Aidil Dzikri Setiawan - Laporan Pemeriksaan Benih [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI BENIH “PEMERIKSAAN BENIH KERING”



OLEH : NAMA



: AIDIL DZIKRI SETIAWAN



NO. BP



: 1810212051



KELAS KULIAH



: AGRO A



KELAS PRAKTIKUM



: AGRO A



ASISTEN KELAS



: 1. SRI MULYANI S.P 2. LENI ARMELIA



DOSEN PENJAB



(1710252018)



: Dr. HALIATUR RAHMA, S.Si. MP



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2021



DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1



Latar Belakang ............................................................................................... 1



1.2



Tujuan............................................................................................................. 2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3 2.1



Uji Pemeriksaan Benih Kering ....................................................................... 3



BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................ 6 3.1



Waktu dan Tempat ......................................................................................... 6



3.2



Alat dan Bahan ............................................................................................... 6



3.3



Cara Kerja ...................................................................................................... 6



BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 7 4.1



Hasil ............................................................................................................... 7



4.2



Pembahasan .................................................................................................. 10



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 12 5.1



Kesimpulan................................................................................................... 12



5.2



Saran ............................................................................................................. 12



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13 LAMPIRAN............................................................................................................... 14



i



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu dari penyakit tanaman (fitopatologi), didefinisikan sebagai studi tentang penyakit pada benih untuk mengetahui faktor penyebab penyimpangan fungsi benih. Bidang ilmu ini juga mempelajari hubungan antara patogen dan inangnya yaitu peran biji sebagai sumber penyebaran dan penularan penyakit, serta tindakan yang perlu diambil untuk mengendalikan kerusakan yang diakibatkannya. Diperlukan dukungan pengetahuan lain di antaranya fitopatologi umum, mikrobiologi, dan teknologi benih dalam mempelajari patologi benih. Benih sehat memiliki arti bahwa biji yang digunakan sebagai benih atau bahan tanam, harus bebas dari infeksi ataupun kontaminasi patogen yang terdiri atas beberapa jenis seperti jamur, bakteri, dan virus. Benih merupakan masukan utama dalam usaha tani yang tidak mungkin diganti dengan masukan yang lain. Benih yang digunakan dalam usaha tani haruslah benih yang bermutu tinggi sehingga mampu menghasilkan tanman yang mampu berproduksi dengan maksimal. Benih yang bermutu adalah benih yang sudah mengalami tahaptahap pengujian sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Banyak jasad renik yang terbawa oleh benih yang bersifat patogenik. Semua golongan patogen sepertihalnya jamur, bakteri, virus, insekta, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benih telah teribfeksi, terkontaminasi dipermukaan, atau terbawa bersama benih dalam bentuk sklerotia. Penyakit yang ditimbulkan oleh jasad renik tersebut dapat menyerang benih. Disamping menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang berasal dari benih, jasad renik dapat menginfeksi tanaman yang ada disekitarnya, bahkan juga kedaerah lain. Pentingya pengujian kesehatan benih adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih sehingga dapat merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit lain kedaerah dimana hama dan penyakit itu belum ada sebelumnya. Dengan



1



dilakukan uji kesehatan benih dapat mengurangi resiko terbawanya patogen kedaerah lain yang dapat merusak tanaman yang ada. Praktikum patologi benih dalam acara metode pengujian pemeriksaan benih kering yang dilaksanakan secara mandiri dimaksudkan agar mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah ini dapat mengetahui sehat tidaknya sebuah benih apabila akan di tanam. Biji yang terlihat sehat bisa saja terdapat pathogen di dalamnya. Pengujian kesehatan biji biasanya dilakukan dengan cara pengamatan pada biji kering. Pengamatan pada biji kering meliputi perubahan warnanya, bernas tidaknya biji, ada tidaknya kotoran, munculnya bercak,munculnya jamur di permukaan biji dan seklerotiannya.



