Gastroesophageal Reflux Disease: Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gastroesophageal Reflux Disease



KELOMPOK 6



ANGGOTA KELOMPOK



Rika Mariska



Naurah Sepvania



01021048



01021272



Nawang Sasih 01021144



Ritu Ratu Liu 01021286



DEFINISI Penyakit asam lambung yang satu ini kita kenal dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah penyakit kronis pada system pencernaan lambung. Kondisi ini dapat terjadi Ketika asam lambung naik Kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini terjadi akibat melemahnya sfingter (katup). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan iritasi pada esofagus. Katup yang normal akan terbuka untuk memungkinkan makanan dan minuman masuk menuju ke lambung dan dicerna tubuh. Setelah minuman dan makanan masuk ke lambung katup akan tertutup rapat dan kencang guna untuk mencegah isi lambung dapat naik ke kerongkongan sehingga terjadinya muntah. Namun pada penderita penyakit GERD, katup melemah, sehingga tidak dapat menutup dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkan isi lambung yang terisi makanan dan asam lambung naik ke kerongkongan.



KLASIFIKASI



1. Non erosive reflux Disease (NERD)



2. Erosive esophagitis (EE)



Merupakan jenis gastroesophageal reflux disease yang dimana pada pemeriksaan penunjang tidak ditemukan kerusakan mukosa pada esofagus.



Jenis gastroesophageal reflux disease yang pada pemeriksaan penunjang sepeti endoskopi, ditemukan kerusakan mukosa pada esofagus.



MANIFESTASI KLINIS



Gejala tipikal berupa rasa dada terbakar (heartburn) dan regurgitasi asam yang dimana memiliki spesifitas tinggi tetapi memiliki sensifitas yang rendah terhadap diagnosis gastroesophageal reflux disease.



Gejala Atipikal



gejala extraesophageal



berupa Mual, Erucation (bersendawa), kembung, nyeri epigastrik, perasaan tertekan pada epigastrik, perasaan penuh pada epigastrik, dan dispepsia. Gejala atipikal bisa saja menandakan terjadinya gastroesophageal reflux disease, tetapi gejala ini tidak spesifik.,



Gejala nya meliputi batuk kronis, bronchospasm, asma, laringitis, dan erosi pada gigi. Diyakini bahwa gejalagejala ini berhubungan dengan microaspiration refluks atau dimediasi oleh nervus vagus yang dipicu paparan asam pada esofagus bagian distal



DIAGNOSIS



Wilayah Asia, keluhan heartburn dan regurgitasi bukan merupakan penanda pasti untuk gastroesophageal reflux disease, namun terdapat kesepakatan antara para ahli bahwa kedua keluhan tersebut merupakan karakteristik untuk gastroesophageal reflux disease. Pada pelayanan kesehatan tersier, sebelum dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk menegakkan diagnosis gastroesophageal reflux disease, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menyingkirkan penyakit dengan gejala yang menyerupai gastroesophageal reflux disease (laboratorium, EKG, USG, foto thoraks, dan lainnya sesuai indikasi).



Terapi Non-Farmakologi dilakukan dengan modifikasi gaya hidup meliputi: — Meninggikan posisi kepala 6 inchi (15 – 20 cm ) saat tidur —Menurunkan berat badan sesuai IMT ideal —Menghindari makanan yang dapat merangsang GERD seperti cokelat, minuman mengandung kafein, alkohol dan makanan berlemak ,asam , pedas —Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur —Tidak makan terlalu kenyang.



Terapi Farmakologi Terapi inisial GERD adalah PPI dosis tunggal selama 8 minggu. Jika gejala tidak membaik atau gejala terasa mengganggu di malam hari, terapi dapat dilanjutkan dengan PPI dosis ganda selama 4–8 minggu. Bila penderita mengalami kekambuhan, terapi inisial dapat dimulai kembali dan dilanjutkan dengan terapi maintenace berupa PPI dosis tunggal selama 5 – 14 hari.



10 OBAT GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)



1. CIMETIDINEINDIKASI INDIKASI : untuk tata laksana ulkus peptikum atau ulkus duodenum. Cimetidine dapat juga diberikan sebagai terapi sindroma Zollinger-Ellison. MEKANISME KERJA : bekerja dengan cara menurunkan produksi asam di lambung, sehingga mengurangi keluhan akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, atau mual. Selain itu, berkurangnya asam lambung akan membantu pemulihan luka pada lambung atau usus. PERINGATAN : menyesuaikan dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, serta adanya potensi cedera hepar akut walaupun kasusnya jarang. INTERAKSI : memiliki potensi interaksi obat yang luas karena metabolismenya dipengaruhi enzim sitokrom P450 (CYP). Interaksi obat dengan cimetidine dapat mempengaruhi konsentrasi plasma dan absorpsi obat lain.



