12 Kesejahteraan Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROFESI PEKERJAAN SOSIAL



A. Pengertian Pekerjaan Sosial Menurut studi kurikulum yang disponsori oleh Council on Social Work Education dalam tahun 1959 dinyatakan bahwa : Pekerjaan sosial berusaha untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu, secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok, dengan kegiatan- kegiatan yang dipusatkan pada hubungan sosial mereka yang merupakan interaksi antara orang dan lingkungannya. Kegiatan ini dapat dikelompokan menjadi 3 fungsi : pemulihan kemampuan yang terganggu, penyediaan sumber-sumber individu dan sosial yang terganggu, pencegahan disfungsi sosial. (dalam Farley et al., 2003, hal 4) Menurut Assosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat (NASW) pekerja sosial dirumuskan sebagai berikut : Pekerjaan sosial adalah pekerjaan profesional membantu individu, kelompok, atau masyarakat untuk meningkatkan atau memulihkan mereka berfungsi sosial dan untuk menciptakan kondisi sosial yang mendukung tujuan-tujuan ini. Siporin (1975) mendefinisikan pekerja sosial sebagai berikut: Pekerja sosial sebagai metode kelembagaan sosial untuk membantu orang untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah sosial mereka, untuk memulihkan dan meningkatkan keberfungsian sosial mereka. Lebih lanjut Siporin menyatakan bahwa pekerjaan sosial adalah suatu institusi sosial, suatu Profesi peleyanan manusia, dan suatu seni praktik teknis dan ilmiah. B. Keberfungsian sosial (Social Functioning) Definisi pertama, kedua dan ketiga di atas dengan jelas mengemukakan bahwa fokus atau pusat perhatian pekerjaan sosial yaitu social finctioning atau keberfungsian sosial. Menurut Bartlett (1970) keberfungsian sosial adalah kemampuan mengatasi tuntutan lingkungan yang merupakan tugas-tugas kehidupan. Siporin (1975) menyatakan bahwa keberfungsian sosial merunjuk pada cara individuindividu atau kelektivitas seperti keluarga, perkumpulan, komunitas dan sebagainya berpelilaku untuk dapat melaksanakantugas-tugas kehidupan mereka dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Karena orang berfungsi dalam arti peranan-peranan sosial mereka, maka keberfungsian sosial mereka, menunjukan kegiatan-kegiatan yang dianggap pokok untuk pelaksanaan beberapa pelayanan yang, karena keanggotanya dalam kelompok-kelompok sosial, setiap orang diminta untuk melakukannya. Setiap orang menduduki beberapa status sosial sekaligus, misalnya status sebagai suami, sebagai ayah, sebagai pegawai, sebagai warga masyarakat dan sebagainya.



