Design Roda Gigi: Suzuki Carry [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RANCANGAN ELEMEN MESIN II



DESIGN RODA GIGI SUZUKI CARRY DAYA (P)



:



PUTARAN (n) :



84 PS 5700 rpm



Oleh : SWARDI LEONARDO SIBARANI



13320001



PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN



MEDAN 2015 1



RANCANGAN ELEMEN MESIN II



DESIGN RODA GIGI SUZUKI CARRY DAYA (P)



:



84 PS



PUTARAN (n) : 5700 rpm



Oleh : SWARDI LEONARDO SIBARANI



13320001



Ketua Prodi



Ir. Sibuk Ginting, MSME



Dosen Pembimbing



Ir . Suriady Sihombing, MT



2



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehata kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas rancangan ini. Dalam menjalankan kurikulum serta memenuhi kewajiban saya sebagai mahasiswa Prodi Mesin Universitas HKBP Nommensen, maka saya harus memenuhi tugas yang diberikan untuk merancang ulang roda gigi transmisi pada kendaraan roda empat yaitu “SUZUKI CARRY” dengan spesifikasi sebagai berikut : Daya Maksimum



: 84PS



Putaran



: 5700 Rpm



Saya menyadari bahwa tugas ini masih butuh perbaikan, untuk itu saya menerima komentar dan saran dari Dosen pembimbing yang sifatnya membangun daya pikir demi kelancaran dan kesempurnaan tugas ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Ir.Suriady Sihombing,MT selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya. Akhir kata, semoga tugas ini dapat menjadi pedoman dan perbandingan untuk tugas-tugas yang sejenisnya.



Medan, 9 Desember 2015 Penulis



Swardi L. Sibarani



3



BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Munculnya roda gigi dalam bidang teknik dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan akan suatu alat atau elemen mesin yang dapat dipergunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros keporos yang lainnya. Karena adanya daya dan putaran dari poros yang satu keporos yang lain dengan menggunakan roda gigi maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi roda gigi tersebut yakni : -



Harus cukup kuat menahan beban,gesekan,panas,tahan terhadap keausan dan kelelahan. Sudut gesek antara roda gigi yang satu dengan yang lainnya harus sedemikian rupa, sehingga gesekan yang dihasilkan dapat seminimal mungkin.



Kemudahan dan kesederhanaan dalam proses pembuatannya menjadi syarat utama agar dapat diproduksi dengan harga yang lebih rendah. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas cara merancang roda gigi transmisi pada kendaraan SUZUKI CARRY.



I.2. TUJUAN PERENCANAAN Tujuan dari perancangan roda gigi transmisi ini adalah : -



Merancang bagian – bagian dari roda gigi transmisi pada jenis kendaraan roda empat dengan spesifikasi : Daya maksimum : 84 Ps Putaran



-



: 5700 Rpm



Mengadakan pemeriksaan terhadap hasil perhitungan apakah konstruksi yang dirancang dapat dikatakan aman terhadap masalah-masalah yang timbul. Menentukan cara kerja roda gigi transmisi. Menentukan ukuran-ukuran pada komponen transmisi roda gigi secara universal.



4



I.3. Nomenclatur Roda Gigi



Keterangan gambar : 1. Lingkaran kepala (dK) 2. Lingkaran jarak bagi (dn) 3. Tebal gigi (te) 4. Lebar gigi (b) 5. Tinggi kepala (hf) 6. Tnggi kaki (hK) 7. Jarak bagi lngkaran (t) 8. Lingkara kaki (d) 9. Jari-jari fillet



t= Modul (m) =



... lit. 1, hal. 214 ... lit. 1, hal. 214



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Roda Gigi Jika dua buah roda yang berbentuk silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada kelilingnya dan salh satu roda diputar maka roda yang lain akan ikut berputar pula. Alat yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya tersebut disebut dengan roda gesek. Cara ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat. Guna mentransmisikan daya yang besar dan putaran yang tepat tiidak dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk itu kedua roda tersebut harus dibuat bergigi pada sekeliling roda sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda saling berkait. Roda gigi semacam ini yang dapat berbentuk silinder atau kerucut disebut dengan roda gigi.



2.2. Klasifikasi Roda Gigi 1. Roda gigi lurus Roda gigi lurus pada gambar 2.1 berfungsi untuk memberikan daya antara dua poros yang sejajar dengan sebuah perbandingan kecepatan sudut (angular) yang konstan. Roda gigi merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros, dimana roda gigi ini sejajar dengan poros dengan dua silinder atau bidang jarak bagi dan kedua bidang silinder bersinggungan dan berputar pada roda gigi yang lain dengan sumbu tetap sejajar.



6



2. Roda Gigi Miring Roda gigi miring pada gambar 2.2. dibuat sejajar poros silinder namun mempunyai sudut kemiringan (Helix Angle). Pada roda gigi ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga perpindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk menstransmisikan putaran tinggi dan beban besar.



Gambar 2.2 Roda gigi miring 3. Roda Gigi Miring Ganda Dalam hal roda gigi miring ganda pada gambar 2.3 gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar.



7



Gambar 2.3 Roda gigi miring ganda 4. Roda Gigi Dalam dan Pinyon Roda gigi dalam pada gambar 2.4 dipakai jika diinginkan alat trasmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena pinion terletak di dalam roda gigi.



Gambar roda gigi dalam dan pinyon 5. Roda Gigi Kerucut Lurus Roda gigi Kerucut Lurus pada gambar 2.5 dengan gigi lurus adalah paling mudah dibuat dan paling sering dipakai, tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Roda gigi ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sudut pitehnya, walaupun roda gigi ini 0



dapat dibuat untuk 90 , roda gigi ini biasanya dibuat untuk semua ukuran sudut. Gigi-giginya biasanya dituang, dimiling (dibentuk).



8



Gambar 2.5 Roda gigi kerucut lurus



6. Roda Gigi Kurucut Spiral Roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang besar dan dapat meneruskan putaran 0



tinggi dan besar. Sudut poros kedua gigi ini biasanya dibuat 90 . Bentuk dari pada roda gigi ini dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah ini.



Gambar 2.6 Roda gigi kerucut spiral 7. Roda Gigi Cacing Roda gigi mampu memindahkan daya dan putaran yang tinggi pada Kedua Poros yang tidak berpotongan (tegak lurus). Batang Penggerak mempunyai jenis ulir yang dipasang pada sebuah roda gigi dan biasanya disebut roda gigi cacing yang terlihat pada gambar 2.7 di bawah ini. Roda gigi ini terdiri dari dua jenis, yaitu : a) Roda gigi cacing silindris b) Roda gigi cacing globoid



9



Gambar 2.7. Roda gigi cacing 8. Pada gigi Hipoid Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang Kerucut yang sumbunya bersilang. Dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Bentuk roda gigi ini dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini.



