Australia yang merupakan Brahman Cross (ternak Brahman yang disilangkan dengan beberapa jenis ternak lain, seperti Shorthorn, Hereford, Braford atau Drougmaster) dan lebih mengarah pada ‘ternak hibrida’ sehingga nilai reproduktifnya terbilang rendah. Data Deptan tahun 2012 diperkirakan keadaan populasi sapi Indonesia hanya mampu memasok 80% dari total kebutuhan dalam negeri. Keadaan tersebut sangat menghawatirkan karena kebutuhan daging sapi dalam negeri sangat tergantung kepada impor.Kebutuhan daging sapi yang semakin meningkat, jika tidak disertai pertumbuhan populasi, mengakibatkan semakin banyaknya sapi lokal yang diptong termasuk sapi betina, sehingga jika tidak waspada Indonesia akan masuk dalam food trap. Di mana ketergantungan akan impor akan semakin besar dan pada akhirnya akan 100% tergantung impor.Itu sebabnya, bisnis ternak sapi potong, menjadi salah satu lahan usaha yang prospektif. Usaha peternakan yang terintegrasi (Integrated Farming) diharapkan dapat meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan pemanfaatan by product yang diharapkan dapat menurunkan cost of production dan sekaligus meningkatkan pay of income. Sapi potong merupakan salah satu jenis ternak yang berperan dalam melakukan supply untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani asal daging. Pengelolaan yang baik dengan pola manajerial yang sempurna akan menghasilkan kinerja ternak potong yang ideal sehingga diperoleh hasil baik. Hasil yang baik akan memberi banyak keuntungan,  pertama : pemenuhan supply protein hewani asal daging;  kedua : pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar farm;  ketiga : peningkatan nilai penggunaan lahan-lahan pertanian marjinal sehingga memberi nilai guna pada lahan secara positif;  keempat : peningkatan kualitas lahanseiring denganintrodusir penggunaan kompos (by product usaha peternakan);  kelima : peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang mengikuti peningkatan income pengusaha atas peternakan yang diusahakan.



C.



PROSPEK PASAR Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak- ternak lainnya.Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula, oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.



HALAMAN 6 - 28



Usaha penggemukan sapi potong memiliki prospek cerah karena beberapa negara ASEAN kini lebih menyukai sapi potong dari Indonesia.Dalam pemeliharaanpun relatif tidak begitu sulit karena jenis pakan yang dimakan sapi potong biasanya adalah rumput, jerami, bungkil pisang ataupun berbagai jenis dedaunan yang banyak tumbuh disekitar. Dengan ketersediaan padang rumput yang masih sangat luas peluang membuka usaha penggemukan sapi potong masih terbuka lebar. Pada lahan yang tidak begitu luas pun usaha ini masih dapat dilakukan yaitu dengan sistem atau teknik ”kereman”, yaitu suatu cara pemeliharaan dikandang secara terus menerus dalam kurun waktu 4 sampai 12 bulan. Tujuan pemeliharaan sapi dengan cara ini adalah untuk meningkatkan atau menghasilkan daging yang relatif lebih cepat.  Selain menghasilkan daging yang dibutuhkan masyarakat hasil ikutannya pun seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya dapat memberikan pendapatan sampingan. kotoran sapi mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.  Kulit sapi, dapat dijadikan sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. Tulangnya dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan atau dibuat makanan seperti sop kaki.  Tanduknya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan sebagainya.  Ekornya pun masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan khas yaitu sop buntut.



D. POTENSI PENGEMBANGAN Sapi Potong Banjarnegara sangat sesuai untuk budidaya sapi-sapi unggul ras Eropa (jenis Charollois, Simental, FH dan peranakannya). Populasi sapi saat ini 40.426 ekor. Produksi daging sapi 1.279.494 kg. Peternakan Banjarnegara juga didukung oleh sumber pakan yang meliputi limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung dan daun-daunan) seluas 36.551 Ha dan rumputrumputan seluas 20.919 Ha. Prospek investasi juga terdapat pada peternakan sapi betina. Saat ini populasi sapi betina di Kabupaten Banjarnegara 10.926 ekor. Peternak sapi potong ini banyak terdapat di wilayah Kecamatan bagian atas seperti Kalibening, Karangkobar, Wanayasa, Pejawaran, dan Pagentan.



HALAMAN 6 - 29



E.



KENDALA 1. Tata niaga Permasalahan ini masih sangat menganggu dan terus menghantui perkembangan usaha peternakan sapi. Proses distribusi menunjukkan betapa lemahnya tata niaga daging. Nilai permintaan dan penawaran pada beberapa produk daging lebih mengarah pada sistem kartel dan monopoli sehingga banyak kepentingan yang terjadi dalam ranah perkembangan ternak sapi potong Indonesia. Harga daging yang saat ini tertekan akibat banjirnya daging impor dan aliran ternak impor yang tidak berpihak pada peternakan rakyat memberi signal-signal yang jelas bagi perlemahan nilai-nilai peternakan sapi. Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan secara jelas disebutkan dalam pasal 36 ayat 1 dan 2 menyatakan tentang kewajiban pemerintah dalam menyelenggarakan dan memfasilitasi pemasaran produk peternakan. Pola tata niaga dengan menyerahkan pada mekanisme pasar yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung peternak (terutama peternak rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peternakan). 2. Penegakan Aturan Seluruh aktifitas perkembangan persapian masih diwarnai dengan berbagai pelanggaran dan hal ini menyebabkan terjadinya stagnasi. 3. Ketidakjelasan Program Pemerintah Pemerintah sebagai regulator perkembangan persapian, kadang kala masih melakukan program-program yang tidak jelas arah dan tujuannya. Konsep pengembangan peternakan sapi potong dengan memberlakukan impor sapi Brahman Cross betina bunting sungguh tidak bijak, karena evaluasi terhadap nilai kebuntingan kembali sangat rendah dan tidak pernah terlaporkan secara gamblang.



HALAMAN 6 - 30



Aturan-aturan yang tidak jelas, pembatasan-pembatasan yang sangat kabur serta ketidakberanian pemerintah dalam menentukan keputusan merupakan pemicu ketidakberhasilan program pemerintah 4. Penyediaan pakan ternak Tentunya sebagai salah satu hal penting dalam segitiga produksi, penyediaan pakan ternak merupakan hal yang patut menjadi perhatian. Penelitian-penelitian tentang pakan ternak dari berbagai bahan hasil samping usaha dan agroindustri pertanian perkebunan menunjukkan potensi pakan ternak merupakan hal yang patut menjadi perhatian. 5. Pendampingan dan bimbingan Peternakan rakyat saat ini masih menjadi obyek persapian. Mereka masih berada dibawah kendali tata niaga yang dikuasai oleh pemodal kuat milik pebisnis sapi. Kebanyakan Koperasi Unit Desa sebagai pengayom mereka belum menunjukkan fungsi dan peran seperti yang diharapkan. Ketiadaan pendampingan dan pembimbingan kepada peternakan rakyat menjadikan kualitas reproduktif ternak sapi menurun, pemotongan ternak betina produktif, ketidakmampuan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi air susu dan rendahnya nilai tawar peternakan rakyat adalah bukti konkret yang patut digarisbawahi.



6.2.2.



KAMBING DAN DOMBA (KADO) A. POTENSI PRODUKSI Domba yang dibudidayakan di Kabupaten Banjarnegara adalah domba asli Kabupaten Banjarnegara dengan nama Domba Batur. Domba Batur ini memiliki beberapa kelebihan antara lain memiliki bobot badan maksimal (+ 100 – 120 Kg), bobot badan rata-rata (+ 60-90 Kg), bulu halus dan tebal sehingga cocok untuk dijadikan benang. Kandang yang digunakan juga mudah dan murah, karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Domba has Batur merupakan satu jenis Domba eks Tapos,yang merupakan tipe bulu domba Australia, sehingga sangat cocok untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi seperti Batur yang memiliki suhu 15 ºC. Berat domba ini bisa mencapai antara 60-80 kg dan berat maksimal 140 kg, serta berbulu lebat dan halus mencapai 2 kali lipat domba lokal. Domba Batur tidak hanya tipe pedaging , bulunya yang tebal dapat diolah menjadi benang wool sebagai bahan tekstil. Namun potensi ini belum dapat dijalankan secara optimal dikarenakan terbatasnya teknologi yang dimiliki. Ada dua jenis kambing yang saat ini tengah giat dikembangkan di Banjarnegara, yaitu jenis Jawa Randu dan Kambing Peranakan Etawa (PE).Peternakan kambing jawa randu untuk penggemukan sedangkan tenak kambing PE adalah untuk pembibitan dan diambil susunya. Daerah utama pengembangan adalah kecamatan Karangkobar, Punggelan, Banjarmangu, Sigaluh, Pagedongan, Bawang, Purwareja Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi, Madukara, Pagentan, dan Kalibening. Di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara terdapat satu jenis domba khas ex Tapos yang merupakan tipe bulu dari Australia.Domba khas ini bisa berbobot dua kali lipat domba lokal yaitu antara 60 – 80 kg dan bobot maksimal 140 kg serta berbulu lebat dan halus.Keunggulan spesifik tersebut membuat harga ternak tinggi mencapai antara 600 ribu hingga 1, 5 juta rupiah (harga domba lokal Rp.300.000 – Rp.600.000 dengan berat badan rata-rata 40 kg.). Saat ini Domba Batur tidak hanya ada di Kecamatan Batur saja



HALAMAN 6 - 31



namun sudah berkembang di Kecamatan sekitar yang beriklim dingin/sejuk seperti Kecamatan Wanayasa dan Pejawaran. Domba Batur tidak hanya tipe pedaging, bulunya yang tebal dapat diolah menjadi benang wool sebagai bahan tekstil.Namun potensi ini belum dapat dijalankan secara optimal dikarenakan terbatasnya teknologi yang dimiliki.Jumlah domba batur diperkirakan lebih dari 20.777 ekor.



