Dan Soal Metode Food Weighing Esty Widya L PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ESTY WIDYA LESTARI PO.62.31.3.18.208



METODE FOOD WEIGHING



DEFINISI FOOD WEIGHING Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh responden. Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul data melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang. Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.



Lanjutan,,, Ketelitian yang tinggi dapat mendeteksi perubahan berat makanan yang tidak terlalu besar. Jika tidak tersedia timbangan digital, masih dimungkinkan untuk menggunakan timbangan lain seperti timbangan jarum. Sebaiknya gunakan timbangan jarum yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi. Namun, penggunaan timbangan jarum mempunyai sedikit kelemahan yaitu adanya kesulitan dalam membaca hasil timbangan. Saat pembacaan hasil timbangan posisi mata harus sejajar dengan jarum timbangan agar menghasilkan pembacaan yang akurat. Jika posisi mata berada di sebelah kanan atau kiri jarum timbangan, akan bisa menghasilkan pembacaan hasil yang berbeda dengan sebenarnya. Metode penimbangan merupakan metode survei konsumsi pangan yang paling akurat dalam memperkirakan asupan makanan dan zat gizi yang biasa dikonsumsi oleh individu. Jumlah konsumsi lebih akurat karena jumlah makanan yang dikonsumsi oleh responden ditimbang secara langsung. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya bias yang disebabkan oleh kesalahan estimasi porsi oleh responden dan juga oleh pengumpul data. Selain itu metode penimbangan juga dapat mengurangi bias yang disebabkan keterbatasan ingatan responden. Namun metode ini membutuhkan tingkat kerja sama yang lebih tinggi dengan responden. Metode penimbangan dikhawatirkan juga dapat mengubah asupan makanan dari responden. Selain itu metode penimbangan membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan metode lainnya karena membutuhkan alat timbang yang cukup mahal.



1. Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir yang telah disediakan. 2. Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali penimbangan sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN METODE PENIMBANGAN



3. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi. 4. Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh responden. 5. Tentukan faktor konversi matang-mentah untuk setiap bahan makanan. 6. Tentukan berat mentah dari bahan makanan. 7. Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.



KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FOOD WEIGHING



Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah ini: 1.Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei konsumsi pangan 2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya 3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode ini tidak tergantung kepada daya ingat responden. 4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi. 5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden 6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan pewawancara atau pengumpul data. Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi – Jumlah makanan sisa yang tidak dikonsumsi 7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri dan data klinis. 8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan asupan sehari-hari responden. 9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja, perusahaan, panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal bersama-sama.



Demikian beberapa kelebihan dari metode penimbangan yang dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti dalam memilih metode ini untuk mengukur asupan responden. Namun, di samping kelebihan, metode ini juga mempunyai kelemahan seperti yang diuraikan di bawah ini :



1.



2. 3. 4.



5.



Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua makanan yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak dikonsumsi oleh responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum dikonsumsi dan sesaat sesudah responden mengkonsumsi makanannya. Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena harus melakukan penimbangan makanan responden. Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul data seperti timbangan makanan, formulir penimbangan, alat tulis dan beberapa peralatan lainnya. Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.



Daftar persentase penyerapan minyak dapat dilihat



Bahan makanan Bahan makanan diisi dengan bahan makanan yang digunakan dalam hidangan. Jika di dalam hidangan terdapat beberapa bahan, diuraikan bahan makanan yang terdapat dalam hidangan tersebut. 2. Berat mentah bahan makanan Berat mentah bahan makanan diisi dengan berat mentah bahan makanan. Berat mentah bahan makanan diperoleh dengan mengalikan berat matang dikalikan faktor konversi matang mentah. Berat mentah = berat matang x faktor konversi 1.