Gambar 2.8. Roda gigi hipoid Roda gigi yang tidak disebutkan sebelumnya. Semuanya mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua proses. Tetapi disamping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, seperti misalnya roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong seperti pada meteran air, dan sebagainya. Ada juga roda gigi dengan putaran yang terputus-putus pada proyektor bioskop. 2.3. Nama-Nama Bagian Roda Gigi dan Ukurannya. Nama-nama bagian utama roda gigi dapat dilihat pada gambar 2.9 di bawah ini :



10



Gambar 2.9. Nama-nama bagian roda gigi



Keterangan gambar di atas sebagai berikut : 1. Diameter jarak bagi (d dalam mm) adalah lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. 2. Ukuran gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkar (t dalam mm) yaitu jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan. Jika jumlah roda gigi adalah z maka :



t = .d z



Modul adalah hasil bagi diameter dengan jumlah gigi :



d



m= z



Hubungan modul dan jarak bagi lingkar adalah : 11



t = .m



3. Jarak bagi diametral adalah jumlah gigi per inchi diameter jarak bagi lingkar. Dp =



z d (dala min chi)



Sehingga hubungan modul dan DP adalah :



m = 25.4 Dp



4. Pada roda gigi luar, bagian gigi diluar lingkaran jarak bagi disebut kepala dan tingginya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama dengan modul dalam mm atau 1/DP dalam inchi h kepala



= m (mm)



h kepala



= 1/DP (mm)



5. Bagian gigi disebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki dan tingginya disebut tingi kaki atau dedendum yang besarnya : h kaki = m + CK (mm) h kepala



= 1 + CK (mm) 4



6. CK adalah Kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran Kepala dan lingkaran kaki dari gigi pasangannya.



12



7. Pada lingkaran diameter jarak bagi terdapat tebal gigi dan celahnya yaitu setengah jarak bagi lingkar.



1



n .m



b= 2 2



(mm)







= 2. Dp (inchi )



8. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak bagi. Sudut yang dibentuk garis normal pada Kurva bentuk profil pada jarak bagi dengan garis Singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi) disebut sudut tekanan. Roda gigi yang mempunyai sudut tekanan yang sama besar serta proporsinya seperti diuraikan diatas disebut roda gigi standar. Roda gigi ini dapat saling bekerja sama tanpa dipengaruhi oleh jumlah giginya. Sehingga dapat pula disebut roda gigi yang dapat dipertukarkan.



2.4. Perbandingan Putaran dan Perbandingan Roda Gigi Jika perputaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan N1 (rpm) pada poors penggerak N2 (rpm) pada poros yang digerakkan diameter jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dan jumlah gigi Z1 dan Z2, maka perbandingan putaran adalah : n



u= n1 m.z2



2







d



1







m.z



1







z



1



d2 z2 i



Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap roda gigi 1 (penggerak / pinyon). Pada roda gigi lurus standar i = 4 – 5 atau hingga 7 jika dengan perubahan Kepala. Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk reduksi jika U < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika U > 1 atau i< 1. 13







1



Jarak antara sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dapat dinyatakan sebagai berikut :



a=



d



1



 d



2 =



=



2







m(z



1



 z ) 2



2



2q 1 i 2.a.i 1i



14



BAB III 3.1. SKETSA GAMBAR RODA GIGI TRANSMISI



15



Keterangan gambar : 1. Poros Input 2. Roda Gigi A 3. Sinkron III 4. Roda Gigi D 5. Roda Gigi E 6. Tuas Penggerak Poros Sinkron 7. Sinkrone I 8. Roda Gigi G 9. Roda gigi K 10. Sinkron III 11. Roda Gigi L 12. Bantalan Radial 13. Baut Pengikat Gearbox 14. Poros Output 15. Roda Gigi B 16. Roda Gigi C 17. Roda Gigi F 18. Roda Gigi H 19. Roda Gigi I 20. Roda Gigi J 21. Roda Gigi M 22. Poros Counter



16



3.2. CARA KERJA RODA GIGI TRANSMISI 



Pada saat transmisi dalam keadaan netral, semua sinkron pada kedudukan semula. Sehingga putaran langsung dari poros input ke poros counter.







Pada tingkat kecepatan I, tuas sinkrone I akan menggerakkan sinkrone menuju roda gigi G, sehingga putaran dari poros input diteruskan ke roda gigi A – roda gigi B – poros counter – roda gigi H – roda gigi G – poros output.







Pada tingkat kecepatan II, tuas sinkrone I akan menggerakkan sinkron menuju roda gigi E, sehingga putaran dari poros input diteruskan ke roda gigi A – roda gigi B – poros counter – roda gigi F – roda gigi E – poros output.







Pada tingkat kecepatan III, tuas sinkrone II akan menggerakkan sinkron menuju roda gigi D, sehingga putaran dari poros input diteruskan ke roda gigi A – roda gigi B – poros counter – roda gigi C – roda gigi D – poros output.







Pada tingkat kecepatan IV, tuas sinkrone akan menggerakkan sinkron menuju roda gigi A, sehingga putaran dari poros input diteruskan ke roda gigi A dan diteruskan langsung ke poros output.







Pada tingkat kecepatan V, tuas sinkrone III akan menggerakkan sinkron menuju roda gigi L, sehingga putaran dari poros input diteruskan ke roda gigi A – roda gigi B – poros counter – roda gigi M – roda gigi L – poros output.







Pada kecepatan mundur, tuas sinkrone III akan menggerakkan sinkrone menuju roda gigi K, sehingga putaran dari poros input akan diteruskan ke roda gigi A – roda gigi B – poros counter – roda gigi I – kemudian putaran dibalikkan oleh roda gigi J selanjutnya diteruskan keroda gigi L – poros output.



17



BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMERIKSAAN UKURAN UTAMA



IV.1. POROS INPUT IV.1.1. Definisi Poros Input Poros merupakan salah satu komponen mesin, namun yang akan dibahas di sini adalah poros input yang merupakan sumber dari putaran dan daya pada sistem transmisi. IV.1.2. Perhitungan Poros Daya (P)



= 84 PS



Putaran (n) = 5700 rpm Bila suatu batang poros berputar, maka poros mengalami momen puntir, maka: Pd = fc . P



(KW)



…..lit 1 hal 7



Dimana : Pd = Daya Rencana fc = faktor koreksi P = Daya nominal output mesin Jika daya dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk daya dalam satuan KW. Jadi : P = 84 PS x 0,735 = 61,74 KW



18



Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start, dengan demikian sering kali diperlukan faktor koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan. Tabel 2.1. Faktor koreksi daya Daya yang akan ditransmisikan



fc



Daya rata-rata yang diperlukan



1,2 – 2,0



Daya maksimum yang diperlukan



0,8 – 1,2



Daya normal



1,0 – 1,5



Jika fc yang dipilih = 2,0 untuk pemakaian daya rata-rata Maka : Pd = fc . P = 1,5 . 61,74 KW = 92,61 KW Jika T = Moment Puntir atau Moment Rencana (kg.mm) Maka : 5 Pd T  9,74 .10 . n lit 1 hal 7 5 92,61 T 9,74 . 10 . 5700 T  15824,94 Kg . mm



Batas kelelahan puntir 18% dari kekuatan tarik ( b ). Jika bahan poros yang dipakai adalah batang baja yang difinis dingin S 45 C. 2



Maka kekuatan tarik ( σb ) = 60 kg/mm . Tabel 2.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difins dingin untuk poros.



19



Standar dan Macam



Lambang



S30C karbon S35C



Baja



Perlakuan Panas



Kekuatan Tarik



Penormalan -



48 52



Keterangan



kontruksi



S40C



-



55



mesin



S45C



-



58



(JIS G 4501)



S50C



-



62



S55C



-



66



S35CD



-



53



Ditarik



Baja



karbon



yang



difinis S45CD



-



60



dingin,digerenda, dibubut atau



S55CD



-



72



gabungan



dingin



antara



hal-hal tersebut Sehingga τa dapat di hitung. τa 



τb



dimana : sf1 = 6 untuk faktor keamanan bahan S-C (baja



sf sf 2 1.



karbon)



τa  60 kg mm 2 6x2 τa  5,0 kg mm 2



sf2 = (1,3 ÷ 3,0) faktor kekasaran permukaan. Dan diambil adalah 2 untuk pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar.



Tabel 2.3. Diameter poros 4



10



(Lit. 1 hal. 9) *22,4 24



40



100



*224



(105)



240



400



20



11



4,5



5



*5,6



25



*11,2



28



12



30



*12,5



14



42



45



*31,5



48



32



50



35



55



*35,5



56



(15) 6



16



38



60



(17) *6,3



18



110



250



420



260



440



*112



280



450



120



300



460



*315



480



125



320



500



130



340



530



140



*355



560



150



360



160



380



170 63



180



19



190



20



200



22



600



65



7



70



*7,1



71



630



220



75 8



80



21



85 9



90 95



Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standard. 2. Bilangan di dalam kurung hanya untuk bagian di mana akan dipasang bantalan gelinding.