TABEL: 6.8. JUMLAH TERNAK KECIL MENURUT KECAMATAN DAN JENIS TERNAK DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 Kecamatan 01. Susukan



Kambing 7.337



Domba 716



02. Purworejo Klampok



2.487



305



03. Mandiraja



11.726



704



04. Purwonegoro



13.211



2.407



05. B a w a n g 06. Banjarnegara



3.868 5.959



822 856



07. Pagedongan



4.494



779



08. S i g a l u h 09. Madukara 10. Banjarmangu



9.035 2.825 19.033



1.694 1.063 1.091



11. Wanadadi



2.905



235



12. R a k i t 13. Punggelan



4.439 16.400



1.511 1.834



14. Karangkobar



28.867



15.446



15. Pagentan 16. Pejawaran



19.306 7.811



18.640 18.744



17. B a t u r 18. Wanayasa



175 11.218



21.636 17.180



19. Kalibening 20. Pandanarum Jumlah



11.387 9.011 191.494



3.398 2.848 111.909



Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009



187.647 184.847 182.612



110.876 108.318 107.159



Tahun 2008



178.879



107.272



Sumber Data: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara



B. KEUNTUNGAN EKONOMI KAMBING ETAWA Budidaya ternak kambing etawa lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan memelihara kambing lokal atau domba.Berikut ini beberapa keuntungan ekonomis dari berternak kambing etawa. 1.



Penghasil susu Susu kambing etawa dikonsumsi sebagai obat alternatif, bukan sebagai pelengkap gizi. Biasanya orang mengonsumsi susu kambing etawa guna membantu menyembuhkan penyakit asma, tuberkolosis / TBC, eksim, membantu menyehatkan kulit, mencegah penuaan dini serta mencegah osteoporosis. Pada



HALAMAN 6 - 32



masa laktasi kambing etawa bisa menghasilkan 0,8 Lt - 2,5 Lt susu perhari, dengan harga jual antara Rp 15.000 - Rp 20.000/ liter. Sebagai gambaran bila seorang peternak kambing etawa memelihara 7 hingga 10 ekor, diperkirakan yang laktasi 5 ekor dan rata-rata menghasilkan 1 liter per hari, maka penghasilan peternak tersebut setiap hari adalah sekitar 5 liter susu dengan harga rata-rata Rp. 15.000 perliter, maka pendapatan peternak tersebut adalah sekitar Rp.75.000/hari dari susu kambing etawa. 2.



Penghasil Daging Disamping menghasilkan susu kambing etawa, kambing etawa juga potensial sebagai penghasil daging yang menguntungkan. Saat ini banyak pejantan kambing etawa yang dipakai oleh peternak guna memperbaiki kualitas kambing pedaging lokal. Perkawinan silang ini menghasilkan kambing dengan sosok badan lebih besar layaknya kambing etawa



3.



Penghasil Pupuk dan Kulit. Kotoran kambing etawa juga bisa dipakai sebagai pupuk organik, sedangkan kulitnya dipakai sebagai bahan baku kerajinan kulit. Ini di karenakan kulit kambing etawa memiliki ukuran yang lebih lebar dibanding kulit kambing lokal, kualitasnya juga dikenal lebih baik.



4.



Sebagai Sumber Pendapatan. Budidaya kambing etawa bisa digunakan sebagai sumber pendapatan alternatif di pedesaan yang sangat menjanjikan jika ditekuni secara serius, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang dan biaya perawatan relatif sama dengan biaya memelihara kambing lokal.



C.



PROSPEK PASAR Agribisnis komoditas ternak kambing dan domba (kado) di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, mengingat dalam 10 tahun mendatang akan ada 5 juta kepala keluarga muslim yang masing-masing kepala keluarga akan menyembelih satu ekor ternak kambing ataupun domba untuk kurban, satu ekor untuk setiap anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki untuk akikah. Disamping itu untuk keperluan ibadah haji di tanah suci akan dibutuhkan 2,5 juta ekor kado untuk keperluan membayar dam ataupun untuk kurban para jemaah haji. Secara mandiri swasta dapat bergerak di sektor hulu (usaha penyediaan calon induk, penyediaan pejantan, penyediaan semen, pabrik pakan mini,dll), serta di kegiatan hilir (RPH, industri pengolahan daging, susu, kulit, kompos dll.). Usaha-ternak budidaya oleh swasta dilakukan melalui pendekatan pola kemitraan, dimana peternak menghasilkan bakalan dan inti membeli untuk digemukkan atau langsung dipasarkan. Variasi dari pola kemitraan dan investasi dalam pengembangan kado sistem integrasi mungkin cukup beragam, dan harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Investasi penyediaan bibit unggul, untuk calon induk maupun pejantan adalah sangat strategis, karena saat ini praktis belum ada pihak yang tertarik. Pusat pembibitan ternak milik pemerintah yang sudah ada belum mampu untuk merespon perkembangan yang terjadi di masyarakat. Namun ke depan kegiatan ini justru harus dilakukan oleh swasta atau peternak kecil yang maju. Investasi untuk usaha ini dapat dimulai dengan skala sedang 200-500 ekor untuk kemudian dikembangkan menjadi usaha yang besar. Investasi yang diperlukan usaha ini sedikitnya sekitar Rp. 0,5-1 milyar, tidak termasuk



HALAMAN 6 - 33



kebutuhan lahan. Diharapkan usaha ini dapat dikembangkan di kawasan perkebunan yang sudah tersedia bahan pakan yang memadai. Sementara itu investasi untuk pabrik pakan, pabrik obat, pabrik kompos, pabrik pengolahan susu, dll., dapat disesuaikan dengan kapasitas yang diperlukan, yang bernilai setara dengan nilai investasi pada ternak lainnya. Dukungan kebijakan investasi perlu menyertakan petani sebagai end user dan pada akhirnya memberikan titik terang dalam pemberdayaan petani, peningkatan kesejahteraan disamping penambahan devisa dari ekspor bila pasar ekspor ke negaranegara jiran dapat dimanfaatkan. Untuk mendukung pembangunan/ revitalisasi pertanian dan menciptakan iklim investasi guna pengembangan dan peningkatan mutu ternak kado diperlukan berbagai kebijakan, antara lain: (a) penyederhanaan prosedur dan persyaratan untuk investasi usaha pengembangan peternakan kado; (b)penyediaan kredit bagi hasil dan (c) penyediaan informasi (harga dan teknologi)



D. POTENSI PENGEMBANGAN Usaha peternakan domba termasuk salah satu jenis usaha yang harus mendapat perhatian untuk dikembangkan.Pada saat ini kegiatan ekonomi yang berbasis ternak domba terpusat pada peternakan rakyat di daerah pedesaan dengan motif usaha subsistens. Beberapa ciri dari usaha seperti ini adalah skala usaha kecil, modal kecil, bibit lokal, pengetahuan teknis beternak rendah, usaha bersifat sampingan, pemanfaatan waktu luang, tenaga kerja keluarga, sebagai tabungan dan pelengkap kegiatan usaha tani. Di beberapa daerah kantong produksi ternak domba, peranan wanita dalam usaha peternakan domba sangat besar. Pekerjaan yang ditangani kaum wanita berhubungan dengan penyediaan pakan ternak, pemberian pakan, pemeliharaan kebersihan kandang dan pemberian air minum. Pekerjaan kaum wanita ini sering pula dibantu oleh anak laki-laki yang sudah cukup umur. Kaum lelaki menangani pekerjaan pembuatan kandang,membeli dan menjual domba serta mengawinkan ternak domba. Basis budidaya tersebut membentuk system pemasaran yang monopsonistik yang menyebabkan peternak cenderung berada pada posisi tawar yang lemah. Dalam pemasaran domba yang berlangsung sampai saat ini, peternak bersifat pasif dan pedagang aktif mencari peternak yang akan menjual domba. Dengan demikian, maka laku tidaknya ternak domba yang ditawarkan peternak akan sangat tergantung kepada pedagang. Faktor penyebab lain yang membentuk sitem pemasaran seperti ini adalah keterbatasan peternak dalam segi pengetahuan umum, informasi pasar, waktu, keberanian dan transportasi. Selama belum ada perubahan dari faktor-faktor tersebut, maka ketergantungan peternak kepada pedagang akan terus berlanjut dan kondisi sosial-ekonomi peternak akan tetap jelek. Upaya meningkatkan posisi tawar peternak dalam kaitannya dengan penguasaan pedagang pengumpul terhadap fenomena pasar domba, dicoba dipecahkan melalui pendekatan kelompok. Penyatuan langkah peternak domba dalam kelompok, pada beberapa kasus menunjukan keberhasilan, namun sebaliknya banyak juga yang gagal. Pembentukan kelompok peternak domba sampai saat ini, lebih didasarkan pada efisiensi budidaya yang lebih memberikan curahan perhatian pada kelancaran produksi untuk menghasilkan karakteristik domba yang baik menurut produsen. Jika usaha ternak domba akan diarahkan pada usaha semi komersial untuk menuju yang komersial,selayaknya curahan perhatian diberikan pada karakteristik produk yang



HALAMAN 6 - 34



diinginkan konsumen. Pembentukan dan dinamika kelompok peternak, proses budidaya serta dukungan teknis diarahkan pada upaya memahami dan menghasilkan produk yang dibutuhkan dan dibeli konsumen. Kelompok peternak domba sebagai titik sentral yang menjadi andalan dinamisator agribisnis ternak domba harus mempunyai pola usaha yang bersifat membangun jaringan system agribisnis dapat dibangun melalui empat subsistem, yaitu:    



Sub system off-farm hulu yang menyediakan sarana produksi. Sub system on farm yang melakukan budidaya. Sub system off-farm hilir yang mengolah dan memperdagangkan produk. Sub system jasa penunjang yang menyediakan jasa bagi kelancaran agribisnis ternak domba



Dengan system tersebut di atas, maka pembangunan ekonomi yang berbasis ternak domba adalah membangun sistim agribisnis secara menyeluruh dan berkelanjutan.



