4 0 283 KB
MAKALAH PERENCANAAN KEPERAWATAN “RISIKO PERFUSI RENAL TIDAK EFEKTIF (D.0016)”
Oleh : RATIH CITRA MAHARANI (P17211201016) Dosen Pengajar : Taufan Arif, S.Kep, Ns., M, Kep
PENDIDIKAN METEDOLOGI KEPERAWATAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS MALANG TINGKAT 1A POLTEKKES KEMENKES MALANG TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif”,] ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Metedologi Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufan , selaku dosen mata kuliah Metedologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kediri, 9 September 2020
Ratih Citra Maharani
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB 1......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Tujuan........................................................................................................2
1.3
Manfaat......................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4 Tinjauan Konsep......................................................................................................4 2.1
Konsep Masalah Keperawatan Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif.........4
2.1.1
Definisi Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif......................................4
2.1.2
Faktor Risiko......................................................................................4
2.1.3
Kondisi Klinis Terkait........................................................................4
2.2
Konsep Luaran Perfusi Renal dan Kontrol Risiko....................................5
2.2.1
Kode Luaran.......................................................................................5
2.2.2
Definisi...............................................................................................5
2.2.3
Ekspetasi............................................................................................5
2.2.4
Kriteria Hasil......................................................................................5
2.3 Konsep Intervensi Keperawatan Pencegahan syok dan Pemantauan Tanda Vital...........................................................................................................7 2.3.1
Kode Intervensi..................................................................................7
2.3.2
Definisi...............................................................................................7
2.3.3
Intervensi Observasi...........................................................................7
2.3.4
Intervensi Terapeutik.........................................................................7
2.3.5
Intervensi Edukasi..............................................................................8
2.3.6
Intervensi Kolaborasi.........................................................................8
BAB 3......................................................................................................................9 PERENCANAAN KEPERAWATAN....................................................................9 3.1
Prioritas Diagnosa Keperawatan...............................................................9
3.2
Intervensi Keperawatan....................................................................................10
ii
Bab 4......................................................................................................................13 Penutup..................................................................................................................13 4.1
Kesimpulan..............................................................................................13
4.2
Saran........................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................13
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peredaran darah berperan dalam mengirim darah, oksigen, dan nutrisi ke seluruh tubuh. Bila aliran darah ke bagian tubuh tertentu berkurang karena suatu kondisi, hal ini dapat menimbulkan berbagai gejala akibat gangguan pada sistem peredaran darah.Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan pembuluh darah, yang meliputi pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Jantung merupakan organ utama sistem peredaran darah yang memiliki fungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang baik sangat berperan untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Buruknya sirkulasi darah dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, mulai dari jantung hingga otak. Salah satunya adalah ginjal, ginjal adalah salah satu organ di dalam tubuh yang berperan dalam sistem ekskresi. Setiap harinya, ginjal yang sehat menyaring ratusan liter darah, dengan membuang limbah dan kelebihan air dalam bentuk urin.Penyaringan ini dilakukan oleh unit-unit kecil di dalam ginjal yang dinamakan nefron. Adapun nefron terdiri dari dua penyaring yang disebut glomerulus dan tubulus.Setelah disaring oleh nefron-nefron tersebut, urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih melalui “pipa” yang disebut ureter. Di kandung kemih inilah urin disimpan dan selanjutnya akan dikeluarkan oleh tubuh melalui “pipa” lain yang disebut uretra.Selain membuang cairan berlebih dari dalam tubuh, ginjal juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu:
Melepaskan hormon yang dapat membantu mengontrol tekanan darah, memperkuat tulang, dan mencegah anemia dengan meningkatkan jumlah sel darah merah di tubuh.
Menjaga keseimbangan natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam darah.
Mempertahankan keseimbangan asam dan basa pada tubuh. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Perfusi Renal Tidak
Efektif yang merupakan kondisi dimana mengalami sirkulasi penurunan darah kebagian ginjal akibat penyakit Hipertensi. Hipertensi sendiri merupakanama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan
1
yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan terkadang kematian. Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah. Hipertensi dapat diketahui dengan cara rajin memeriksakan tekanan darah. Untuk orang dewasa minimal memeriksakan darah setiap lima tahun sekali. Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140 mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 90 mmHg. Jadi apabila tekanan darah mengalami penurunan dalam sirkulasinya maka bisa menjadi salah satu penyebab hipertensi. Kerusakan pada ginjal atau pembuluh arteri pada ginjal yang menyempit dapat membatasi aliran darah ke ginjal. Kondisi ini memicu peningkatan produksi hormon yang disebut dengan renin. Adapun kadar renin yang berlebih dapat merangsang produksi senyawa tertentu, seperti molekul protein angiotensin II, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu perfusi renal tidak efektif 2. Untuk mengetahui apa itu penyebab dari risiko erfusi renal tidak efektif. 3. Untuk mengetahui bahwa resiko perfusi renal tidak efektif dapat diderita oleh orang hipertensi 4. Untuk mengetahui faktor risiko dari risiko perfusi renal tidak efektif. 5. Untuk mengetahui kondisi klinis terkait dari risiko perfussi renal tidak efektif
2
1.3 Manfaat Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metedologi Keperawatan, dapat menambah wawasan bagi pembaca, dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif.