KONTRAINDIKASI : bila terdapat riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap obat cimetidine maupun obat golongan antagonis reseptor H2 lain. EFEK SAMPING : Efek samping cimetidine umumnya bersifat ringan. Terdapat potensi efek samping fatal, namun hal ini jarang terjadi. Cimetidine paling banyak dikaitkan dengan efek samping berupa nyeri kepala, malaise, mialgia, mual, diare, dan konstipasi. DOSIS : dosis Mengobati penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD): 400 mg, 4 kali sehari; atau 800 mg, 2 kali sehari, dikonsumsi selama 4–12 minggu. SEDIAAN YANG BEREDAR : Tablet dan kapsul



2. CONRANININDIKASI INDIKASI ; untuk pengobatan kondisi sepertiGastroesophageal reflux disease (GERD) : suatu penyakit yang disebabkan oleh iritasi oleh asam lambung. MEKANISME KERJA : bekerja dengan mengurangi jumlah produksi asam lambung. bekerja dengan memblokir histamin yaitu suatu komponen nitrogen organik yang mengatur fungsi fisiologi dalam usus dan bertindak sebagai neurotransmiter untuk otak, sumsum tulang belakang, dan uterus. Histamin merangsang sel parietal di sekitarnya untuk menginduksi penyerapan karbon dioksida dan air dari darah yang kemudian dikonversi menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrase. Dengan diblokirnya histamin maka mampu mengurangi jumlah asam yang dilepaskan oleh sel dalam perut PERINGATAN : Adanya keganasan gastrointestinal harus disingkirkan. Kerusakan ginjal, disfungsi hati. Hamil dan laktasi



INTERAKSI : Obat-obat yang bioavailabilitasnya baik dalam kondisi asam seperti ketoconazole, itraconazole, atazanavir, dan ester ampicillin, penyerapannya akan menurun sehingga mengurangi efektivitasnya.Sedangkan obat-obat yang labil dalam kondisi asam seperti erythromycin, dan digoxin penyerapannya akan meningkat jika digunakan bersama Ranitidine. KONTRAINDIKASI : Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang diketahui memiliki riwayat hipersensitif pada ranitidine atau obat golongan antagonis reseptor H2 lainnya.Jangan menggunakan Conranin 150 mg untuk penderita dengan riwayat porfiria akut. EFEK SAMPING : Perubahan reversibel pada fungsi hati, reaksi hipersensitif, sakit kepala, reversible mental confusion, ruam kulit DOSIS : Dosis lazim dewasa untuk gastroesophageal reflux disease (GERD)Oral : 150 mg dua x sehari.Parenteral : 50 mg, intravena atau intramuskular, setiap 6 - 8 jam.Dosis anakGastroesophageal Reflux Disease (GERD) :150 mg 2 x sehari atau 300 mg sebelum tidur malam selama sampai 8 minggu, atau bila perlu sampai 12 minggu (sedang sampai berat, 600 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi selama 12 minggu). Pengobatan jangka panjang GERD, 150 mg 2 x sehari .SEDIAAN YANG BEREDAR : tablet