E.



KENDALA Meskipun asetnya besar, namun pengembangan ternak kambing di Desa Pagerpelah, bukan berarti tanpa kendala. Salah satu kesulitan yang kerap dikeluhkan peternak kambing yakni masalah minimnya ketersediaan pakan konsentrat sebagai tambahan hijauan pakan ternak. Hal itu sangat terasa,jika memasuki masa paceklik hijauan,



HALAMAN 6 - 35



maka untuk mendapatkan pakan konsentrat, peternak harus memesan hingga ke Kabupaten Purworejo, Semarang dan kota-kota lainnya. Harga di luar Banjarnegara pun cukup tinggi. Untuk pemasaran, Sutoyo mengakui, tidak ada masalah.Sebab selalu terserap ke pembeli, baik itu di sekitar Banjarnegara hingga Purworejo dan kota-kota lainnya. Belakangan ini, untuk lebih mengoptimalkan usaha ternak kambing di Desa Pagerpelah, pihak desa setempat sudah mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sida Mukti serta koperasi. Kedua badan hukum ini diharapkan bisa menjadi pusat kegiatan para peternak dalam mengembangkan ternak kambing miliknya.



6.3.



PRODUK SEKTOR PARIWISATA Potensi dan daya tarik wisata unggulan di Banjarnegara. Dari data yang dikeluarkan Dinas Pariwisata setempat (Oktober 2011), terdapat sedikitnya 25 objek dan daya tarik yang tersebar di delapan kecamatan. Berikut data selengkapnya. TABEL: 6.9. Jenis Wisata



Alam



Budaya



Buatan



Edukasi



POTENSI OBJEK WISATA KABUPATEN BANJARNEGARA Nama Objek (1) Curug Sikopel (2) Curug Giri Tirta (3) Sumber air panas (4) Agrowisata teh Pagilaran (5) Sumber air panas (6) Arung jeram (7) Curug Pitu (8) Telaga Merdada (9) Kawah Sikidang (10) Telaga Balekambang (11) Air panas Bitingan (12) Kawah Candradimuka (13) Sumur Jalatunda (14) Tlaga Dringo (15) Curug Sirawe (16) PLTA Mrica (17) Kompleks Candi Arjuna (18) Museum Kailasa (19) Masjid Soko Tunggul (20) Kerj Batik Gumelem (21) Kerj Bambu dan Keramik (22) Anglir Mendung Paweden (23) Kolam renang Leksana (24) Surya Yudha Park (25) TRMS Seruling Mas (26) Panas bumi Dieng (PLTP) (27) PLTS (28) PLTMM



Sumber : Dinas Pariwisata Banjarnegara, 2011



Lokasi/ Kecamatan Pagentan Pejawaran Wanayasa Kalibening Kalibening Sigaluh Sigaluh Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Bawang Batur Batur Klampok Susukan Klampok Karang Kobar Karang Kobar Madukara Banjarnegara Dieng Kalibening Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Purwonegoro



HALAMAN 6 - 36



6.3.1.



WISATA ALAM A.



KAWAH SIKIDANG DIENG Indahnya pemandangan dan eksotisnya kawah yang sering berpindah-pindah tersebut, terdapat hiburan dengan adanya pelaksanaan upacara Tawur Agung Labuh Gentuh yang diselenggarakan umat Hindu Bali. Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh diikuti sedikitnya 130 warga Bali. Mereka datang dengan membawa seluruh perlengkapan upacara baik sesajian maupun kelengkapan acara berupa seperangkat gamelan Bali. Suasana di kawasan Kawah Sikidang juga ditata sedemikian rupa hingga terlihat seperti di Bali.



B.



“JELAJAH ” GUNUNG PANGONAN DIENG



Dieng dengan beragam pesona keindahan alam,budaya, seni dan tradisi selalu dapat memukau para wisatawan. Salah satunya adalah pesona indah Gunung Pangonan. Jarak tempuh yang pendek mempermudah wisatawan untuk mencapai puncak Gunung. Perjalanan di tempuh sekitar 30 menit, selama perjalanan kita bisa melihat indahnya Telaga Merdada dari atas, cantiknya bunga edelwise dan daisy menghiasi kanan dan kiri jalan setapak yang dilalui, hamparan padang safana yang indah itulah Telaga Sumurub.



C.



MENGGAPAI MATAHARI DI BUKIT PRAU DIENG Keindahan bukit – bukit yang tergambarkan, bisa kita lihat di Puncak Gunung Prau. Diawali dengan munculnya Matahari terbit di atas bukit, dan keindaharan hamparan bunga Daisy serta rumput yang sangat indah nyata ada di Puncak Gunung Prau.



D.



KAWAH



HALAMAN 6 - 37



1



Kawah Candradimuka Kawah ini sebenarnya bukan kawah gunung berapi, tetapi merupakan pemunculan Solfatara dari rekahan tanah. Terdapat dua lubang rekahan yang masih aktif mengeluarkan Solfatara. Di Kawah ini terdapat sumber air yang dipercaya memiliki kekuatan magic, sehingga banyak wisatawan yang memanfaatkannya.



2



Kawah Sikidang Kawah Sikidang merupakan tempat favorit bagi wisatawan, karena merupakan kawah vulkanik denganlubang kepundan yang dapat disaksikan dari bibir kawah. Uap air dan lava berwarna kelabu selalu bergemulak muncul berpindahpindah bahkan melompat seperti seekor kidang. Sehingga dikenal dengan nama Kawah Sikidang.



3



Kawah Sileri Kawah Sileri merupakan kawah terluas di Dataran Tinggi Dieng yang masih aktif. Air Kawahnya gemulak dan mendidih persis seperti bekas cucian beras atau leri, sehingga dinamakan KawahSileri. Tidak jauh dari sini, kita juga dapat menikmati Air Panas Bitingan dan Curug Si Rawe.



E.



SUMUR, TELAGA AIR TERJUN 1



Sumur Jalatunda Sumur Jalatunda merupakan kepundan gunung berapi yang meletus dan menjadi sumur dengan kedalaman100 Meter Konon sumur Jalatunda merupakan salah satu pintu ghaib menuju penguasa laut selatan. Ada kepercayaan masyarakat barang siapa yang dapat melempar batu hingga melintasi sumur maka cita-citanya akan tercapai.



2



Telaga Balekambang



HALAMAN 6 - 38



Telaga ini lokasinya tidak jauh dari Kompleks Candi Arjuna, disini banyak terdapat ikan air tawar. Dan oleh wisatawan dan masyarakat dijadikan sebagai lokasi pemancingan.



3



Telaga Merdada Telaga Merdada merupakan telaga terluas di dataran tinggi Dieng dengan latar belakang bukit yang hijau merupakan pemandangan yang sungguh menakjubkan. Disini Wisatawan dapat memancing dan bersampan mengelilingi Telaga.



4



Curug Sirawe Adalah tempat wisata berupa curug/air terjun yang terletak tidak jauh dari zona inti kawasan wisata Dieng, tepatnya di dusun Bitingan Desa kepakisan sebelah barat Dieng . Memiliki ketinggian kurang lebih 80 m berada di pegunungan yang hijau dengan panorama yang sangat indah. Untuk mencapai ke air terjun ini anda bisa memakai sepeda motor atau bisa treking melalui bukit sipandu sebuah bukit yang konon katanya adalah salah satu gerbang atau pintu masuk kawasan Dieng dari arah utara. Air terjun ini sangat unik selain area sekitarnya yang masih sangat alami karena tumbuhan yang mengelilinginya masih benar-benar tumbuhan gunung yang sangat beragam air terjun ini juga sangat mempesona karena air panas dan dingin menyatu jadi satu.



5



Curug Pitu



Curug pitu merupakan obyek wisata



HALAMAN 6 - 39



alam dengan daya tarik utama berupa Air terjun yang berjumlah tujuh buah curug secara bertingkat dari atas kebawah, maka diberi nama Curug Pitu. Antara Curug Pertama yang berada di paling atas hingga Curug Ketujuh yang berada di paling bawah mempunyai ketinggian yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki keindahan sendiri-sendiri. Dari curug pertama (tingkat I), kita bisa menyaksikan air terjun dengan debit air yang cukup besar. Di kanan kiri adalah hutan yang masih asri yang didominasi tanaman keras. Banyak juga pohon durian. Jika kita ingin melihat curug di atasnya, kita harus mendaki jalan setapak di kanan jalan. Ada anak tangga yang cukup memudahkan mendaki. Setiap sekitar 50 meter, curug kedua dan seterusnya sudah menanti. Di curug teratas (tingkat tujuh), pemandangan lebih eksotis lagi karena keenam curug di bawahnya terlihat indah bak kaki-kaki bidadari yang lembut menjuntai. Dari Kota Banjarnegara kita berkendara ke arah timur sekitar 10 kilometer sampailah di pertigaan Desa Sigaluh. Ambil jalan kanan, mulailah menyusuri jalanan desa yang halus dengan udara yang segar, dengan jarak tempuh sekitar 7 kilo meter. Tak jauh dari Balai Desa Kemiri, kita bisa langsung menikmati keindahan dan kesegaran Curug Pitu.