Diameter Poros [ds] 5,1 ds  



 τa







13



.kt.cb.T







lit 1 hal 8



Dimana : kt = (1,0 ÷ 1,5) jika terjadi sedikit kejutan dan tumbukan dan kt yang dipilih 2. Cb = 1,5 jika tidak terjadi pembebanan lentur. Maka : 5,1 ds  



 5,0



 x 2 x 1,5 x 15824,94



ds  48424,31



1



3







1



3



ds  35,45 mm Berdasarkan tabel diatas maka diameter poros adalah ds = 35 mm.



22



Untuk menghitung tegangan geser ( ) digunakan rumus : τ  5,1.T ds3 τ



lit 1 hal 7



 5,1 x 15824,94 kg.mm (35 mm) 3



τ



 80707,2 kg.mm 42875 mm 3



τ



 1,88



kg



mm 2



Untuk menghitung panjang poros yang digerakkan pada kopling digunakan rumus : θ584



T.L G.ds4



lit 1 hal 7



Dimana :



θ = 0,25 atau 0,3 (defleksi puntir). 3



2



G = 8,3 x 10 kg/mm (modulus geser baja). Maka : L  G.ds4 .θ 584.T L



 8,3.103 kg mm 2 x (35 mm) 4 x 0,2



584 . 15824,94 kg.mm L  269 mm



23



Untuk menghitung tegangan lentur (σ)



  



10,2 . T ds3



lit 1 hal 12



 10,2 . 15824,94 kg.mm (35 mm) 3







 161414,38 kg.mm 42875 mm 3







 3,76



kg



mm 2



IV.1.3. Pemeriksaan Kekuatan Poros A.



Terhadap Tegangan Geser



Syarat aman : τa  τ Maka : 5



kg



mm 2 > 1,81



kg



mm 2



Dengan demikian poros input dinyatakan aman terhadap tegangan geser. B.



Terhadap Tegangan Lentur



syarat aman : σa > σ



Bahan Gandar



Tegangan yang diperbolehkan, 2 σa' (kg/mm )



Kelas 1



10,0



24



Kelas 2



10,5



Kelas 3



11,0



Kelas 4



15,0



2



2



Jika bahan yang dipilih adalah kelas 1 maka σa = 10 kg/mm , dan σ = 7,52 kg/mm . Sehingga: 2



10 kg/mm > 3,76 kg/mm



2



Dengan demikian poros input dinyatakan aman terhadap tegangan geser.



IV.2. POROS COUNTER IV.2.1. Definisi Poros Counter Poros Counter merupakan salah satu poros pada sistem transmisi yang berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari poros input ke roda gigi percepatan. IV.2.2. Perhitungan Poros Counter Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh harga daya rencana (Pd) sebesar 92,61 KW dan putaran 5700 rpm, dengan perbandingan gigi = 4,875. Maka di dapat putaran poros counter : U nA



lit. 1 hal 216



n B



Dimana : U = Perbandingan putaran. nA = Putaran poros penggerak. 25



nB = Putaran poros yang digerakkan 0,722  5700 rpm nB n  5700 rpm B



4,875



n B  1169,23 rpm Maka di dapat momen puntir (T) :



5 Pd



T  9,74 . 10 .



5



T 9,74 . 10 .



n 92,61 B



1169,23rpm



T  77146,61 Kg . mm Jika bahan poros yang dipakai adalah batang baja yang difinis dingin S 45 C-D. 2



Maka kekuatan tarik ( σb ) = 60 kg/mm . Sehingga τa τa  τa



τb



sf1.sf2  60 kg mm 2 3x2



τa  10 kg mm 2



Diameter Poros Counter [ds] 5,1 ds  



ds  



 τa 5,1



 .kt.cb.T



1



3







 x 2, x 1,5 x 15824,94



6 ds  28,92 mm



1



3







Berdasarkan tabel diameter sebelum yaitu tabel 2.3 maka diameter poros counter adalah ds = 28 mm. 26



Untuk menghitung tegangan geser ( ) digunakan rumus : τ



 5,1.T ds3



τ



 5,1 x 15824,94 kg.mm (28 mm) 3



τ



kg



 3,67



mm 2



Untuk menghitung panjang poros yang digerakkan pada kopling digunakan rumus : θ



 584



T.L G.ds4



Maka : L  G.ds4 .θ 584.T L



 8,3.103 kg mm 2 (28 mm) 4 0,3



584 . 15824,94 kg.mm L  221,2 mm Untuk menghitung tegangan lentur (σ)



  10,2.T a



ds3 



 10,2 x 15824,94 kg.mm (35 mm) 3







 3,75



kg



mm 2



27



IV.2.3. Pemeriksaan Kekuatan Poros Pemeriksaan Terhadap Tegangan Geser Syarat aman : τa  τ Maka : 10



kg



mm 2 > 3,75



kg



mm 2



Dengan demikian poros counter dinyatakan aman terhadap tegangan geser.



IV.3. POROS OUTPUT IV.3.1. Definisi Poros Output Poros Output merupakan salah satu poros pada sistem transmisi yang berfungsi meneruskan tenaga putar dari roda gigi ke poros propeller.



IV.3.2. Perhitungan Poros Output Pada poros output, putaran bervariasi setiap tingkat kecepatan. Untuk menghitung torsi maka putaran yang diambil adalah putaran terbesar yaitu pada kecepatan V. Perbandingan kecepatan V pada spesifikasi adalah 0,855 maka untuk memperoleh putaran pada tingkat kecepatan V digunakan rumus : U nA



lit. 1 hal 216



n B



Dimana : U = Perbandingan putaran. nA = Putaran poros penggerak. 28



nB = Putaran poros yang digerakkan



0,855  5700 rpm nB n  5700 rpm B



0,855



n B  6666,66 rpm



Maka di dapat momen puntir (T) : 5 Pd T  9,74 . 10 .



n



T  9,74 . 105 .



92,61



6666,66 T  13530,33 Kg . mm Jika bahan poros yang dipakai adalah batang baja yang difinis dingin S 45 C-D. 2



Maka kekuatan tarik ( σb ) = 60 kg/mm . Sehingga : τa  τa



τb



sf1.sf2  60 kg mm 2 6x2



τa  5,0 kg mm 2



Diameter Poros Output [ds] 5,1 ds  



 τa



 .kt.cb.T



1



3







29



 5,1 ds  



 x 2 x 1,5 x 13530,33



 7,69 ds  34,59 mm



1



3







Berdasarkan tabel diameter sebelum yaitu tabel 2.3 maka diameter poros output adalah ds = 35 mm.



Untuk menghitung tegangan geser ( ) digunakan rumus : τ



 5,1.T ds3



τ



 5,1 x 13530,33 kg.mm (35mm) 3



τ



 1,61



kg



mm 2



Untuk menghitung panjang poros yang digerakkan pada kopling digunakan rumus : θ



 584



T.L G.ds4



Maka : L  G.ds4 .θ 584.T L



 8,3.103 kg mm 2 (35mm) 4 0,3



584 x 13630,33 kg.mm L  402,87mm



30



Untuk menghitung tegangan lentur (σ)



  10,2.T a



ds3 



 10,2 x 13530,33 kg.mm (35mm) 3







 3,21



kg



mm 2



2.1.3. Pemeriksaan Kekuatan Poros A.



Terhadap Tegangan Geser



Syarat aman : τa  τ Maka : 5,0



kg



mm 2 > 1,61



kg



mm 2



Dengan demikian poros output dinyatakan aman terhadap tegangan geser. B.



Terhadap Tegangan Lentur



syarat aman : σa > σ 2



2



Jika bahan yang dipilih adalah kelas 1 maka σa = 10 kg/mm , dan σ = 3,21 kg/mm . Sehingga: 2



10 kg/mm > 3,21 kg/mm



2



Dengan demikian poros output dinyatakan aman terhadap tegangan geser.



