Barium Enema Dan Barium Meal [PDF]

  • Author / Uploaded
  • indah
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BARIUM ENEMA DAN BARIUM MEAL OLEH DOSEN : NOIFKE KAGHOO,S.Kep.,Ns



Disusun oleh: Kelompok 2/IIA Ni Wayan Mesi Lita Samasae Intan Manoppo Julia Balango Sasa Bonde Sonia Songgigilan Devi Kawombon Lucky Joshua Elton Rondo I Gede Darma Wedana



AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO TA. 2016/2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai jenis pemeriksaan barium X-ray digunakan untuk memeriksa bagian yang berbeda  dari saluran  pencernaan.  Ini  antara  lain  Barium swallow, Barium meal, Barium follow through dan Barium enema. Barium swallow,Barium meal dan Barium follow through secara bersama-sama juga disebut  pemeriksaan  saluran  cerna  atas  sedangkan Barium enema  disebut  pemeriksaansaluran cerna bawah. Dalam pemeriksaan saluran cerna atas, Barium sulfatdicampur dengan air dan ditelan, sementara di pemeriksaan saluran cerna bawah(Barium enema) agen kontras Barium diberikan sebagai enema melalui tabungkecil yang dimasukkan ke dalam rektum (Dwirosid, 2014). Barium meal untuk stomach/lambung (RS Husada, 2013). Tujuan pemeriksaan barium enema sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon (Dwirosid, 2014). Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Begitu juga dengan bidang kesehatan, salah satunya dibidang radiologi. Radiologi adalah suatu ilmu yang yang memanfaatkan radiasi untuk kepentingan diagnosa maupun terapi. Bekerja ditempat lapangan radiasi adalah suatu pekerjaan yang berbahaya. Maka setiap pekerja radiasi (Radiografer) harus memperlengkapi diri dengan berbagai macam pengetahuan tentang radiasi, seperti :  Penguasaan Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Anatomi Fisiologi, bahan kontras yang digunakan  maupun Anatomi Radiologi. B. Rumusan Masalah 1.Bagaimana Persiapan pasien pada barium Enema? 2.Bagaimana Persiapan pasien pada barium Meal? C. Tujuan 1.Untuk mengetahui persiapan pasien pada barium Enema 2.untuk mengetahui persiapan pasien pada barium Meal D. Manfaat Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang teori persiapan pasien pada barium meal dan barium enema, dan mahasiswa agar bisa mengaplikasikan pada saat praktek klinik.



BAB II PEMBAHASAN *BARIUM ENEMA A. Persiapan pasien dengan Barium enema Barium enema adalah pemeriksaan X-ray pada usus besar ( colon ) yang sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate ( a radioopaque contrast medium ). Sebelum Pemeriksaan. B. Tujuan Pemeriksaan Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi colon. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon. C. Dimana Pemeriksaan Dilakukan Departemen Radiologi Pusat, dapat juga dikerjakan di laboratorium X-ray luar ( swasta ), atau dapat juga di Rumah Sakit Swasta yang memiliki peralatan X-ray. Dan yang melakukannya yaitu : Dokter Radiologist dan radiographer. D. Resiko dan Tindakan Pencegahan  Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita tachycardia atau colitis berat.  Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati pada penderita ulcerative colitis, diverticulitis, berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides intestinalis. E. Persiapan Penderita  Mengikuti instruksi untuk membersihkan perut ( colon ) agar gambaran X-ray optimal.  Diet rendah residu  Tidak ada perubahan yang diperlukan akan penggunaan obat.  Ketika penderita datang, penderita diharapkan untuk berganti pakaian yang telah disiapkan. F. Faktor-faktor Sensory  Penderita mungkin tidak merasa nyaman untuk beberapa waktu ketika penderita mengambil posisi sesuai permintaan radiographer/dokter. Ruang Xray sering tidak merasa nyaman ketika penderita dilakukan pemeriksaan.  Penderita akan melihat peralatan yang besar dan berat di dalam ruang yang kecil, dengan petunjuk radiographer melalui kaca pemisah terhadap penderita.  Penderita akan mendengar suara-suara mesin X-ray  selama X-ray film dipergunakan.  Prosedur ini menyebabkan  ketidaknyamanan dan perasan penuh di perut. Penderita mungkin merasa adanya kegawatan dari gerakkan ususnya. Penting untuk mempertahankan gerakkan hingga film diambil. Penderita mungkin