6



Wisata Waduk Mrica Kawasan Waduk Mrica ini erletak arah Barat + 10 Km dari Kota Banjarnegara. Merupakan lokasi wisata yang sangat menarik, karena disamping hamparan air yang sangat luas, juga terdapat bukit-bukit yang rimbun oleh pepohonan nan indah dan asri. Adalah waduk terpanjang di Asia Tenggara yang membendung Sungai Serayu dan mempunyai kapasitas tenaga listrik 184,5 Mega Watt. Obyek wisata Waduk Mrica menawarkan berbagai paket wisata air yakni berperahu mengelilingi waduk, Olahraga dayung maupun memancing. Disamping Arena Permainan Anak dan Panggung Terbuka, disini juga terdapat Padang Golf dengan 8 Hole.



F.



AGRO WISATA “DESA KUTAYASA KEC. MADUKARA” 1



Wisata Arung Jeram Wilayah selatan Desa Kutayasa yang dilalui aliran sungai Serayu telah dimanfaatkan sebagai tempat wisata air arung jeram. Tempat wisata arung jeram tersebut bernama Pikas.



HALAMAN 6 - 40



2



Wisata Pemancingan Wisata ini merupakan kegiatan pemancingan ikan di kolam-kolam milik penduduk Desa Kutayasa.



3 Agrowisata Salak Wisata ini yaitu mengamati sekaligus berpartisipasi langsung dalam kegiatan pertanian salak. Wisatawan diajak mengenal bagaimana cara melakukan persilangan pohon salak (penyerbukan) dan bisa memetik buah salak secara langsung dari pohonnya.



4 Agrowisata Padi Dalam wisata ini wisatawan diajak berpertisipasi langsung dalam kegiatan bertani mulai dari cara pengolahan tanah (pembajakan), pemupukan, penyemaian benih dan penanaman bibit padi.



5 Misteri Batu Pangethokan Batu pangethokan terletak di bagian timur Desa Kutayasa, merupakan batu besar yang dipercaya penduduk setempat sebagai batu yang dahulu digunakan sebagai tempat pemenggalan bagi orang-orang yang berbuat kesalahan. Kata pangethokan sendiri berasal dari kata kethok yang berarti penggal, jadi pangethokan berarti pemenggalan.



6 Makam Nyai Ronggeng Nyai Ronggeng adalah seorang penari (ronggeng) cantik yang karena kecantikannya maka dia dimusuhi banyak orang dan akhirnya dibunuh. Jasad Nyai Ronggeng dimakamkan di dekat Batu Pangethokan, dan sampai saat ini karena Nyai Ronggeng juga



HALAMAN 6 - 41



dipercaya memiliki kesaktian maka makamnya dikeramatkan oleh penduduk sekitar.



7 Legenda Watu Mbalong Watu Mbalong merupakan batu besar yang berada di pinggir sungai Serayu. Konon dahulu pemimpin pandawa lima yaitu Semar memindahkan batu dari Gunung Sinumpuk menuju Sungai Serayu. Batu tersebut dibawa dengan cara digendong dengan tujuan untuk membendung Sungai Serayu untuk kepentingan irigasi. Tetapi sebelum sampai Sungai Serayu batu tersebut jatuh di suatu tempat bernama Mbalong. Oleh karena itu batu tersebut dinamakan Watu Mbalong atau Batu Mbalong.



G.



ARUNG JERAM SERAYU Wisata minat khusus, Arung Jeram ini berada di sungai Serayu yang membelah sepanjang wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dimulai dari Desa Tunggoro menuju Desa Singomerto Kecamatan Sigaluh dengan panjang + 12 Km. Arung Jeram dilokasi ini memiliki Grade yang sangat baik dan banyak diminati oleh para Atlet Arung Jeram. Kelas yang ditawarkan antara lain : excellent, middle, exotic, family fun dan river camp. Wisatawan yang datang akan mendapatkan welcome drink, snack, air mineral, makan, transportasi lokal, kelapa muda, guide, peralatan arung jeram, asuransi dan sertifikat. Tahun 1997, di lokasi ini dijadikan sebagai lokasi Kejurnas I Arung Jeram. Pada bulan April 2010 di lokasi ini juga dilaksanakan Australasian Champ 2010.



6.3.2.



WISATA BUDAYA Wisata Budaya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Disana terdapat banyak bangunan Candi yang semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga Abad XII AD. Candi-candi yang terdapat di Dieng



HALAMAN 6 - 42



menggunakan nama tokoh-tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Semar dan Gatotkaca.



A.



CANDI DWARAWATI Candi Dwarawati terletak paling utara diantara candi-candi di Dataran Tinggi Dieng yang didi rikan di bukit Perahu,mempunyai denah empat persegi panjang yang berukuran panjang 5 m dan lebar 4 m, tinggi bangunan 6 m dan dilengkapi dengan penampil pada masingmasing sisinya. Pada masing-masing dinding luar dan dalam bilik candinya terdapat relung-relung tempat arca.



B.



CANDI GATOTKACA Candi Gatotkaca terletak di sebelah barat Telaga Balekambang dan di dekat bukit Pangonan. Susunan bangunannya mirip dengan Candi Dwarawati, hanya pada atap penampilnya berpuncak Amalaka. Tidak jauh dari Candi Gatotkaca terdapat Museum yang menyimpan koleksi arca.



C.



KELOMPOK CANDI ARJUNA Kelompok Candi ini terdiri dari lima candi tersusun dua deret, deret sebelah timur terdiri dari empat bangunan candi yang semuanya menghadap ke barat yaitu Candi Arjuna, Candi Srikandi,Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Deret sebelah barat menghadap ke timur yaitu Candi Semar. Candi Arjuna diperkirakan dibangun pada tahun 809 M masing-masing memiliki ciri khas dan keindahan tersendiri. Pada Candi-candi ini digambarkan Dewa-dewa pendamping utama Agama Hindu yaitu Brahma,



Siwa dan Wisnu.



D.



KOMPLEKS CANDI DIENG Bangunan Candi di Dataran Tinggi Dieng semuanya berlatar belakang Ciwaistis dan mempunyai bentuk arsitektur sederhana dan diperkirakan digunakan mulai abad IX hingga Abad XII AD. Candi-candi yang terdapat di Dieng menggunakan nama tokoh-tokoh pewayangan seperti, Dwarawati, Puntadewa, Arjuna, Semar dan



HALAMAN 6 - 43



Gatotkaca.



E.



TAWUR AGUNG LABUH GENTUH Ritual di kawasan kawah Sikidang, hikmat dan menyedot perhatian warga setempat dan wisatawan. Tawur Agung Labuh Gentuh digelar setiap 10 tahun sekali. Tapi itu tidak pasti juga, semua tergantung wahyu yang didapat saat meditasi untuk menyelenggarakan upacara ini. Ritual tawur labuh dibuka dengan guru piduka atawa memohon ijin kepada leluhur. Lalu dilanjutkan dengan pecarwan atau sesaji dalam bentuk ternak dan labuh gentuh atau melarung seluruh sesajian ke kawah Sikidang. Prosesi ini dimaksudkan untuk memohon keseimbangan alam agar kebaikan selalu menaungi seluruh manusia.



F.



FESTIFAL SERAYU “PARAK IWAK”



Pesta parak iwak adalah rangkaian proses, yang akan diawali dengan pengambilan air dan ikan dari tujuh telaga Di Dataran Tinggi Dieng. Tujuh telaga tersebut yaitu telaga Balekembang, telaga Sendang Sedayu, telaga Warna, telaga Pengilon, telaga Merdada, telaga Sewiwi dan telaga Cebong. Pengambilan ikan dari tujuh telaga tersebut akan dilaksanakan pada tangga 26 Agustus 2013. Ikan yang diambil dari tujuh telaga itu akan dimasukan ke dalam bokor yang kemudian dikirab dari Batur- Wanayas- karangkobar- Banjarmaggu dan akan diinapkan di Madukara. Acara puncak pesta parak iwak dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2013, ikan dari tujuh telaga yang diambil dari dataran tinggi Dieng akan dikirab lagi dari desa Talunamba Madukara menuju The Pikas dan selanjutnya ikan dilarung ke sungai serayu Banjarnegara. Pesta parak iwak tersebut dikemas secara apik, eksitik dan menarik. Dalam kegiata ini terdapat ribuan tenong dan para pengunjung bisa menikmati makanan yang terdapat didalam tenong. Selain itu para pengunjung juga bisa menikmati hiburan seni budaya Banjarnegara.



G.



MUSEUM KAILASA Kailasa adalah sebuah museum yang berisi artefak dan keterangan geologi, pertanian, kesenian, kepercayaan, flora, fauna dan warisan arkeologi Dataran Tinggi Dieng. Museum kailasa terletak di komplek candi Gatutkaca secara administratif masuk Kabupaten Banjarnegara. Museum ini diberi nama Kailasa, yang diambilkan dari nama salah satu gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini diambil karena kepurbakalaan



HALAMAN 6 - 44



Dieng diwarnai dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa, yang dapat diketahui dari percandian maupun prasasti. Museum kailasa diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 Oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (Ir Jero Wacik). Museum kailasa merupakan salah satu obyek wisata religius yang terdapat di dataran tinggi dieng, didalam museum terdapat peninggalan peradaban Hindu Jawa kuno pada abad ke-7 sampai dengan abad ke -8. Di dalam Museum Kailasa dilengkapi dengan teater yang berisi film dokumenter tentang candi, arkeologi, dan prasasti dieng. Fasilitas lain yang terdapat disekitar museum kailasa seperti, Cafe sebagai tempat peristirahatan yang nyaman untuk wisatawan dan pusat oleh - oleh berupa cideramata khas dieng.