31



IV.4. RODA GIGI IV.4.1. Defenisi Roda Gigi Roda gigi yang dibahas disini adalah roda gigi pada sistem transmisi. Roda gigi transmisi berfungsi untuk meneruskan dan mengubah besarnya daya dan putaran dari poros input hingga poros output. IV.4.2. Perhitungan Roda Gigi Sesuai dengan spesifikasi tugas rancangan pada kendaraan “SUZUKI CARRY 84 PS” dengan : Daya



:84PS



Putaran



: 5700 rpm



Dari spesifikasi diperoleh perbandingan kecepatan atau tingkat kecepatan yaitu : Kecepatan I Kecepatan II



: 3,579 : 2,094



Kecepatan III



: 1,530



Kecepatan IV



: 1,000



Kecepatan V



: 0,855



Reverse



: 3,727



Perbandingan Gigi Akhir



: 4,875



Maka dari data tersebut didapat putaran poros counter yaitu :



n



U



A



32



4,875  5700 rpm nB n  5700 rpm B



4,875



n B  1169,23 rpm Dalam perancanaan ini dipergunakan roda gigi lurus dengan jarak sumbu poros output dengan poros counter (a) = 150 mm a  dA  dB 2



… lit 1 hal 216



Untuk mendapatkan nilai dA dapat dipergunakan rumus yaitu : dA  2.a 1i dA  2.a



lit 1 hal 216



1 i dA  2.80 11,721 dA  58,8 mm



Dimana : i = ratio gigi (i > 1)



Untuk mencari diameter dB digunakan rumus : dB  2.a .i 1i 2.80.1,721 dB  1 1,721 dB  101,2 mm



lit 1 hal 216



33



2.4.2.1.



Perhitungan Roda gigi A dan B



Roda gigi A dihubungkan dengan roda gigi B dimana roda gigi A terletak pada poros penggerak yang merupakan poros input dan roda gigi B terletak pada poros counter yang merupakan daya output.



1.



Perhitungan Roda Gigi A Dari perhitungan sebelumnya diameter roda gigi A (dA) adalah 58,8 mm dan harga modul



(m) = 4 diambil dari tabel 2.5 harga modul dibawah ini.



34



Tabel 2.5 Harga modul standar (JIS B 1701-1973)



(satuan: mm)



Seri



Seri



Seri



Seri



Seri



Seri



ke-1



ke-2



ke-3



ke-1



ke-2



ke-3



0,1



3,5 0,15



4



4,5



0,25



5



5,5



0,35



6



7



0,3



0,45



8



9



0,4



0,55



10



11



0,5



0,7



12



14



0,6



0,75



16



18



0,8



0,9



20



22



25



28



0,2



0,65 1



1,75



32



36



1,25



2,25



40



45



1,5



2,75



50



3,75



6,5



2



2,5



35



Keterangan :



3



Dalam



3,25



pemilihan utamakan seri ke-1 ; jika terpaksa baru dipilih



dari



segi ke-2 dan ke-3



maka jumlah gigi ZA adalah



ZA  dA m ZA  58,8



lit 1 hal 214



4 ZA  15 buah







Untuk menghitung kelonggaran puncak



Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4



lit 1 hal 219



Ck = 1 mm



36







Untuk menghitung diameter luar roda gigi



dkA = (ZA + 2).m



lit 1 hal 219



dkA = (15 + 2). 4 dkA= 68 mm







Untuk menghitung tinggi gigi



H = 2.m + Ck



lit 1 hal 219



H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi (b)



b = (6 – 10). M



lit 1 hal 240



b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung tinggi kaki



hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4



lit 1 hal 219



hf = 5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



t  π.dA ZA t  3,14 x 58,8 15 t  12,308 mm



lit 1 hal 214



37







Tebal gigi



te  π.m 2 te  3,14.4 2 te  6,28mm



lit 1 hal 219



Untuk factor gigi (Y) dapat dilihat pada table 2.6 Z = 25 buah



Table 2.6 faktor bentuk gigi. Jumlah gigi



Y



Z



Jumlah gigi



Y



z



10



0,201



25



0,339



11



0,226



27



0,349



12



0,245



30



0,358



13



0,261



34



0,371



14



0,276



38



0,383



15



0,289



43



0,396



16



0,295



50



0,408



17



0,302



60



0,421



18



0,308



75



0,434



38



19 20



0,314 0,320



100 150



0,446 0,459



21



0,327



300



0,471



23



0,333



Batang gigi



0,484



Maka didapat faktor bentuk gigi (Y) = 0,339







Untuk menghitung diameter lingkaran jarak bagi db1  2.ZA.a (ZA  ZB) db  2 x 15 x 80



…. Lit 1 hal 234



(15  25) db1  60 mm 1



Jika diameter jarak bagi adalah db1 = 120 mm, maka kecepatan keliling v(m/s) Pada lingkaran jarak bagi yang mempunyai putaran n1 = 2900 rpm adalah



V



π.db n 1



60x1000



V  3,14. 60. 5700



lit 1 hal 238



60000 V  17,92



m



s 39







Untuk menghitung besar gaya tangensial pada roda gigi (Ft) Ft  102.Pd V Ft  102 x 92,61



lit 1 hal 238



17,92 Ft  527,13kg







Faktor dinamis 6 fv  6v 6 fv  6  21,47 fv  0,022



lit 1 hal 240



Untuk menentukan besar beban lentur yang diizinkan dan besar permukaan yang diizinkan persataun lebar, kita harus menentukan terlebih dahulu bahan dari roda gigi A tersebut kemudian kekuatan tarik ( B), kekerasan permukaan gigi (HB), tegangan lentur yang diizinkan ( a). Untuk mendapatkan hasil dari bahan tersebut dapat dilihat pada table 2.7 berikut : Table 2.7 Tegangan lentur yang diizinkan



a



pada bahan roda gigi.



Kekuatan Kelompok



Tegangan lentur



Lambang Tarik



Bahan



Kekerasan



Bahan



B 2



(kg/mm )



(brinell) HB



Yang diizinkan a(kg/mm



Besi cor



FC 15



15



140-160



7



FC 15



20



160-180



9



2



)



40



FC 15 FC 15



25 30



180-240 190-240



11 13



SC 42



42



140



12



SC 46



46



160



19



SC 49



49



190



20



Baja karbon



S25C



45



123-183



21



Untuk konstruksi



S35C



52



149-207



26



mesin



S45C



58



167-229



30



Baja cor



Dari tabel tersebut kita pilih bahan dengan lambang S 45 C sehingga didapat : Kekuatan tarik (



BA)



= 58 kg/mm



2



-



Kekerasan permukaan sisi gigi (HBA)



-



Tegangan lentur yang diizinkan (



aA)



= 200 = 30 kg/mm



2



Permeriksaan Roda Gigi A Pemeriksaan roda gigi A terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaA  σbA 30



kg







Ft



…lit 1 hal 239



b.m.Y  527,13 30 kg 2 24.4.0,289 mm kg kg mm 2 30 > 19,002 mm 2 mm 2



41



Dengan demikian roda gigi A aman terhadap tegangan lentur.



2.



Perhitungan Roda Gigi B Dari perhitungan sebelumnya diameter roda gigi B (dB) adalah 200 mm dan harga modul (m) = 4.



 maka jumlah gigi ZB adalah dB m 101,2 ZB  4 ZB 



ZB  25 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Untuk menghitung diameter luar



roda gigi dkB = (ZB + 2).m dkB = (25 + 2). 4 dkB= 108 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm 42







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dB



t  ZA



t  3,14 x 101,2 15 t  21,2 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZB . a 1 (ZA  ZB) db  2.25.80 1



(15  25)



db1  100 mm 43







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi π.db n



V



1



60x1000 V  3,14.100. 5700 60000 V  29,83







m



s



Faktor dinamis



 Besar gaya tangensial fv 



6 6 V 6 fv   0,16 6 29,83



Ft  102.Pd V



Ft  102.92,61 29,83 Ft  316,66 kg Pemeriksaan Roda Gigi B Pemeriksaan roda gigi B terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaB  σbB 26 26



kg kg



26 kg







Ft



…lit 1 hal 239



b.m.Y 316,66  mm 2 24 . 4 . 0,339 mm 2



> 17,89



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi B aman terhadap tegangan lentur.



