Ceramah Hakikat Cinta Kepada Allah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hakikat Cinta kepada Allah  Hadirin sekalian yang dimuliakan oleh Allah, Segala puja dan puji hanya milik Allah, Dialah yang telah menumbuhkan cinta di hari para hamba-Nya dan menjadikan cinta kepada-Nya sebagai cinta yang sebenarnya. Shalawat serta salam kepada kekasih Allah, Muhammad SAW yang telah menumbuhkan cinta keada Allah di hati para ummatnya. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas hakikat cinta kepada Allah. Saya akan mulai pembahasan kita kali ini ddengan pertanyaan “Apakah kita cinta kepada Allah?” Pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab dengan ucapan lisan saja, yang terpenting adalah bukti nyata. Karena, bila hanya berbicara tanpa ada pembuktian, itu hanyalah omong kosong belaka. Berkaitan dengan hal ini, bisa jadi kita termasuk ke dalam golongan orang munafik bila berbicara tanpa ada bukti nyata. Pada hari kiamat nanti, golongan orang munafik akan Allah tempatkan pada neraka paling dasar. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam Surat An-Nisa: 145



ٰ ۡ ‫أۡل‬ ١٤٥ ِ‫يراإ‬ ً ِ‫ار َو َلن َت ِجدَ َل ُهمۡ َنص‬ ِ ‫نَّ ٱل ُم َنفِقِينَ فِي ٱلدَّ ۡركِ ٱ َ ۡس َف ِل مِنَ ٱل َّن‬ 



Artinya: “sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan menddapat seorang penolongpun bagi mereka.” Naudzubillaahi min dzaalik



Senada dengan permasalahan di atas, Imam Fudlail rahimahullah dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al-Ghazali, ia berkata bahwa jika engkau ditanya, apakah engkau menyintai Allah, maka diamlah, karena jika kamu menjawab “tidak” maka kairlah engkau. Namun bila engkau menjawab “iya”, maka sifat dan perbuatanmu belum termasuk kategori orang-orang yang mencintai Allah.



Berkenaan dengan permasalahan ini, Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imron: 31



ٞ ُ‫قُ ۡل إِن ُكن ُتمۡ ُت ِح ُّبونَ ٱهَّلل َ َفٱ َّت ِب ُعونِي ُي ۡح ِب ۡب ُك ُم ٱهَّلل ُ َو َي ۡغف ِۡر َل ُكمۡ ُذ ُنو َب ُكمۡۚ َوٱهَّلل ُ َغف‬ ‫ِيم‬ٞ ‫ور َّرح‬



٣١



Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) menyintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Surat Ali Imron: 31) Ayat di atas dturunkan ketika Rasulullah SAW mengajak Ka’ab  bin Asyrof dan kawan-kawannya masuk Islam, mereka menjawab: “Kami adalah putra-putra Allah, dan sungguh kami amat cinta kepada Allah.” Lalu Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana ayat di atas. Cintanya seorang mukmin terhadap Allah adalah dengan menuruti perinta-Nya, menjalankan ketaatan kepada-Nya dan mencari ridho-Nya. Sedangkan cintanya Allah kepada umatnya ialah pujian yang langsung dari Allah, melimpahkan pahala bagi mereka yang taat, memaafkan kesalahan mereka, menganugerahi mereka dengan rahmat, karunia, penjagaan dan petunjuk. 



Teman – teman,



Cinta kepada Allah tidak dapat lepas dari cinta kepada rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW. Suatu kebohongan besar bila berkata cinta kepada Allah akan tetapi tidak dengan Rasul-Nya. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam Surat Ali Imron ayat 31, disitu Allah dengan tegas mengatakan bahwa jika seseorang mencintai Allah, maka ia harus mengikuti apa yang dibawakan oleh Muhammad SAW, yaitu syariat Islam. Cinta bukanlah ucapan bibir semata, namun dibutuhkan sebuah pembuktian berupa tindakan, tingkah laku berupa ketaatan kepada perintah Allah dan menjauhi segala apa yang Allah larang. Termasuk ibadah wajib dan juga sunahnya. Cinta kepada Allah pada umumnya diawali dengan iman kepadaNya. Bagaimana bisa orang yang tidak beriman akan mencintai Allah? Suatu kebohongan yang amat besar bila orang yang tidak beriman tetapi berkata aku cinta Allah.