7 LP Dan 7 SP Gangguan Jiwa 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI KEPERAWATAN PADA STASE KEPERAWATAN JIWA



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI A. Masalah Utama: Perubahan sensori perseptual : halusinasi. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Farida, 2010). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada ( Keliat & Akemat, 2010 ). Halusinasi juga dapat dikatakan sebagai gangguan persepsi yang diterima oleh pancaindera. Meskipun tidak ada rangsangan yang diterima dari luar. Halusinasi bukanlah mimpi, melainkan orang yang berada di dalam kesadaran penuh namun tingkah lakunya selayaknya orang yang berada di dalam kondisi bermimpi. Sehingga tak heran jika anda akan melihat orang yang berhalusinasi akan bertindak aneh yang di luar kewajaran (Savita, 2009) B. Penyebab Penyebab dari halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial membuat klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien akan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi. Faktor Predisposisi: 1. Faktor Perkembangan



Pada faktor ini klien terganggu akibat adanya kerendahan kontrol dan kehangatan keluarga yang mempengaruhi kemampuan mandiri sejak dini, sehingga mudah frustasi dan hilangnya kepercayaan diri. 2. Faktor Sosiokultural 3. Faktor Biokimia 4. Faktor Psikologis 5. Faktor Genetik dan Pola Asuh Faktor Presipitasi: 1. Aspek Fisik:



2.



a.



Makan dan minum kurang



b.



Tidur kurang atau terganggu



c.



Penampilan diri kurang



d.



Keberanian kurang



Aspek Emosi: a.



Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil



b.



Merasa malu, bersalah



c.



Mudah panik dan tiba-tiba marah



3. Aspek Intelektual a.



Putus asa



b.



Merasa sendiri, tidak ada sokongan



c.



Kurang percaya diri



4. Askep Spiritual 5. Aspek Sosial a.



Duduk menyendiri



b.



Selalu tunduk



c.



Tampak melamun



d.



Tidak peduli lingkungan



e.



Menghindar dari orang lain



f.



Tergantung dari orang lain



C.



Manifestasi Klinik: a. Bicara, senyum, tertawa sendiri b. Mengatakan



mendengarkan



suara,



melihat,



mengecap,



menghirup



(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata. c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi. f. Sikap curiga dan saling bermusuhan. g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal. h. Menarik diri menghindar dari orang lain. i. Sulit membuat keputusan. j. Ketakutan. k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi. l. Mudah tersinggung, jengkel, marah. m. Menyalahkan diri atau orang lain. n. Muka marah kadang pucat. o. Ekspresi wajah tegang. p. Tekanan darah meningkat. q. Nafas terengah-engah. r. Nadi cepat s. Banyak keringat D.



Jenis Halusinasi Menurut Savita (2009), jenis halusinasi antara lain: a. Halusinasi Pendengaran (auditorik) 70 % Jenis halusinasi ini biasanya ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang



membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b. Halusinasi Penglihatan (Visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi Penghidung (olfactory)\ Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. f.Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. g. Halusinasi Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. Tabel 1 Fasetingkat Halusinasi (Stuart &Laraira, 2005) Halusinasi



Karakteristik



Perilaku Klien



FASE 1



Klien mengalami



Tersenyum dan



Comforting



perasaan seperti ansietas,



tertawa tidak



Ansietas



kesepian, rasa bersalah



sesuai



sebagai



dan takut mencoba untuk



menggerekan



halusinasi



befokus pada pikiran



bibir tanpa suara



menyenangkan



menyengkan untuk



mengegerkan



meredakan ansietas



mata yang cepat



individu mengenal



dan respon



bahwa pikiran-pikiran



verbal yang



dan pengalaman sensor



lambat jika



berada dalam kondisi



Sedang asik



kesadaran jika ansietas



sendiri



dapat ditangani psikotik.



meningkat tanda-tanda sarat otonomi



FASE II



Pengalaman sensasi



Ansietas seperti



Complementin



menjijikan dan



peningkatan



g Ansietas



menakutkan,klien mulai



denyut jantung



berat



lepas kendali dan



pernafasan dan



halusinasi



mungkin mencoba untuk



tekanan darah,



memberatkan



mengambil jaraknya



rentang



dengan sumber yang



perhatian



dipersepsikan klien



menyempit asik



mungkin mengalami



dengan



pengamalan sensori dan



penglaman



menarik diri dari orang



sensori dan



lain, psikotik ringan



kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita



FASE III



Klien berhenti



Kemampuan



Controling



menghentikan



dikendalikan



Ansietas berat



perlawanan terhadap



halusinasi akan



pengalamn



halusinasi dan



lebih ditakuti,



sensorsi



menyerah pada



kerusakan



menjadi



halusnasinya menjadi



berhubungan



berkuasa



menarik, klien



dengan orang



mengalami pengalaman



lain, rentang



kesepian jika sensori



perhatian hanya



halusinasinya berhenti



beberapa detik /



psikotik



menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan.



FASE IV



Pengalaman sensori



Perilaku tremor



Conquering



menjadi mengancam jika



akibat panik,



panik



klien mengikuti perintah



potensi kuat



Ansietas panik



halusinasi berakhir dari



suicida /



pengalaman



beberapa jam / hari jika



nomicide



sensori



intervensi terapeutif



aktifitas



menaklukan



psikoti berat.



merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti



kekerasan, agitas menarik diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang E. Akibat Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain. Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku : Tanda dan gejala : 1) Muka merah 2) Pandangan tajam 3) Otot tegang 4) Nada suara tinggi 5) Berdebat 6) Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.



F. Pohon Masalah Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan



Akibat



Halusinasi Menarik diri G.



