Delirium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DELIRIUM Definisi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia delirium bermaksud gangguan mental yang ditandai oleh ilusi, halusinasi, ketegangan otak, dan kegelisahan fisik. Delirium secara umum diertikan dengan gangguan kesadaran yang berasal dari reaksi organic akut dengan tanda khusus kegelisahan, bingung, disorentasi, agitasi, dan afek labil disertai rasa takut, halusinasi, illusi dan mungkin disertai waham. Delirium bersifat akut transien, reversibel, berfluktuasi, dan timbul pada kondisi medis tertentu kecuali jika diikuti dengan demensia, ilusi dan halusinasi bersifat irreversible.



Epidemiologi Sering terjadi pada individu berusia 65 tahun atau lebih. Delirium timbul pada 1553% pasien geriatri pasca-operasi dan 70-87% pasien yang dirawat di ruang rawat intensif. Delirium bisa meningkatkan risiko kematian, memperpanjang masa rawat serta meningkatkan kebutuhan perawatan.



Etiologi Klasifikasi delirium dapat berdasarkan DSM V (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition). Kriteria DSM V tahun 2013 tidak berbeda dengan pada DSM IV-TR tahun 2000. DSM V mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat) Delirium penghentian substansi Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin) Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel Delirium tidak terklasifikasi



Patofisiology Delirium merupakan fenomena kompleks, multifaktorial, dan mempengaruhi berbagai bagian sistem saraf pusat. Delirium bisa disebabkan oleh akibat penyakit atau penghentian substansi seperti alkohol, benzodiazepin, atau nikotin. Berdasarkan aktivitas psikomotor, delirium terdiri dari hyperactive, hipoaktive dan mixed. Delirium hiperaktif diamati pada pasien yang dalam keadaan penarikan alkohol atau keracunan dengan phencyclidine (PCP), amfetamin, dan dietilamida asam lysergic (LSD). Pasien-pasien ini sering menunjukkan kegelisahan, kegelisahan, halusinasi, atau delusi. Delirium hipoaktif diamati pada pasien di negara ensefalopati hepatik dan hiperkapnia dan mungkin lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Delirium hypoactive hadir dengan kelesuan, kantuk, apatis, penurunan responsif, atau memperlambat kemampuan motorik. Dalam delirium campuran, individu menampilkan tingkat aktivitas psikomotor yang relatif normal atau tingkat aktivitas yang berfluktuasi cepat. Perubahan transmisi neuronal yang dijumpai pada delirium melibatkan berbagai mekanisme, yang melibatkan tiga hipotesis utama, yaitu: 1. Efek Langsung Beberapa substansi memiliki efek langsung pada sistem neurotransmiter, khususnya agen antikolinergik dan dopaminergik. Lebih lanjut, gangguan metabolik seperti hipoglikemia, hipoksia, atau iskemia dapat langsung mengganggu fungsi neuronal dan mengurangi pembentukan atau pelepasan neurotransmiter. Kondisi hiperkalsemia pada wanita dengan kanker payudara merupakan penyebab utama delirium. 2. Inflamasi Delirium dapat terjadi akibat gangguan primer dari luar otak, seperti penyakit inflamasi, trauma, atau prosedur bedah. Pada beberapa kasus, respons infl amasi sistemik menyebabkan peningkatan produksi sitokin, yang dapat mengaktivasi mikroglia untuk memproduksi reaksi inflamasi pada otak. Sejalan dengan efeknya yang merusak neuron, sitokin juga mengganggu pembentukan dan pelepasan neurotransmiter. Proses inflamasi berperan menyebabkan delirium pada pasien dengan penyakit utama di otak (terutama penyakit neurodegeneratif ). 3. Stres



Faktor stres menginduksi sistem saraf simpatis untuk melepaskan lebih banyak noradrenalin, dan aksis hipotalamuspituitari-adrenokortikal untuk melepaskan lebih banyak glukokortikoid, yang juga dapat mengaktivasi glia dan menyebab kan kerusakan neuron.



Diagnosis



Delirium bisa ditentukan dengan menggunakan :  Confusion Assessment Method (CAM)  Delirium Symptom Interview (DSI)  Confusion Assessment Method for the Intensive Care Unit (CAM-ICU)  Intensive Care Delirium Screening Checklist (ICDSC) Severitas delirium diukur dengan Delirium Detection Scale (DDS) dan Memorial Delirium Assessment Scale (MDAS).



Diagnosis delirium memerlukan 5 kriteria (A-E) dari DSM V, yaitu: a. Gangguan kesadaran (berupa penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan ke - mampuan fokus, mempertahankan atau mengubah perhatian. b. Gangguan berkembang dalam periode singkat (biasanya beberapa jam hingga hari) dan cenderung berfl uktuasi dalam perjalanannya. c. Perubahan kognitif (seperti defi sit memori, disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kondisi demensia. d. Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan oleh gangguan neurokognitif lain yang telah ada, terbentuk ataupun sedang berkembang dan tidak timbul pada kondisi penurunan tingkat kesadaran berat, seperti koma.



e. Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium yang mengindikasikan gangguan terjadi akibat konsekuensi fi siologik langsung suatu kondisi medik umum, intoksikasi atau penghentian substansi (seperti penyalahgunaan obat atau pengobatan), pemaparan terhadap toksin, atau karena etiologi multipel.



Penanganan