3. OMEPRAZOLE INDIKASI tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison Obat ini umumnya digunakan untuk mengatasi gastroesophageal reflux disease (GERD), sakit maag (gastritis) MEKANISME Omeprazole menurunkan asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang berperan besar dalam produksi asam lambung. Dengan cara kerja tersebut, obat ini dapat mengurangi gejala iritasi dinding lambung, seperti nyeri ulu hati, mual, dan kembung. PERINGATAN Sebelum Menggunakan OmeprazoleJangan mengonsumsi omeprazole sebelum berkonsultasi dengan dokter jika keluhan asam lambung yang dialami sudah berlangsung lebih dari 3 bulan atau disertai dengan: Kesulitan menelan. Nyeri dada atau bengek. Muntah-muntah, nyeri perut yang berat. INTERAKSI Omeprazole dengan Obat LainPeningkatan risiko terjadinya hipomagnesemia jika digunakan dengan obat diuretik, seperti indapamide, furosemide, atau amiloride. Peningkatan kadar tacrolimus atau methotrexate sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping. KONTRAINDIKASI: pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap omeprazole ataupun obat penghambat pompa proton lainnya. Omeprazole juga dikontraindikasikan pada pasien yang mengonsumsi nelfinavir karena dapat terjadi penurunan konsentrasi obat nelfinavir. EFEK SAMPING : Sakit kepala Sakit perut atau perut kembung Mual atau muntah Diare Sembelit Gejala flu, seperti demam, sakit tenggorokan, atau pilek (biasanya pada anak) Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:Sakit perut berat dan diare yang sangat cair atau disertai darah Nyeri yang tidak biasa di pergelangan tangan, paha, pinggul, atau punggung Kejang Gangguan ginjal, yang bisa ditandai dengan penurunan frekuensi buang air kecil, urine berdarah, atau pembengkakan dan peningkatan berat badan Hipomagnesemia, yang bisa ditandai dengan pusing, tremor, denyut jantung cepat atau tidak teratur (aritmia), serta kram otot Gejala lupus baru atau perburukan gejala lupus yang sudah ada, misalnya nyeri sendi serta ruam di hidung dan pipi yang berbentuk seperti kupu-kupu Penggunaan omeprazole dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko tumbuhnya polip di lambung atau kekurangan vitamin B12. Ikuti anjuran dokter dan lakukan kontrol rutin ke dokter selama menggunakan omeprazole agar efek samping yang mungkin terjadi dapat terpantau. DOSIS : Dewasa: 20–40 mg, 1 kali sehari selama 4–8 minggu. Dosis pemeliharaan 10 mg, 1 kali sehari. Jika perlu, dosis pemelilharaan dapat ditingkatkan.Anak usia ≥1 tahun dengan berat badan 10–20 kg: 10 mg, 1 kali sehari selama 4–8 minggu. Jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan menjadi 20 mg, 1 kali sehari.Anak usia ≥2 tahun dengan berat badan >20 kg: 20 mg, 1 kali sehari selama 4–8 minggu. Jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg, 1 kali sehari.8. BENTUK SEDIAAN Omeprazole bentuk kapsul lepas tunda atau delayed release tersedia dalam kekuatan 10 mg, 20 mg, dan 40 mg. Bentuk tablet delayed release tersedia dalam kekuatan 20 mg.



Sediaan : delayed release oral suspension dengan kekuatan 2,5 mg dan 10 mg



4. VOMIZOLE INDIKASI : - Gejala gastroesophageal reflux disease (GERD)- Gejala nonerosive reflux disease (NERD)Untuk penanganan jangka panjang reflux esophagitis sedang dan berat MEKANISME KERJA : bekerja dengan cara menghambat sel-sel di lapisan lambung untuk menghasilkan asam lambung, sehingga berkurangnya produksi asam lambung. PERINGATAN : merupakan obat yang mengandung Pantoprazole. Pantoprazole termasuk golongan penghambat pompa proton/proton pump inhibitors (PPI). Obat ini gunakan untuk ulkus duodenum, ulkus lambung, refluks esofagus (sedang dan berat), dan Sindrom Zollinger-Ellison.4. KONTRAINDIKASI Hipersensitivitas EFEK SAMPING : Gangguan saluran cerna (seperti mual, muntah, nyeri lambung, kembung, diare dan konstipasi), sakit kepala dan pusing. Efek samping yang kurang sering terjadi diantaranya adalah mulut kering, insomnia, mengantuk, malaise, penglihatan kabur, ruam kulit dan pruritus. DOSIS: Penyakit Gastroesophageal reflux disease (GERD), tukak lambung Dewasa:40 mg setiap hari selama 2-15 menit. Beralihlah ke terapi oral sesegera mungkin. BENTUK SEDIAAN : Tablet dan Injeksi



5. Ranitidine INDIKASI : penanganan GERD atau gastroesophageal reflux disease, ulkus peptikum, esofagitis erosif, dan kondisi hipersekretori seperti sindrom Zollinger-Ellison. MEKANISME KERJA : menghambat produksi asam lambung yang berlebih, sehingga gejala tersebut dapat mereda. PERINGATAN : Sebelum Menggunakan Ranitidin Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita porfiria, fenilketonuria, diabetes, gangguan sistem imun yang disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan ginjal, gangguan hati, penyakit lain pada lambung, atau gangguan pernapasan, seperti asma atau PPOK.



