Catatan THT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN TELINGA  Keluhan telinga berbunyi (tinitus), suara berdengung/ berdenging  Keluhan rasa pusing berputar (vertigo)  Bila ada keluhan nyeri dalam telinga (otalgia) Nyeri alih ke telinga (referred pain) dapat berasal dari gigi rasa nyeri di molar atas, sendi mulut, dasar tonsil mulut, atau tulang servikal  Sekret yang keluar dri telinga : otore  Uji Pendengaran o Tes Rinne + : Terdengar depan liang telinga (Tuli Sensorineural/Normal) o Tes Rinne - : Tidak terdengar (Tuli Konduktif) o Weber : Lateralisasi ke telinga yang SEHAT (Tuli Sensorineural) o Weber : Lateralisasi ke telinga yang SAKIT (Tuli Konduktif) o Schwabach : Pemeriksa mendengar disebut memanjang (Tuli Konduktif) dan Pemeriksa tidak mendengar maka disebut memendek (Tuli Sensorineural) PEMERIKSAAN HIDUNG  Keluhan utama di hidung adalah sumbatan hidung, secret di hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung dan gangguan penghidu  Pemeriksaan dengan RINOSKOPI ANT dan POST, Pemeriksaan TRANSILUMINASI (Sinus) FARING DAN RONGGA MULUT  Keluhan kelainan di daerah faring umumnya adalah nyeri tenggorok, nyeri menelan (odinofagia), rasa banyak dahak di tenggorok, 4sulit menelan (disfagia), rasaada yang menyumbat atau mengganjal.



HIPOFARING DAN LARING  Keluhan pasien dapat berupa suara serak, batuk, disfagia, rasa ada sesuatu di leher GANGGUAN FISIOLOGI TELINGA  Gangguan telinga luar dan tengah akan menimbulkan tuli konduktif.  Gangguan telinga dalam akan menimbulkan tuli sensorineural  Pemakaian obat streptomycin (obat ototoksik) dapat mengakibatkan gejala gangguan pendegaran yaitu tuli sensorineural dan gangguan keseimbangan.  Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh penyakit di telinga luar/tengah  Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), neryus Vlll atau di pusat pendengaran  Sedangkan tuli campur, dapat merupakan satu penyakit, misalnya dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus Vlll (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif). AUDIOLOGI  Dasar : Penala, Berbisik, Audiometri Nada Murni  Khusus : Sisi, ABLB, Kelelahan, Audimeter Tutur, Bekessy  Audimetri Objektif : Impedans, Elektrokokleografi, BERA, OAE  Tuli Anorganik/Pura” Tuli : Stenger, Audimetri Nada Murni, Impedans, BERA  Anak : Free Field Test. Play Audiometri, BERA, OAE, BOA, Timpanomimetri







AUDIOGRAM



















Telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis ekstema sirkumskripta, osteoma liang telinga. Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpani sklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis (oleh



bakteri / virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebab kan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya. Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras dan usia lanjut akan menyebabkan kerusakan pada penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea. Pada trauma kepala dapat terjadi ke rusakan di otak kaiena hematoma, sehingga terjadi gangguan pendengaran.



PRESBIAKUSIS  Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga akibat faktor usia. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging saat malam hari (tinitus nada tinggi) Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat ramai (cocktail party)  Penyebabnya : pengurangan ambang audiometri, pengurangan pemahamn suara, gangguan pendengaran akibat bising yaitu tuli saraf  Faktor instrinsik : Genetik, HT, DM, Gang. Metabolik  Faktor ekstrinsik : Obat ototoksik, Bising, Diet berlebih untuk kesehatan pemb darah  Klasifikasi : Sensori (atrofi organ corti, -sel rambut, penurunan tajam), Neural (neural pada koklea dan jaras auditorik-), Metabolik/Strial (atrofi stria



vaskularis karena penyakit metabolic, audiometri mendatar, masih bisa berkomunikasi, tersering), Koklear Konduktif (kekakuan membrane basilaris), MIXED, Intermediate (proses hantarnya yg terganggu)



  







Dengan pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya berkurang. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjuk kan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. TTL: Rehabilitasi supaya fungsi pendengaran membaik dgn pemasangan ABD (hearing aid). Adakalanya perlu dikombinasikan dengan latihan membaca (speech reading) dan latihan mendengar (audiotory training)



SUNDDEN DEAFNESS  Tuli mendadak yang penyebabnya tidak diketahui, jenisnya adalah tuli sensorineural dan terjadi pada 1 telinga  Penyebabnya biasanya adalah iskemia koklea dan infeksi virus (sumbatan pem darah)  Gejala biasanya dapat bersifat mendadak atau menahun dan dapat semetara atau menetap. Dapat unilateral dan bilateral serta akan ada tinitus dan vertigo  DX : Tanyakan TD?  TTL : Tirah baring, diet rendah garam dan kolesterol, hiperbarik



oksigen, vasodilator oral, prednisone (kortikosteroid) 4x10 mg, obat antivirus, evaluasi pendengarannya 4x sebulan, jika tidak ada perbaikan maka pakai alat bantu dengar => psikoterapi Noice Induced Hearing Loss (Gang. Akibat Bising)  Gangguan akibat terpajan bising yang keras, jenisnya tuli sensorineural  Gejala yang timbul kurang pendengaran dan tinnitus  TTL : Pindah kerja, alat pelindung telinga, jika sampai sulit berkomunikasi maka pengunaan ABD => psikoterapi. Jika pasien mengalami tuli total, maka bisa dilakukan pemasangan implan koklea  Prog : Tidak akan mebaik, penting dilakukan pencegahan Gang. Akibat Obat Ototoksik  Obat ototoksik mengakibatkan kerusakan struktur anatomi pada telinga dalam  Gejala : Tinnitus, gangguan pendengaran dan vertigo Gangguan keseimbangan, sulit fiksasi pandangan (++)  TTL : Jika saat diberikan obat ada gangguan telinga maka harus segera diberhentikan, penggunaan alat bantu dengar, auditory training dll  Pencegahan : Pertimbangkan pemberian obat ototoksik, nilai efek samping sedini mungkin  Prog : Tergantung jenis dan jumlah obat dan lamanya pengobatan obat tsbt, cenderung kearah buruk KELAINAN TELINGA LUAR  Fistula Preaurikula : Kegagalan penggabungan turberkel 1 dan lainnya, yang harusnya bergabung











 



  











pada bulan ke-3. Ditemukan depan tragus, bentuk bulat dan terkadang keluar cairan dari kelenjar sebasea Etilogi : Adanya obtruksi dari muara tersebut dan menyebabkan infeksi akut. (Staphylococcus Aureus) Etiopageneis : Inkomplit fusi auricular trabekula saat embrio, Malformasi brachiogenic, Terbentuk lipan kedalam saat pembentukan arikula Tipe : Klasik (muara kearah preauricular, sering infeksi), Variant (muara di tulang rawan) Gejala : Kadang keluar cairan dengan bau (kel seasea), nyeri, hiperemis, jaringan granulasi, nekrosis dermis PP : DPL, Guldar, Swab kultur mikrobiologi, radilogi dengan fistulografi DD : Limfadenitis TTL Medikamentosa : Debridement H2O2 betadine aqua, AB topical mupirocin 2%, AB sistemik amoxillin cephalosporin klindamisin, analgetik paracetamol ibuprofen jika masih fase akut untuk kurangi sakit. Jika terbentuk abses maka harus diinsisi dan drainase. OP dilakukan agar tidak rekurensi. Tidak boleh dilakukan OP saat infeksi, karena takutnya bledding++ dan trunkus facialis terpotong dan menjadi parese Jika luka kering, berikan salep dan jika luka basah maka berikan krim. TTL Non Medika : Fistulektomi, dietetesi metylen blue lalu diangkat saat tidak infeksi agar tidak banyak perdarahan dan hati” terjadi komplikasi seperti paresis nervus 7 Pencegahan : Jaga kebersihan dan tdk menggaruk pits







 







    



 