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum pemeriksaan benih kering ini yaitu mengetahui kesehatan benih dengan cara pengujian benih kering serta mengetahui adanya propagule patogen yang terbawa benih.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Pemeriksaan Benih Kering Benih merupakan masukan utama dalam usaha tani yang tidak dapat digantikan dan menjadi faktor penentu keberhasilan dari usaha tani tersebut. Penggunaan benih yang bermutu tinggi dapat menjadi pertimbangan untuk mampu berproduksi secara maksimal. Benih yang bermutu tinggi adalah benih yang sehat dan terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh patogen, tidak terkecuali patogen sebagai kontaminan (Pitojo, 2005). Benih dapat terinfeksi patogen dan akan berdampak pada daya tumbuh dari tanaman tersebut. Benih yang terinfeksi juga dapat menularkan lewat benih yang tumbuh menjadi tanaman yang membawa patogen dan menyebarkannya ke tanaman lain yang berada di dekatnya. Sehingga perlu adanya perlakuan terhadap benih agar terhindar dari serangan patogen lapang maupun patogen pasca panen. Perlakuan benih ini memiliki fungsi menghilangkan sumber infeksi benih, melindungi dari patogen dan meningkatkan daya kecambah benih (Situmeang et al, 2014). Benih dapat menjadi pembawa atau pengangkut patogen yang baik dari daerah satu ke daerah lainnya. Umumnya penyebaran patogen antar negara melalui jalur impor dan ekspor benih. Hal ini menjadi akses yang baik bagi patogen untuk melakukan invasi ke daerah yang baru. Maka dari itu perlu adanya inspeksi, identifikasi dan proses karantina terhadap benih yang baru masuk ke setiap negara agar mengurangi penyebaran patogen tular banih (Harahap et al, 2015). Benih yang diperlukan dalam budidaya tanaman harus menggunakan benih sehat dan memiliki mutu yang tinggi. Penggunaan benih yang tidak sehat mampu menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman yang dihasilkan dari benih yang tidak sehat tersebut. Sehingga perlu adanya perlakuan terhadap benih sebagai pengujian dan memproteksi benih dari gangguan patogen. Sebagai contoh kegiatan isolasi terhadap benih dilakukan untuk mengidentifikasi jenis patogen yang menyerang benih (Winami, 2013).



3



Persyaratan terpenting untuk memproduksi tanaman pangan yang baik dilakukan dengan pemilihan benih bermutu tinggi yang nantinya menghasilkan varietas bermutu tinggi, bebas penyakit dan dapat disesuaikan dengan area pertumbuhan. Penyakit terbawa benih disebabkan oleh biji yang membawa patogen. Oleh sebab benih merupakan input yang penting dan tergolong murah maka harus memperhitungkan kemurnian dan kesehatan benih. Benih yang disimpan dalam waktu yang lama dapat pula mengembalikan penyakit lama jika benih tersebut ditanam (Amodu et al, 2015). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Salah satu pengujian terhadap mutu benih ialah uji mutu kesehatan benih atau uji kesehatan benih yang bertujuan untuk mengetahui adanya inokulum yang patogenik, mempelajari penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji daya kecambah, sehingga dapat ditentukan kondisi kesehatan dari kelompok benih. Pada pelaksanaan pengujian benih perlu menyediakan suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA (International Seed Testing Association) (Sutopo, 1998). Beberapa metode pemeriksaan benih yang umum digunakan adalah metode pemeriksaan benih kering, pemeriksaan secara perendaman benih dan pemeriksaan secara inkubasi yang meliputi metode kertas, metode agar dan metode Growing on Test (Neergard, 1998) Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Pengujian ini dapat dilalukan dengan metode kering, pencucian biji dan inkubasi. Uji kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui adanya inokulum yang patogenik, mempelajari penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji daya kecambah, sehingga dapat ditentukan kondisi kesehatan dari kelompok benih. Benih mempunyai mutu genetik yang baik apabila asli (true to type), dan diketahui varietasnya. Uji kemurnian benih merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk mengendalikan mutu genetik suatu lot benih (Mulsanti et al, 2013) Pada pengujian pemeriksaan benih kering kurang lebih hampir sama dengan analisis kemurnian benih. Setyastuti (2004) mengatakan untuk analisis kemurnian benih maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu benih murni, adalah



4



segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah : Benih masak utuh, Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak, Benih yang telah berkecambah sebelum diuji. Pecahan atau potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya,asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali, benih tanaman lain, adalah jenis atau spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji, dan yang ketiga kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa yaitu seperti benih dan bagian benih, benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih = 0,5 ukuran normal 12 dan cangkang benih, kulit benih, bahan lain, Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting,daun, tangkai, dll (Setyastuti, 2004)



5



BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Patologi Benih dengan kegiatan Uji Pemeriksaan Benih Kering dilaksanakan pada tanggal tanggal 10 Februari 2021 secara Mandiri dan daring melalui Google Meet.



3.2 Alat dan Bahan Dalam praktikum ini alat yang digunakan yaitu pinset, timbangan dan kertas karton putih. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih kering terong varietas Mustang F1.