KONTRA INDIKASI : pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap ranitidin atau kandungan lain dalam sediaan. EFEK SAMPING : -Sakit kepala, Sembelit, Diare, Mual, Muntah dan Sakit DOSIS : Penyakit asam lambung atau GERD Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari sebelum tidur, selama 8 minggu atau dapat diperpanjang hingga 12 minggu jika perlu.* Anak-anak usia 3–11 tahun: 5– 10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2 dosis. Dosis maksimal 600 mg per hari.* Kondisi: GERD yang disertai radang kerongkongan (esofagitis)* Dewasa: 150 mg 4 kali sehari, selama 12 minggu. Dosis pemeliharaan 150 mg 2 kali sehari BENTUK SEDIAAN : - Tablet: 150 mg - Sirup: 75 mg/5ml - Ampul: 25 mg/ml.



6. Metoclopramide Indikasi:metoclopramide atau metoklopramid digunakan untuk hiperemesis gravidarum, gastroparesis diabetikum, dan penyakit refluk gastroesofagus. Selain itu, digunakan untuk penanganan mual dan muntah akibat radioterapi, kemoterapi, atau operasi, dan premedikasi pemeriksaan radiologi saluran cerna atas. Kontra Indikasi:Metoclopramide dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas. Metoclopramide juga tidak dianjurkan untuk penderita gangguan saluran cerna (perdarahan, ileus obstruksi, perforasi intestinal), feokromositoma, kejang, depresi, penyakit Parkinson, dan riwayat tardive dyskinesia. Peringatan:Jangan menggunakan metoclopramide jika Anda alergi dengan obat ini. Jangan menggunakan metoclopramide lebih dari 12 minggu, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping berupa tardive dyskinesia. Mekanisme : meningkatkan gerakan lambung dalam mengolah makanan sehingga mempercepat pengosongan lambung. Efek samping: Kantuk, Sakit kepala, Pusing, Diare, Lelah, Sulit tidur dan Cemas



Dosis: ~Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Dosis maksimal 30 mg per hari. Durasi pengobatan maksimal 5 hari. ~Anak-anak: 0,1–0,15 mg/kgBB, 3 kali sehari Bentuk sediaan :



Sirop, tablet, kaplet, suntik



7. Pantoprazole Indikasi: sebagai penghambat pompa proton pada kasus gastritis akibat Helicobacter pylori, ulkus peptikum, refluks esofagitis, GERD (gastroesophageal reflux disease), dan sindrom Zollinger-Ellison. Mekanisme Kerja: menghambat sel-sel di lapisan lambung untuk menghasilkan asam lambung, sehingga produksi asam lambung berkurang. Peringatan:. Jangan menggunakan pantoprazole jika memiliki alergi terhadap obat ini atau obat golongan penghambat pompa proton lainnya, seperti lansoprazole. Kontraindikasi: pada pasien dengan hipersensitif terhadap obat ini dan obat penghambat pompa proton lain. Hipersensitivitas dapat menimbulkan reaksi anafilaksis yang fatal. Efek Samping dan Bahaya Pantoprazole : * Sakit kepala atau pusing.* Perut kembung.* Mual atau muntah.* Sakit perut.* Nyeri sendi.* Diare.* Demam, ruam, atau pilek (biasanya pada anak)* Bengkak di tempat suntikan. Dosis : Kondisi: gastroesophageal reflux disease (GERD)* Dewasa: 20–40 mg, 1 kali sehari selama 4 minggu. Jika perlu, pengobatan dapat diperpanjang menjadi 8 minggu. Dosis pemeliharaan 20–40 mg per hari.* Anak-anak usia 5 tahun dengan berat badan 15–40 kg: 20 mg, 1 kali sehari selama maksimal 8 minggu.* Anak-anak usai 5 tahun dengan berat badan >40 kg: 40 mg, 1 kali sehari selama maksimal 8 Bentuk Sediaan: TABLET DAN INJEKSI



8. Antasida Indikasi: untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak duodeni, yang tidak dapat diatasi dengan antasida. Kontra indikasi : pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas pada kandungan antasida. Selain itu. pasien yang menderita gagal ginjal berat tidak disarankan mengkonsumsi antasida yang mengandung kadar natrium yang tinggi karena dapat mempengaruhi tekanan darah. Dosis: Dewasa : 1-2 tablet, 3-4 kali per hari. Anak (6-12 tahun) : 0.5-1 tablet, 3-4 kali per hari. Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong: Berikan 1-2 jam setelah makan dan sebelum tidur. Kunyah tablet degan baik sebelum ditelan.