3
BAB 2 Tinjauan Konsep 2.1 Konsep Masalah Keperawatan Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif 2.1.1
Definisi Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal
2.1.2
Faktor Risiko Kekurangan volume cairan Embolisme vaskuler Vaskulitis Hipertensi Disfungsi ginjal Hiperglikemia Keganasan Pembedahan jantung Bypass kardiopulmonal Hipoksia Asidosis metabolic Trauma Sindrom kompartemen abdomen Luka bakar Sepsis Sindrom respon inflamasi sistemik Lanjut usia Merokok Penyalahgunaan zat
2.1.3
Kondisi Klinis Terkait Diabetes Melitus Hipertensi Aterosklerosis Syok Keganasan Luka bakar Pembedahan jantung Penyakit ginjal (misalnya ginjal polikistik, stenosis artesi ginjal, gagal ginjal, glomerulonefritis, nefritis intersisial, nekrosis kortikalbilateral, polinefritis) Trauma 4
2.2 Konsep Luaran Perfusi Renal dan Kontrol Risiko 2.2.1
Kode Luaran Kode Luaran Utama ( Perfusi Renal) : L.02013 Kode Luaran Tambahan (Kontrol Risiko) : L.14128
2.2.2
Definisi Perfusi Renal : Kestabilan mekanisme dinamika intrakranial dalam melakukan kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan kapasitas intrakranial. Kontrol Risiko : Kemampuan untuk mengerti, mencegah, mengeliminasi atau mengurangi ancaman kesehatan yang dapat dimodifikasi.
2.2.3
Ekspetasi Perfusi Renal : Meningkat Kontrol Risiko : Meningkat
2.2.4
Kriteria Hasil Perfusi Renal Menurun
Cukup Menurun
Sedang
Jumlah Urine Nyeri Abdomen Mual Muntah Distensi abdomen
1 5 5 5 5 Memburu k
3 3 3 3 3 Sedang
Tekanan Rata – Rata Kadar urea nitrogen darah Kadar Kreatinin Plasma Tekanan darah sistolik Tekanan Darah diastolik Kadar elektrolit Keseimbangan Asam Basa Bising Usus Fungsi Hati
1 1
2 4 4 4 4 Cukup Memburu k 2 2
1 1 1 1 1 1 1
5
Cukup Meningka t 4 2 2 2 2 Cukup Membaik
Meningkat
3 3
4 4
5 5
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
4 4 4 4 4
5 5 5 5 5
2 2
3 3
4 4
5 5
5 1 1 1 1 Membaik
Kontrol Risiko Menurun
Kemampuan mencari Informasi tentang faktor risiko Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko Kemampuan untuk melakukan strategi control risiko Kemampuan mengubah perilaku Kaomitmen terhadap strategi Kemampuan modifikasi gaya hidup Kemampuan menghindari faktor risiko Kemampuan mengenali perubahan status kesehatan Kemampuan berpartisipasi dalam skrining risiko Penggunaan fasilitas kesehatan Penggunaan sistem pendukung Pemantauan perubahan status kesehatan
Sedang
1
Cukup Menurun 2
Meningkat
3
Cukup meningkat 4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
5
Imunisasi
1
2
3
4
5
2.3 Konsep Intervensi Keperawatan Pencegahan syok dan Pemantauan Tanda Vital 2.3.1
Kode Intervensi Intervensi Utama (Pencegahan Syok) : I.02068 Intervesi pendukung (Pemantauan TTV) : I.02060
2.3.2
Definisi Pencegahan Syok : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjadinya ketidak mapuan tubuh menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupi kebutuhan jaringan. Pemantauan tanda vital : Mengumpulkan dan menganalisis hasil pengukuran fungsi vital, kardiovaskuler, tekanan darah,dan suhu tubuh.