Mikrotia dan Atresia Liang Telinga : Daun telinga lebih kecil dan tidak terbentuknya liang telinga (atresia) Disebabkan oleh genetic, virus, intoksikasi bahan kimia dan obat teraogenik selama kehamilan Perlu dilakukan CT scan resolusi tinggi tulang temporal untuk melihat kedaan telinga dalam dan tengah Jika terdapat bilateral maka dianjurkan penggunaan ABD, dapat dilakukan kanaloplasti/OP pembuatan liang telinga saat 5-7 tahun. Jika unilateral maka OP dilakukan saat dewasa Komplikasi : Paresis N 7, hilang pendengaran, restenosis Telinga Camplang : Daun telinga besar, maka perlu dilakukan otoplasty Hematoma : Darah antara tulang rawan dan perikondrium Perikondritis : Radang pada tulang rawan. Terjadi karena trauma, OP, infeksi Bila pengobatan AB gagal maka akan timbul pengerutan daun telinga dan hancurnya tulang rawan (cauliflower ear) Pseudokista : Adanya cairan kuning antara tulang rawan dan lapisan perikondrium PS datang karena benjolan yang tidak nyeri, maka harus dikeluarkan dan dibalut tekan selama 1 mgg agar perikondrium dan tulang menyatu untuk mengurangi kekambuhan Serumen Proop : Hasil produksi dari kel. sebasea, seruminosa, epitel kulit yang lepas dan partikel debu. Normalnya ada di 1/3 luar dan nantinya akan keluar sendiri karena adanya gerak dari epitel kulit kearah luar dan saa mengunyah



 



















Jika serumen menumpuk akan terjadi tuli konduktif TTL : Dengan kapas lilit (lembek), kuret (keras), jika tidak bisa maka lunakkan lebih dulu dengan karbogliserin 10% 3 hr, jika sudah dalam sekali maka irigasi dengan air hangat tetapi tidak boleh ada perforasi MT Benda Asing Telinga : Penatalaksanaan harus sesuai dengan etiologinya. Jika benda hidup maka kita meneteskan cairan rivanol 10 menit agar benda mati lalu irigasi dengan air hangat. Benda asing besar dapat menggunakan pengait serumen dan kecil dengan cunam Otitis Eksterna : Disebabkan oleh infeksi bakteri, kuman, jamur dan virus. Dipermudah karena adanya perubahan PH liang telinga menjadi menjadi basa, sehingga proteksi terhadap infeksi -, selain itu juga keadaan yang lembab liang telinga, secret encer/serous Otitis Eksterna Sirkumskripta : (1/3 luar) Adanya furunkel/bisul, disebabkan oleh Staphylococ. Gejalanya rasa nyeri yang hebat, gangguan pendengaran, menyumbat liang telinga jka furunkel + TTL : Furunkel yang menjadi abses maka diaspirasi nanahnya keluar dan diberikan AB salep (polymixinB/bacitracin/antiseptik), jika dindingnya tebal maka insisi lalu pasang drain, berikan analetik dan obat penenang Otitis Eksterna Difus : (2/3 dalam) Hiperemis dan oedem tanpa batas jelas, disebabkan pseudomonas dll. Gejalanya nyeri tekan tragus, liang telinga sempit, kelenjar getah benin regional membesar dan secret bebrbau TTL : Bersihkan liang telinga dengan tampon yang ada AB, AB sistemik jarang















Otomikosis : Infeksi jamur, sering ditempat yang lembab. Gejalanya gatal dan rasa penuh ditelinga TTL : Bersihkan, teteskan AB dan steroid, Larutan asam asetat dalam alcohol, laruan lodiom povidone, dipelukan obat anti jamur salep (klotrimazol, nystatin) Herpes Zooster Otikus : Akibat infeksi varicella zoster, disebut Ramsay Hunt Gejalanya lesi vesikuler pada kulit daerah muka sekitar liang telinga, otalgia, paralisis otot wajah, tuli sensorineural. TTl => TTL Herpes Infeksi Kronis : Infeksi yang tidak diobati akan menyebabkan radang berlanjut dan terjadi stenosis/penyempitan liang telinga karena adanya jar. parut/sikatriks. Maka perlu OP rekonstruksi liang telinga Otitis Ekterna Maligna : Infeksi difus di liang telinga luar yang biasanya terjadi pada orang tua yang memiliki DM. Peradangan meluas secara progresif, sehingga timbul kondritis, osteoitis dan osteomyelitis dan bahkan menghancurkan tulang temporal Gejalanya gatal disertai nyeri, secret+, serta bengkak liang telinga, paresis pada wajah TTL : AB dosis tinggi, jika keadaan berat maka berikan AB parenteral+AB gol aminoglikosida selama 6-8 mgg (ciprofloxasin, gentamicin dll), selain itu debrediment secara radikal