Core Problem Penyebab



Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1.



Masalah keperawatan a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Perubahan sensori perseptual: halusinasi c. Isolasi sosial: menarik diri



2.



Data yang perlu dikaji a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif: 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Objektif: 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang. b.



Perubahan sensori perseptual: halusinasi Data Subjektif: 1)Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata



2)Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata 3)Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus 4)Klien merasa makan sesuatu 5)Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya 6)Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar 7)Klien ingin memukul/melempar barang-barang Data Objektif: 1)



Klien berbicara dan tertawa sendiri



2)



Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu



3)



Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu



4) c.



Disorientasi



Isolasi sosial: menarik diri Data Subyektif: 



Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.



Data Obyektif: 



Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan



H.



Diagnosa Keperawatan a.



Perubahan sensori persepsi: halusinasi



b.



Isolasi sosial: menarik diri



I.



Rencana Keperawatan Diagnosa I



: Perubahan sensori persepsi halusinasi



Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : 1.



Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya Tindakan : a.



Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip



komunikasi terapeutik dengan cara : 1)



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal



2)



Perkenalkan diri dengan sopan



3)



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai



4)



Jelaskan tujuan pertemuan



5)



Jujur dan menepati janji



6)



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



7)



Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien



2.



Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan : a.



Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap



b.



Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara



c.



Bantu klien mengenal halusinasinya 1).



Tanyakan apakah ada suara yang didengar



2).



Apa yang dikatakan halusinasinya



3).



Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu, namun



perawat sendiri tidak mendengarnya.



d.



4).



Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu



5).



Katakan bahwa perawat akan membantu klien



Diskusikan dengan klien: 1)



Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi



2)



Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)



e.



Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,



takut,



sedih,



senang)



beri



kesempatan



klien



mengungkapkan perasaannya 3.



Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan : a.



Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)



b.



Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian



c.



Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi: 1) Katakan “ saya tidak mau dengar” 2) Menemui orang lain 3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari 4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri



d.



Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap



e.



Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih



f.



Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil



g.



Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi



4.



Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya Tindakan : a.



Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi



b.



Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah): 1) Gejala halusinasi yang dialami klien 2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi 3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama 4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan: halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain



5.



Klien memanfaatkan obat dengan baik Tindakan : a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.



Diagnosa II



: isolasi sosial menarik diri



Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi Tujuan khusus : 1.



Klien dapat membina hubungan saling percaya



Tindakan : a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab. c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburuburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. 2.



Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan : a.



Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya



b.



Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul



c.



Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul



d.



Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya



3.



Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan: a.



Kaji



pengetahuan



klien



tentang



manfaat



dan



keuntungan



berhubungan dengan orang lain 1)



Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain



2)



Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain



3)



Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain



b.



Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain 2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain



4.



Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan: a.



Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain



b.



Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : 1) K – P 2) K – P – P lain 3) K – P – P lain – K lain 4) K – Kel/Klp/Masy



c.



Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai



d.



Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan



e.



Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu



f.



Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan



g.



Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan



5.



Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan: a.



Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain



b.



Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain



c.



Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain



6.



Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan: a.



Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: 1) Salam, perkenalan diri 2) Jelaskan tujuan 3) Buat kontrak 4) Eksplorasi perasaan klien



b.



Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : 1) Perilaku menarik diri 2) Penyebab perilaku menarik diri 3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi 4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri



c.



Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain



d.



Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu



e.



Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga



DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC Savitra Khanza, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi Kedua. Jakarta:GC Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga Universitas Press Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Halusinasi pendengaran A.



PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar b. Klien sering tertawa dan tersenyum sendiri c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan. 2. Diagnosa keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar



B.



Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Tujuan tindakan untuk pasien meliputi : a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal



SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi ORIENTASI: ”Selamat pagi bapak, Perkenalkan Saya Mahasiswa Profesi UNIMUS yang akan merawat bapak Nama Saya..........., senang dipanggil ......... Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa” ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”



KERJA: ”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?” ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” ” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? ” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa” TERMINASI: ”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.”



SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja? Kerja: “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anakbapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!” Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”



SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal Orientasi: “Selamat pagi bapakBagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suarasuaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.” Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan. Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”



SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?” Kerja: “bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”



Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.” 2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga a. Tujuan: 1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah 2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. b. Tindakan Keperawatan Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah :



1)



Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.



2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien. 4)



Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien



SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara. ORIENTASI: “Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak” “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?” “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.” “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit” KERJA: “Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?” “Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya. ”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab” “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”



“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.” ”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. ”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!” ”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan” ”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”. ”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”



”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan” ”Bagus Bu” TERMINASI: “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?” “Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?” ”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?” ”Jam berapa kita bertemu?” Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien. ORIENTASI: “Selamat pagi” “Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?” ”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!” ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”. ”mari kita datangi bapak” KERJA: ”Selamat pagi pak” ”pak, istribapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi



yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga TERMINASI : “Bagaimana perasaan Ibu



setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi



langsung dihadapan Bapak?” ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak mengalami halusinas”. “bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.” SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan ORIENTASI “Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarindan sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama dirumah” “Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!” “Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA “Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”



“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika



hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan



pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan” TERMINASI “Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”



LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN RESIKO BUNUH DIRI Masalah Utama: Resiko Bunuh Diri Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar. 2000). Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang langsung ditunjukan terhadap dirinya sendiri untuk maksud mengakhiri kehidupannya (David A. Tomb. 2003). Penyebab a) Faktor Predisposisi 1) Diagnosa medis: gangguan jiwa Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia. 2) Sifat Kepribadian Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan, implusif, kepribadian anti sosial dan depresif. 3) Lingkungan Psikososial Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan atau bercerai, kehilangan barnag kehilangan



dukungan



sosial



merupakan



faktor



penting



yang



mempengaruhi individu untuk melalukan tindakan bunuh diri. 4) Riwayat Keluarga Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam keluarga merupaka faktor penting untuk melakukan bunuh diri. 5) Faktor Biokimia Menurunnya neurotansmiter serotonin, opiat dan dopamin dapat menimbulkan perilaku destruktif diri



b) Faktor presipitasi Stresor pencetus bunuh diri terjadi karena stres berlebihan yang dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti masalah hubungan interpersonal, dipermalukan didepan umum, kehilanhan pekerjaan, ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan peristiwa bunuh diri. Tanda gejala Pemarah, emosional, depresi, putus asa, tidak berdaya, memberika isyarat verbal maupun non verbal. Akibat Resiko bunuh diri mengakibatkan petunjuk gejala antara lain : Keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan tertekan, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social, pikiran dan rencana bunuh diri, percobaan atau ancaman verbal. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Resiko bunuh diri



Harga diri rendah



Asuhan Keperawatan 1. Masalah keperawatan c) Resiko bunuh diri DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri. d) Koping tidak efektif DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls. e) Menarik diri DS : menyatakan minder, suka menyendiri DO : nampak murung, tidak berkomunikasi dengan orang lain 2. Data Yang Dikaji a.



Pengkajian Tingkat Resiko Bunuh Diri Intensitas Risiko



Perilaku atau gejala



Rendah



Sedang



Tinggi



1. Cemas



Rendah



Sedang



Tinggi atau panik



2. Depresi



Rendah



Sedang



Berat



Perasaan tidak



Tidak berdaya, putus



berdaya, putus asa,



asa, manarik diri,



menarik diri.



protes pada diri



3. Isolasi: menarik diri



Perasaan depresi yang samar, tidak manarik diri.



4. Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada semua 5. Sumber-sumber 6. Strategi koping



aktivitas



sendiri. Baik pada beberapa aktivitas



Tidak baik pada semua aktivitas



Beberapa



Sedikit



Kurang



Umumnya



Sebagian konstruktif



Sebagian besar



konstruktif 7. Orang penting/ dekat 8. Pelayanan psikiatri yang lalu 9. Pola hidup



Beberapa



destruktif. Sedikit atau hanya satu



Tidak ada



Ya, umumnya



Bersikap negatif



memuaskan



terhadap pertolongan.



Stabil



Sedang



Tidak stabil



Tidak sering



Sering



Terus menerus



Tidak, sikap positif



10. Pemakai alkohol dan obat 11. Percobaan bunuh diri sebelumnya



Tidak, atau yg tidak Dari tidak s.d. cara yg



Dari tidak sampai



fatal



agak fatal



berbagai cara yg fatal.



Tidak ada



Sedikit



Jelas atau ada



Beberapa



Jelas atau ada



Sering dipikirkan



Sering dan konstan



12. Disorientasi dan disorganisasi 13. Bermusuhan



Tidak tahu atau sedikit



14. Rencana bunuh diri



Samara, kadang-



kadang ada fikiran, kadang-kadang ada ide dipikirkan dgn rencana tidak ada rencana



untuk merencanakan.



yg spesifik.



b. Pengkajian Faktor Resiko Bunuh Diri a) Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria b) Usia: lebih tua, masalah semakin banyak c) Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah d) Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat e) Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social f) Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri g) Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa 1: Resiko bunuh diri Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah Diagnosa 3: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa 1: Resiko bunuh diri f)



Tujuan umum



: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri



g) Tujuan khusus : 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: (a) Perkenalkan diri dengan klien (b) Tanggapi



pembicaraan



klien



dengan



sabar



dan



menyangkal. (c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur. (d) Bersifat hangat dan bersahabat. (e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat. 2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri



tidak



Tindakan : (a) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain). (b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. (c) Awasi klien secara ketat setiap saat. 3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan: (a) Dengarkan keluhan yang dirasakan. (b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. (c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya. (d) Beri



waktu



dan



kesempatan



untuk



menceritakan



arti



penderitaan, kematian, dan lain lain. (e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. 4) Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan: (a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. (b) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu. (c) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,



keyakinan, hal hal untuk



diselesaikan). 5) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan:



(a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.) (b) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan. (c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan umum: Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan khusus: a) Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: (a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. (b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. (c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: (a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (b) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien (c) Utamakan pemberian pujian yang realitas 6) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: (a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



(b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 7) Klien



dapat



merencanakan



kegiatan



yang



bermanfaat



sesuai



kemampuan yang dimiliki Tindakan : (a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. (b) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. (c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 8) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : (a) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan (b) Beri pujian atas keberhasilan klien (c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 9) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : (a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien (b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat (c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah (d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga Diagnosa 3: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : 1) Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya 2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya 3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya Tindakan :



(a) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya (b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif (c) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting (d) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien (e) Merencanakan yang dapat pasien lakukan 4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik Tindakan : (a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya (b) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah (c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik



DAFTAR PUSTAKA Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Riyadi, Sujono; Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu Media Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Resiko bunuh diri Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri. 1.



Fase Orientasi “Assalamu’alaikum B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.” “Bagaimana perasaan B hari ini?” “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”



2.



Fase Kerja “Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B merasa paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah B merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.” “Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.” “Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B



jangan sendirian ya? Katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”. “Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?” 3.