6.3.3.



WISATA BUATAN A.



TAMAN REKREASI ANGLIR MENDUNG PAWEDEN Terletak di daerah pegunungan dikelilingi hutan lindung kurang lebih 18 km dari Kota Banjarnegara kearah utara, jalan menuju obyek ini berkelok-kelok dengan pemandangan alam yang indah disekitarnya. Fasilitas yang tersedia : tempat parkir, MCK, rumah makan, kios cinderamata, kolam renang, tempat penginapan, bumi perkemahan



B.



TAMAN REKREASI SURYA YUDHA PARK Wahana ini melengkapi kolam arus, lagoon, kolam pijat ikan, dan 3 kolam lain yang telah tersedia. Sejak awal pengelola mengonsep Surya Yudha Park dengan mengintegrasikan hotel, sport center, permainan, dan petualangan. Wahana yang tersedia memungkinkan anak-anak hingga dewasa menikmatinya.



HALAMAN 6 - 45



C.



TRMS SERULING MAS Taman Rekreasi Margasatwa (TRMS) Seruling Mas terletak di kompleks Makam Ki Ageng Selamanik, di Lembah Sungai Serayu, kurang dari 1 km utara kota Banjarnegara. Sarana wisata yang ada di Taman Rekreasi Margasatawa Selamanik Seruling Mas antara lain : Taman satwa lengkap, kolam renang dengan waterboom-nya, Arena permainan anak, Panggung hiburan, Wisata arena pemancingan umum, juga terdapat Makam Ki Ageng Selomanik yang dikeramatkan. Beberapa satwa yang ditangkarkan antara lain : Singa, Gajah, Harimau, Ular, Orang Utan, berbagai jenis burung, dan lain-lain. Disediakan pula fasilitas wisata menunggang gajah keliling taman dengan dipandu seorang pawang. Kolam renang cukup memadai, terdiri atas 3 bagian kolam untuk anak-anak dan orang dewasa, serta fasilitas mandi / bilas. Makam Ki Ageng Selomanik yang merupakan keturunan Raja Mataram pun sering dikunjungi wisatawan. Taman rekreasi ini dilintasi oleh aliran Sungai Serayu yang menambah keindahan pemandangan taman. Sangat diminati oleh anak-anak dan remaja, pada hari-hari libur atau liburan sekolah obyek wisata ini selalu padat pengunjung. Untuk memeriahkan suasana di panggung hiburan diadakan pentas kesenian daerah dan pentas musik yang dapat dinikmati wisatawan sambil duduk-duduk di bawah pohon rindang di arena bawah panggung. Kebun binatang itu satu-satunya di Karesidenan Banyumas.



6.4.



PRODUK SEKTOR EKONOMI KREATIF



6.4.1.



KERAJINAN BATIK TULIS GUMELEM Salah satu produk unggulan yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara yaitu kerajinan batik tulis. Kerajinan ini bersentra di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, berjarak sekitar 30 km ke arah selatan dari pusat kota Banjarnegara. Di desa inilah berbagai pengrajin batik tulis tersebar dan terhimpun dalam suatu



HALAMAN 6 - 46



wadah/komunitas usaha kecil dan menengah (UKM). Produk kerajinan batik tulis Banjarnegara (Batik Gumelem) ternyata memiliki kekhasan apabila dibanding produk batik tulis lainnya yang pernah ditemui di pasaran regional. Seperti halnya di daerah Jawa, batik tulis sering ditemui berasal dari Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan beberapa daerah sekitar selama ini sudah dikenal banyak orang. Batik tulis Gumelem ini mempunyai corak khas berupa udan liris dan rujak senthe yang diproduk secara turun-temurun oleh warga setempat. Di samping itu, batik Gumelem memiliki kekhasan lain yaitu didominasi warna sogan (cokelat), hitam, dan kuning, serta memiliki motif bunga-bunga, kawung, dan parang. Dalam perkembangannya, batik tulis Gumelem sudah dimanfaatkan untuk memenuhi konsumsi atau kebutuhan lokal, seperti halnya di kalangan pemerintah daerah (Pemkab Banjarnegara) dianjurkan untuk memakai seragam batik pada hari tertentu. Ini merupakan langkah kebijakan sekaligus sebagai upaya memasyarakatkan penggunaan produk lokal dan sebagai upaya untuk melestarikannya. Sementara itu kalangan luas kini juga mulai melirik, tertarik serta berminat untuk memilikinya. Terutama para kolektor batik tulis yang berasal dari luar daerah maupun para pecinta batik tulis untuk memakainya sebagai produk kain bermotif khas Gumelem, Banjarnegara. Untuk mendapatkan batik tulis khas Gumelem ini cukup mudah. Anda bisa menemui di beberapa tempat di seputaran kota Banjarnegara. Bahkan jika mau berkunjung langsung ke Desa Gumelem, di sana akan terpampang tulisan Sentra Pengrajin Batik Tulis Gumelem. Anda bisa mendatangi langsung tempat penjualan yang sudah dikelola sedemikian rupa layaknya toko khas batik dan terpampang beragam kain batik tulis serta pakaian jadi beraneka ukuran. Sentra Batik Gumelem tepatnya berada di Dukuh Dagaran dan Karangpace (Gumelem Wetan) dan Dukuh Ketandan, Beji dan Kauman (Gumelem Kulon). Harga jual kain batik Gumelem ini dapat dibilang relatif lebih murah dibanding batik yang berasal dari Yogyakarta dan Pekalongan. Satu lembar kain berukuran panjang 240 cm dan lebar 105 cm hanya seharga Rp 80.000, sedang yang berukuran panjang 275 cm dan lebar 105 cm seharga Rp 100.000 - Rp 300.000. Sementara itu bahan baju dijual Rp 75.000 dan taplak Rp 40.000. Perlu pula diketahui bahwa batik tulis Gumelem yang memiliki warna dan corak serta motif khas ini sangat cocok digunakan dalam suasana resmi atau pakaian seragam di perkantoran dan berbagai kegiatan. Apalagi untuk kegiatan santai, pastinya



HALAMAN 6 - 47



lebih menambah kenyamanan. Harga baju batik tulis Gumelem siap pakai cukup terjangkau yakni berkisar antara Rp165.000 hingga Rp 190.000.TABEL: 6.10. UKM PENGRAJIN BATIK GUMELEM BANJARNEGARA NO



KECAMATAN



DESA



NAMA KELOMPOK



1.



Susukan



Susukan



2.



Susukan



Gumelem Wetan



Giat Usaha



3.



Susukan



Gumelem Wetan



Setya Usaha



4.



Susukan



Gumelem Wetan



Nova Batik



5.



Susukan



Gumelem Kulon



Amorista



6.



Susukan



Gumelem Kulon



Mekar Sari



7.



Susukan



Gumelem Kulon



Tunjung Biru



8.



Susukan



Gumelem Kulon



Al-Hikmah



9.



Susukan



Panerusan Wetan



Wardah



10.



Susukan



Panerusan Wetan



Mirah



11.



Mandiraja



Kertayasa



Guyub Rukun



Prana Mukti



Sumber: http://www.banjarnegaraKabupatengo.id



6.4.2.



KERAJINAN KERAMIK KLAMPOK Sentra kerajinan keramik ini terletak di bagian barat Banjarnegara, lebih tepatnya dekat perbatasan Banjarnegara dan Purbalingga. Nama daerah sentra keramik tersebut adalah Purworejo Klampok, sehingga keramiknya dikenal dengan nama keramik Klampok. Di sepanjang jalan kecamatan Klampok banyak terdapat show room keramik yang memiliki koleksi beraneka macam keramik yang indah. Mungkin jika Anda penggemar keramik maka tidak ada salahnya Andamembeli keramik Klampok ini karena tentu saja memiliki ciri yang berbeda dengan keramik Kasongan (Yogya).



HALAMAN 6 - 48



6.4.3.



SENTRA KERAJINAN KAYU DAN BAMBU Kerajinan yang lebih bernuansa alam, seperti kerajinan kayu ataupun bambu di Kecamatan Wanadadi, Banjarmangu, Mandiraja, Rakit dan Sigaluh. Terdapat berbagai macam kerajinan kayu dan bambu, mulai dari beraneka ragam perabotan rumah sampai hiasan-hiasan untuk mempercantik ruang tamu.



6.4.4.



KERAJINAN TATAH SUNGGING Melihat secara langsung proses pembuatan wayang kulit di daerah Mandiraja dan Susukan. Di dua (2) kecamatan tersebut kita bisa melihat secara langsung proses pengolahan kulit kambing menjadi wayang kulit.



6.4.5.



SAPU SHORGHUM. Sapu Shorghum adalah sapu lantai dengan kualitas export yang dihasilkan oleh pengrajin dari Kecamatan Pandanarum. Industri rumah tangga ini sudah bisa memenuhi permintaan dari PT FREE PORT Indonesia di Provinsi Papua untuk di export ke Negara Jepang. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan bahan baku sapu



HALAMAN 6 - 49



shorghum.