GANGGUAN TELINGA TENGAH  Tuba terbuka abnormal : Tuba terbuka terus sehingga udara masuk saat respirasi ke telinga tengah, dikarenakan hilangnya jaringan lemak (rhinitis atrofi, fringitis, gangguan fungsi otot, penggunaan obat anti hamil, esterogen pada laki”)



 







Keluhannya rasa penuh ditelinga, autofoni (gema suara sendiri lebih keras) PF => membrane timpani atrofi, tipis dan bergerak saa respirasi TTL : Obat penenang, pemasangan pipa ventiasi/gourmet Obtruksi Tuba : Terjadi karena adanya peradangan pada nasofaring/tumor nasofaring Barotrauma/Aerotitis : Terjadinya perubahan tekanan di luar telinga, perbedaan tekanan >90cmHg yang menyebabkan otot tidak ampu membuka tuba Keluhannya kurang dengara, rasa nyeri dlm telinga, autofoni, perasaan ada air dlm telinga, tinnitus dan vertigo TTL : Dekongestan local, perasat valsava selama tidak ada infeksi jalan nafas atas, jika cairan menetap maka lakukan miringotomi, pipa ventilasi, +mengunyah Otitis Media Akut : Terjadi karena antrum mastoid, tuba eustacius terganggu dikarenakan kuman masuk dan terjadi peradangan, bisa terjadi karena infeksi sal nafas atas, oedem, tumor (KNF), alergi, penggunaan tampon, benda asing Patof : Kongesti mukosa hidung dan nasofaring => disfungsi tuba => aliran sekresi terhambat => telinga tengah banyak mucus dan banyak bakteri => infeksi Kuman penyebab streptokok, stafilokok, pneumokok, hemofilus infuenza, pseudomonas auriogenosa Stadium OMA : Oklusi (retraksi membrane timpani, keruh/tidak jernih, refleks cahaya-, telinga gatal dan seperti kemasukan air) Hiperemis/Presupuratif (pelebaran pembuluh darah, eksudat terbentuk, sulitdinilai, adanya peningakat suhu, anak rewel, MT hiperemis serta oedem)











Supurasi (adanya cairan efusi ++, MT hiperemis, MT bulging kearah luar, eksudat purulent, sangat sakit) Perforasi (Ruptur MT, nanah keluar ke liang telinga, nyeri berkurang, pasien lebih tenang) Resolusi (MT utuh dan daya tahan tubuh anak baik maka akan normal kembali tanpa pengobatan, cairan bisa tetap ada sehingga terjadi efusi pada telinga tengah atau membrane timpati tidak perforasi tapi efusi masih tetap ada maka akan terjadi OTITIS MEDIA EFUSI. Atau yang kedua MT perforasi dan secret berkurang sampe kering lalu perforasinya dapat menutup dan sembuh/atau perforasi menetap terjadi OMSK Otitis Media Efusi : OMA tanpa stadium perforasi, bisa mengalami esolusi dengan daya tahan tubuh anaknya baik dn atau MT perforasi tapi tetap ada efusi Gejalanya rasa nyeri di telinga, suhu tubuh 39,5, riwayat batuk pilek, gangguan pendengaran, rasa penuh ditelinga, gelisah, sukar tidur TTL : Oklusi (HCL efedrin untuk buka tuba, AB) Hiperemis (AB penisilin/eritromicin 7 hr, obat tetes hidung, analgetik) Supurasi (AB disertai miringotomi) Perforasi (Obat cuci telinga H2O2 3% 3-5hr, AB) Resolusi (jika keluar trus secret, AB sampai 3mgg) OMSS=>OMSK Otitis Media Supuratif Kronik : Perforasi MT, secret mucoid keluar trus lebih dari 2 bulan Perforasi sentral (pas tensa) marginal (anulus/sulcus timpanikum) atik (pars flacida) OMSK ada 2 tipe => Aman/Mukosa/Banigna dan Bahaya/Tulang/Maligna OMSK Banigna : Aman tidak ada kolesteatoma, letak sentral, komplikasi –, secret hilang timbul







