Prosedur Enema [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Terapi cleansing enema atau huknah merupakan terapi yang sedang populer digunakan untuk menangani konstipasi (Niv et al., 2013). Huknah merupakan terapi yang diberikan melalui rektum untuk melunakkan feses dalam kolon (Niv et al., 2013). Cairan atau larutan yang digunakan pada terapi huknah juga berfungsi untuk meningkatkan motilitas usus besar sehingga feses dapat keluar (Niv et al., 2013). Pemberian huknah juga dilakukan untuk tindakan kolonoskopi pada pasien dengan kanker kolorektal, dan tindakan sebelum operasi (Osborn, 2011; Fry, 2008). Pemberian huknah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi hasil dari kolonoskopi, infeksi nosokomial,dan infeksi insisi operasi (Rovera et al., 2006; Fry, 2008; Atreja et al., 2010). Ketidakadekuatan pemberian huknah antara lain terjadi karena pemberian jenis dan jumlah cairan huknah yang tidak tepat, kesalahan posisi pasien ketika pemberian huknah, dan ujung kanula yang kaku. Ketidakadekuatan pemberian huknah ini dapat menyebabkan perforasi serta gangguan elektrolit (Sadaba et al., 2006; Niv et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Niv et al. (2013) menyebutkan bahwa sebesar 4% kasus perforasi rektal terjadi pada pasien setelah pemberian huknah oleh perawat. Perawat bertanggung jawab pada setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Oleh karena itu calon tenaga perawat perlu dididik dengan baik 1



2



agar nantinya kompeten dalam melakukan asuhan keperawatan dan keterampilan perawatan.Maka penyediaan lingkungan pendidikan serta keperawatan berbasis nilai profesional dan etik dalam institusi keperawatan sangatlah esensial (Parandeh et al., 2015). Keterampilan psikomotor menjadi komponen utama dalam pelaksanaan keterampilan mahasiswa setelah secara teoritis mendapatkan materi dan mengaplikasikannya dalam bentuk keterampilan (Sukaesih, 2014). Mahasiswa keperawatan memerlukan metode pembelajaran yang sesuai untuk dapat meningkatkan keterampilan psikomotor tersebut yang menjadi bekal mereka sebelum terjun ke tatanan klinis (Kajander-Unkuri, 2015). Sebelum perawat menuju ke jenjang profesi klinis, mereka harus menguasaiketerampilan yang dilaksanakan di akademis diantaranya melalui pembelajaran skill lab. Skill lab terdiri dari beberapa stase dimana peserta didik akan belajar keterampilan praktik melalui manekin, simulasi, demonstrasi video dan presentasi (National Rural Health Mission, 2013). Sebagai salah satu metode pembelajaran, kegiatan praktik skill lab juga perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi pembelajaran dibutuhkan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap program yang sudah diadakan (Sudarman, 2011), dalam hal ini adalah pembelajaran dari skill lab. Salah satu metode evaluasi pembelajaran skill lab yang digunakan di PSIK FK UGM adalah dengan menggunakan penerapan Objective Structured Clinical Examination (OSCE).



3



OSCE pertama kali didefinisikan oleh Harden (1975) sebagai alat untuk menguji kompetensi dan keterampilan bagi para mahasiswa kedokteran semester akhir (dikutip dalam Rushforth, 2007). Berdasarkan hasil systematic review oleh Rushforth (2007), OSCE dapat dijadikan salah satu metode paling efektif sebagai uji kompetensi para praktisi terutama ketika dibandingkan dengan metodeevaluasi lain dalam melaksanakan praktik. OSCE sering digunakan pula pada institusi pendidikan kesehatan untuk menentukan apakah mahasiswa tersebut telah dapat mengaplikasikan pengetahuan secara teoritis menjadi sebuah keterampilan secara klinis (Henderson et al., 2012). OSCE pada mahasiswa keperawatan merupakan tantangan yang besar bagi pendidikan keperawatan (Walsh et al., 2009). Institusi pendidikan perlu menyediakan checklist OSCE yang harus dapat mengukur semua komponen pembelajaran yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif (Cazzell & Howe, 2012). Checklist juga harus dapat mengukur secara objektif walaupun melalui penguji atau penguji yang berbeda (Cazzell & Howe, 2012). Setiap kegiatan OSCE juga harus memperhatikan validitas dan reliabilitas penilaian (Besar et al., 2012). Reliabilitas merupakan akurasi penilaian oleh penguji (Rushforth, 2007). Konsistensi dari para penguji dalam melakukan penilaian OSCE dapat mempengaruhi reliabilitas hasil penilaian pada saat kegiatan OSCE (Rusforth, 2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak skill lab di PSIK FK UGM, penguji sering berganti-ganti dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa dan tidak sesuai dengan dosen yang sudah ditugaskan sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian terhadap performa