2.3.3
Intervensi Observasi Pencegahan Syok Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil Periksa riwayat alergi
2.3.4
Pemantauan Tanda Vital Monitor tekanan darah Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama) Monitor pernapasan (Frekuensi, kedalaman) Monitpr suhu tubuh Monitor oksimetri nadi Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDO) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Intervensi Terapeutik Pencegahan Syok Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu Pasang jalur IV, jika perlu Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi 7
Pemanatauan Tanda Vital 2.3.5
Intervensi Edukasi Pencegahan Syok Jelaskan penyebab / faktor risiko syok Jelaskan tanda dan gejala awal syok Anjurkan melapor jika menemukan / merasakan tanda dan gejala awal syok Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Anjurkan menghindari allergen
2.3.6
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien Dokumentasi hasil pemantauan
Pemantauan Tanda Vital Jelaskan Tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi Kolaborasi Kolaborasi pembetian IV, jika perlu Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu Kolaborasi pemberian antiinfalamasi, jika perlu
8
BAB 3 PERENCANAAN KEPERAWATAN 3.1 Prioritas Diagnosa Keperawatan Nama Pasien : Tn. M
No
No. Register : 016
DIAGNOSA KEPERAWATAN
9
TANGG AL MUNC UL
TANGG AL TERAT ASI
TAN DA TAN GA
1.
Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan dengan hipertensi akibat tekanan darah tinggi pada pasien setelah dilakukan penensian dengan hasil tekanan 140/80 mmHg
10
9 September 2020
11 September 2020
Hari/ Tgl/ Jam
No.
1.
2.
9 Septembe r 2020
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan dengan hipertensi akibat tekanan darah tinggi pada pasien setelah dilakukan penensian dengan hasil tekanan 140/80 mmHg
Luaran
SLKI Perfusi Renal (L.02013) Setelah dilakukan Intervensi selama 3 x 24 jam maka perfusi renal meningkat. Terpenuhi dengan Kriteria hasil : Jumlah urine meningkat Nyeri abdomen menurun Mual menurun Muntah menurun Distensi abdomen menurun Tekanan arteri rata – rata membaik Kadar urea nitrogen darah membaik Kadar kreatinin plasma membaik Tekanan darah sistolik membaik Tekanan darah diastolik membaik Kadar elektrolit membaik Keseimbangan asam basa membaik Bising usus membaik Bising membaik Fungsi hati membaik
Tindakan
Intervensi Pencegahan Syok Observasi :
Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil Periksa riwayat alergi
Terapeutik :
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu Pasang jalur IV, jika perlu Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi :
Jelaskan penyebab / faktor risiko syok Jelaskan tanda dan gejala awal syok Anjurkan melapor jika menemukan / merasakan tanda dan gejala awal syok Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi :
11
Kolaborasi pembetian IV, jika perlu Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3.2Intervensi Keperawatan Nama : Tn. M No. Register : 016
12
SLKI Pencegahan Syok (L.14128) Setelah dilakukan Intervensi selama 3 x 24 jam maka perfusi renal meningkat. Terpenuhi dengan Kriteria hasil :
Kemampuan mencari informasi tentang faktor risiko meningkat Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko meningkat Kemampuan melakukan melakukan strategi control risiko meningkat Kemampuan mengubah perilaku meningkat Komitmen terhadap strategi meningkat Kemampuan modifikasi gaya hidup meningkat Kemampuan menghindari faktor risiko meningkat Kemampuan mengenali perubahan status kesehatan meningkat Kemampuan berpartisipasi dalam skrining risiko Penggunaan fasilitas kesehatan meningkat Penggunaan sistem pendukung meningkat Pemantauan perubahan status kesehatan meningkat Imunisasi meningkat
13
Intervensi Pemantauan Tanda Vital Observasi :
Monitor tekanan darah Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama) Monitor pernapasan (Frekuensi, kedalaman) Monitpr suhu tubuh Monitor oksimetri nadi Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDO) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik :
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan Tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
14
Bab 4 Penutup 4.1Kesimpulan Bahwasannya risiko perfusi renal merupakan sauati penyakit yang menyerang bagian peredaran darah manusia yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah ke ginjal.
4.2 Saran Diperlukan adanya pemahaman mengenai studi kasus risiko perfusi renal tidak efektif agar mampu menindak lanjuti proses keperawatan dengan maksimal dan bertanggung jawab.
Daftar Pustaka 1.https://www.slideshare.net/yabniellitjingga/tugas-askep-kasus-hipertensi
2. 12.09.2020Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. (Edisi 1. Cetakan III (Revisi). Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 3. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. (Edisi 1. Cetakan II). Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 4. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. (Edisi 1. Cetakan II). Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
15