merasa takut oleh peralatan yang besar. Ketidak nyamanan ini tidak terlihat ketika pemeriksaan ini selesai. G. Deskripsi dari pemeriksaan 1. X-ray diambil pada bagian colon / lower bowel. 2. Memelihara posisi sesuai permintaan radiographer. Mempertahankan hingga film diexposed. 3. Radiographer akan memberitahu penderita ketika penderita dapat bergerak dan bernafas lagi. 4. Barium dan atau dengan udara masuk ke dalam colon. 5. Gerakkan dari barium diikuti melalui fruoroscopy, sepanjang memasuki colon dan masuk caecum dan bagian akhir dari usus halus. 6. Ketika semua gambar selesai diambil, penderita diharapkan mengosongkan / mengeluarkan barium di toilet. 7. Penderita diminta menunggu beberapa saat hingga film-film dicetak.Pemeriksaan H. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan : a. Persiapan bowel yang tidak adekuat, sehingga mengganggu kualitas dari Xray film . b. Pemeriksaan barium swallow / Upper GI  / Ba Follow Through yang dilakukan dalam bebarapa hari sebelum barium enema akan mengganggu kualitas dari X-ray barium enema. c. Ketidak mampuan penderita menahan selama pemeriksaan barium enema sehingga pemeriksaan tidak komplit. I. Bagaimana Pemeriksaan ini Dilakukan : 1. Pemeriksaan ini dikerjakan di kantor atau Rumah Sakit Departemen Radiologi. Penderita berbaring di meja X-ray dan persiapan diambil X-ray. Penderita berbaring dan dimasukkan tube enema lubrikasi secara gently ( lemah lembut ) ke dalam rectum. 2. Barium radioopaque contrast medium kemudian diikuti untuk mengiisi colon penderita. Balon kecil dari tube enema mungkin dapat membantu agar barium tidak keluar. Aliran barium dimonitor oleh radiologist  pada layar fluoroscopy. Udara mungkin dapat dipompakan ke dalam colon untuk mengembangkan colon, dan didapatkan gambaran yang lebih baik. 3. Penderita diminta untuk bergerak pada posisi yang berbeda dan meja dapat diatur untuk mendapatkan gambaran yang berbeda. Pada waktu X-ray diambil, penderita diharapkan untuk menahan napas beberapa detik agar gambar tidak kabur. 4. Tube enema dikeluarkan setelah gambar-gambar diambil dan penderita dapat ke toilet . penderita diharapkan mengeluarkan barium. Satu atau dua foto (Xray) dapat diambil setelah barium dikeluarkan. 5. Jika double atau pemeriksaan contrast udara dilakukan, melalui tube enema akan dimasukkan dengan lemah lembut dengan sedikit banyak udara ke dalam colon, dan kemudian gambar diambil lagi. Hal ini akan memberikan gambarran yang lebih detail. Tube enema kemudian dikeluarkan dan penderita dapat mengosongkan colon.