OMSK Maligna : Ada kolesteatoma, letak marginal/atik, komplikasi +, sampai mati, secret trus dan berbau busuk, terlihat granulasi yang mudah berdarah, Kolesteotoma : Epitel kult yang berada pada tempat yg salah, ini adalah tempat yang baik pertumbuhan kuman/infeksi, massa ini akan menekan organ sekitarnya, menimbulkan nekrosis tulang Tanda klinisnya perforasi di marginal/atik, biasanya pada kasus lanjut akan ada abses/fistel retroaurikuler, polip, secret nanah dan bau, terlihat bayangan kolesteotoma pada rontgen mastoid PP : Audiometri, rontgen mastoid, kultur dan resistensi secret Tujuan OP : Bersihkan koleastoma, perbaiki fungsi pendengaran TTL : OMSK Aman (pencuci telinga H2O2, obat tetes telinga yang ada AB dan kortikosteroid 1-2 mgg, AB ampicillin, jika perforasi masih ada maka observasi 2 bulan) Bahaya (mastoidektomi, jika ada abses maka insisi dulu) OP : Mastoidektomi Sederhana (OMSK Aman) Mastoidektomi Radikal (OMSK Bahaya) dgn Modifikasi (OMSK, kolesteotoma di atik) Timpanoplasti (OMSK Aman, X obat) Pendekatan Ganda (OMSK bahaya/OMSK aman tapi granulasi luas) Terapi Konservatif : Jaga keadaan umumnya, obati infeksi, pencucian local Komplikasi : Mastoiditis, fistel labirin, tuli sensorineural, meningitis, abses otak dll



























OM Non Supuratif/Serosa : Adanya secret non purulent tapi membrane timpani utuh tanpa ada tanda infeksi Otitis Media Serosa Akut adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen/encer di telinga tengah dikarenakam gangguan fungsi tuba, sedangkan membran timpani utuh, ada gelembung udara/airfluid level, tuli konduktif. (Barotrauma, naik pesawat) TTL : Vasokonstriktor luas HCL efedrin tetes telinga, antihistamin, lakukan valsava, jika 2 mgg menetap makan lakukan miringotomi lalu jika tidak membaik maka lakukan grommet tube Gejala : Pendengaran -, tersumbat, suara terdengar nyaring, sedikit nyeri pada awal” Otitis Media Kronis/GLUE EAR: Terbentuk secret bertahap tanpa adanya tanda yang berlangsung lama, secret kental seperti lendir Tuli konduktif pada orang dewasa unilateral pikirkan adanya tumor KNF, jika tuli sensorineural unilateral pikirkan tumor CVA Gejalanya adanya secret kental dan TTL : Miringotomi, Grommet, Dekongestan tetes hidung+antihistamin, dilakukan medikamentosa 3 blan baru OP OM Adhesiva : Jaringan fibrosis di telinga tengah meradang. Ditemukan adanya panosklerosis plak seperti lempeng kapur Atelektasis Telinga Tengah : Retraksi membrane timpani akibat











gang fungsi tuba. Didapatkan MT tipis/artofi Otosklerosis : Spongiosis stapes dan menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan suara ke labirin. TTl=> stapedektomi dan ABD Perbedaan Otitis Externa dan Otitis Media => Otitis Ekterna itu nyeri baru bengkak lalu ada secret dan gangguan pendengaran. Otitis media itu pasien berdengung ganguan pendengaran rasa kemasukan air dan ada faktor penyebab yaitu batuk pilek



Trauma Akustik  Trauma yang timbul akibat bising yang berlebihan  Akut : Trauma Akustik Akut (Level kekeran >140dB dengan durasi 1.5 ms) ex petasan Blast Injury dengan kecepatan .2 ms, seperti ledakan bom, petir dan dapat menyebabkan perforasi MT, JAGA KERING dan jangan ditetes apapun Akut Noice Induce Hearing Loss, seperti saat menonton konser, reversible/reversible parsial Cronic Noise Induce Hearing Loss, biasanya bising saat bekerja, irreversible Gejalanya rasa penuh, tinnitus, tuli konduktif, SNHL DX dengan audiometri, akan ada penurunan ambang 3-6 KHz TTL: Steroid sebelum 24 jam, jika ada perforasi MT maka Patch terapi dan miringoplaty  Kronik, gejalanya SNHL pada kedua telinga, ciri khasnya pada audiometri takik 4000 HZ, kerusakannya irreversible dapat dicegah dengan ABD Trauma Mekanik  Trauma Telinga Luar : Laserasi Aurikula : Simple (kulit), Stellate (kulit bagus dan



tidak ada diskontinuitas, tulang rawan hancur) Avulsi (kedunya) TTL : Bersihkan luka/debridement, hecting graft/flap, AB sistemik, Anlgetik Komplikasi : Perikondritis, Nekrosis tulang rawan Hematoma Aurikula : Penumpukan darah antara perikondrium dan tulang rawan PF akan terlihat fluktuatif aurikula dan warna merah/ungu TTL : Insisi dan drainase hematom steril, hecting trough and trough, AB sistemik Komplikasi : Fibrosis, Perikondritis -> Cauliflower ear 