6.4.6.



KERAJINAN BORDIR. Kerajinan bordir saat ini semakin pesat perkembangannya, produk yang dihasilkanpun semakin bervariasi antara lain berupa busana muslim, baju koko,sepreai, sarung bantal, taplak meja, atribut, topi, kaligrafi Al Quran dll. Di Kabupaten Banjarnegara jumlah unit usaha kerajinan bordir sebanyak 18 unit dengan menyerap tenaga kerja 196 orang dengan kapasitas produksi 216.000 potong/tahun. Yang diharapkan pengusaha bordir saat ini adalah penambahan modal usaha untuk peningkatan ketrampilan tenaga kerja dan pengembangan pemasaran yang lebih luas.



6.4.7.



KERAJINAN DARI BAHAN BAKU KERANG. Masyarakat di Kecamatan Susukan memproduksi kerajinan dengan bahan baku kulit kerang yang dibuat berbagai jenis barang dalam bentuk dan Kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi ini sangat diminati oleh masyarakat dan juga wisatawan sebagai souvenir.Pengrajin bambu tersebut masih merupakan pekerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang bagi masyarakat yang kebanyakna sebagai petani/buruh. Untuk mengembangkan usaha kerajinan ini dibutuhkan tambahan modal dari pengusaha dan selanjutnya bisa menampung hasil kerajinan tersebut



6.4.8.



KULINER KHAS BANJARNEGARA 1



Dawet Ayu Setelah capek berjalan-jalan keliling berbagai sentra kerajinan di Banjarnegara maka sekarang saatnya kita melepas dahaga dan capek kita sambil minum minuman khas Banjarnegara, yaitu Dawet Ayu. Dawet merupakan minuman segar yang terbuat dari cendol. Dawet ayu merupakan salah satu “maskot” kota Banjarnegara, Anda bisa melihat buktinya di Alun-alun kota karena di sana terdapat monumen Dawet yang berupa patung 2 (dua) orang penjual dawet. Kalau diperhatikan secara teliti gerobak (atau bakul ya?) dawet maka bisa melihat gambar dua orang tokoh wayang yang sangat terkenal, yaitu tokoh Punakawan: Semar dan anaknya Garéng. Kenapa penjual dawet memasang dua tokoh wayang tersebut? Kata orang tua sih karena seMAR dan garËng akan membentuk kata “maréng” yang artinya adalah kemarau.



HALAMAN 6 - 50



2



Kuliner Khas Banjarnegara memiliki banyak makanan tradisional khas seperti buntil, , aneka keripik, aneka manisan, atau makanan yang telah dikenal masyarakat luas yaitu dan minuman Dawet Ayu. makanan yang terbuat dari tempe yang dbungkus tepung ditambah dengan irisan daun bawang dan digoreng.



6.4.9.



PENGUSAHA KERIPIK TEMPE "SUKA NICKY" DARI GUMIWANG “Makanan itu biasanya diingat atau dikenang karena bentuk dan kualitas rasa. Selain bentuk tempe yang kami buat unik, yaitu bulat-bulat kecil”.



HALAMAN 6 - 51



6.5.



SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI



6.5.1.



PERTAMBANGAN Sektor Pertambangan merupakan salah satu sektor penting sebagai sumber pendapatan di Kabupaten Banjarnegara, terutama untuk bahan galian golongan mineral non logam dan batuan. Jumlah pemakaian bahan galian golongan C yang meliputi batu dan pasir pada tahun 2011 di Kabupaten Banjarnegara masing-masing sebesar 153.536 m3 dan 87.105 m3. Sedangkan untuk bahan galian jenis Feldspar jumlah produksi pada tahun 2011 sebesar 14.975.000 ton. Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi di Kabupaten Banjarnegara salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah sektor pertambangan dan galian mineral non logam dan batuan yang lokasinya menyebar di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Melihat potensi yang ada, pertambangan yang sudah tergali/dieksploitasi pada saat ini khususnya di Banjarnegara adalah Feldspar, batu lempeng, andesit, granit, talk, dan masih banyak beberapa bahan galian yang belum tergali/dieksploitasi. Mineral/bahan galian yang sudah digali/dieksploitasi sebagian besar belum/tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu, bahan tambang yang dijual masih dalam bentuk row material/bahan baku. Oleh sebab itu investasi pendirian pabrik pengolahan hasil tambang masih terbuka lebar di Banjarnegara. Potensi mineral logam belum tergali, untuk izin usaha pertambangan mineral logam harus melalui prosedur lelang, sudah ada peraturan dan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Banjarnegara sudah memiliki PERDA yang mengatur usaha sektor pertambangan umum, yaitu PERDA Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral di Kabupaten Banjarnegara, dimana PERDA tersebut sudah mengacu kepada Peraturan dan perundangan dari pemerintah pusat yang mengatur sektor pertambangan umum. Sudah ada beberapa investor lokal yang masuk dan berinvestasi di Banjarnegara, diantaranya PT. Banjar Mineral Resources, PT. Astri Tata Resources, PT. Tata Mining Resources, yaitu melakukan penyelidikan bahan tambang untuk mengetahui depositnya sampai dengan studi kelayakan dan eksploitasi. Hal ini bisa memberikan motivasi kepada investor lain untuk berinvestasi di Banjarnegara. Jenis pertambangan yang ada di Kabupaten Banjarnegara adalah : a b c d e A



Marmer Feldspar Trass Batu Lempeng Batu Granit MARMER Marmer merupakan bahan galian dari batu gamping/ kapur (CoCo3) yang mengalami proses ubah (metamort) karena tahunan dan temperatur yang sangat tinggi. Marmer mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan proses pengolahannya sangat sederhana, mutu cukup baik dengan jumlah Deposit 18.676.000 M3 dan



HALAMAN 6 - 52



Berat Terkanya 48.557.600 Ton, yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu :



1. Kecamatan Banjarnegara 16.874.000 M3/43.872.400 ton 2. Kecamatan Bawang 324.000 M3/ 842.000 ton 3. Kecamatan Purwanegara 1.478.000 M3/ 3.842.800 ton Di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa jenis/warna batu marmer yang tidak dimiliki daerah lain seperti marmer berwarna merah, hijau, abu-abu ,dan hitam. Marmer yang umum serta persediaannya cukup besar adalah marmer warna putih. Status kepemilikan lahan tambang marmer di Kabupaten Banjarnergara adalah milik perorangan. Kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten: adalah Pembuatan pabrik pengolahan batu marmer. B



FELDSPAR Feldspar suatu kelompok mineral batuan beku terutama terdiri senyawa alumina silikat yang mengandung satu atau lebih unsur basa seperti Kalium, Natrium, Kalsium, Barium yang salah satu kation basa tersebut merupakan kation utama. Mutu feldspar di Kabupaten Banjarnegara mempunyai kandungan albit, kuarsa, mikroklin dan sanadin, baik digunakan untuk pembuatan keramik dan mika namun kurang baik untuk pembuatan kaca. Tambang Feldspar ini tersebardi beberapa lokasi antara lain : a b c d



Kecamatan Bawang 12.021.923 M3 / 31.257.000 ton Kecamatan Purwanegara 34.421.923 M3 / 89.497.000 ton Kecamatan Banjarnegara 7.200.000 M3 / 18.720.000 ton Terkaan diatas adalah 20 – 30 % dari jumlah keseluruhan.



Perkiraan luas lahan : 19 ha. Perkiraan volume 51.643.846 m3 (status milik Perusda Kabupaten Banjarnegara) selebihnya dikelola oleh perorangan. Potensi cadangan feldspar Banjarnegara, berdasarkan data kajian dari JICA dan Balai Besar Keramik baru bisa memenuhi kebutuhan untuk pasokan feldspar sekitar 14 % dari kebutuhan, hal ini menunjukkan ketergantungan industri keramik Indonesia kepada feldspar asal impor. Feldspar digunakan untuk industri gelas, keramik dan semen. Kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten adalah pendirian pabrik keramik. C



T R A S S. Trass merupakan endapan sekunder dari pelapukan andesit tua, bahan tambang ini dapat digunakan untuk mencampuri /melengkapi bahan baku tambang lain untuk industri strategis misalnya pembuatan semen. Jumlah cadangan Trass di Kabupaten Banjarnegara cukup besar dengan perkiraan volume 14,09 juta M3, sebarannnya berada di 6



HALAMAN 6 - 53



Kecamatan, yaitu :      



Kecamatan Karangkobar 1.120.000 M3 / Kecamatan Sigaluh 4.250.000 M3 / Kecamatan Wanayasa 1.827.500 M3 / Kecamatan Punggelan 5.212.000 M3 / Kecamatan Pagentan 145.000 M3 / Kecamatan Pejawaran 1.320.000 M3 /



2.941.581,33 ton 11.162.250,56 ton 4.799.767,74 ton 13.688.858,81 ton 380,829,73 ton 3.466.863,70 ton.



Trass yang berlokasi di daerah ini ditambang oleh perorangan dan ditampung oleh suatu perusahaan yang berlokasi diluar daerah/Kabupaten dan sudah berjalan selama lebih dari 4 tahun. Trass digunakan sebagai bahan batako, industri bahan bangunan. Dari hasil peninjauan lapangan bisa dilihat bahwa pengusaha kurang memperhatikan keselamatan tenaga penambang karena bekerja tanpa alat pengaman. Beberapa hal yang diperlukan untuk melakukan penambangan adalah :          D



Pembukaan lahan tambang / pembebasan lahan. Pengadaan alat pengeruk Perizinan AMDAL Transportasi : Truk-truk pengangkut Peningkatan kualitas jalan Rekruitmen tenaga kerja Kebijakan Pemerintah berupa : Kemudahan Birokrasi dan Perda Tata Ruang Kerjasama yang diharapkan berupa pendirian pabrik pengolahan trass (semen).