44



2.4.2.2. KECEPATAN I



Pada tingkat kecepatan I daya dan putaran dari poros input akan diteruskan keroda gigi A dan diteruskan keroda gigi B keporos counter – roda gigi G – roda gigi H – keporos output. Perbandingan kecepatan I adalah 5,380 maka untuk memperoleh putaran gigi G maka digunakan rumus : n H  3,579 n n



G







n



G



 5700



3,579



G



3,579



Untuk mendapatkan diameter roda gigi H dan G adalah : * dH 



2.80 1  3,579



dH  4,579



160



dH  39mm * dG



 2.80.3,579 1  3,579



dG  2 . 80 . 3,579 1  3,579



dG 



572,64



4,579



dG  121mm



45



1. Perhitungan Roda Gigi H Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZH adalah :







maka jumlah gigi ZH adalah



dH m 39 ZH  4 ZH 



ZH  10 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkH = (ZH + 2).m dkH = (10 + 2). 4 dkH = 48 mm







Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm 46







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dH



t  ZH



t  3,14 x 39 10 t  12,2 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZH . a 1 (ZH  ZG) db  2.10.80 (10  30) db1  36mm 1







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi V



π.db n 1



60x1000



V  3,14. 36. 5700 60000 V  11



m



s 47







Faktor dinamis 6 fv  6 V 6  0,35 fv  611



Bahan yang digunakan pada roda gigi H adalah bahan dengan lambanag S 45 C maka dari tabel 2.7 didapat : -



Kekuatan tarik (σbH) = 58 kg/mm



-



Kekerasan permukaan sisi gigi (HBH) = 200



-



Tegangan lentur yang diizinkan (σaH) = 30 kg/mm



-



KH untuk HBH = 200 adalah 0,053







2



2



Besar gaya tangensial



Ft  102.Pd  102 92,61  558,7kg V 11 Pemeriksaan Roda Gigi H Pemeriksaan roda gigi H terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaH  σbH



30 kg







Ft



b.m.Y 558,7  30 kg mm 2 24 . 4 . 0,201 30 kg



mm 2



> 27,93



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi H aman terhadap tegangan lentur



1. Perhitungan Roda Gigi G 48



Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZG adalah :







ZG 



maka jumlah gigi ZG adalah



dG



m 121 ZG  4 ZG  30 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkG = (ZG + 2).m dkG = (30 + 2). 4 dkG = 128 mm







Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4







b = 24 mm Untuk menghitung tinggi kaki 49



hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



t  ZG



.dG



t  3,14 x 121 30 t  12,6 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZG . a 1 (ZH  ZG) db  2.57.150 (35  57) db1  185,87mm 1







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi V



π.db n 1



60x1000



V  3,14.120. 5700 60000



V 



 35,79



m



s



Faktor dinamis 6 fv  6 V 6 fv   0,14 6 35,79



50



Bahan yang digunakan pada roda gigi G adalah bahan dengan lambanag S 45 C maka dari tabel 2.7 didapat : -



Kekuatan tarik (σbG) = 58 kg/mm



-



Kekerasan permukaan sisi gigi (HBG) = 200



-



Tegangan lentur yang diizinkan (σaG) = 30 kg/mm



-



KH untuk HBG = 200 adalah 0,053







2



2



Besar gaya tangensial



Ft  102.Pd V



Ft 102 . 92,61  3650,58



35,79 Ft  263,93 kg



35,79



Pemeriksaan Roda Gigi G Pemeriksaan roda gigi G terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaG  σbG



30 kg







Ft



b.m.Y 263,93  30 kg mm 2 24 . 4 . 0,358 30



mm 2



kg



> 7,68



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi G aman terhadap tegangan lentur.



IV.4.2.3. KECEPATAN II 51



Pada tingkat kecepatan II daya dan putaran dari poros input akan diteruskan keroda gigi A dan diteruskan keroda gigi B keporos counter – roda gigi F – roda gigi E – keporos output. Perbandingan kecepatan II adalah 2,094 maka untuk memperoleh putaran gigi F maka digunakan rumus : DB + DA = DE + DF ............(1) DB / DA = 1,721



DE/ DF = 2,094



DB = 1,721 DA



DE = 2,094 DF



Lalu dimasukkan ke persamaan (1) 1,721 DA + DA = 2,094 DF + DF



2,721 DA = 3,094 DF DF=(



)(



maka diameter roda gigi E adalah : DE = 160 mm – 51,7 mm



)



DF = 51,7 mm



DE = 108,3 mm



Memperoleh putaran roda gigi E : NB = NF = 1169,23 NF/NE = 2,094 1169,23/nE = 2,094



1. Perhitungan Roda Gigi E 52



Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZE adalah :







ZE 



maka jumlah gigi ZE adalah



dE



m 108,3 ZE  4 ZE  27 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkE = (ZE + 2).m dkE = (27 + 2). 4 dkE = 29 . 4 dkE = 116 mm







Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H =9m







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm 53







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dE



t  ZE



t  3,14 x 128,3 27 t  14,93 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZE . a 1 (ZE  ZF) db  2.27.80 1



(27 13) db1  108 mm







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V







π.db1n 60x1000 V  3,14.108. 558 60000 m Faktor dinamis



V  3,156 s fv  6  V 6 fv   0,33 6  3,15



54



Bahan yang digunakan pada roda gigi E adalah bahan dengan lambanag S 45 C maka dari tabel 2.7 didapat : -



Kekuatan tarik (σbE) = 58 kg/mm



-



Kekerasan permukaan sisi gigi (HBE) = 200



-



Tegangan lentur yang diizinkan (σaE) = 30 kg/mm



-



KH untuk HBE = 200 adalah 0,053







2



2



Besar gaya tangensial



Ft = 102 . Pd/3,15 = 2998 Pemeriksaan Roda Gigi E Pemeriksaan roda gigi E terhadap tegangan lentur dengan syarat aman :



30



30 30



σaE  σbE  Ft kg



kg kg



b.m.Y 2998  mm 2 24 . 4 . 0,364 mm 2



> 7,61



mm



2



kg



Dimana nilai y diperoleh dari interpolasi



mm 2



Dengan demikian roda gigi E aman terhadap tegangan lentur.



2. Perhitungan Roda Gigi F 55



Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZF adalah :







ZF 



maka jumlah gigi ZF adalah



dF



m 51,7 ZF  4 ZF  13 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar



roda gigi dkF = (ZF + 2).m dkF = (13 + 2). 4 dkF = 60 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi 56



b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dF



t  ZF



t  3,14 x 51,7 13 t  12,48 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZF . a 1 (ZE  ZF) db  2.13.80 (13  27) db1  52 mm 1



 V



Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



π.db1n 60x1000 V  3,14. 52.1169



57



60000 



m







Faktor dinamis



fv 



6 6 V 6 fv   0,27 615,97 * Gaya tangensial



fv  102  Pd fv



13,78  102  92,61 



685,5 kg



13,78



Pemeriksaan Roda Gigi F Pemeriksaan roda gigi F terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaF  σbF 30 30 30



kg kg kg







Ft



b.m.Y 685,5  2 24 . 4 . 0,261 mm mm 2



> 27,35



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi F aman terhadap tegangan lentur.