Trauma Liang Telinga : Pake cottonbud, obat antiplatelet, perhatikan darahnya aktif/tdk? TTL: Jika ada darah aktif maka tampon+AB topical gentamicin selama 2-3 hr lalu evaluasi. Jika sudah behenti darahnya maka cuci dengan H2O2 3% seelah 3-5 hri. Komp: OE, Stenosis Liang Trauma MT : (HARUS RUJUK) Penetreting Injuries, sering terkena pada kuadran posterior MT akibat cottonbud dan menyebabkan gangguan pda tulang pendengaran (ossicular chain) Luka Bakar, bagian anterior MT dan penyembuhan buruk Barotrauma, terkena pada sentral MT pars tensa. Terjadi pada diving jatuh dll PF ditemukan adanya perforasi pada pinggiran MT, berdarah, inflamasi PP dilakukan audiometri dan keseimbangan, ct scan jika ada benda asing pa ossicular chain dan telinga dalam TTL, jika akut maka tampon kassa adan AB lalu AB topical tetes, AB sistemik oral dan jaga kering. Kalo emergensi jika ada fistula perilimfe menyebabkan kebocoran







maka harus ditutup dan biasanya aka nada gang keseimbangan dan SNHL. Jika ada perforasi MT maka ditutup/patch therapy. Jika perforasi menetap >4 bulan maka harus timpanoplasti Fraktur Temporal : Fraktur Longitudinal melibatkan os parietal biasanya jatuhnya menyamping, sering menyebabkan perforasi MT, gangguan ossicular chain dan N7 Gejalanya perdarahan, tuli konduktif, pareses N7 jarang, otore serebrospinal fluid Fraktur Transversal melibatkan os occipital Gejalanya darah pada MT, rinore CSF, SNHL, paresis N7 Pemeriksaan : Multi system neurologic, ct scan, audiometri, elektroneurografi, pemeriksaan nervus 7 (house Brackman grad) TTL: Stabilisasi, observasi, AB sistemik, anti inflamasi sistemik, OP bila tuli konduktif dan perforasi MT menetap. OP emergensi dekompresi n fasialis jika paresis nervus 7 progresif



Sinusitis  Rongga sinus berkembang semakin salurannya terbuka dan tidak sempit, semakin baik perkembangan sinus maka infeksi pernafasan menjadi berkurang. Penyebab utamanya adalah common cold yang merupakan infeksi virus, diikuti oleh bakteri  Transport Mukosilier : Ostium dalam rongga sinus harus 1 agar tidak terjadi turbulensi, masuk ke arah nasofaring lalu ke lambung agar bakteri dapat dimatikan  Etiologi : Rinitis, polip hidung, kelainan anatomi, sumbatan KOM, lingkukan berpolusi, udara dingin, merokok  Sinusitis Jamur, adanya infeksi jamur pada sinus paranasal







  







(Aspergillus, Candida) Ada kalsifikasi saat CT scan dan Opaque saat Xray Sinus Maksilla berdekatan dengan akar gigi dan komplikasi ke orbita, menyebabkan mudah terjadinya Sinusitis Dentogen Sinus Frontal, dapat terjadi Osteomielitis dan Abses Subperiostal Sinus Etmoid, berbatasan dengan ronga orbita sehingga mudah menyebabkan Kelainan Orbita Sinus Sfenoid, berbatasan dengan hipotalamus dan dekat arteri besar makanya jika ada infeksi harus segera diatasi Rhinosinusitis (Hidung pilek dengan adanya secret mucopurulent/Hidung mampet => Obtruksi pada kompleks ostio-meatal dan akan terjadi gangguan drainase secret dan menjadi tempat hidupnya kuman dan merusak (maka harus dibuka salurannya) selain itu bisa terjadi karena adanya inflamasi Dx pasti jika ada 2 atau lebih / 1 mayor dan 2 minor (hidung pilek, hidung mampet, demam, nyeri wajah, purulent nasal, obtruksi) (pusing, sakit gigi, batuk, sakit telinga) EPOS (polip, secret, edema+CT scan perubahan mukosa) Waktu : Akut 12 mgg mukosa abnormal dan tetap tebal mukosa Rinosinusitis Viral/Common Cold : 10 ETIOLOGI : Rhinogenik (dari hidung) Dentogenik (sinus maksilla) Jamur (aspergillus, candida)