BATU LEMPENG Batu lempeng merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekomonis tinggi dan cara pengolahannya sederhana, mutunya baik, jumlah cadangan cukup besar, dan sangat potensial untuk dikembangkan. Batu lempeng ini dapat digunakan untuk ornament dinding dan trotoar, yang selama ini pemasarannya ke daerah Jawa Barat dan belum dikelola secara baik.



Tambang batu lempeng berada di 5 Kecamatan yaitu :     



Kecamatan Pagentan 17.345.000 M3 Kecamatan Batur 2.347.698 M3 Kecamatan Pejawaran 19.354.600 M3 Kecamatan Karangkobar 10.987.375 M3 Kecamatan Wanayasa 11.987.659 M3



Kerjasama yang diharapkan Pemerintah Kabupaten: berupa pendirian pabrik pengolah batu lempeng.



HALAMAN 6 - 54



E



BATU GRANIT.



Batu granit adalah bahan galian yang proses pengolahannya memerlukan tehnologi dan penelitian yang berlanjut agar hasil yang diperoleh mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi, karena batu granit ini banyak digunakan untuk lantai dan dinding gedung-gedung mewah. Banjarnegara memiliki Deposit batu granit sebesar 287.148.000 M3 dan Berat Terka sebesar 1.303.865.951 Ton, yang tersebar di 5 Kecamatan : a b c d e



Kecamatan Bawang Kecamatan Banjarmangu Kecamatan Karangkobar Kecamatan Pagentan Kecamatan Wanayasa



2.735.500 M3 / 7.112.300 ton 3.525.000 M3 / 9.165.000 ton 25.002.500 M3 / 65.006.500 ton 13.142.500 M3 / 34.170.500 ton 23.267.500 M3 / 60.495.500 ton



Potensi tambang batu granit yang dikelola oleh Perusda Kabupaten Banjarnegara seluas 1.250 m2. Upaya exploitasi batu granit dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti peningkatan kualitas jalan utama kabupaten agar dapat dilalui alat angkut berat. Analisa kebutuhan sarana prasarana untuk melakukan exploitasi batu granit sbb. : A. Pembukaan lahan tambang dengan : 1. Jalan rolak 1 Km dari lokasi tambang 2. Pembebasan lahan tambang 3. Alat pengeruk 4. Perizinan 5. Rekruitmen tenaga kerja B. Transportasi : sarana prasarana jalan memenuhi syarat untuk truk-truk pengangkut C. Kebijakan Pemerintah : Kemudahan Birokrasi dan Perda Tata Ruang D. Depo Penampungan yang dibutuhkan : Tenaga Keja, Pembebasan lahan, Perizinan dan sarpras internal di lokasi.



F



ASBES Asbes digunakan untuk industri, pelapis dinding, kebanyakan digunakan sebagai bubur. Tersebar di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Bawang dengan jumlah deposit sebesar 1.575.000 M3 dengan Berat Terka sebesar 35.781.586 Ton, dan Kecamatan Purwanegara dengan jumlah deposit sebesar 1.010.250 M3 dengan Berat Terka sebesar 22.951.332 Ton.



G



PASIR KUASA



HALAMAN 6 - 55



Terdapat di Kecamatan Banjarnegara dengan jumlah deposit sebesar 254.000 M3 dan Berat Terka 673.100 Ton. H



LEMPUNG Digunakan sebagai bahan baku pembuatan genteng, batu bata dan industri keramik. Tersebar di 9 Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yaitu sebagai berikut :



I



a Kecamatan Mandiraja b Kecamatan Banjarnegara c Kecamatan Banjarmangu d Kecamatan Punggelan e Kecamatan Wanayasa f Kecamatan Karangkobar g Kecamatan Kalibening h Kecamatan Pagentan i Kecamatan Pejawaran OKER



3.136.075 M3 / 46.371.954,47 Ton 274.375 M3 / 4.057.077,56 Ton 187.425.000 M3 / 2.771.381.366,41 Ton 900.000 M3 / 13.307.953,74 Ton 957.500 M3 / 14.158.184 Ton 951.500 M3 / 14.069.464,43 Ton 242.750 M3 / 3.589.450,86 Ton 906.200 M3 / 13.399.630,75 Ton 318.720 M3/ 4.712.790,02 Ton



Terdapat di Kecamatan Purwanegara dengan deposit 1.250.000 M3 dengan Berat Terka 554.038.331 Ton. Digunakan dalam industri cat, karet, plastik. J



BATU TULIS / SLATE Dengan jumlah deposit 147.000 M3 dan Berat Terka 376.320 ton, terdapat di Kecamatan Purwanegara dan digunakan sebagai bahan bangunan.



K



ZEOLITE Digunakan sebagai industri pengolahan limbah, terdapat di Kecamatan Mandiraja dengan jumlah deposit sebesar 1.102.500 M3 dan Berat Terka 2.866.500 ton.



L



ANDESIT Digunakan sebagai bahan bangunan dan ornamen dinding, dengan jumlah total deposit 42.760.206 M3 dan Berat Terka 111.176.535 ton. Tersebar di 5 Kecamatan yaitu :



a Kecamatan Sigaluh b Kecamatan Banjarnegara c Kecamatan Kalibening d Kecamatan Karangkobar e Kecamatan Pagentan M PASIR DAN BATU (SIRTU)



6.874.366 M3 / 17.873.351,60 ton 3.523.000 M3 / 9.159.800 ton 32.143.500 M3 / 83.573.100 ton 195.015 M3 / 507.039 ton 24.325 M3 / 63.245 ton



Digunakan sebagai bahan bangunan dengan jumlah total deposit sebesar 5.012.400 M3 dan Berat Terka 13.032.240 ton, tersebar di 7 Kecamatan yaitu :



N



a Kecamatan Banjarnegara b Kecamatan Purwanegara c Kecamatan Sigaluh d Kecamatan Wanayasa e Kecamatan Kalibening f Kecamatan Pejawaran g Kecamatan Batur BREKSI



835.000 M3 / 2.171.000 ton 201.500 M3 / 523.900 ton 404.200 M3 / 1.050.920 ton 1.527.500 M3 / 3.971.500 ton 1.949.500 M3 / 5.068.700 ton 85.000 M3 / 221.000 ton 9.700 M3 / 25.220 ton



HALAMAN 6 - 56



Digunakan dalam industri bahan bangunan, terdapat di 3 Kecamatan yaitu : a b c



Kecamatan Banjarmangu 235.488 M3 Kecamatan Pejawaran 43.978 M3 Kecamatan Punggelan 34.594 M3



6.5.2. POTENSI ENERGI POTENSI sumber daya alam di Banjarnegara sangat melimpah dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dikelola dengan baik, sebaliknya jika pengelolaannya tidak tepat akan menimbulkan dampak lingkungan yang tidak kecil. Ada dua potensi besar yang ada di wilayah ini, yakni dari sektor energi dan sektor sumber daya mineral. Sektor energi tersebar di seluruh wilayah Banjarnegara antara lain potensi panas bumi di wilayah Dieng, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, dan Susukan. Yang kedua yakni potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Potensi ini tersebar baik di irigasi teknis sekitar 63 titik dan di sungai kurang dari 10 titik. Permasalahan pemanfaatan energi ini adalah pada kontinuitas debit aliran dan tingkat erosi. Potensi ketiga adalah minyak dan gas bumi. Potensi minyak bumi indikasi rembesannya ada di lahan sawah blok Latung, Desa Pasegeran, Kecamatan Pandanarum. Sedangkan potensi gas bumi ada dua jenis yaitu gas hidrokarbon, proses rembesannya ada di Desa Sijenggung Kecamatan Banjarmangu dan Desa Pagerpelah Kecamatan Karangkobar. Gas hidrokarbon proses merupakan satu produk dari serangkaian proses terbentuknya minyak bumi. Untuk sektor sumber daya mineral, potensi ini tersebar hampir di seluruh Kabupaten Banjarnegara. Jika dikelola dengan baik dengan memmudahkan akses masyarakat terhadap sumber daya, pembinaan yang kontinu, dan kepastian hukum maka sektor ini akan lebih banyak menciptakan lahan usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat.Hal ini sangat dimungkinkan karena investasi di sektor ini nyaris “tidak terlalu” mahal dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Potensi ini antara lain pasir dan batu (sirtu) yang tersebar di hampir semua sungai yang mengalir di Banjarnegara. Ada potensi granit di tersebar mulai dari Desa Sijeruk, Desa Beji, Desa Sijenggung di Kecamatan Banjarmangu hingga di Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening. Potensi andesit yang tersebar merata di Pegunungan Serayu Selatan hingga Pegunungan Serayu Utara. Lalu, ada feldspar yang tersebar di wilayah Pegunungan Selatan mulai dari Desa Kalitengah Kecamatan Purwonegoro di barat hingga di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan di Timur.Batuan ini terbentuk pada wilayah batuan malihan (metamorf), potensi ini sudah diusahakan sejak awal tahun 1990-an dan hingga saat ini merupakan pemasok utama bahan baku keramik di pabrik-pabrik yang ada di Jakarta. Namun demikian patut disayangkan hingga saat ini feldspar yang keluar dari Banjarnegara masih dalam kondisi raw matrial (bahan mentah). Padahal jika diolah menjadi bahan baku dengan memroses membentuk menjadi powder akan meningkatkan beberapa kali lipat nilainya. Di samping itu akan membuka lapangan kerja baru. Oleh karena itu perlu dicari solusi bagaimana agar nilai tambah feldspar dapat dinikmati masyarakat Banjarnegara dan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan dapat diminimalisir. A.