Contoh cara mengisi formulir food weighing Seorang Ahli Gizi (Annisa) ingin mengetahui asupan zat gizi sarapan pagi dari Mahasiswa (Rafly M) yang tinggal di Asrama Perguruan Tinggi tempat Mahasiswa tersebut menimba ilmu. Annisa melakukan metode food weighing untuk mengukur asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada tanggal 15 Januari 2018. Sarapan pagi di Asrama tersebut disediakan sekitar jam 07.00 WIB. Menu sarapan mahasiswa pada saat ahli gizi melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut 1. Nasi putih 2. Telur goreng 3. Tahu goreng 4. Bening bayam 5. Pepaya Ahli gizi melakukan penimbangan semua makanan atau hidangan tersebut menggunakan timbangan digital sehingga diperoleh berat makanan tersebut sebelum dikonsumsi sebagai berikut: 1. Nasi putih : 100 gram 2. Telur goreng : 50 gram 3. Tahu goreng : 80 gram 4. Bening bayam : 100 gram 5. Pepaya : 130 gram



Setelah Mahasiswa mengkonsumsi sarapannya, sebagian dari hidangan atau makanan tersebut ada yang habis dan sebagian masih ada sisanya. Makanan yang tidak bersisa adalah telur goreng, tahu goreng dan pepaya. Sedangkan nasi putih dan bening bayam masih bersisa. Untuk mengetahui berat makanan sisa, maka Ahli Gizi melakukan penimbangan terhadap makanan sisa tersebut dengan berat makanan sisa sebagai berikut: 1. Nasi putih : 20 gram 2. Bening bayam : 30 gram



PENJELASAN PENGISIAN FORMULIR FOOD WEIGHING 1. Waktu makan Waktu makan diisi dengan waktu responden mengkonsumsi makanan, misalnya pagi, siang atau malam. Waktu makan dapat juga diisi dengan keterangan jam misalnya 07.00, 10.00, 12.00, 15.00, 19.00 2. Nama Hidangan Nama hidangan diisi dengan nama makanan yang dikonsumsi oleh responden misalnya Nasi Goreng, Telur Dadar, Tempe Bacem, Sayur Kangkung, dan lain-lain. 3. Berat Masak. Berat masak diisi dengan berat makanan yang akan dikonsumsi oleh responden. Ditimbang sesaat sebelum disajikan pada responden. Berat makanan ditulis dalam satuan gram. 4. Sisa Makanan Sisa makanan adalah berat makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden. Sisa makanan ditimbang setelah makanan dikonsumsi responden. Jika semua makanan yang dihidangkan habis maka sisa makanan adalah 0 gram 5. Jumlah makanan yang dikonsumsi Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan sisa makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi ditulis dalam satuan gram. 6. Faktor konversi matang mentah. Faktor konversi mentah matang diisi dengan faktor konversi berat matang mentah yang bisa diperoleh dari daftar faktor konversi berat matang mentah yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Konversi Berat MatangMentah Berat Dapat Dimakan (BDD) Dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajajan. 7. Persentase penyerapan minyak Persentase penyerapan minyak diisi dengan persentase penyerapan minyak dari makanan bisa diperoleh dari daftar penyerapan minyak goreng yang keluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 dalam Buku Pedoman Perkiraan Jumlah Garam Dan Penyerapan Minyak Goreng. Jumlah serapan minyak = persentase serapan x berat matang



Daftar persentase penyerapan minyak dapat dilihat



1.



2.



Bahan makanan Bahan makanan diisi dengan bahan makanan yang digunakan dalam hidangan. Jika di dalam hidangan terdapat beberapa bahan, diuraikan bahan makanan yang terdapat dalam hidangan tersebut. Berat mentah bahan makanan Berat mentah bahan makanan diisi dengan berat mentah bahan makanan. Berat mentah bahan makanan diperoleh dengan mengalikan berat matang dikalikan faktor konversi matang mentah.



Kesimpulan



1.



2.



3.



Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh responden. Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau petugas pengumpul data melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi dan menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang Hasil penimbangan adalah penimbangan makanan sebelum dikonsumsi dikurangi dengan makanan sisa yang tidak dikonsumsi.