J. Bagaimana Persiapan Pemeriksaan Pembersihan dari usus besar ( colon ) adalah perlu untuk mendapatkan gambaran yang akurat. Persiapan pemeriksaan memasukkan diet cairan pembersih, botol minuman magnesium citrate ( laxative ) dan enemas air hangat untuk membersihkan partikel-partikel kotoran. * SOP BARIUM ENEMA 1. Metode  Double Contras  : merupakan standar untuk pemeriksaan colon orang dewasa, yang akan dievaluasi adalah mukosa colon, polip, massa dan tanda keradangan.  Single Contras : merupakan pemeriksaan colon untuk penderita-penderita : 1. reduksi intussusepsi 2. anak-anak 3. kecurigaan obstruksi colon 4. kecurigaan diverticulitis acuta, irritable colon, colitis 5. kecurigaan appendicitis  acuta 6. kecurigaan fistulasi acuta 7. kecurigaan fistulasi colon 8. penyakit megacolon 9. penderita-penderita dengan keadaan umum jelek, debil atau persiapan yang kurang baik 2. Indikasi : Gangguan pola buang air besar, nyeri daerah colon, kecurigaan massa daerah colon, melena, kecurigaan obstruksi colon. 3. Kontra indikasi : absolutetoxic, megacolon , pseudo, membranous colitis, post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari) 4. Komplikasi : Perforasi usus, , Extraluminasi ke venous, Water intoxication, Intramural barium, Cardiac arithmia, Transient bactericemia, ES obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll) 5. Persiapan : Kasus darurat (yang memerlukan single kontras) dan bayi tak perlu persiapan.Untuk wanita subur sebaiknya memperhatikan TEN DAY RULE.  Penderita dianjurkan diet  lunak (low residu) 3 hari sebelumnya.  Diet cair 1 hari sebelumnya. Pada malam hari diberikan urus-urus (jam 22.00 wib) diikuti dengan minur air putih secara bertahap sebanyak 6-8 gelas.  Bila ada kecurigaan massa colon atau perdarahan per-rectal dan tidak ada kontra indikasi, dapat diberikan atropine per-oral.  Pagi hari diberikan dulcolax supp (jam 04.00 wib). Penderita tidak boleh makan, minum dan merokok.  Bila pada hasil anamnesa dicurigai bahwa urus-urus kurang berhasil atau kebersihan colon diragukan, maka dilakukan lavament (sampai mencapai colon proximal) memakai air + 1-2 liter (sesuai dengan suhu tubuh). Foto colon dilakukan paling cepat 1-2 jam setelah lavament.  Penderita diberi penerangan tentang prosedur pemeriksaan.



6. Kontras media : 1. Double contrast, dipakai larutan lebih pekat (70 W/vol) dengan jumlah ± 300400cc. 2. Single contrast, dipakai larutan lebih encer (150 watt/vol) dengan jumlah ± 600-800cc. 7. 1. 2. 3.



Tata cara lavement/cleansing enema : Lavement dilakukan oleh orang yang terlatih Pada orang dewasa diperlukan 1 - 1½  liter cairan Air hangat kaku + garam (1 cth/gelas yang sesuai ± 9 gr NaCl/l) dan dicampur bahan iritan 4. Lavement dilakukan 2 ½ jam sebelum foto colon, agar tonus colon normal lagi dan cairan residu diserap 5. Untuk px dari ruangan, sebaiknya dilavement juga pada malam sebelum pemeriksaan 6. Bila perlu, lavement lebih dari. 1 kali. Defekasi px sebaiknya dicek oleh petugas bahwa beraknya hanya keluar air saja. 8. Teknik pemeriksaan : 1. Double Contrast Dilakukan RT untuk menilai tonus sphincter ani dan kemungkinan adanya massa. Dilakukan pemasangan kateter rectal, balon kateter digunakan bila dicurigai px tidak dapat menahan berak. Px Ca rectal dan ulcerative colitis daerah rectosigmoid, sebaiknya tidak memakai balon kateter yang besar Diberikan spasmolitik : mis. Buscopan IV/IM. Cairan Ba SO4 dimasukkan pelan-pelan dan selalu diikuti ujungnya. Diberikan kesempatan colon untuk adaptasi terhadap perubahan volume (diklem beberapa detik) Setelah mencapai flexura hepatica, sebagian kontras dikeluarkan lewat kateter. Secara bertahap dimasukkan gas. Sebelum mencapai caecum dibuat foto daerah rectosigmoid dengan posisi optimal (biasanya oblique supine ke kanan). Kontras diteruskan sampai dengan masuk daerah caecum diusahakan masuk  ileum distal. Bila kontras tidak masuk ileum diusahakan manipulasi dengan memutar –mutar badan px dan palpasi daerah caecum. Dibuat foto daerah flexura lienalis (biasanya oblique supine ke kiri) dan flexura hepatica (oblique supine ke kanan). Bila perlu dibuat foto tambahan, dengan coating kontras dan posisi berbeda pada daerah lesi colon, daerah caecum bila kontras tidak masuk ileum (1 – 2 foto). Dibuat foto seluruh colon  (terlentang / AP). Px jangan diturunkan dulu dari meja x-ray sebelum evaluasi hasil foto (basahnya).



9. Rekapitulasi penggunaan film : DAERAH 1.  Rectosigmoid 2.  Flex. Lienalis 3.  Flex. Hepatica 4.  Caccum 5.  Seluruh colon 6.  Posisi daerah lesi



POSISI Supine oblique kanan Supine oblique kiri Supine oblique kanan



STANDART 24/30



AP/supine



30/40



TAMBAHAN Posisi Lat



24/30 24/30 Prone oblique kiri Posisi sesuai fluorosc.



2. Single Kontras : Kontras dimasukkan pelan-pelan dan diberi waktu adaptasi pada colon terhadap tambahan volume. Pemberian spasmolitik tidak mutlak, tgt keperluan dan ada tidaknya Kontra Indikasi. Pada waktu mencapai flex. Lienalis, dibuat foto daerah rectosigmoid. Setelah mencapai caecum dan ileum terminal, dibuat foto daerah flex. Lienalis, fle. Hepatica dan caecum. Diusahakan kontras masuk ileum distal. Buat foto seluruh colon. Bila perlu dibuat foto tambahan pada daerah lesi, dan daerah caecum bila kontras tidak dapat masuk ileum. Dibuat foto post evacuasi, bila kesukaran berak diberi rangsangan dengan minum air hangat. Rekapitulasi penggunaan gambar = foto double kontras. 10. Perawatan setelah pemeriksaan :  Penerangan pada px bahwa babnya akan berwarna putih selama 1-2 hari.  Anamnesa dan observasi adanya kemungkinan komplikasi akibat pemberian kontras dan obat-obatan sebelum px diijinkan pulang / meninggalkan ruangan. 11. Hal-hal khusus : a. Penyakit  Megacolon / Hirschprung Disease : Pasang marker opaque pada anus, untuk petunjuk letak anus dan standart ukuran panjang (sebaiknya 1 cm). Pemeriksaan dihentikan setelah tampak kontras menyebar dalam colon yang melebar (pada fluoroscopy) Bila meragukan ada tidaknya megacolon, dibuat foto 24 jam setelah pemeriksaan. b. Atresia Ani : Pasang marker opaque pada anus untuk petunjuk letak anus dan ukuran panjang sebaiknya 1 cm. c. Tumor Colon : Pasang marker opaque (kawat/bulat) di daerah yang teraba massa. d. Invanigasi : Lebih dianjurkan untuk diagnostic, ok biasanya sudah > 24 jam. Dilakukan terapi/reposisi bila < 24 jam, maximum 3 kali dengan ketinggian Ba maximum 1 meter.



e. Colostumi Pasang marker opaque pada stomp (dengan kawat). Bila tujuan akan menutup colostomy, periksa bagian distal (kontras dapat masuk lewat stomp distal atau peranus tergantung kasusnya). OBAT EFEK DOSIS SIDE KONTRA TUJUAN FAMAKOLO EFFECT INDIKASI PADA GIS FOTO Artropin Parasimpatoliti Tab 0,25 Muntah, Myastheni Membant k, menghambat mg dan mulut kering, a gravis, u coating peristalik dan 0,50 mg   midriasis, glaucoma, contras. sekresi dari 3-4 x 1 flushing, obstruksi Relaksasi lambung dan Inj tachycardia, GI & UT, colon usus. 0,25 retensi urine, BPH, (shg mg/amp palpitasi, asthma br, nyeri-) IM/IV/SC suhu tubuh hernia, Diberikan meningkat hepatic & 30’ renal dis. sebelum foto per os. Probantine Parasimpatoliti Tab 15 Mulut kering, BPH, Menimbu HBr k, menghambat mg 3x1 tachycardia, glaucoma lkan pengosongan ac. retensi urine, motilitas lambung inj 30 mata kabur. colon. mg/amp Diberikan IM/IV IV sesaat sebelum foto. Buscopan Action pada Tab 10 Hipersensitiv Penyumbat Relaxasi parasim-patetik mg 3x1. e reaksi, an colon ganglion pada  inj 20 mulut kering, mekanik (nyeri-). dinding colon mg/amp agranulositosi sal cerna, DibeIM/IV s (lama). megarikan IV colon, sesaat tachiatau IM cardia, 5-10’ hipersebelum sensitif thd foto derivate pira-zolon, pembesaran prostate. Systabon Parasimpatetik Tab 2 mg Granulositop Glaucoma, Idem pada otot polos pap & 250 enia BPH, buscopan mg Pyloric metampir Stenosis. on. 3x1