Keberfungsian sosial menunjukan keseimbangan pertukaran, kesesuaian, kecocokan, dan penyesuaian timbal balik antara orang, secara individual atau secara kolektif, dan lingkungan mereka. C. Pekerjaan Sosial sebagai Profesi Menurut Webster’s New Univesal Unabridged Dictionary (1983) profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pelatihan lanjut dalam suatu bidang pengetahuan budaya atau sains, dan biasanya yang melibatkan kebiasan kerja mental ketimbang kerja tangan. Jadi profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan tinggi sebagai landasannya. Tidak setiap pekerjaan yang mehasilkan uang adalah profesi. Kesalahan pengertian kata profesi dalam kehidupan sehari-hari adalah misalkan digunakan untuk tukang baca, sopir angkutan, pedagang, bahkan juga digunakan untuk PSK. Flexner berkesimpulan pekerja sosial belum merupakan suatu profesi. Hal ini tentu membuat resah para pekerja sosial waktu itu. Atas dasar ini, mereka berusaha dengan giat untuk mengembangkan landasan pengetahuannya. Kebetulan pada waktu itu di Amerika mulai dikembangkan ajaran Singmund Freud tentang psikoanalisis. Para pekerja sosial yang mengikuti kuliah psikoanalisis merasa bahwa pengetahuan ini dapat diterapkan dalam pekerja sosial. Dalam tahun 1957, Ernest Greenwood menulis artikel tentang atribut suatu profesi. Kriteria profesi yang dikemukakan oleh Greenwood adalah sebagai berikut: 1. Suatu profesi mempunyai pengetahuan dasar dan mengembangkansekumpulan teori yang sistematik yang mengarahkan keterampilan praktik; persiapan pendidikan harus bersifat intelektual atau pun praktikal. 2. Kewenangan dan kredibilitas dalam hubungan klien tenaga profesional didasarkan atas penggunaan pertimbangan dan kompetesi profesional. 3. Suatu profesi diberikan kekuatan untuk mengatur dan mengontrol keanggotan, praktik profesional, pendidikan dan standar kinerjanya sendiri. 4. Suatu profesi mempunyai kode etik pengaturan yang mengikat, yang dapat ditegakan, eksplisit, dan sistematik yang memaksa perilaku etik oleh angotanya. 5. Suatu profesi dibimbing oleh budaya nilai-nilai, norma-norma dan simbolsimbol dalam suatu jaringan oerganisasi dari kelompok-kelompok formal dan informal, sebagai saluran untuk profesi itu berfungsi dan melaksanakan pelayanan-pelayanannya. (dalam DuBois dan Milley, 2005). Dengan kriteria tersebut, keberadaan profesi pekerjaan sosial di Indonesia sekarang ini dapat nilai apakah sudah merupakan profesi atau belum. D. Unsur-Unsur Pekerjaan Sosial Profesi sebagai pekerjaan sosial mempunyai 4 unsur utama, yang pada umumnya, 3 unsur diantaranya sebagai pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tetapi sikap dan keterampilan sudah bersatu dengan individunya, sedangkan pengetahuan terlepas dari individu. Keterampilan adalah kemahiran dalam menerapkan pengetahuan dan dalam menggunakan metode dan teknik tertentu. Hepworth, Rooney dan Laren (2002) juga menyatakan bahwa unsur unsur inti yang mendasari pekerjaan sosial di mana pun praktikkan adalah sebagai berikut :



1. 2. 3. 4.



Maksud/tujuan profesi itu Nilai-nilai dan etika Dasar pengetahuan praktik langsung Metode-metode dan proses-proses yang dilakukan



E. Misi, Maksud dan Tujuan Pekerjaan Sosial Misi utama pekerjaan sosial menurut NASW adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia (human well-being) dan membantu memenuhi kebutuhankebutuhan dasar manusia, dengan perhatian khusus pada kebutuhan-kebutuhan orangorang yang rawan, tertindas dan miskin. Pekerja sosial berusaha untuk memperkuat keberfungsian orang-orang dan meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga dalam masyarakat yang meyediakan sumber-sumber serta kesempatan-kesempatan bagi warganya yang menyumbang kesejahteraan masyarakat. Tutujuan praktik pekerja sosial menurut NASW adalah: 1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan untuk memecahkan masaslah, mengetasasi perkembangan. 2. Menghubungkan oerang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada mereka sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan kesempatan-kesempatan. 3. Memperbaiki keefektivitas dan bekerjanya secara manusiawi dari sistemsistem yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayananpelayanan. 4. Mengembangan dan memperbaiki kebijakan sosial (dalam Zastrow,2008).



5. 6.



7. 8.



Zastrow juga menambahkan tjuan yangdi kemukakan oleh CSWE sebagai berikut. Meningkatkan kesejahteraan manusia dengan mengurangi kemiskinan, penindasan, dan bentuk bentuk ketidakadilan sosia lainnya. Mengusahakan, kebijakan, pelyanan, dan sumber-sumbeer melalui advokasi dan tindakan sosial dan politik yang meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi Mengembangkan dan menggunakan peneitian, pengetahuan dan keterampilan yang menunjukan praktik pekerjaan sosial. Mengembangkan dan menerapkan praktik dalam konteks budaya yang bermacam-macam



.