POTENSI ENERGI MIKROHIDRO



Banjarnegara kaya akan potensi sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik berbasis energi terbarukan, seperti mikrohidro hingga panas bumi. Namun,



HALAMAN 6 - 57



ironisnya rasio elektrifikasi di Banjarnegara termasuk yang paling rendah diantara kota dan kabupaten di Jawa Tengah. Saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara terus menggenjot pemanfaatan potensi energi mikrohidro untuk menjangkau seluruh dusun di wilayah pegunungan yang hingga kini belum dialiri listrik. Pemkab setempat telah menerbitkan izin untuk pembangunan 23 titik pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dengan nilai investasi Rp 841 miliar. Menurut Bupati Banjarnegara Sutejo Slamet Utomo, dari 23 titik PLTMH, masingmasing memiliki kapasitas produksi listrik yang berbeda. Ada yang hanya beberapa kilowatt, namun ada juga yang sampai megawatt (MW). Investasi PLTMH memang cukup mahal. Untuk membangun 1 MW butuh dana kurang dari Rp 18 miliar. B. TABEL: 6.11.



POTENSI PANAS BUMI POTENSI PANAS BUMI KABUPATEN BANJARNEGARA



Lokasi 2 Dataran Tinggi Dieng Kec.Batur Candradimuka, Kec. Batur Mangunan, Tempuran, Kec. Wanayasa Kalibening, Kec. Kalibening



Sumber Daya (MWe) Spekulatif Hipotesis 3 4 200



Potensi (MWe) Cadangan (MWe) Terduga Mungkin Terbukti 5 6 7 185 115 280



Kapasitas Terpasang (MWe) 8 60



25 -



-



100



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



Sarwodadi dan Giritirta Kec. Pejawaran Gumelem Wetan Kec. Susukan Sumber Data : Ditjen MINERBAPABUM (2010)



Keterangan 9 PT.Geo Dipa Energi WKP 2032. Belum disusun WKP. Sedang disusun WKP. Belum dilakukan eksplorasi Belum dilakukan eksplorasi Belum dilakukan eksplorasi



HALAMAN 6 - 58



TABEL: 6.12. LOKASI, SUMBER ENERGI PEMANFAATAN DAN PROGRAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA NO



LOKASI DME (KAB, KEC. DESA,)



I. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 II. 1 2 3 4 5 6



Biogas Desa Wanaraja Kec. Wanayasa Desa Kutayasa Kec. Bawang Desa Kaliwungu Kec. Mandiraja Desa Karangkobar Kec. Karangkobar Desa Blambangan Kec. Bawang Desa Limbangan Kec. Banjarnegara Kec. Wanayasa Kec. Kalibening Kec. Karangkobar Kec. Bawang Desa Gemuruh Kec. Bawang Desa Watuurip Kec. Bawang Biofuel (BBN) Desa Lengkong Kec. Rakit Desa Sawangan Kec. Punggelan Kec. Purwonegoro Kec. Bawang Kec. Madukara Kec. Banjarmangu



7



Desa Karangkemiri Kec. Wanadadi



III.



Biomassa



1



Kabupaten Banjarnegara



IV. 1 2



Gas Alam Desa Sidengok Kec. Pejawaran Dsn Simpar, Desa Pagundungan Kec. Pejawaran Dsn Pegundungan, Desa Pegundungan Dsn Tempuran Desa Sijenggung



3 4



SUMBER ENERGI (Jenis Tanaman/ternak)



LUAS AREAL/KAPASITAS/ JUMAH TERNAK



PEMANFAATAN



DANA/PROGRAM DUKUNGAN/ KEMEMTERIAN



KETERANGAN



Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi



4 - 10 ekor 4 - 10 ekor 4 - 10 ekor > 15 ekor > 15 ekor > 15 ekor 8.678 ekor 5.993 ekor 4.678 ekor 20 ekor 20 ekor 10 ekor



Biogas 2 Unit Biogas 1 Unit Biogas 1 unit Biogas 1 Unit Biogas 1 Unit Biogas 1 Unit Biogas Biogas Biogas Biogas 1 Unit Biogas 1 Unit Biogas 1 Unit



APBD Kabupaten 2009 APBD Kabupaten 2009 APBD Kabupaten 2009 APBD Kabupaten 2009 APBD Kabupaten 2009 APBD Kabupaten 2009 APBD Prov. 2011 APBD Prov 2011 APBD Kab 2012



Digunakan perorangan Digunakan perorangan Digunakan perorangan Digunakan perorangan Digunakan perorangan Digunakan perorangan Potensi Digunakan Kelompok Potensi Digunakan Kelompok Potensi Digunakan Kelompok Digunakan Kelompok Digunakan Kelompok Digunakan perorangan



Salak Afkir Ketela Pohon Ketela Pohon Ketela Pohon Salak Salak



8 ton/hari 1.297 ha, Pabrik 400 ltr/hr 3.900 ha 1.630 ha 1.359.582 kwintal 265.233 kwintal



Bioetanol Bioetanol Bioetanol Bioetanol Bioetanol Bioetanol



APBN 2009 Dep ESDM Tahun 2009 -



Tidak produksi Tidak produksi Produksi Kec. 92.545,00 ton Produksi Kec. 34.689,00 ton Produktifitas 33 kg/phn Produktifitas 33 kg/phn



Salak Afkir/Ketela/tetes



300 l/hari



Bioetanol



Kayu (Biomassa)



Luas Hutan Rakyat 23.994 ha



Biomassa



-



Sisa gergajian belum dimanfaatkan



Gas Alam Gas Alam



310 KK 97 KK



Bahan Bakar Bahan Bakar



APBD Prop. 2009 -



Digunakan perorangan 50 KK Belum dimanfaatkan



Gas Alam Gas Alam



256 KK



Bahan Bakar Bahan Bakar



-



Baru dimanfaatkan 3 KK Belum dimanfaatkan



APBD Prov 2011, belum optimal



Tidak produksi



HALAMAN 6 - 59



NO



5 6 V. 1 2 3 4 5 6



LOKASI DME (KAB, KEC. DESA,) Kec. Banjarmangu Dsn Krandegan Desa Pagerpelah Kec. Karangkobar Dsn Plunjaran Desa Majasari Kec. Pagentan PLTMH, PLTS Desa Kaliwungu Kec. Mandiraja Desa Kebutuh Duwur Dsn. Kaligaru Desa Karanganyar Kec. Purwonegoro Dsn. Gringging Ds. Pesangkalan Kec. Pagedongan Dsn. Kaliduren Desa Purwasana Kec. Punggelan Dsn. Simpar Desa Tlaga Kec. Punggelan



7



Dsn. Wanarata Desa Gumelem Kulon



8



Kec. Susukan Dsn. Jumbleng Desa Pasegeran Kec. Pandanarum



9



Dsn. Jombok Desa Petuguran



10 11 12 13 14



Kec. Punggelan Dsn Kalisatkidul Desa Kalisatkidul Kec. Kalibening Desa Petir Kec. Purwanegara Desa Kandangwangi Kec. Wanadadi Desa Kaliajir Kec. Purwanegara Desa Kaliajir Kec. Purwanegara



SUMBER ENERGI (Jenis Tanaman/ternak)



LUAS AREAL/KAPASITAS/ JUMAH TERNAK



Gas Alam



PEMANFAATAN



DANA/PROGRAM DUKUNGAN/ KEMEMTERIAN



KETERANGAN



Bahan Bakar



-



Belum dimanfaatkan



Gas Alam



690 KK



Bahan Bakar



-



Baru dimanfaatkan 1 KK



PLTS Terpusat PLTS Terpusat PLTS Tersebar



30 KK, 5 kW 30 KK, 5 kW 100 KK, SHS 59 WP



Listrik Listrik Listrik



Kementerian PDT 2008 Kementerian PDT 2008 Kementrian PDT 2009



Tidak berfungsi (PLN masuk)



Air (PLTMH)



100 KK, 20 kW



Listrik



APBD Prop. 2009



OMS Ngudi Rahayu



Air (PLTMH)



115 KK, 13.5 kW



Listrik



FS/DE Tahun 2009



Belum dibangun



Air (PLTMH)



300 KK



Listrik



FS/DE Tahun 2009



Rencana APBN 2012



Air (Picohidro) hibrid



400 KK



Listrik



APBN Tahun 2011 Picohidro



Sudah ada kincir air sederhana



PLTS Air (PLTMH)



85 KK, 80 kW



Listrik



FS/DE Tahun 2009



Air (Picohidro) hibrid



192 KK



Listrik



APBN Tahun 2011 Picohidro



PLTS PLTS Terpusat



85 KK, 15 kW



Listrik



APBN Prop. 2012



PLTS Tersebar PLTS Tersebar PLTS Tersebar PLTS Tersebar



70 KK, 50 WP 19 KK 50 WP 30 KK, 50 WP 61 KK, 50 WP



Listrik Listrik Listrik Listrik



APBD Prop. 2011 APBD Prop. 2011 APBD Prop 2012 APBD Prov 2013



OMS Kaligaru bersinar



Pikohidro, utk usaha produktif



Sudah ada kincir air sederhana Pikohidro, utk usaha produktif OMS Kalisat Terang



Listrik masuk 2013