2.4.2.4. KECEPATAN III 58



Pada tingkat kecepatan III daya dan putaran dari poros input akan diteruskan keroda gigi A dan diteruskan keroda gigi B keporos counter – roda gigi C – roda gigi D – keporos output. Perbandingan kecepatan III adalah 1,530 maka untuk memperoleh putaran gigi D maka digunakan rumus : n D



 1,530



nC 1169,23  2,094 nd n D  764rpm



Untuk memperoleh diameter roda gigi adalah DB+DA=DC+DD DB = 1,721 DA



;



DD = 1,530 DC



Maka, * 1,721 DA + DA = 1,530 DE + DC 2,721 DA = 2,530 DC (2,721) (58,8) = 2,530 DC DC = 63,24 mm



* DC + DD= 160 63,24 + DD = 160



DD = 96,76 mm



59



1. Perhitungan Roda Gigi C Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZC adalah :







ZC 



maka jumlah gigi ZC adalah



dC



m



ZC  63,24



4 ZC  16 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar



roda gigi dkC = (ZC + 2).m dkC = (16 + 2). 4 dkC = 18 . 4 dkC = 72 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi



60



b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



t  ZC



.dC



t  3,14 x 63,24 16 t  12,41 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db 1







2 . ZC . a (ZC  ZD)



db1  2.16.80



(16  24)



db1  64 mm







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V  π.db1n 60x1000 V  3,14. 64.1164



61



60000 m







Faktor dinamis



fv 



6 6 V 6  0,60 fv  6 3,91







Gaya tangensial



Ft  102 Pd Dc 102 . 92,61  149,37 Kg fv  63,24



Pemeriksaan Roda Gigi C Pemeriksaan roda gigi C terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaC  σbC 30 30 30



kg kg kg







Ft



b.m.Y  149,37 2 24 . 4 . 0,295 mm mm 2



> 5,27



kg



mm 2



mm 2



Dengan demikian roda gigi C aman terhadap tegangan lentur.



2. Perhitungan Roda Gigi D 62



Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZD adalah :







ZD 



maka jumlah gigi ZD adalah



dD



m 96,76 ZD  4 ZD  24 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkD = (ZD + 2).m dkD = (24 + 2). 4 dkD = 26 . 4 dkD = 104 mm







Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm











Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4 = 24 mm Untuk menghitung tinggi kaki 63



hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dD



t  ZD



t  3,14 x 96,76 24 t  12,6 mm







Tebal gigi



π. m 2



te 



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZD . a 1 (ZC  ZD) db  2.28.80 (24 16) db1  96mm 1



 V



Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi π.db n 1



60x1000 V  3,14. 96. 764 600000



V 



 3,83



m



s



Faktor dinamis 6 fv  6 V 6 fv   0,610 6 3,83



64



 Besar gaya tangensial Ft



 102 Pd Dd



Ft 102 . 92,61



96,76 Ft  97,62 kg



Faktor bentuk gigi diperoleh dari interpolasi y - y1  x - x1 y 2 - y1 x 2 - x1 424 - 23  x - 0,333 25-23 0,339 - 0,333 x  0,336 Pemeriksaan Roda Gigi D Pemeriksaan roda gigi D terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaD  σbD 30 30



kg kg



30 kg







Ft



b.m.Y 97,62  2 24 . 4 . 0,336 mm mm 2



> 3,05



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi D aman terhadap tegangan lentur.



1.4.2.5.



KECEPATAN IV 65



Pada tingkat kecepatan IV daya dan putaran dari poros input akan diteruskan ke roda gigi A dan diteruskan langsung keporos output.Sehingga perbandingan kecepatan IV adalah 1: 1. 2.4.2.6. KECEPATAN V Pada tingkat kecepatan V daya dan putaran dari poros input akan diteruskan keroda gigi A dan diteruskan keroda gigi B keporos counter – roda gigi M – roda gigi L – keporos output. Perbandingan kecepatan V adalah 0,885. maka untuk memperoleh putaran gigi L maka digunakan rumus : NB = nM = 1169,23 rpm n  0,855 M



n  0,855 A



nL 1169,23  0,855 nl n L  1367,5rpm Untuk memperoleh diameter roda gigi adalah



nL 5700  0,855 nl n L  6666,6rpm



DB+DA=DM+DL DB = 1,721 DA



;



DL = 0,855 DM



Maka, * 1,721 DA + DA = 0,855 DM + DM 2,721 DA = 1,855 DM (2,721) (58,8) = 1,855 DC DM = 86,25 mm *



DM + DL = 160 mm 86,25 + DL = 160 mm, DL = 73,75 mm



1. Perhitungan Roda Gigi M Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZM adalah : 66



 ZM 



maka jumlah gigi ZM adalah



dM



m 109 ZM  4 ZM  27 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkM = (ZM + 2).m



dkM = (27 + 2). 4 dkM = 29 . 4 dkM = 116 mm 



Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4







b = 24 mm Untuk menghitung tinggi kaki 67



hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dM



t  ZM



t  3,14 x 86,25 23 t  11,77 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZM . a 1



(ZM  ZL)



db1  2.32.80



(23 18)



db1  7,64 mm







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V  π.db1n 60x1000 V  3,14. 124,88 . 1169 



600000



m



Faktor dinamis



V  7,646 s fv  6  V fv 



6 6  7,64



 0,44 68







Besar gaya tangensial Ft



 102 Pd Dm



Ft 102 . 92,61 86,25



Ft  109,52 kg Pemeriksaan Roda Gigi M Pemeriksaan roda gigi M terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaM  σbM



30 kg



 b.m.Y



Ft



109,52 31,96 kg kg 30 mm 2 > 3,4 mm 2 30



kg



mm 2



mm 2 



Dengan demikian roda gigi M aman terhadap tegangan lentur.



2. Perhitungan Roda Gigi L Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZL adalah :







maka jumlah gigi ZL adalah 69



ZL 



dL



m



ZL  57,27



4 ZL  14 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar



roda gigi dkL = (ZL + 2).m dkL = (14 + 2). 4 dkL = 16 . 4 dkL = 64 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi



70



b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dL



t  ZL



t  3,14 x 73,75 18 t  12,86 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db 1







2 . ZL . a (ZM  ZL)



71



db  2.18.80 1 (23 18) db1  62,44mm







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V



π.db n 1



60x1000 V  3,14. 62,44. 1367,5 600000



V  0,74







m



s



Faktor dinamis



fv 



6 6 V 6  0,77 fv  6 0,74







Besar gaya tangensial



Ft  102 . Pd Dl



Ft 102 . 92,61 73,75 Ft  128kg



Pemeriksaan Roda Gigi L Pemeriksaan roda gigi L terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaL  σbL  Ft 30 mm 2 b.m.Y kg 128  30 mm 2 24 . 4 . 0,308



kg



30



Dengan demikian roda gigi L aman terhadap tegangan lentur. 2.4.2.7.



kg



> 5,1



mm 2



kg



mm 2



KECEPATAN MUNDUR



72



Pada kecepatan mundur daya dan putaran dari poros input akan diteruskan keeroda gigi A – Roda gigi B – poros counter – roda gigi I – kemudian putaran dibalikkan oleh roda gigi J selanjutnya dibalikkan keroda gigi K – poros output. Perbandingan kecepatan mundur adalah 5,380 maka didapat putaran roda gigi I : NB = nI = 1169,23 rpm



n I



n



 4,727



J



1169,23  4,727



nk nk  247,35rpm



Untuk memperoleh diameter roda gigi adalah DB+DA=DK+DI+5 DB = 1,721 DA Maka, *



;



DK = 3,727 DI



2,721 DA = 4,727 DI + 5 (2,721) (58,8) = 4,727 DI + 5 160 = 4,727 + DI + 5 4,727 DI = 155 DI = 39 mm



Maka diameter roda gigi K adalah: *



DI + DK= 164 33 + DD =145 DD = 112 mm



73



1. Perhitungan Roda Gigi I Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZI adalah :







maka jumlah gigi ZI adalah



dI m 33 ZI  4 ZI 



ZI  8 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar



roda gigi dkI = (ZI + 2).m dkI = (8 + 2). 4 dkI = 10 . 4 dkI = 40 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi



74



b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π .dI



t  ZI



t  3,14 x 33 36 t  2,87 mm







Tebal gigi



π. m 2



te 



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZI . a 1 (ZI  ZK) db  2.8.80 (8  29) db1  35 mm 1







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V  π.db1n 60x1000 V  3,14. 35.1169



75



600000 V  0,24 m/s







Faktor dinamis



fv 



6 6 V 6  0,96 fv  6 0,24







Gaya tangensial



ft  102 . Pd Di fv  102 . 92,61  242,21 kg 39 Pemeriksaan Roda Gigi I Pemeriksaan roda gigi I terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaI  σbI 30 30 30



kg kg kg







Ft



b.m.Y 242,21  mm 2 24 . 4 . 0,201 mm 2



> 12,55



mm 2



kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi I aman terhadap tegangan lentur.