F. Kekuatan dan Kebutuhan Kebutuhan manusia merupakan subtansi profesi pekerjaan sosial, yaitu dorongan untuk kegiatan-kegiatan pekerja sosial dengan demikian pekerja sosial akan selalu melihat dua hal yang berkaitan: keberfungsian sosial dan kebutuhan-kebutuhan manusia. Keberfungsian sosial dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan meningkatkan keberfungsial sosial. Kekuatan-kekuatan merupakan landasan bagi praktik pekerjaan sosial, yaitu sumber energi yang mengembangkan usaha-usaha pemecahan masalah. Walaupun menyadari ada masalah-masalah, tetapi pekerja sosial terutamaberusaha untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki sistem klien, baik sebagai individu, kelompok maupun masyarakat. G. Pemerdayaan Pemberdayaan adalah proses meningkatkn kekuatan pribadi, antarpribadi, atau politik sehingga individu-individu, keluarga-keluarga, dan komunitas-komuunitas dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi-situasi mereka. (Gutierrez dalam DuBois & Milley, 2005). Menurut Robbins, Chatterjee dan Canda (1998) pemberdayaan menunjukan proses yang dengan itu individu-individu dan kelompokkelompok memperoleh kekuatan, akses pada sumber-sumber, dan kontrol asat kehidupan mereka sendiri. Teori-teori pemberdayaan secara tegas memusatkan pada hambatan-hambatan struktural yang menghalangi orang untuk menjangkau sumber-sumber yang perlu untuk kesehatan dan kesejahteraan. Hambatan ini meliputi distribusi kekayaan dan kekuatan yang timpang, ataupun akibat dari ketidakberdayaan yang lama pada individu-indvidu dan kelompok-kelompok yang tertekan dan di marginalkan. Kekuatan dalam konteks pemberdayaan menunjukan kemampuan untuk menjangkau dan mengontrol sumber-sumber dan orrang-orang dan menunjukan cara-cara bagaimana kelompok-kelompok orang dalam masyarakat dibeda-bedakan satu sama lain dan ditempatkan dalam susunan hirerarkis. Dalam pekerjaan sosial, pemberdayaan dirumuskan sebagai proses melibatkan pekerja sosial dalam sejumlah kegiatan dengan lien atau sistem klien yang bertujuan untuk mengurangi ketidakberdayaan yang timbul karena penilaian negatif yang didasarkan atas keanggotaan dalam suatu kelompok yang dicap jelek. Aspek subjektif dari pemberdayaan adalah self-efficacy yang menunjukan keyakinan bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan untuk mengatur peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. (Bandura dalam Robbins et al., 1998) H. Pemberdayaan dalam Pekerjaan Sosial Dari awal sebenarnya pekerjaan sosial sidah bercirikan memberdayakan orang. Hal ini terlihat dari ungkapan lama yang menyatakan bahwa pekerjaan sosial bertujuan “to help people to help themselves”, yaitu membantu orang untuk dapat membantu dirinya sendiri. Ini berarti pekerja sosial tidak menolong orang menerima bantuan dan terus bersandar pada bantuan orang lain, tetapi membangkitkan kemampuannya untuk dapat berdiri sendiri.



Beberapa unsur umum yang menandai proses pemberdayaan adalah sebagai berikut: 1. Memusatkan pada kekuatan-kekuatan. pekerja sosial mengembangkan lebih lanjut kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan yang ada pada klien untuk mengatasi masalah dan kekurangan yang ada pada klien. Menekankan kekuatan dan kemampuan yang ada pada klien lebih dapat mendorong mereka untuk melakukan perubahan atas situasinya ketimbang mengemukakan masalah dan kekurangannya. 2. Bekerja secara kolaboratif. Ini sesuai dengan salah satu prinsip pekerjaan sosial, yaitu partisipasi. Klien harus terlibat secara integral dalam proses perubahan, mulai dari merumuskan situasi mereka sampai penentuan tujuan., memilih rangkaian tindakan, dan mengevaluasi hasilnya. 3. Secarakristis memikirkan tentang pengaturan struktural. Pemikiran kritis mempertanyakan pengaturan struktural yang ada , distribusi kekuatan dan wewenang, dan akses pada sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan. 4. Menghubungkan Kekuatan Pribadi dan kekuatan Politis. Kekuatan pribadi meliputi kekuatan individu untuk mengontrol kehidupannya dan memengruhi lingkungannya. Kekuatan politis adalah kemampuan untuk mengubah sistem, mendistribusikan kembali sumber-sumber, membuka struktur kesempatan, dan mengorganisasi kembali masyarakat. Pemberdayaan tidak berarti meningkatkan kekuatan seseorang atau suatu kelompok dengan mengurangi kekuatan orang atau kelompok lain. I. Pendekatan Pekerjaan Sosial Praktik pekerjaan sosial dilaksanakan dalam 2 cara: berhadapan secara langsung (direct partice) dengan klien baik secara individual maupun dalam kelompok, dan berhadapan secara tidak langung (indirect partice) dengan klien, dalam arti memusatkan perhatian pada institusi kesejahteraan sosial, pada lembaga-lembaga atau organisasi kesejahteraan sosial, pada evaluasi, analisis, perumusan dan pengembangan program,-program kesejahteraan sosial. Dalam kitan dengan masyarakat, pekerjaan pada umumnya menggunakan praktik tidak langsung. Tetapi aspek-aspek dalam bekerja dengan masyarakat yang bersifat praktik atau pelayanan langsung. Hal ini misalnya kalau pekerja sosial memberikan pelayanan kepada kelompok-kelompok atau organisasi-oeganisasi masyarakat yang memberikan pelayanan secara langsung J. Metode Metode pekerja sosial secara tradisional di bagi menjadi 2 metode: 1. Metode pokok:  Social case work  Social group work  Community organization/development 2. Metode pembantu:  Social work administrasion  Social action