Efek samping: Diare atau sembelit Perut kembung Kram atau nyeri perut Mual atau muntah Sakit kepala Mulut kering Sering buang air kecil Rasa logam di mulut Mekanisme : menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung. Peringatan:gangguan ginjal, gangguan hati, hamil, menyusui; tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas petunjuk dokter. Bentuk obat: Tablet, Tablet kunyah, kaplet kunyah, kaplet, suspensi



9. LANSOPRAZOL INDIKASI : mengatasi kondisi yang berkaitan dengan peningkatan asam lambung. Obat ini umum digunakan pada penderita tukak lambung, GERD (gastro esophageal reflux disease), esofagitis erosif, dan sindrom Zollinger-Ellison. MEKANISME KERJA : bekerja dengan menghambat enzim H/K-ATPAse di pompa proton sel parietal lambung sehingga menghambat pengeluaran asam lambung pada tahap akhir. PERINGATAN : Sebelum Menggunakan LansoprazoleKonsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan lansoprazole jika Anda sedang mengalami BAB berdarah, BAB hitam, muntah seperti bubuk kopi, heartburn lebih dari 3 bulan, sering nyeri dada yang disertai heartburn, atau berat badan turun tanpa sebab yang jelas. INTERAKSI: Lansoprazole dengan Obat LainnyaPeningkatan risiko terjadinya hipomagnesemia jika digunakan bersama obat diuretik. KONTRAINDIKASI : riwayat hipersensitivitas terhadap lansoprazole atau agen proton pump inhibitor lainnya. Selain itu, lansoprazole juga tidak boleh diberikan bersama produk yang mengandung rilpivirine. Peringatan khusus perlu diperhatikan pada penggunaan jangka panjang karena bisa meningkatkan risiko beberapa kanker. EFEK SAMPING : mual, perut kembung, sakit perut, sembelit atau malah diare, sakit kepala, atau pusing. DOSIS : Dewasa: Dosis awal 60 mg, 1 kali Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan sampai 90 mg, 2 kali sehari, tergantung respons pasien terhadap pengobatan. Lansia: Maksimal 30 mg per hari. SEDIAAN YANG BEREDAR : Kapsul, tablet, suntik



10. ACPULSIFINDIKASI INDIKASI : Mengatasi gangguan pergerakan saluran pencernaan, khususnya gangguan lambung dalam mencerna makanan (gastroparesis), naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks esofagitis), dan penyakit asam lambung (GERD). EFEK SAMPING : Pusing, muntah, radang tenggorokan (faringitis),nyeri dada, lelah, nyeri punggung, depresi, dehidrasi, nyeri otot, kram abdominal, diare, penyempitan saluran napas (bronkospasme), hipersensitivitas, gatal disertai ruam (pruritus), bengkak akibat reaksi alergi (angioedema).



KONTRAINDIKASI : (jangan dikonsumsi pada kondisi) Hipersensitif terhadap cisapride, penderita pendarahan lambung, pendarahan saluran cerna, pasien dengan AIDS Perhatian khusus Pasien penyakit jantung yang serius, gangguan ginjal, gangguan pernapasan dan ibu hamil PERINGATAN : Peringatan MenyusuiAcpulsif dapat terserap ke dalam ASI. Jadi, gunakan dengan hati-hati dan konsultasikan pada dokter sebelum digunakan. INTERAKSI OBAT : (jangan digunakan bersamaan dengan) Antijamur azole, antibiotik makrolida, HIV protease inhibitor, nefazodone, obat-obat anti aritmia, antidepresan trisiklik, antidepresan tetrasiklik, antipsikotik, astemizol, sparfloxacin, obat antikoagulan, dan antikolinergik. DOSIS : obat Dewasa: Dosis awal: 1 tablet sebanyak 3-4 kali/hari. Anak-anak: Dosis awal: 0,2 mg/kg berat badan/hari diberikan sebanyak 3-4 kali/hari Gangguan hati atau gangguan ginjal: harus dengan resep dokter Aturan pakai obat Dikonsumsi 15 menit sebelum makan dan ketika akan tidur malam. SEDIAAN : tablet



TERIMA KASIH