2. Perhitungan Roda Gigi J Besarnya modul (m) = 4 dan sudut tekan dari roda gigi 20º maka jumlah gigi ZJ adalah : 76



n I  dJ n J di



1169



 48



ni



 ZJ 



39



maka jumlah gigi J adalah



dJ



m 40 ZJ  4 ZJ  10 buah







Untuk menghitung kelonggaran



puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar



roda gigi dkJ = (ZJ + 2).m dkJ = (12 + 2). 4 dkJ = 14 . 4 dkJ = 56 mm







Untuk menghitung



tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi



77



b = (6 – 10). M b = 6.4 b = 24 mm







Untuk menghitung



tinggi kaki hf = 1,25 . m hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π .dJ



t  ZJ



t  3,14 x 48



12 t  12,56 mm







Tebal gigi



te 



π. m 2



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZJ . a 1 (ZI  ZJ) db  2.12.44 (12 1`0) db1  48mm 1







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi



V  π.db1n 60x1000 V  3,14. 48. 950



78



600000 V  3,97 m/s







Faktor dinamis



fv 



6 6 V 6 fv   0,811 6 0,0,397







Besar gaya tangensial



Ft  102 . Pd Dj



Ft  102 . 92,61 48 Ft  196kg



Pemeriksaan Roda Gigi J Pemeriksaan roda gigi J terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaJ  σbJ 30 30 30



kg kg kg







Ft



b.m.Y 196  mm 2 24 . 4 . 0,245 mm 2



> 23,53



kg



mm 2



mm 2



Dengan demikian roda gigi J aman terhadap tegangan lentur.



3. Perhitungan Roda Gigi K



79



 ZK 



maka jumlah gigi K adalah



dK



m 112 ZK  4 ZK  29 buah 



Untuk menghitung kelonggaran puncak Ck = 0,25 . m Ck = 0,25 . 4 Ck = 1 mm







Diameter luar roda gigi dkK = (ZK + 2).m dkK = (29 + 2). 4 dkK = 31 . 4 dkK = 124 mm







Untuk menghitung tinggi gigi H = 2.m + Ck H=2.4+1 H = 9 mm







Untuk lebar gigi b = (6 – 10). M b = 6.4 = 24 mm







Untuk menghitung tinggi kaki hf = 1,25 . m 80



hf = 1,25 . 4 hf = 4,5 mm







Untuk menghitung jarak bagi lingkaran



π



.dK



t  ZK



t  3,14 x 116 29 t  12,56 mm







Tebal gigi



π. m 2



te 



te  3,14.4



2 te  6,28mm







Diameter lingkaran jarak bagi



db  2 . ZK . a 1 (ZI  ZK) db  2.41.80 (10  41) db1  128,62 mm 1







Kecepatan keliling pada lingkaran jarak bagi V



π.db n 1



60x1000



V  3,14.128,62.1169 360000 V  1,31 m/s



 Faktor dinamis 6 fv  6  V fv 



6  0,82 6 1,31



81







Besar gaya tangensial



Ft  102 Pd Dk Ft  56,90kg







Faktor bentuk gigi untuk ZK = 29 buah y - y1  x - x1



y 2 - y1 x 2 - x1 41- 38  x - 0,383 43-38 00,396 - 0,383 x  0,390 Pemeriksaan Roda Gigi K Pemeriksaan roda gigi K terhadap tegangan lentur dengan syarat aman : σaK  σbK 30 30







kg kg



Ft



b.m.Y 56,90  mm 2 24 . 4 . 0,390 mm 2



30 kg



mm



2



> 2 kg



mm 2



Dengan demikian roda gigi K aman terhadap tegangan lentur.



BAB V BANTALAN 82



5. 1. Defenisi Bantalan Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang menumpu poros terbeban .Sehingga putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman .Bantalan harus kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik . 5. 2. Perhitungan Bantalan 5.2.1. Perhitungan Bantalan pada poros input dan output Pada perhitungan poros input diperoleh diameter poros input (ds) = 35 mm sehingga dengan perencanaan bantalan radial ini adalah bantalan terbuka dengan nomor 6007 dengan data-data dalam table berikut. Table 2.9 ukuran Bantalan Nomor bantalan Jenis terbuka



Dua sekat



Ukuran luar (mm) Dua sekat tanpa kontak



6000



6001 6002 6003 6004 6005 6006 6007 6008 6009 6010



6001ZZ 02ZZ 6003ZZ 04ZZ 05ZZ 6006ZZ 07ZZ 08ZZ 6009ZZ 10ZZ



6001VV 02VV 6003VV 04VV 05VV 6006VV 07VV 08VV 6009VV 10VV



d



D



B



r



Kapasitas



Kapasitas



nominal dinamis spesifik C (kg)



nominal statis spesifik C0 (kg)



10



26



8



0,5



360



196



12 15 17 20 25 30 35 40 45 50



28 32 35 42 47 55 62 68 75 80



8 9 10 12 12 13 14 15 16 16



0,5 0,5 0,5 1 1 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5



400 440 470 735 790 1030 1250 1310 1640 1710



229 263 296 465 530 740 915 1010 1320 1430



83



6200 6201



6200ZZ 01ZZ



6200VV 01VV



10 12



30 32



9 10



1 1



400 535



236 305



6202



02ZZ



02VV



15



35



11



1



600



360



6203



6203ZZ



6203VV



17



40



12



1



750



460



6204



04ZZ



04VV



20



47



14



1,5



1000



635



6205



05ZZ



05VV



25



52



15



1,5



1100



730



6206



6206ZZ



6206VV



30



62



16



1,5



1530



1050



6207



07ZZ



07VV



35



72



17



2



2010



1430



6208



08ZZ



08VV



40



80



18



2



2380



1650



6209



6209ZZ



6209VV



45



85



19



2



2570



1880



6210



10ZZ



10VV



50



90



20



2



2750



2100



6300 6301



6300ZZ 01ZZ



6300VV 01VV



10 12



35 37



11 12



1 1,5



635 760



365 450



6302



02ZZ



02VV



15



42



13



1,5



895



545



6303



6303ZZ



6303VV



17



47



14



1,5



1070



660



6304



04ZZ



04VV



20



52



15



2



1250



785



6305



05ZZ



05VV



25



62



17



2



1610



1080



6306



6306ZZ



6306VV



30



72



19



2



2090



1440



6307



07ZZ



07VV



35



80



20



2,5



2620



1840



6308



08ZZ



08VV



40



90



23



2,5



3200



2300



6309



6309ZZ



6309VV



45



100



25



2,5



4150



3100



6310



10ZZ



10VV



50



110



27



3



4850



3650



84



Dari tabel diperoleh : - Diameter dalam (d)



= 35 mm



-



Diameter luar



(D)



= 62 mm



-



Jari-jari fillet



( r)



= 1,5 mm



-



Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)



= 1250 kg



-



Kapasitas nominal statis spesifik (C0)