Fase Terminasi “Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?” “Coba B sebutkan lagi cara tersebut?” “Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang” (jangan meninggalkan pasien)



SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri 1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari ini? O.. jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!” 2. Fase Kerja “Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.” “Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.” “Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?” 3. Fase Terminasi “Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera



saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.” SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri. 1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa lama? Dimana?” 2. Fase Kerja “Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?.” “Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.” 3. Fase Terminasi “Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apaapa saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!” Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri SP 1 keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh diri.



1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak dan ibu dirumah sakit ini”. “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B. 2. Fase Kerja “Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan pekerjaan dan ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi B yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktuwaktu, kita semua perlu mengawasi B terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini B tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun”. “Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan B untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika bicara dengan B fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative.’’ “Selain itu sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.” 3. Fase Terminasi “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?” “Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita temani B, sampai keinginan bunuh dirinya hilang. SP 2 Keluarga: percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga beresiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri) 1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadan Bapak/Ibu?” “Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi dari bunuh diri.”



“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?” 2. Fase Kerja “Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?” “Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunu diri. Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya.” Apakah B pernah mengatakannya?” “Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B.” “Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.” “Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.” 3. Fase Terminasi “Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?” “Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah.” SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri



1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi” “Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu lalu?” “Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?” “Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?” “Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?” 2. Fase Kerja “Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini” “Bagus, betul begitu caranya” “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B” “Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?” “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B” “Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien) 3. Fase Terminasi “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di rumah?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya” “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu” SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh diri 1. Fase Orientasi “Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita membicarakan jadual B selama dirumah.”



“Berapa lama kita bisa diskusi?” “Baik mari kita diskusikan.” 2. Fase Kerja “Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya.” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B selama di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi Suster C dirumah sakit harapan peduli,rumah sakit terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon rumah sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya suster C yang akan membantu memantau perkembangan B” 3. Fase Terminasi “Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?” “Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat C di rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol kerumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”



DAFTAR PUSTAKA CAPTAIN, C, (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53 Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company, Philadelphia. Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis. Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis. Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis.



LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama: Defisit Perawatan Diri Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000). Tanda dan Gejala : 1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor 2) Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan. 3) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya 4) Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK 2. Penyebab Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Tanda dan Gejala menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:



1) Fisik a) Badan bau, pakaian kotor. b) Rambut dan kulit kotor. c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi 2) Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif. b) Menarik diri, isolasi diri. c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3) Sosial a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d) Cara makan tidak teratur e) BAK dan BAB di sembarang tempat 3.



Pohon Masalah Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)



Defisit perawatan diri



Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri



Isolasi sosial



4.



Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri



Data subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa, Data obyektif : Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor b) Isolasi Sosial Data subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan c) Defisit Perawatan Diri Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. Data obyektif a. Rambut kotor, acak – acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor e. Kuku panjang dan tidak terawat 5.



Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2. Isolasi Sosial 3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK



6.



Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri



Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Intervensi a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien. TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.



TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.



Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.



c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lainlain. Diagnosa 2



: Isolasi sosial



Tujuan Umum



: klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi



Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab. c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburuburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul



b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul c. Berikan



pujian



terhadap



kemampuan



klien



mengungkapkan



perasaannya TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain 2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain 2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Intervensi a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan



e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan TUK



IV



: Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah



berhubungan dengan orang lain Intervensi a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri Tujuan Khusus : a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri 1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. 2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri 3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri 4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri b. Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : 1) Berpakaian



2) Menyisir rambut 3) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : 1) Berpakaian 2) Menyisir rambut 3) Berhias c. Melatih pasien makan secara mandiri 1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan 2) Menjelaskan cara makan yang tertib 3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan 4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik d. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri 1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai 2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK 3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto



STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI A. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri B. Tujuan 1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik 3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri C. Tindakan 1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2. Melatih pasien berdandan/berhias a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Bercukur d. Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : e. Berpakaian f. Menyisir rambut g. Berhias 3. Melatih pasien makan secara mandiri a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik



4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri



Orientasi “Selamat pagi, kenalkan saya .............” ”Namanya anda siapa, senang dipanggil siapa?” ”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat T?” “Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?” ” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ” ” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ” Kerja “Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tandatanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb. “Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?” (Contoh untuk pasien laki-laki) “Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa



gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya “Berapa kali T makan sehari? ”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan. “Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”. “Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”. ”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.” Terminasi “Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi” ”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak



melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.



SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan: a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur ORIENTASI “Selamat pagi Pak Tono? “Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di jadual hariannya? “Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.



KERJA “Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju? “Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”. “Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali! “Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut) TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”. “Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..



“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ? “Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain. SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias ORIENTASI “Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai dijadual harian ? “Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik ) KERJA “ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca! TERMINASI “Bagaimana perasaan T belajar berdandan” “T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama pasien yang lain”. SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan



d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik ORIENTASI “Selamat siang T,” ” Wow...masih rapi dech T”. “Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“ KERJA “Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?” “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus.. “Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T minta sendiri obatnya.” TERMINASI “Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”. ”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)” ” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!” SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK ORIENTASI



“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual kegiatannya..?” “Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik? “ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...! KERJA Untuk pasien pria: “Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....” “Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.” Untuk pasien wanita: “Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita” “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air



kencing seperti ini, berarti Tono ikut



mencegah menyebarnya kuman yang



berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.” TERMINASI “Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?” “Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...! “Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”. “ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual kegiatannya.



SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah



perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga



yang mengalami masalah kurang perawatan diri Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini ORIENTASI “Selamat pagi Pak / Bu, saya ...., perawat yang merawat T” “Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?” “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami T dan bantuan apa yang dapat diberikan.” “Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di kantor perawat!” KERJA



“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK. “Perilaku yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ; untuk kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. T juga telah mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya : Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau T kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan? Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.” ”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?” TERMINASI Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap?” “Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T dalam merawat diri.” ” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada T.” “Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu T saat membersihkan diri.” “Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk memotivasi T dalam merawat diri.”