 Social work research Karena dalam praktik langsung, untuk suatu kasus tertentu, pekerja sosial dituntut untuk tidak hanya berhadapan dengan klien secara individu saja, tetapi kadangkadang harus berhadapan dengan kelompok atau bahkan juga dengan masyarakat, maka pekerja sosial harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, tidak hanya tentang dinamika individu, kelompok atau masyarakat saja, tetapi sampai batas-batas tertentu harus memiliki semua pengetahuan dan keterampilan itu. Dengan demikian pekerja sosial sekarang dituntut untuk bekerja sebagai pekerja sosial yang generalis (generalist social worker). Metode menunjukan bagaimana membantu, yaitu kegiatan instrumental yang bertujuan dan berencana melalui kegiatan ini tugas-tugas dilaksanakan dan tujuantujuan tercapai. Metode terdiri atas pelaksanaan peranan interventif yang mengikuti prosedur yang melaksanakan tugas tugas seperti engagement, perumusan kontrak, assessment, perencanaan, dan pelaksanaan intervensi. Intervensi adalah tindakantindakan yang mengahasilkan perubahan dan menyediakan sumber-sumber, terkecil suatu teknik tertentu atau sebesar penyediaan sosial., seperti membuat interpretasi, atau membuat rujukan ke lembaga lain, atau pengembangan suatu program pelayanan sosial. K. Keterampilan-keterampilan Pekerjaan Sosial Keterampilan-ketermpilan yang penting bagi pelaksanaan praktik pekerja sosial menurut National Association of Social Workers (NASW) sebagai berikut: 1. Keterampilan dalam mendengarkan orang lain dengan pengertiandan tujuan. 2. Keterampilan dalam mendapatkan informasi dan dalam mengumpulkan fakta yang relevan untuk mempersiapkan riwayat sosial, penilaian(assesmen), dan laporan. 3. Keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan hubungan pertolongan profesional dan dalam menggunakan dirisendiri dalam hubungan, 4. Keterampilan dalam mengamati dan menafsir perilaku verbal dan nonverbal dan dalam menggunakan pengetahuan tentang teori kepribadian dan metodemetode diagnostik. 5. Keterampilan dalam menyertakan klien dalam usaha untuk memecahkan masalah mereka sendiri dan dalam memperoleh kepercayaan. 6. Keterampilan dalam mendiskusi masalah-masalah emosional yang sensitif dalam cara yang mendukung dan tidak mengancam. 7. Keterampilam dalam menciptakan solusi inovatis atas kebutuhan-kebutuhan klien. 8. Keterampilan dalam menentukan kebutuhan untuk mmengakhiri hubungan terapeutik dan bagaimana melakukannya. 9. Keterampilan dalam menafsirkan temuan-temuan penelitian dan literatur profesional. 10. Keterampilan dalam memediasi dan negosiasi antara pihak-pihak yang saling konflik. 11. Keterampilan dalam menyediakan pelayanan penghubung antarorganisasi.



12. Keterampilan dalam menafsirkan atau mengomunisasikan kebutuhankebutuhan sosial kepada sumber-sumber pemberi dana, publik, atau para legislator (Zastrow, 2008) Berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang penting ini, NASW juga mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk praktik pekerjaan sosial: 1. Kemampuan untuk berbicara dan menulis dengan jelas. 2. Kemampuan untuk mengajar orang lain.



KELOMPOK 12



PROFESI PEKERJAAN SOSIAL



PENGANTAR ILMU KESEJHTERAAN SOSIAL



Nama-mana anggota:    



Yohanes E. Kristanto Yusuf G. Calvin Petrus