PP : Ct scan SPN (waters melihat frontal dan maksila, anteropost melihat etmoid, lateral melihat sinus etmoid dan sfenoid) TTL : Apakah ada komplikasi? Jika ada maka RUJUK. AB kotrimoksasol dan dekongestan gunakan oral saat akut diberikan selama 1 mgg, jika kronik maka topical selama 2-3 mgg jika tidak ada perbaikan maka OP (Etmoidektomi) Penggunaan AB? Jika ada secondarry infection karena banyaknya bakteri aktif, karena ada peningkatan kurva yang lebih tinggi lagi (adanya tanda double sickning (sakit setelah sembuh), ada perubahan warna sekret, nyeri+ +, demam++ Nasal Polyp  Ada massa pada kavum nasi, akibat inflamasi mukosa  Jenisnya : Eusinofil, Neutrofilik  Etiopatogenesis : Radang kronis, gangguan vasomotor, peningkatan caitan intertisial  Stadium : 1 masih di meautus media, 2 sudah di kavum nasi, 3 masif  Gejala : Hidung tersumbat, anosmia, massa, ingus banyak  TTL : Kortikosteroid , jika tidak membaik maka dapat dilakukan polipektomi Rinitis Akut  Inflamasi pada mukosa hidung  Gejala dari hidung dapat berupa hidung tersumbat, gatal, nyeri dll. Sedangkan selain dari hidung adalah nyeri kepala, gangguan tidur, nafas bau dll  FX Hidung : Respirasi, Refleks Nasal, Penghidu, Fonetik, Statik dan Mekanik  Etiologi : Virus, Bakteri, Jamur, Parasit



  







 







Rinitias Alergi : Khas ada bersin berulang, ingus, hidung tersumbat Trias:Allergicshiner, crease, salute Rinitis Viral : Terjadi karena adanya virus menular dan tergantung imun tubuh. Untuk gejala akan timbul Tonsil palatina, faringeal dan lingual. Untuk meproteksi kedua jalur  Tonsilitis : Peradangan pada area tonsil, KRONIK (tonsil membesar, permukaan bolong”, warna sama dengan jaringan sekitar, tidak ada proses hipervaskularisasi/merah) AKUT (tonsil membesar, ada proses kemerahan, detritus yang bersarang pada kripta dan menyebabkan bau mulut)







Tonsil jika mengalami infeksi berulang, maka akan terjadi remodeling seiiring berjalannya waktu. Umunya terjadi sampai usia 6 tahun (ideal untuk tonsilektomi, karena sudah matang peran dari kelenjar limfe, tapa harus dilihat dari urgensi yaitu gangguan jalan nafas, infeksi berulang, ada komplikasi yaitu abses peritonsil) Perbedaan Adenoid dan Tonsil : Tonsil memiliki kapsul Abses Peritonsil : Terbentuk kantung nanah disekitar peritonsil, yang membuat pasien nyeri hebat sekitar hari ke-3 setelah fase infiltrate. Jika dilakukan perabaan maka aka nada fluktuasi, jika masih keras maka masih fase infiltrat dengan cara aspirasi. TTL: Drainase adalah membuat lubang selebar mungkin agar nanah keluar jika terbentuk abses lagi. Dan pastikan udara/O2 masuk kedalam kantung abses, agar kuman anaerob dapat mati atau kita dapat cuci dengan H2O2 agar saat pecah tidak menutupi jalan nafas, dan posisi pasien adalah tendelenburg. Jika terjadi abses sangat disarankan terapi IV, jika masih fase infiltrate bisa diberikan oral karena masih bisa makan dan minum tapi jika terbentuk kantung abses maka oral tidak ampuh



Faringitis, Tonsilitis, Laringitis  Perdangan pada mukosa, submucosa dan jaringan limfe pada dinding faring, tonsil, atau laring  Terbagi menjadi Akut (awitan cepat) Kronik (akut rekuren, peristen)  Etiologi : Primer (virus, bakter, jamur, parasite) Sekunder (iritan, racun, keganasan, alergi dll)  Gejala : Disfagia, demam, serak, hidung tersumbat, batuk, bau mulut, sesak, dahak