Sp 2 Keluarga : Melatih Keluarga Cara Merawat Pasien Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini: ORIENTASI “Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi” “Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?” “Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?” “Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT ya?” “Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?” KERJA “Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan” “Bagus, betul begitu caranya” “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada T” “Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?” “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T” “Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien) TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk T” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya” “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”



SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini ORIENTASI “Selamat pagi Bapak/Ibu hari ini, saya akan mengakhiri kunjungan saya bagaimana kalau kita bicarakan jadual T selama dirumah” “Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat T?” “Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?” “Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.? KERJA “Pak,Bu...,ini jadual kegiatan T, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan? “ Pak / Bu..jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan di rumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan, minum, dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka segera hubungi Suster S di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 446xxx. Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama di rumah” TERMINASI “ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Indrapuri.” “ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejalagejala yang tampak.”



LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN HDR A. Gangguan konsep diri : harga diri rendah Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pada diri sendiri. Tanda dan Gejala: Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker 1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. 2. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa 3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. 4. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. 5. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.



B. Penyebab Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara : a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tibatiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena : 1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal). 2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. 3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. b. Kronik Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. C. Tanda dan Gejalanya 1) Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.



2) Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung. D. Akibat Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336). E. Pohon Masalah Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : Harga diri rendah



Core Problem



Gangguan citra tubuh F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1. Isolasi sosial : menarik diri Data yang perlu dikaji : a. Data Obyektif Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam. b. Data Subyektif Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas. 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah Data yang perlu dikaji : a. Data Subyektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri



b. Data Obyektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. 3. Gangguan citra tubuh Data yang perlu dikaji : a. Data subyektif Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat b. Data obyektif Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangi G. Diagnosa Keperawatan 1. harga diri rendah 2. gangguan citra tubuh 3. H. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa I : harga diri rendah. Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. Tujuan khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: a.



Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien



2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.



b.



Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.



c.



Utamakan memberi pujian yang realistik.



3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri rendah. b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat. c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. Diagnosa II: gangguan citra tubuh. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya



Tindakan : a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan : a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan : a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan b. Beri pujian atas keberhasilan klien



c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga



DAFTAR PUSTAKA Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998 Keliat BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999 Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998 Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Harga Diri Rendah A.



Proses Keperawatan 1. Kondisi klien a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu. c. Pandangan hidup yang pesimis d. Penurunan produktifitas e. Penolakan terhadap kemampuan diri f. terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri g.



Berpakaian tidak rapih.



h. Selera makan kurang i. tidak berani menatap lawan bicara. j.



Lebih banyak menunduk.



2. Diagnosa Perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah B.



Tindakan Keperawatan 1. Tindakan Keperawatan Pada Pasien : Tujuan : a. Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien) b. Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif. c. Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang dimilikinya.



Tindakan Keperawatan : a. Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien



(factor



predisposisi,



factor



presipitasi,



penilaian



terhadap



stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien) b. tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif dengan cara : 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri. 2) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu. 3) Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini) 4) Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan). c. Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan cara : 1) Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien 2) Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya 3) Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek positif yang dimilikinya Strategi Tindakan Pelaksanaan SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.



ORIENTASI : “Selamat pagi, Perkenalkan nama saya ........., dari UNIMUS. Bagaimana keadaan bapak hari ini ? bapak terlihat segar“. ”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih” ”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ? KERJA : ” bapak, apa saja kemampuan yang



bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat



daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa



bapak lakukan?



Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki “. ”



bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat



dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. ”Sekarang, coba



bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah



sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?” “Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” ” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”



“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan. TERMINASI : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.” ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00” ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya” SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. ORIENTASI : “Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ” ”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?” ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur” ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!” KERJA : “ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.



“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang coba Bapak yang melakukan…” “Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya TERMINASI : ”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?” “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel” ”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ” Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien. 2. Tindakan keperawatan pada keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien. a. Tujuan : 1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien 2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien



3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien 4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien b. Tindakan keperawatan : 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien 3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji 4) Pasien atas kemampuannya 5) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah 6) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah 7) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya 8) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah. SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat ORIENTASI : “Selamat pagi !” “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?” “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!” KERJA : “Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”



“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri” “Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?” “Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti” “Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak” ”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak) ” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”. ”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak” ”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring” ”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus” TERMINASI : ”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”



“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara merawatnya?” “Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.” “Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada Bapak” “Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.” SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?” ”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu



seperti yang kita



pelajari dua hari yang lalu?” “Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.” ”Waktunya 20 menit”. ”Sekarang mari kita temui Bapak” KERJA: ”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” ”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”



(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) TERMINASI: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?” « «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak» « tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu » « Sampai jumpa » SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Bapak selama di rumah” ”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor KERJA: ”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit” TERMINASI: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”



LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL A. Masalah Utama : Isolasi sosial Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dari orang lain (Rawlins, 1993). Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. B. Penyebab Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. C. Tanda dan Gejala: a.



Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.



b.



Menghindar dari orang lain (menyendiri).



c.



Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.



d.



Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.



e.



Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.



f.



Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.



g.



Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.



h.



Posisi janin saat tidur. (Budi Anna Keliat, 1998)



D. Akibat dari Menarik Diri Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal. Gejala Klinis : a.



Bicara, senyum dan tertawa sendiri.



b.



Menarik diri dan menghindar dari orang lain.



c.



Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.



d.



Tidak dapat memusatkan perhatian.



e.



Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.



f. E.



Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.