THANKS Does anyone have any questions?



1. Metode survei konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi oleh responden , disebut juga dengan .... A. Food record B. Food recall C. Food weighing D. Food diary E. Recall 24 jam 2. Pernyataan berikut ini yang termasuk kelebihan dari metode food weighing adalah .... A. Hasil lebih akurat B. Cocok untuk masyarakat luas C. Memerlukan waktu yang relatif singkat D. Tidak membutuhkan tenaga pengumpul data yang banyak E. Semua jawaban benar 3. Pernyataan berikut ini yang termasuk kekurangan dari metode food weighing adalah ... A. Hasil kurang akurat B. Waktu relatif singkat C. Bukan gold standar D. Memerlukan sumber daya yang lebih banyak E. Hasil sesuai Pertanyaan untuk soal nomor 4 – 5 Seorang Ahli Gizi yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah ingin mengetahui asupan gizi untuk makan siang pasien Tuan A yang menderita penyakit diabetes mellitus. Ahli Gizi menimbang makanan tersebut sebelum disajikan dengan berat masing-masing makanan yaitu, nasi putih 120 gram, pepes ayam 80 gram, tumis tahu 110 gram, tumis buncis 50 gram dan jeruk 120 gram. Setelah selesai dikonsumsi, Ahli Gizi menimbang makanan yang masih bersisa, yaitu nasi putih 30 gram dan tumis buncis 10 gram. Dari daftar konversi berat mentah matang, diketahui faktor konversi untuk nasi putih yaitu 0,4; pepes ayam 1,5; tumis tahu 1,6 dan tumis buncis 1.



Dari daftar penyerapan minyak diketahui penyerapan minyak untuk tumis tahu 5% dan tumis buncis 19,3%. 4. Berapakah jumlah nasi putih yang dikonsumsi oleh Tuan A yang harus dituliskan oleh Ahli Gizi pada formulir food weighing? A. 120 gram B. 100 gram C. 90 gram D. 80 gram E. 70 gram 5. Berapakah jumlah minyak terserap untuk tumis buncis yang dikonsumsi Tuan A? A. 5,5 gram B. 7,72 gram C. 9,65 gram D. 11 gram E. 15 gram



Jawab : 1.C 2.A 3.D 4.C 5.C



DAFTAR PUSTAKA



Fahmida U, Dillon HS. 2011. Nutrition Assessment. Second Edition. South East Asian Minister of Education Organization and Nutrition (SEAMEO RECFON). Jakarta : University of Indonesia.



Gibson RS. 2005. Principples of Nutrition Assessment. New York : Oxford.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Konversi Berat Matang-Mentah, Berat Dapat Dimakan (BDD) dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajanan. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Kode Bahan panganSurvei Konsumsi Makanan Individu. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Foto MakananSurvei Konsumsi Makanan Individu (SKMI-2014). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Survei Konsumsi Makanan Individu. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Perkiraan Jumlah Garam dan Penyerapan Minyak Goreng. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kusharto CM, Supariasa IDN. 2014. Survei Konsumsi Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu.



PERMENKES RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RepublikSurvei Konsumsi Makanan Individu (SKMI-2014). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Survei Konsumsi Makanan Individu. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kementerian Kesehatan RI. 2014. Perkiraan Jumlah Garam dan Penyerapan Minyak Goreng. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.



Kusharto CM, Supariasa IDN. 2014. Survei Konsumsi Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu.



PERMENKES RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.



Sirajuddin, Mustamin, Nadimin, Rauf S. 2015. Survei Konsumsi Pangan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.



Waspadji S, Suyono S, Sukardji K, Nofi LS, Muliany RM, Rahimy R, Ahmad LF. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar Edisi Ketiga (Awam) Sebagai Panduang Untuk Awam dan Petugas Kesehatan Terkait. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia