5 Laporan Pendahuluan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



DISMENOREA PADA REMAJA



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja & Pranikah



Oleh : OKTA SARIYA PUTRI NIM PO.71.24.4.20.004



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG TAHUN 2021



i



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan “Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan Dismenorea”



Oleh : Okta Sariya Putri NIM PO.71.24.4.20.004



Menyetujui, Pembimbing Akademik



Desi Setiawaty, SST, M.Keb NIP.198112212005012003



(…………………………………)



Pembimbing Klinik



Ira Susanti, Am.Keb NIP.197511162006042013



(…………………………………)



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Elita Vasra, SST., M.Keb NIP. 197305191993012001



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan terkait Asuhan Kebidanan pada Remaja. Penulisan Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pra Nikah Program Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si., Apt., M.M., M.Kes., selaku Direktur Polekkes Kemenkes Palembang. 2. Bapak Makmur S. Prangin Angin, SKM, MKM selaku Plt. Pimpinan Puskesmas Punti Kayu Palembang. 3. Ibu Nesi Novita, S.SiT., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan. 4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb., Ketua program Studi Profesi Bidan dan jajaran yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan kegiatan praktik profesi. 5. Pembimbing Praktik Ibu Desi Setiawaty, SST.,M.Keb dan Ibu Ira Susanti, Am.Keb sebagai pembimbing lahan praktik. 6. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Akhirnya tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan laporan pendahuluan ini, sehingga penulis mengharakan masukan yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.



Palembang,



Maret 2021



Penulis



iii



DAFTAR ISI Halaman Judul.....................................................................................................i Halaman Pengesahan..........................................................................................ii Kata Pengantar....................................................................................................iii Daftar Isi..............................................................................................................iv BAB I TINJAUAN TEORI.................................................................................1 A. Remaja..................................................................................................1 B. Perubahan Pada Remaja........................................................................1 C. Dismenorea Remaja..............................................................................1 D. Epidemiologi Dismenorea....................................................................3 E. Patofisiologi Dismenorea......................................................................4 F. Klasifikasi Dismenorea.........................................................................5 G. Penatalaksanaan....................................................................................9 BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN.....................................11 A. Data Subjektif.......................................................................................11 B. Data Objektif.........................................................................................12 C. Identifikasi Masalah atau Diagnosa......................................................13 D. Mengantisipasi Masalah Potensial........................................................14 E. Menentukan Kebutuhan Segera............................................................14 F. Menyusun Rencana Tindakan...............................................................14 G. Melakukan Pelaksanaan........................................................................15 H. Evaluasi.................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16



iv



BAB I TINJAUAN TEORI DISMENOREA PADA REMAJA A. Remaja Remaja yang dalam bahasa Inggris sebagai adolescence dan dalam bahasa Latin disebut adolescere yang berarti masa tumbuh dan berkembang untuk mencapai kematangan mental, emsional, sosial, dan fisik. Masa remaja berada di antara usia kanak-kanak dan dewasa. Masa ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan seseorang sehingga keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja sangat mempengaruhi masa dewasa kelak. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. B. Perubahan pada Remaja Perubahan dari segi biologis dan fisiologis remaja adalah sebagai berikut. 1. Tinggi Badan Percepatan tumbuh anak perempuan terjadi lebih dulu dibandingkan anak laki-laki, tetapi puncak percepatan tumbuh anak lakilaki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Sekitar 15-20% tinggi badan di masa dewasa dicapai pada masa remaja. 2. Perkembangan biologis dan perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. C. Dismenorea Remaja Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi, biasanya terjadi setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung bagian bawah.



1



Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa menstruasi berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa seperti kram saat menstruasi. Rasa nyeri saat menstruasi cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan secara medis disebut secara dismenorea. Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenorea, antara lain: 1. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2016). 2. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi (Ramaiah, 2013). 3. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2014). 4. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2017). 5. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas seharihari.



2



Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2017). 6. Dismenorea menurut Manuaba (2017) adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya : a. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari. b. Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan derajat sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-hari. c. Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya. D. Epidemiologi Dismenorea Kejadian dismenorea di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami dismenorea. Di Amerika angka presentasiniya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% (Proverawati, 2014). Penelitian Gagua di Georgia pada tahun 2012 di ketahui bahwa prevalensi kejadian dismenorea yaitu 52,07% dan akibat dari nyeri tersebut dilaporkan bahwa 69,78% diantaranya tidak hadir kesekolah (Gagua, 2012). Prevalensi dismenore primer di Amerika Serikat pada tahun 2012 yang dialami wanita umur 12-17 tahun adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49% dismenorea ringan, 37% dismenorea sedang dan 12% dismenorea berat sehingga mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah (Omidvar, 2012). Di Indonesia kejadian dismenorea primer mencapai 54,89% sedangkan



dismenorea



sekunder



sebanyak



Misaroh,2012).



3



45,11%



(Proverawati



&



Kejadian dismenorea ini biasanya terjadi pada remaja yang berusia dibawah 20 tahun, karena puncak insiden dismenorea terjadi pada akhir masa remaja dan diawal usia 20-an. Sedangkan kejadian dismenorea pada remaja dikatakan cukup tinggi yaitu 92%. Namun insiden ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan dan meningkatnya kelahiran. Populasi remaja yang memiliki usia 12-17 tahun di Amerika Serikat, remaja yang mengalami dismenorea 59,7% dengan keluhan nyeri. Namun nyeri berat dirasakan oleh remaja tersebut sebesar 12%,37% mengalami nyeri sedang dan 49% remaja mengalami nyeri ringan. Studi ini melaporkan bahwa akibat dari dismenorea, sebanyak 14% remaja putri sering absen sekolah (Anurogo, 2011). Di india tentang “Dismenorea Primer dan Dampaknya terhadap Kualitas Hidup Remaja Putri” di laporkan bahwa kejadian dismenorea sebanyak 84,2%. Wanita yang mengalami dismenorea berpeluang 4,9 kali lebih besar untuk tidak hadir pada perkuliahan, 3,1 kali lebih besar berpeluang menurunkan aktivitas fisik, 3,2 kali lebih besar berpeluang untuk merasakan ketidakpuasan dalam bekerja dibandingkan dengan wanita yang tidak dismenorea. Jadi dapat disimpulkan bahwa dismenorea menyebabkan absen di perkuliahan dan memiliki efek merugikan terhadap kualitas hidup remaja putri (Joshi, 2015). E. Patofisiologi Dismenore Selama



siklus



menstruasi



di



temukan



peningkatan



dari



kadar



prostaglandin terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah, namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2. Selama siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada beberapa kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada remaja dengan keluhan menorrhagia secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu baik secara normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai peranan selama siklus menstruasi (Reeder, 2013).



4



Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas otot uterus. Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditembah adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus selanjutnya akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin akan dapat mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada saat menstruasi. Begitu juga dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2 dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi (Anurogo, 2011). Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2a) dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga timbul nyeri. Selama periode menstruasi, remaja yang mempunyai dismenorea mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak dalam darah menstruasi di bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri. Akibat peningkatan aktivitas uterus yang abnormal ini, aliran darah menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh serat prostaglandin (PGE2) dan hormon lainnya yang membuat serat saraf sensori nyeri di uterus menjadi hipersensitif terhadap kerja badikinin serta stimulasi nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013). F. Klasifikasi Dismenorea 1. Dismenorea Primer a) Pengertian Dismenorea Primer Dismenor Primer merupakan nyeri yang dirasakan secara berlebihan. Penyebab terjadinya dismenorea primer ini tidak di ketahui penyebab fisik yang nyata (Morgan, 2013).



5



Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkitjangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan 10 dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu (Hermawan, 2012). b) Penyebab Dismenorea Primer 1) Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus, sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain dysmenorrhea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, dan diare. 2) Kelainan Organik



6



Ditemukan adanya kelainan pada rahim seperti kelainan letak arah anatomi uterus, hypoplasia uteri (keadaan perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium. 3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Adanya perasaan yang mengganggu dari psikis seseorang remaja yang



memberikan



efek



negatif



terhadap



diri,



sehingga



menyebabkan nyeri dismenorea 4) Faktor konstitusi Anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea 5) Faktor alergi Adanya hubungan antara dismenorea dengan urtikaria (biduran), migrain dan asma (Anurogo, 2011). c) Faktor Risiko Dismenorea Primer 1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun 2) Belum pernah hamil dan melahirkan 3) Memiliki haid yang memanjang atau dalam waktu lama 4) Merokok 5) Riwayat keluarga positif terkena penyakit 6) Kegemukan atau kelebihan berat badan (Anurogo, 2011). d) Gambaran Klinik Dismenorea primer biasanya akan dirasakan secara bertahap yaitu dimulai dari tahap ringan yang dimulai dari adanya kram pada bagian tengah, yang memiliki sifat spasmodik yang dapat menyebar kepunggung atau paha bagian belakang. Umumnya dismenorea primer akan dirasakan pada saat 1 sampai 2 hari sebelum menstruasi atau saat 12 menstruasi. Nyeri yang dirasakan tersebut akan terasa lebih berat selama 24 jam dan berkurang setelah itu (Morgan, 2009).



7



Selama nyeri, beberapa wanita juga merasakan efek pengikut seperti malaise ( rasa tidak enak badan), fatigue (lelah), nausea (mual) dan vomiting (muntah), diare, nyeri panggung bawah, sakit kepala, kadangkadang dapat juga di sertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah hingga jatuh pingsan, dan biasanya berlangsung sekitar 48-72 jam baik sebelum ataupun sesudah menstruasi (Anurogo, 2011). Dismenorea primer memiliki karakteristik dan faktor yang berkaitan dengannya yaitu biasanya dismenorea dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi dan akan bertambah berat apabila sudah berumur 2327 tahun dan secara perlahan-lahan akan mereda setelah umur tersebut. Dismenorea primer biasanya terjadi pada remaja yang belum pernah menikah dan nyerinya akan kurang apabila sudah melahirkan. Namun pada remaja yang memiliki indeks masa tubuh yang berlebihan akan mempengaruhi terhadap nyeri rahim kecuali remaja tersebut atlet. Dismenore primer akan terjadi aliran menstruasi yang lama dan jarang terjadi pada remaja yang memiliki siklus haid yang tidak teratur (Morgan, 2009). 2. Dismenorea Sekunder a) Pengertian Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder merupakan suatu nyeri pada bagian abdomen yang disebabkan karena adanya kelainan pada panggul. Dismenorea sekunder bisa terjadi setelah remaja mengalami menstruasi, tetapi paling sering datang pada usia 20-30 tahunan. Penyebab yang paling sering dialami oleh remaja adalah endometriosis, adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau intra uterine device (IUD) (Anurogo, 2011). Dismenorea sekunder yang dirasakan oleh penderita berlangsung dari 2 sampai 3 hari selama menstruasi, namun penderita dismenorea sekunder biasanya terjadi pada remaja yang memiliki umur lebih tua



8



dan sebelumnya mengalami siklus menstruasi yang normal (Reeder, 2013). b) Penyebab Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi, kelainan letah-arah, kista ovarium, gangguan pada panggul, tumor, dan lain-lain (Anurogo, 2011).



c) Faktor Risiko Dismenorea Sekunder 1) Endometriosis 2) Adenomyosis 3) Intra Uterine Device (IUD) 4) Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul) 5) Endometrial carcinoma (kanker endometrium) 6) Ovarian cysta (kista ovarium) 7) Congenital pelvic malformations 8) Cervical stenosis (Anurogo, 2011). d) Gambaran Klinis Dismenorea sekunder biasanya terjadi dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat dan terasa nyeri di punggung. Perbedaan dengan dismenorea yang lainya adalah nyerinya akan semakin kuat pada fase luteal dan akan memuncak sekitar haid. Sifat nyeri yang dimiliki adalah unilateral dan biasanya terjadi pada umur lebih dari 20 tahun. Karakteristik yang lain yang dapat terjadi adalah darah menstruasi yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur. Walaupun kita memberikan terapi NSAID, nyeri yang dirasakan tetap tidak berkurang (Anurogo, 2011). G. Penatalaksanaan 1) Pencegahan



9



Sebelum melakukan pengobatan seorang remaja setidaknya dilakukan penanganan secara alami terhadap dismenorea. Penanganan ini dapat dilakukan untuk nyeri menstruasi, diantaranya yaitu : a) Seorang remaja di sarankan untuk tidak stress karena akan mempengaruhi nyeri dismenorea. Seorang remaja harus berfikir positif agar dismenorea terhindari b) Makan dengan makan-makanan yang bergizi, yaitu makanan yang mengandung gizi seimbang. Pada saat seorang remaja mengalami menstruasi, disarankan untuk banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-saturan untuk selalu segar dan sehat c) Istirahat yang cukup dan tidak menguras tenaga secara berlebihan d) Seringlah minum-minuman yang mengandung kalsium tinggi seperti susu ataupun seorang remaja dapat mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium yang tinggi. 2) Pengobatan Bila nyeri demikian hebat dan perlu pertolongan segera, maka kita bisa membeli obat-obatan anti nyeri yang dijual dipasaran bebas tanpa harus dengan resep dokter, misalnya feminax, aspirin, parasetamol dan lain-lain. Jangan lupa bacalah dengan teliti aturan pemakaiannya. Apabila



telah



melakukan



upaya-upaya



dirumah



baik



dengan



pemanasan, latihan maupun obat-obatan selama lebih kurang 3 bulan tetapi belum ada sedikitpun perbaikan, sebaiknya konsultasi dengan ahlinya secara langsung (Petugas Kesehatan) (dr. Fadlina, 2010).



10



BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN DISMENOREA



A. Data Subjektif 1. Biodata Remaja dan Orangtua Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain. Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas. Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan. Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut. Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan . Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah remaja terlalu lelah dalam aktivitas yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh. 2. Keluhan Utama Apa yang dirasakan remaja pada saat ini, baik keluhan fisik, psikis maupun sosial. 3.



Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui riwayat obstetric remaja terkait keluhan menstruasi



4. Riwayat Kesehatan Remaja Untuk mengetahui riwayat penyakit yang bisa berdampak pada menstruasi atau penyakit yang terjadi sebagai dampak dari dismenorea 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga terutama penyakit keturunan seperti siklus menstruasi



11



6.



Pola Kebiasaan a) Nutrisi : Makanan perlu dikaji terutama konsumsi serat (Buah dan sayur) dan juga perilaku pemenuhan kebutuhan nutrisi yang memicu terjadinya nyeri menstruasi b) Personal Hygiene : Menjaga kebersihan tubuh akibat siklus menstruasi setiap bulan c) Istirahat : minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan hormon remaja. d) Aktivitas Aktivitas merupakan salah satu faktor yang menyababkan timbulnya masalah nyeri menstruasi



B. Data Objektif 1. Keadaan Umum Bagaimana keadaan pasien dengan dismenorea primer. 2. Tanda-tanda vital Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien dengan dismenorea primer. Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien dengan dismenorea primer. Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien dengan dismenorea primer. Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien dengan dismenorea primer. 3. Pemeriksaan fisik Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala. Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah. Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva. Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan di hidung. Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen. Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan normal.



12



Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis. Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan puting, cairan yang keluar dan hiperpigmentasi areola. Abdomen: untuk mengetahui pembesaran abdomen, bekas luka, dan leopold. Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan pengeluaran pada vagina. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid. Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices. 4. Pemeriksaan penunjang laboratorium Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat pemeriksaan. C. Identifikasi Masalah dan diagnosa 1. Diagnosa kebidanan Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Dasar diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa pernyataan pasien tentang rasa nyeri pada saat menstruasi, akibat rasa nyeri pada aktifitas, waktu rasa nyeri terjadi.Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang. 2. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau tidak.



13



Masalah pada kasus ini yaitu dismenorea primer dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah dan kram pada perut sebelum menstruasi dan selama menstruasi D. Mengantisipasi Masalah Potensial Masalah yang dapat timbul dari diagnosa dan sebagai bidan harus mempertimbangkan upaya pencegahan. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau tidak.Masalah pada kasus ini yaitu dismenorea primer dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah dan kram pada perut sebelum menstruasi dan selama menstruasi. E. Menentukan Kebutuhan Segera Kebutuhan yang segera diberikan adalah : Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan abnormal. Antisipasi pertama yang dilakukan pada dismenorea primer yaitu dengan memperbaiki nutrisi dan pola hidup sehat. F. Menyusun Rencana Tindakan Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien). Rencana yang diberikan pada dismenorea primer adalah : 1. Konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual 2. Medikamentosa meliputi pemberian kalsium antagonis, antiprostaglandin, pemberian progestin dan pil oral



14



3. Suportif meliputi pemberian Vit E/B6 dan neurogenic G. Melakukan



Penatalaksanaan



Perencanaan



yang



sudah



disusun



dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan Bidan. Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan menganalisa dan memonitor keadaan kesehatan pasiennya. Pelaksanaan pada dismenorea primer adalah: 1. Setelah diberikan konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual diharapkan pasien atau klien dapat mengerti tentang dismenorea primer. 2. Setelah pemberian kalsium antagonis, antiprostaglandin, pemberian progestin, pemberian Vit E/B6,neurogenik dan pil oral rasa nyeri pada pasien atau klien dapat berkurang bahkan dapat hilang. H. Evaluasi Langkah ini sebagai evaluasi asuhan yang sudah diberikan kepada remaja dan tindak lanjut yang diambil Bidan. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif/ tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. Evaluasi yang diharapkan pada dismenorea primer adalah: 1. Rasa nyeri berkurang 2. Pasien atau klien dapat beraktifitas seperti biasa 3. Keadaan umum baik



15



DAFTAR PUSTAKA



_______. 2018. http://repository.pkr.ac.id/55/4/13..%20BAB%202.pdf. Diakses pada 01 Maret 2021. Angrawal, M., Kulkarni, A., Joshi, S., Tiku, N (2015). Augmented Reality. International Journal of advance Research in Computer Science Digilib.



2017.



http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-



trimutfika-6017-2-babii.pdf . Diakses pada 01 Maret 2021. Mar’atussholihah,



Aliah.



2013.



Asuhan



Kebidanan



pada



Remaja.



http://www.jogjalib.com/file/93db85ed909c13838ff95ccfa94cebd9.pdf. Diakses pada 01 Maret 2021. Proverawati, A., & Misaroh, S. 2014. Menarche: Menstruasi Pertama Penuh. Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.  



16