Pohon Masalah Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi



Isolasi sosial: menarik diri



Gangguan konsep diri: harga diri rendah ( Budi Anna Keliat, 1999) F. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan: a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi… b. Isolasi sosial: menarik diri c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 2. Data yang perlu dikaji



Core problem



a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi Data Subjektif: 1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata 2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata 3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus 4) Klien merasa makan sesuatu 5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya 6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar 7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang Data Objektif: 8) Klien berbicara dan tertawa sendiri 9) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu 10) Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 11) Disorientasi b. Isolasi Sosial : menarik diri Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif:



Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. G. Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi sosial: menarik diri 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah H. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1: Isolasi Sosial Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien



2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan: a.



Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.



b.



Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul



c.



Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul



d.



Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya



3.



Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan : a.



Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)



b.



Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain 2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain



c.



Kaji



pengetahuan



klien



tentang



kerugian



bila



tidak



berhubungan dengan orang lain 1) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain 2) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan: a.



Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain



b.



Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: 1) K – P 2) K – P – P lain



3) K – P – P lain – K lain 4) K – Kel/Klp/Masy c.



Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.



d.



Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan



e.



Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu



f.



Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan



g.



Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan



5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan: a.



Dorong klien



untuk mengungkapkan



perasaannya



bila



berhubungan dengan orang lain b.



Diskusikan



dengan



klien



tentang



perasaan



masnfaat



berhubungan dengan orang lain. c.



Beri



reinforcement



positif



atas



kemampuan



mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan: a.



Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : 1) Salam, perkenalan diri 2) Jelaskan tujuan 3) Buat kontrak 4) Eksplorasi perasaan klien



b.



Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : 1) Perilaku menarik diri 2) Penyebab perilaku menarik diri



klien



3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi 4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri c.



Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.



d.



Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu



e.



Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga



Diagnosa 2 : harga diri rendah Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien



2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan:



3.



a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien



b.



Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif



c.



Utamakan memberikan pujian yang realistik



Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Tindakan:



a.



Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.



b.



Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.



4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan: a.



Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 1) Kegiatan mandiri 2) Kegiatan dengan bantuan sebagian 3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total



b.



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.



c.



Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan



5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Tindakan: a.



Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan



b.



Beri pujian atas keberhasilan klien.



c.



Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah



6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan: a.



Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.



b.



Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.



c.



Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rum



DAFTAR PUSTAKA Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998 Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999 Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999 Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.1998 Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Isolasi Sosial A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien a. Data obyektif: Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. b. Data subyektif: Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak. 2. Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial B. Strategi pelaksanaan tindakan: 1. Tujuan khusus : a. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial b. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi c. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain d. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 2. Tindakan keperawatan. a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal



penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan ORIENTASI (PERKENALAN): “Selamat pagi ” “Saya ..............., Saya senang dipanggil ....., Saya mahasiswa UNIMUS yang akan merawat Ibu.” “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?” “Apa keluhan ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit” KERJA: (Jika pasien baru) ”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?” (Jika pasien sudah lama dirawat) ”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?” “Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” ”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ? «  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”



“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing” “Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?” “Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.” TERMINASI: ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?” ” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” ”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.” ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa.”



SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-) ORIENTASI : “Selamat pagi bu! ” “Bagaimana perasaan ibu hari ini?



« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat ! » « Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak ibu mencoba berkenalan dengan teman saya perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit » « Ayo kita temui perawat T disana » KERJA : ( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N) « Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N » « Baiklah bu, ibu bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita praktekkan kemarin «  (pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya) « Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat T . coba tanyakan tentang keluarga perawat T » « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti » « Baiklah perawat T, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya



dan ibu akan



kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi » (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi dengan klien di tempat lain) TERMINASI: “Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan perawat T” ” ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi” ”Pertahankan terus



apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk



menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”



SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien) ORIENTASI: “Selamat pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini? ”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang” (jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain ”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin siang” ”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi” ”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?” ”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O” ”seperti biasa kira-kira 10 menit” ”Mari kita temui dia di ruang makan” KERJA: ( Bersama-sama S saudara mendekati pasien ) « Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. » « Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu lakukan sebelumnya. »  (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). » « Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O» « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti » (ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O) « Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi » (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain) TERMINASI:



“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O” ”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti” ”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan



berkenalan dan bercakap-cakap dengan



orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?” ”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.” 3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. b. Menjelaskan tentang: 1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien. 2) Penyebab isolasi sosial. 3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain: a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.



b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar. c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah. d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien. c. Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial d. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi. e. Menjelaskan perawatan lanjutan SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini ORIENTASI: “Selamat pagi Pak” ”Perkenalkan saya perawat Y....., saya yang merawat, anak bapak” ”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?” ” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?” “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara perawatannya” ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?” KERJA: ”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?” “Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”. ” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”



”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat” “Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.” “Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.” « Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”  ”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu” ” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa



bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama.



Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?” ”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan” ”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali” ”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak” TERMINASI:



“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?” “Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial » « Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial » « Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut » «Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. » «  Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? » « Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama » SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien Orientasi: “Selamat pagi Pak/Bu” ” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?” ”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari yang lalu?” “Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.” ”Sekarang mari kita temui anak bapak” Kerja: ”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?” ”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut) ”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu”



(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya). ”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?” ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga) Terminasi: “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu



setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah



bagus.” « «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak » « Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak » « Sampai jumpa »



SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan ORIENTASI: “Selamat pagi Pak/Bu” ”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di rumah.” ”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja” ”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA: ”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya” ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau



bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit” TERMINASI: ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”



LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah Utama: Perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Towsend,1998). Perilaku



kekerasan



adalah



keadaan



dimana



individu-individu



beresiko



menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000) B. Penyebab Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. C. Manifestasi Klinis 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri 3. Merendahkan martabat 4. Gangguan hubungan sosial 5. Percaya diri kurang 6. Mencederai diri D. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.