= 915 kg



-



Tebal bantalan



(B)



= 14 mm



Maka beban ekivalen dinamis (P) : Pa = X . Fr + YFa Untuk Fr =



…lit 1 hal 137



102.Pd V



Dimana V = kecepatan keliling bantalan



V = .d.n V = 3,14.35mm5700rpm V = 10,44 m/s Maka, Fr =



102.Pd V



102 92,61 Fr =



= 904,81 kg



85



…lit 1 hal 135



Table 2.10 Faktor-faktor V,X,Y dan Xo , Yo Beban putar pd cin cin da lam



Jenis bantalan



Beban putar pd cin cin luar V



ban



Baris tunggal



Baris ganda



e Fa/VFr  e Fa/VFr>e



Fa/VFr>e



X



Y



X



Y



X



Fa/Co = 0,014



talan



= 0,028 = 0,056



bo la alur dala m



= 0,084 = 0,11 = 0,17 = 0,28 = 0,42 = 0,56



1



1,2



 =200



Ban taln Bo la sudut



0



= 25 = 300 = 350 = 400



1



1,2



0,56



1,45



0,43



1,00



0,41 0,39 0,37 0,35



0,87 0,76 0,66 0,57



1



1



Y



X0



2,30



0,19



1,90 1,71



0,22 0,26



1,55



0,28



0,



1,45 1,31 1,15 1,04 1,00



0,30 0,34 0,38 0,42 0,44



6



0



0,56



1,09



0,70



1,63



0,57



0,92 0,78 0,66 0,55



0,67 0,63 0,60 0,55



1,41 1,24 1,07 0,93



0,68 0,80 0,95 1,14



Baris



Baris



tunggal



ganda



Y0



X 0



0, 0,5



6



0,42 0, 5



Y0



0,38 0,33 0,29 0,26



0,5



0,84 1



0,76 0,66 0,58 0,52



faktor V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin dalam yang berputar. Sehingga dari table 2.10 diperoleh x = 0,56 dan Y = 1,45 dan Fa =0 maka Pr = X .V. Fr + Y.Fa Pr = 0,56 . 1 . 904,81 + 1,45.o = 506,7 kg *faktor kecepatan (fn) :



fn =



3



… lit 1 hal 136



33,3 n



86



fn =



3



33,3 5700



fn =



0,18



*faktor umur (fh)



:



… lit 1 hal 136



C fh = fn .



Pr



1250kg



fh = 0,18 .



*Umur nominal (lh)



= 0,444



:



… lit 1 hal 136



lh = 500 (fh)3 lh = 500 (0,44)3 lh = 43,76



87



5.2.1. Perhitungan Bantalan pada poros counter Pada perhitungan poros counter diperoleh diameter poros counter (ds) = 28 mm sehingga dengan perencanaan bantalan radial ini adalah bantalan terbuka dengan nomor 6007 dengan data-data di interpolasi dari tabel berikut. -



Diameter dalam (d) Diameter luar (D)



= 28 mm = 52 mm



-



Jari-jari fillet



= 1,3 mm



-



Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)



= 934 kg



-



Kapasitas nominal statis spesifik (C0)



= 656 kg



-



Tebal bantalan



( r)



(B)



= 112,6 mm



Maka beban ekivalen dinamis (P) : Pr = X .Fr + YFa Untuk Fr =



…lit 1 hal 135



102.Pd V



Dimana V = kecepatan keliling bantalan



V = 3,14  28 5700mm V = 3,14  0,028mm95rps V = 8,35 m/s Maka, Fr =



102.Pd V



102 92,61 Fr =



= 1131,28 kg



88



*faktor kecepatan (fn) :



… lit 1 hal 136



33,3 fn =



3



33,3 fn =



3



fn = 0,18 *faktor umur (fh) fh = fn . C



:



… lit 1 hal 136



Pr fh = 0,18 .



934kg = 0,26 633,5k g



*Umur nominal (lh)



:



… lit 1 hal 136



lh = 500 (fh)3 lh = 500 (0,26)3 lh = 8,788



89



BAB VI HASIL PERHITUNGAN



6.1. Hasil Perhitungan No 1



Nama Bagian Poros



Bahan S45C



2



Roda Gigi



S50C



3



Bantalan Poros Output dan Input



SF40



4



Bantalan Poros Counter



SF40



5



Baut



ST40



Hasil Perhitungan - Diameter poros Input & Output = 35 mm - Panjang poros Input = 150 mm - Panjang poros Output = 340 mm - Lebar Semua Roda Gigi = 18 mm - Diamater Roda Gigi A = 68 mm - Diamater Roda Gigi B = 108 mm - Diamater Roda Gigi C = 72 mm - Diamater Roda Gigi D = 104 mm - Diamater Roda Gigi E = 116 mm - Diamater Roda Gigi F = 60 mm - Diamater Roda Gigi G = 128 mm - Diamater Roda Gigi H = 48 mm - Diamater Roda Gigi I = 40 mm - Diamater Roda Gigi J = 40 mm - Diamater Roda Gigi K = 116 mm - Diamater Roda Gigi L = 64 mm - Diamater Roda Gigi M = 116 mm - Diameter Dalam - Diameter Luar - Lebar Bantalan - Diameter Dalam - Diameter Luar - Lebar Bantalan - Diameter luar - Diameter inti - Jumlah baut



= 35 mm = 62 mm = 14 mm = 28 mm = 52 mm = 12,6 mm = 8 mm = 6,647 mm = 8 buah



Setelah hasil perhitungan tersebut diatas diperoleh, maka dilakukan pemeriksaan keamanan terhadap tegangan yang timbul, ketahanan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan ternyata elemen-elemen tersebut cukup aman, dan dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk konstruksi adalah cukup aman dan siap untuk dipakai pada mesin tersebut.



90



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN



4.1. Kesimpulan Setelah melihat hasil perencanaan dengan teliti serta melalui pemakaian yang digunakan dalam praktek maka dapat diambil kesimpulan : 1. Perencanaan design ini sangat penting artinya bagi setiap mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang diperoleh dengan yang berlaku di lapangan. 2. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, maka perencanaan ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk mendapatkan data-data baru atau rumusan- rumusan yang lebih teliti. 3. Kesempurnaan perencanaan ini juga harus memerlukan waktu yang lebih lama, di samping daya kreasi perencanaan maupun bahan bacaan atau literatur yang lebih banyak dan baik.



4.2. Saran-saran 1. Untuk mengenal dan mengetahui bentuk dan cara kerja transmisi sebaiknya dilakukan survei ke laboratorium atau ke bengkel mobil atau mesin. 2. Dalam hal perencanaan, sebaiknya bahan-bahan yang dipilih harus sesuai dengan standar, agar konstruksinya dapat dipakai sesuai dengan yang direncanakan. 3. Untuk pemilihan bahan-bahan yang dipergunakan, hendaknya ukuran dari bahan tersebut harus berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh. 4. Bagi masyarakat yang menggunakan SUZUKI CARRY 84 PS, hendaknya mengenal dan mengerti cara kerja dari sistem transmisi dan mesin serta dapat memeliharanya atau merawatnya dengan baik. 91



DAFTAR LITERATUR



Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1994, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramita. Creamer, Robert H., 1984, Machine Design, edisi ke 3, USA: Addison – Wesley. Joseph E. Shigley,1991, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penerjemah), Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Moot, Robert L., 2004, Machine Element in Mechanical Design, Edisi ke 4, New Jersey: Prentice Hall. Umar Sukrisno,1984, Bagian-bagian Mesin dan Merencana, Jakarta: Erlangga. Takeshi Sato,G, dan N. Sugiarto Hartanto, 1981, Menggambar Mesin Menurut Standar I.S.O.,Jakarta: Pradya Paramitha. Martin, George H., dan Ir. Setiyobakti (penerjemah), 1982, Kinematika Dan Dinamika Teknik, New Jersey: McGraw Hill.



92