 











 



Tanda : Rubor, dolor, kalor, tumor, hipersekresi, eksudat PF : Viral (tonsil eritem, kemerahan pada faring), Bakteri (ada detritus, ptekie pada palatal, hipertrofi tonsil disertai adanya eksudat), Fungal (lidah kotor, kripta melebar) PP : Kultur dan Rapid Antigen (Bakteri) Biomolekular, Elisa, PCR (Virus) Titer Antibodi saat 3mgg5mgg (St. Imunologik) Ct scan kepala dan Radiografi (confirm ada keterlibata struktur sekitar) TTL : Akut (Analgetik ibuprofen paracetamol, anti radang steroid NSAID, obat kumur, AB amoksisilin diberikan jika ada bakterinya ) Kronik (atasi faktor penyebab missal ada iritan maka harus dilihat, edukasi, tingkatkan imunitas tubuh, tonsilektomi-> harus dilakukan jika sampe obstruksi, riw. abses peritonsil, kejang demam. Relative jika batuk pilek >3kli/tahun, bau mulut dan karier) Edukasi laryngitis akut/non spesifik => istirahatkan suara 3 hari, dan vocal hygiene. Laryngitis spesifik (TB, luetika, aktinomikosis, lupus) patensi airway, trakeostomi, obat Komplikasi : Inf akut leher dalam dan membentuk abses, odontogenic Pencegahan : Tingkatkan imunitas, jaga hygiene, identifikasi dan control komorbid



Karsinoma Nasofaring  Kwangtung Tumor/Keganasan yang ada di daerah nasofaring (lymphocyte-rich np mucosal, fossa rossenmuller) yang menunjukkan adanya diferensiasi sel skuamosa secara mikroskopik baik ringa/lebih tinggi  Termasuk keganasan 1 pada kepala dan leher dan ke-4 setelah ca payudara, servix dan paru















 











Etiologi: Gen (np21), Virus (EBV, Herpes zoster melalui saliva/cairan tubuh), Pola Hidup (makanan dibakar, nitrosamine/diawetkan, alcohol, rokok dan ikan asin) Keluhan : Gang. Pendengaran 1 sisi, ingus dengan darah, benjolan di leher karena keterlibatan KGB (neck limf node swelling), ntyeri, hidung tersumbat Gejala lainnya : Cefalgia, diplopia, lagofthalmus, limfademopati, trismus, disfagia, paresis lisdah dll Hindari insisional biopsy pada benjolan leher di regio 2 DX: Pemeriksaan KGB, Neurologi, Endoskopi biopsy massa naofaring (GOLD STAND), Ct scan, dll memikirkan metastasisnya Kasus terbanyak di Indo adalah Type 3 Undiffrential yang progresif namun sensitive jika di radio terapi Skrinning dengan pemeriksaan igA VCA dan EA











Metastasis jauh apabila terdapat pada paru, liver/hepar, tulang



Infeksi Sal. Nafas Atas  Obtruksi jalan nafas yang dapat menyebabkan sesak nafas dan komplikasi lainnya  Etiologi : Tumor, kelainan kongenital, trauma, plika vokalis terganggu, inflamasi dan infeksi  Gejala : Agitasi, sianosis (kulit berwarna kebiruan), kesulitan bernafas, gasping, panik, wheezing atau mengi, penurunan kesadaran. Biasanya akan terdengar stridor yang menandakan ISPA  PF : Nilai ABC, apakah pasien memiliki gejala mengalami obstruksi saluran pernapasan atas seperti stridor dan sesak napas inspiratorik, retraksi suprasternal, epigastrial, supraklavikular, maupun interkostal, suara parau (kecuali paralilsis midline), tanda sianosis, dan juga gelisah.  PP : Laringoskopi (melihat apakah ada kelainan pada laring/hipofaring), saturasi O2, radiolog (melihat daerah mana yang terganggu)  TTL : Berikan O2/Intubasi, trakeostomi, krikotiroiditomi, intubsi endotrakeal, Heimlich maneuver jika karena benda asing,



Komplikasi : Bradikardi, hilang sadar, henti jantung, jika ada benda asing menyebabkan atelectasis, pneumonia/pneumotoraks