E. Pohon Masalah Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku Kekerasan/amuk



Core Problem Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah Koping individu tidak efektif F. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan: a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Perilaku kekerasan / amuk c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah 2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : 



Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.







Klien



suka



mengusiknya jika 



membentak



dan



menyerang



orang



yang



sedang kesal atau marah.



Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.



Data Objektif : 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang. b. Perilaku kekerasan / amuk Data Subyektif : 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.



2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Obyektif 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang. c. Gangguan harga diri : harga diri rendah Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. G. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah H. Rencana Tindakan Diagnosa 1: perilaku kekerasan TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: (d)



Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.



(e)



Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.



(f)



Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan: a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang. 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan : a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. b. Observasi tanda perilaku kekerasan. c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?" 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: a.



Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.



b.



Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.



c.



Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.



6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : a.



Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.



b.



Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.



c.



Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung



d.



Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.



7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: a.



Bantu memilih cara yang paling tepat.



b.



Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.



c.



Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.



d.



Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.



e.



Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.



8. Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan : a.



Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.



b.



Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.



9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: a.



Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).



b.



Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).



c.



Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.



Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.



Tindakan: a.



Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.



b.



Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.



c.



Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



b.



Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien



c.



Utamakan pemberian pujian yang realitas



3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



b.



Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah



4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : a.



Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.



b.



Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.



c.



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien



5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : a.



Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan



b.



Beri pujian atas keberhasilan klien



c.



Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah



6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada



Tindakan : a.



Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien



b.



Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Perilaku kekerasan/Amuk/Marah A. PROSES KEPERAWATAN 1.



Pengkajian : a.



Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.



b.



Data Obyektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.



2.



Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk



B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Tindakan keperawatan untuk pasien 1.



Tujuan a.



Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan



b.



Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan



c.



Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya



d.



Pasien



dapat



kekerasan yang dilakukannya



menyebutkan



akibat



dari



perilaku



e.



Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya



f.



Pasien kekerasannya



secara



dapat fisik,



mencegah/mengontrol



spiritual,



sosial,



dan



perilaku



dengan



terapi



psikofarmaka. 2.



Tindakan a. Bina hubungan saling percaya Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: 1) Mengucapkan salam terapeutik 2) Berjabat tangan 3) Menjelaskan tujuan interaksi 4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan 1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik 2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis 3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial 4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual 5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara: 1) verbal 2) terhadap orang lain 3) terhadap diri sendiri 4) terhadap lingkungan



e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: 1)



Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam



2)



Obat



3)



Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya



4)



Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien



g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: 1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal 2) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal h. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal 1)



Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik



2)



Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.



i. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual: 1) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa 2) Buat jadwal latihan sholat, berdoa j. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat: 1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat 2) Susun jadwal minum obat secara teratur k. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan



SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I ORIENTASI: “Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya.........., panggil saya ......, saya perawat yang dinas di ruangan 2 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA: “Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang?



Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barangbarang pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.” ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?” ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?” “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya” TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan) ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?” ”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi”



SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2 a. Evaluasi latihan nafas dalam b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal ORIENTASI



c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua



“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi” “Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?” “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua” “sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”



KERJA



“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya



TERMINASI



“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!” “Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam



SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal: a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal



ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” KERJA “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: 1.



Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”



2.



Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”



3.



Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”



TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!” “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”



SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual a.



Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal



b.



Latihan sholat/berdoa



c.



Buat jadual latihan sholat/berdoa



ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? KERJA “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).” TERMINASI Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi” “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,



jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?” SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat a.



Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.



b.



Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.



c.



Susun jadual minum obat secara teratur



ORIENTASI “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit” FASEKERJA (perawat membawa obat pasien) “Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini



namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,



untuk membantu



mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.” TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa” Tindakan keperawatan untuk keluarga a. Tujuan Keluarga dapat merawat pasien di rumah b. Tindakan



1)



Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien



2)



Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)



3)



Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain



4)



Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan



5)



Buat perencanaan pulang bersama keluarga



SP 1 Keluarga:



Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara



merawat a.



klien perilaku kekerasan di rumah



Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien



b.



Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)



c.



Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain



ORIENTASI “Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?” “Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?” “Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?” KERJA “Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.” “Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?” “Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?”” “Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu” TERMINASI “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?” “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak” “Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu” “Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”



“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”



SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan. ORIENTASI “Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.” “Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”



KERJA ”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!” ”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.” ”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?” ”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?” ”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”. “Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”. “Cara yang kedua masih ingat pak, bu?” “ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”. “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:



1.



Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.



2.



Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”



3.



Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”



“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” “Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”. “Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah” “Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!” “Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”



TERMINASI “Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?” “Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?” “Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!” “ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.” “Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”



SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga Buat perencanaan pulang bersama keluarga



ORIENTASI “Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincangbincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?” “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di rumah, disini saja?” “Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?” KERJA “Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.” TERMINASI “ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera saya siapkan”



LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM



Di susun oleh : Haerul Ode Mesa G3A021022



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2022



LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah Utama: Perubahan isi pikir : waham Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Morgon,1998). B. Penyebab 1. Pengertian Tanda dan gejala a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan b. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan c. Takut, kadang panik d. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas e. Ekspresi tegang, mudah tersinggung 2. Penyebab Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah. Waham dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham dapat dicetuskan oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya. 3. Tanda dan gejala: a.



Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,



b.



Merasa gagal mencapai keinginan (Tim Direktorat Keswa, 2000).



c.



Rasa bersalah terhadap diri sendiri



d.



Merendahkan martabat



e.



Gangguan hubungan sosial



f.



Percaya diri kurang



g.



Mencederai diri.



4. Akibat Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala: a.



Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.



b.



Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.



c.



Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.



d.



Mata merah, wajah agak merah.



e.



Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.



f.



Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.



g.



Merusak dan melempar barang-barang.



C. Pohon masalah



Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan



Kerusakan komunikasi verbal



Perubahan isi pikir: waham



Core problem



Gangguan konsep diri: harga diri rendah



D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan : a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Kerusakan komunikasi : verbal c. Perubahan isi pikir : waham d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 2. Data yang perlu dikaji : a.Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1). Data subjektif Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri 2). Data objektif Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.



b.Kerusakan komunikasi : verbal 1). Data subjektif Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik 2). Data objektif Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang c.Perubahan isi pikir : waham ( ………….) 1). Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. 2). Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung. d.Gangguan konsep diri: harga diri rendah 1). Data subjektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri 2). Data objektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup E. Diagnosa Keperawatan Perubahan isi pikir : waham Gagguan konsep diri : harga diri rendah



F. Rencana Keperawatan Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal Tujuan khusus : 1.



Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan : 1.1.



Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).



1.2.



Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.



1.3.



Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.



1.4.



Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan



perawatan diri 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Tindakan : 2.1



Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.



2.2



Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.



2.3



Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).



2.4



Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.



3.



Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Tindakan : 3.1 3.2



Observasi kebutuhan klien sehari-hari. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).



3.3



Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.



3.4



Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).



3.5



Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.



4. Klien dapat berhubungan dengan realitas Tindakan : 4.1



Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).



5.



4.2



Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.



4.3



Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien



Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan : 5.1



Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek



5.2



Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,



5.3



samping minum obat. dosis, cara dan waktu).



Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.



5.4



Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.



6.



Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan : 6.1



Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.



6.2



Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga



Diagnosa II: gangguan konsep diri : harga diri rendah Tujuan umum Kien dapat mengendalikan waham. Tujuan khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: a.



Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal



b.



Perkenalkan diri dengan sopan



c.



Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien



d.



Jelaskan tujuan pertemuan



e.



Jujur dan menepati janji



f.



Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



g.



Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien



2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.



b.



Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.



c.



Utamakan memberi pujian yang realistik.



3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. a.



Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.



b.



Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.



4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.



a.



Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.



b.



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.



c.



Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.



5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. a.



Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.



b.



Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah



6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. a.



Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harag diri rendah.



b.



Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.



c.



Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.



DAFTAR PUSTAKA Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999 Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP.2000 Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Waham A.



PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian putih, tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan. 2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham



B.



STRATEGI PELAKSANAAN 1. Tindakan keperawatan untuk pasien Tujuan a.



Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap



b.



Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar



c.



Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan



d.



Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar



SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi ORIENTASI: “Selamat pagi, perkenalkan nama saya .............., panggil saya ....... saya mahasiswa UNIMUS, saya merawat mas selama 1 minggu. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mas B rasakan sekarang?” “Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, mas?”



KERJA: “Saya mengerti mas B merasa bahwa mas B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus mas?” “Tampaknya mas B gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa yang mas B rasakan?” “O... jadi mas B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri mas sendiri?” “Siapa menurut mas B yang sering mengatur-atur diri mas?” “Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?” “Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?” “O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri” “Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut mas” “Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya.



ORIENTASI TERMINASI: “Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!” “Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”



”Apa saja tadi yang mengingat-ingat telah kita bicarakan? Bagus” “Apakah mas B sudah apa saja hobi atau kegemaran amas?” “Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”



“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”



“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”



“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas B tersebut?”



”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana



“Berapa lama mas B mauBagaimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal kita bercakap-cakap? kalau di sini lagi?” tersebut?”



SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu



KERJA



mempraktekkannya



“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?” “Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien). “Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu mengajarkannya kepada mas B, dimana?” “Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?” “Wah..baik sekali permainannya” “Coba kita buat jadual untuk kemampuan mas B ini ya, berapa kali sehari/seminggu mas B



SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar



ORIENTASI “Selamat pagi mas B.” “Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang mas B minum?” “Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?” “Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?



KERJA “Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?” “ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya amas bisa banyak minum ”. “Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam



2. Tindakan keperawatan untuk keluarga Tujuan : a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya. c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal Tindakan : a.



Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.



b.



Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien



c.



Diskusikan dengan keluarga tentang:



d.







Cara merawat pasien waham dirumah







Follow up dan keteraturan pengobatan







Lingkungan yang tepat untuk pasien. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,



frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat) e.



Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera



f.



Latih cara merawat



g.



Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga



SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien ORIENTASI “Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya .........., saya perawat yang dinas di ruangan ini .... Saya yang merawat mas B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas B dan cara merawat B di rumah?” “Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang ruang tamu ini?” “Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit” KERJA “Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan mas B ini?yang terjadi pada mas B ini merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama: ‘Bapak/Ibu mengerti mas B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.” “Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.” “Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B” “Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak)



“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Mas B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian. TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di rumah?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi” “Jam berapa bapak dan ibu bisa ?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”



SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien



ORIENTASI “Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi” “Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?” “Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?” “Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?” “Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”



KERJA “Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini” “Bagus, betul begitu caranya” “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki B. Bagus.” “Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?” “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B” “Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien) TERMINASI “Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B” “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya” “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”



SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan pasien



ORIENTASI “Selamat pagi pak, bu, karena mas B rencana mau pulang, bagaimana kalau kita berbincang tentang perawatan lanjutan untuk B?” “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini” “Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan administrasi di depan.”



KERJA “Pak/Bu, ini jadwal B yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semu? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol ke rumah sakit ya”



TERMINASI “Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?” “Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Sampai jumpa!”