4



mahasiswa walaupun dengan menggunakan instrumen checklist yang sama (Zuli Aslam, komunikasi personal, 28 Mei, 2015). Salah satu teknik untuk menilai reliabilitas suatu checklist penilaian adalah interrater reliability. Interrater reliability adalah persetujuan data yang sama yang diperoleh dari penguji yang berbeda, ketika mengkaji subjek atau objek yang samadengan menggunakan skala, klasifikasi, instrumen, atau prosedur yang sama (Kottner et al., 2011). Faktor penguji seperti pelatihan penguji, kurangnya familiaritas checklist atau protokol OSCE akan berdampak pada interrater reliability. Begitu pula ketika penguji menggunakan checklist yang sama ternyata terdapat kesulitan saat pengukuran domain afektif dan perilaku, sehingga dibutuhkan konsistensi pada peran setiap penguji (Cazzell & Howe, 2012; Rusforth, 2007). Penelitian oleh Besar et al. (2012) merekomendasikan bahwa jumlah penguji sebagai penguji OSCE perlu diperhatikan, selain itu juga antarpenguji memerlukan training dan briefing sebelum OSCE dilaksanakan. Meskipun telah banyak publikasi mengenai OSCE tetapi hasil-hasil penelitian tersebut tidak diimbangi dengan penelitian mengenai validitas dan reliabilitas instrumen OSCE itu sendiri (Patricio et al., 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak skill lab di PSIK FK UGM, uji reliabilitas instrumen checklist OSCE di PSIK FK UGM belum pernah dilakukan termasuk instrumen checklist penilaian pemberian huknah (Zuli Aslam, komunikasi personal, 28 Mei, 2015). Mengingat pentingnya hasil uji reliabilitas dari suatu instrumen penilaian sehingga dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai reliabilitas instrumen OSCE



5



mengenai interrater reliability terhadap instrumen checklist di PSIK FK UGM terutama checklist penilaian pemberian huknah. Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai interrater reliability pada instrumen checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM sehingga dapat diketahui dengan pasti nilai reliabilitas dari instrumen tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan rumusan masalah penelitian, yaitu “Bagaimana interrater reliability pada checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menentukan reliabilitas instrumen checklist penilaian pemberian huknah melalui pengukuran interrater reliability setiap item dan item total pada checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM. 2. Tujuan Khusus a. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur koefisien interrater reliability instrumen checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM.



6



D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah pengetahuan mengenai interrater reliability dari checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Peneliti Prosesdiharapkan dapat menjadi salah satu upaya peningkatan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian mengenai interrater reliability dari checklist penilaian pemberian huknah di PSIK FK UGM. b. Bagi Tenaga Pendidik Keperawatan Hasil



penelitian diharapkan



dapat



meningkatkan



kualitas evaluasi



pembelajaran melalui penelitian reliabilitas checklist yang digunakan oleh tenaga pendidik keperawatan untuk mengevaluasi performa mahasiswa. c. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sarana dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dalam metode evaluasi keterampilan huknah yang reliable di PSIK FK UGM. E. Keaslian Penelitian Peneliti belum menemukan penelitian mengenai reliabilitas instrumen checklist penilaian pemberian huknah. Adapun penelitian yang telah dipublikasikan meliputi penelitian mengenai interrater reliability pada checklist OSCE dan cleansing enema yaitu sebagai berikut.



7



1. Cazzell& Howe (2012), penelitiannya berjudul Using Objective Structured Clinical Evaluation for Simulation Evaluation: Checklist Considerations for Interrater Reliability. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur interrater reliability pada checklist pemberian obat pada anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data uji statistik kappa dan Intra-Class Corelation (ICC). Subjek penelitiannya adalah mahasiswa keperawatan semester pertama yang sedang melakukan OSCE keterampilan pemberian obat pada anak. Sampel penelitian terdiri dari 183 mahasiswi keperawatan (88%) dan 24 mahasiswa keperawatan (12%). Instrumen penelitian terdiri dari 14 item pada checklist pemberian obat pada anak. Variabel penelitian adalah interrater reliability pada 14 item checklist pemberian obat pada anak. Metode penelitian ini adalah 2 penguji yang menilai 207 rekaman video keterampilan yang dilakukan oleh 207 mahasiswa keperawatan dalam OSCE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 item checklist pemberian obat pada anak dari domain kognitif dan psikomotor memiliki interrater reliability yang adekuat (substantial-strong). Sebanyak 4 dari 6 item domain afektif memiliki interrater reliability yang rendah (fair-poor), yaitu pada item perkenalan diri perawat dan professional dress, penjelasan medikasi kepada orangtua pasien, komunikasi dan tindakan yang sesuai terhadap pasien, dan administrasi obat oral yang benar terhadap pasien. Persamaan dengan penelitian peneliti adalah mengenai uji interrater reliability pada checklist OSCE dan penggunaan uji statistik kappa.



8



Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah karakteristik dan jumlah sampel penelitian, dan jenis instrumen penelitian. 2. Hassanein et al. (2013), penelitiannya berjudul Validity and Reliability of Checklist Used for Objective Strucutured Clinical Examination: Piloting Modified Tools. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas



checklist



OSCE



dalam



menilai



performa



mahasiswa



keperawatan medikal bedah di Fakultas Keperawatan Universitas Kairo. Subjek penelitian ini adalah 15 mahasiswa keperawatan medikal bedah. Rancangan penelitian menggunakan test-retest dan six Sigma. Instrumen penelitian ini adalah 10 checklist OSCE yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa keperawatan medikal bedah. Analisis data penelitian menggunakan Cronbach’s Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 checklist yang diujikan dalam OSCE adalah valid dan reliabel. Sepuluh checklist tersebut reliabel kecuali checklist pemberian obat vial dan injeksi subkutan. Sementara itu, checklist surgical gowning



masih



dipertanyakan



penelitian peneliti adalah



reliabilitasnya.



Persamaan



dengan



mengenai uji reliabilitas checklist OSCE.



Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah subjek penelitian, analisis data, rancangan penelitian, dan jenis checklist keterampilan. 3. Niv et al. (2013), penelitian ini berjudul Perforation and Mortality after cleansing enema for Acute Constipation are rare but are preventable. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak penggunaan cleansing enema pada pasien dengan konstipasi akut dan mengkaji adverse



9



events dalam 30 hari terapi cleansing enema di Rumah Sakit Beilinson, Israel. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif pada fase pertama dan penelitian eksperimental pada fase kedua dengan analisis data menggunakan uji Khi Kuadrat dan uji alternatifnya menggunakan Uji Fischer.



Hasil



penelitian



ini



menunjukkan



bahwa



pasien



yang



mendapatkan cleansing enema jenis sodium fosfat mengalami penurunan kejadian perforasi rektal dan kematian setelah diberikan cleansing enema tanpa sodium fosfat pada fase kedua. Persamaan penelitian dengan penelitian peneliti adalah mengenai tindakan cleansing enema/huknah. perbedaan penelitian dengan penelitian peneliti adalah jenis penelitian, waktu penelitian, dan analisa data.