Papaverin



Dulcolax



Castor oil



BaSO4



/hari. Inj amp /5cc IM/IV Pada otot polos Tab 40 & jantung. mg Pada otot polos 3x1/hr. usus lemah. Inj 40 mg/amp IM/IV Pencahar, Tad 5 mg. Kolik usus, merang-sang 10 mg. pe-rasaan termukosa colon. Anak 5-10 bakar pada Efek setelah 6- mg, Dew penggunaan 12 jam. Supp 10-15mg. rectal. 15’–1 jam Pencahar, Anak 5-15 merangsang cc Dew mukosa saraf 15-60 cc intramural otot Dosis > polos pada usus tak halus. Masa menamba laten 3 jam. h efek Meningkatkan Bubuk, peristaltik usus Dewasa dgn menarik air 30 gr. kedlm lumen usus (daya osmotic), shg feses lembek (3-6 jam).



-



Mual, dehidrasi, decomp ginjal, hipotensi, paralise pernafasan.



IV hatihati pada glaucoma



-



Setelah operasi perut. Anak < 4 tahun, hamil muda. -



Pembersi h colon



Kelainan ginjal



Idem



Idem



*BARIUM MEAL A. Pengertian Maag Duodenum Maag/lambung adalah organ pencernaan bagian bawah yang berfungsi menghaluskan makanan dan terletak di bagian kiri atas rongga abdomen/left hipocardiac. Duodenum adalah organ percernaan bagian bawah yang merupakan bagian/ujung awal dari usus halus dan merupakan bagian usus halus yang paling pendek yang berfungsi menyerap sari-sari makanan. Pemeriksaan Radiografi Maag Duodenum adalah pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X untuk melihat gambaran oesophagus, maag dan duodenum dengan menggunakan media kontras (barium meal) dengan perbandingan media kontas dan air 1: 6 untuk menegakkan diagnosa. Teknik pemeriksaannya dilakukan dengan cara pasien harus menelan media kontras (barium).  Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan oesophagus dan duodenum.



B. Anatomi dan Fisiologi          Stomach, terletak diantara esophagus dan usus halus. Merupakan bagian yang mengalami pelebaran / dilatasi pada alimentary canal.          Stomach terdiri dari 4 bagian besar yaitu : cariac, fundus, body atau corpus dan pylorus.          Body habitus : -          Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi organ pencernaan pada rongga abdomen. -          Untuk keakuratan dan konsistensi posisi dari organ pencernaan perlu diketahui karakteristik dan klasifikasi dari body habitus. -          Terdapat 4 kelompok dari body habitus yaitu : hypersthenic, sthenic, hyposthenic dan asthenic.



C. Indikasi Pemeriksaan      Gastritis (Radang gaster baik akut maupun kronik)      Divertikula  (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan banyak terjadi pada fundus)      Hematemesis (Perdarahan), Perforasi      Neoplasma (Tumor atau kanker), Regurgitasi      Hernia hiatal hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena esophagus yang pendek.      Stenosis pylorus (Penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus)      Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau bahan kayu)      Ulcers (Erosi dari mukosa dinding lambung karena cairan gaster, diet, rokok, dan bakteri)      Ulcer/ulkus/tukak (Luka terbuka pada permukaan selaput lender lambung) D. Persiapan Pasien       Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.       Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.       Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil atau tidak.       Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan (kooperatif).



      Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap untuk mencegah pembentukan gas akibat fermentasi.       12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar agar colon bebas dari fecal material dan udara.       Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan.       Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan.       Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat – obatan yang mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi, dan lain-lain.       Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus.       Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.       Penandatanganan Informed Consent. Petugas harus hati-hati dan selalu memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed consent. E. Persiapan Alat dan Bahan       Pesawat x-ray dan fluoroskopi.       Baju pasien, Apron.       Gonad shield, X-ray marker.       Kaset dan film ukuran 24 x 30, 35 x 35 cm       Bengkok, Lysolm/grid.       Tissue/Kertas pembersih.       Media kontras positif = BaSO4 : air hangat (1 : 4).       Media kontras negatif (tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dan lain-lain).       Sendok/straw (pipet) dan gelas. F. Proyeksi Pemotretan a.      Proyeksi PA       Posisi Pasien : berdiri/prone.       Posisi Obyek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-10 ). Batas Bawah: SIAS.       CR : vertikal ^ kaset.       CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni. -       Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae -       Astenic : 2 inchi dibawah L2 -       Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum       FFD : 100 cm.       Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.       Kriteria Gambar : -          Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum -          Body dan pylorus tercover -          Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum -          Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada



 



b.      Proyeksi PA Oblique (RAO)       Posisi Pasien : recumbent, prone       Posisi Obyek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 40 – 70 derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan, knee joint flexi.       CR : vertikal ^ kaset.       CP : daerah bulbus duodeni -          Stenik : 1-2 inch dari L2 -          Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2 -          Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2       FFD : 100 cm       Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas       Kriteria Gambar : -          Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk huruf C -          Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi -          Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan  -          Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.



 



  c.       Proyeksi LPO (Left Posterior Oblique)       Posisi Pasien : recumbent       Posisi Obyek : dari posisi supine dirotasikan 30 – 60 derajat dengan bagian kiri menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang. Batas atas : Proc. xyphoideus. Batas bawah : SIAS       CR : vertikal ^ kaset.       CP : pertengahan crista iliaca -          Stenik : L1 -          Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line -          Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1       FFD : 100 cm       Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas       Kriteria Gambar : -          Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus -          Fundud tampak tertempeli BaSO4 -          Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara -          Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum



 



d.      Proyeksi Lateral       Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien.       Posisi Obyek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid, batas bawah crista iliaka       CR : vertikal ^ kaset.       CP : bulbus duodenum pada L1 -          Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane -          Astenic : 2 inchi dibawah L1 -          Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1       FFD : 100 cm       Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas       Kriteria Gambar :



-          Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric, pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic -          Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1 -          Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada



  e.       Proyeksi AP       Posisi Pasien : supine       Posisi Obyek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi       CR : vertikal ^ kaset.       CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae ) -          Stenik : L1 -          Asthenic : 2 inchi di bawah L1 -          Hiperstenic : 1 inchi di atas L1       FFD : 100 cm       Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas       Kriteria Gambar : -          Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-paru bagian bawah -          Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi -          Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan -          Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Barium enema adalah pemeriksaan X-Ray pada usus besar (colon) yang sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate ( a radioopaque contrast medium). Tipe enema dibedakan menjadi 4 kelompok : pembersih , karminatif, retensi dan enema aliran balik. Tujuan pemeriksaan barium enema adalah membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi colon. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon. Maag/lambung adalah organ pencernaan bagian bawah yang berfungsi menghaluskan makanan dan terletak di bagian kiri atas rongga abdomen/left hipocardiac. Duodenum adalah organ percernaan bagian bawah yang merupakan bagian/ujung awal dari usus halus dan merupakan bagian usus halus yang paling pendek yang berfungsi menyerap sari-sari makanan. Pemeriksaan Radiografi Maag Duodenum adalah pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X untuk melihat gambaran oesophagus, maag dan duodenum dengan menggunakan media kontras (barium meal) dengan perbandingan media kontas dan air 1: 6 untuk menegakkan diagnosa. Teknik pemeriksaannya dilakukan dengan cara pasien harus menelan media kontras (barium).  Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan oesophagus dan duodenum. B. Saran Makalah yang kami buat ini mungkin masih membutuhkan perbaikan yang lain, sehingga disarankan pembaca lebih aktif lagi untuk membaca literature lain yang lebih mendukung.



DAFTAR PUSTAKA



Dwirosid. 2014. Referat-Barium Meal. http://id.scribd.com/doc/245171031/Referat-barium-Meal#scribd. Diakses 15 September 2015, Pukul 15:21 WIB. RS Husada. 2013. Pemeriksaan Radiologi. http://www.husada.co.id/index.php/fasilitas/pelayanan-24-jam/pemeriksaanradiologi. Diakses tanggal 15 September 2015, Pukul 14:41 WIB. Purwanita, Hanifa Ayu. 2013. Barium Enema. http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87437-Kesehatan-Barium %20Enema.html. Diakses tanggal 15 September 2015, Pukul 16:56 WIB. Smith-Temple, Jean. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan. Jakarta: EGC http://catatan-kuliah.blogspot.com http://catatanradiograf.blogspot.com Merrills_Atlas_of_Radiographic_Positions_Volume_2_10th_Edition www.google.com