3.3 Cara Kerja Ambil benih terong varietas Mustang F1 yang sudah disediakan tadi sebanyak 50g. Kemudian benih ditempatkan diatas kertas karton putih. Lalu dilanjutkan dengan melakukan pengamatan dan pemisahan dengan memperhatikan benih normal, diskolorasi benih (perubahan warna pada benih), benih abnormal (ukuran kecil, mengkerut, kisut, dll), benih rusak atau pecah, benih lain (tercampur dengan benih lain), dan benih berjamur Kotoran (batu, ranting, dll).



6



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Tabel Hasil Pengamatan Uji Pemeriksaan Benih Kering Pada Terong



Pengama



Ura



Persen



tan



ian



tase



Dari semua



Dari 1.150 benih



Benih Normal butir benih terong yang



Dokumentasi



terong didapatkan



ada didapatkan sekitar 1.099 banyak benih



benih yang



yang normal.



normal dengan persentase sebesar (95,6%).



Disklorasi Benih



Didapatkan



Dari 1.150 benih



beberapa benih terong terong yang



didapatkan



mengalami



sekitar 2 benih



disklorasi



yang mengalami



(perubahan



perubahan warna



warna) hal ini



dengan



bisa



persentase



disebabkan



sebesar (0,17%).



oleh serangan oleh pathogen dan terjadi



7



kemunuran benih. Benih Abnormal



Didapatkan



Dari 1.150 benih



beberapa benih terong terong yang



didapatkan



abnormal hal



sekitar 46 benih



ini bisa



yang abnormal



disebabkan



dengan



oleh kelainan



persentase



yang terjadi



sebesar (4%).



pada benih tersebut. Benih Rusak



Hanya



Dari 1.150 benih



didapatkan



terong



satu benih



didapatkan



terong yang



sekitar 1 benih



rusak ini bisa



yang rusak



disebabkan



dengan



oleh akibat



persentase



kesalahan pada sebesar (0,09%). saat pengolahan atau pengemasan benih.



8



Benih Lain



Tidak



Dari 1.150 benih



didapatkan



terong tidak



benih lain



didapatkan benih



yang



lain yang



tercampur



tercampur



dengan benih



dengan benih



terong hal in



terong maka



berarti



persentase yang



menandkan



didapatkan



bahwa benih



persentase



terong sudah



sebesar (0%).



diperiksan dengan baik Benih Berjamur



Tidak



Dari 1.150 benih



didapatkan



terong tidak



benih terong



didapatkan benih



yang berjamur yang berjamur hal ini



maka persentase



menandakan



yang didapatkan



bahwa benih



persentase



terong tersebut sebesar (0%). tahan terhadap serangan jamur



9



Kotoran Benih



Didapatkan



Dari 1.150 benih



beberapa



terong



kotoran seperti didapatkan batu kerikil



sekitar 2 kotoran



pada



yang ada pada



kumpulan



benih terong



benih terong



didapatkan persentase sebesar (0,17%).



4.2 Pembahasan Pada kegiatan praktikum Patologi Benih mengenai Uji Pemeriksaan Benih Kering merupakan metode yang bertujuan untuk memeriksa benih apakah tercampur dengan kotoran-kotoran, sisa tanaman, sklerotia, insekta dan sebagainya. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna benih, benih yang mengalami kerusakan, benih yang abnormal. Komoditi benih yang digunakan yaitu benih terong varietas F1 yang praktikan dapatkan ditoko pertanian yang terdapat di wilayah Pelalawan, Riau. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan total benih sebanyak 1.150 butir. Benih normal yang didapatkan dari 1.150 benih terong yaitu sekitar 1.099 benih yang normal dengan persentase sebesar (95,6%) hal ini menunjukkan bahwa masih banyak terpadat benih yang sehat dan memiliki mutu benih yang baik. Untuk benih yang mengalami disklorasi didapatkan dari 1.150 benih terong sekitar 2 benih yang mengalami perubahan warna dengan persentase sebesar (0,17%). Hal ini bisa disebabkan oleh pathogen dan terjadinya kemunduran benih. menurut Anderson (1972) kemunduran benih dapat ditunjukkan oleh gejala fisiologis sebagai betikut: (a) terjadinya perubahan warna benih (b) tertundanya perkecambahan; (c) menurunnya,



toleransi



terhadap



kondisilingkungan



sub



optimum



selama



perkecambahan (d) rendahnya toleransiterhadap kondisi simpan yang kurang sesuai (e)



10



peka terhadap radiasi; (f)menurunnya pertumbuhan kecambah; (g) menurunnya daya berkecambah,dan (h) meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Pada Benih Abnormal didapatkan dari 1.150 benih terong sekitar 46 benih yang abnormal dengan persentase sebesar (4%), hal ini bisa disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada benih dan terjadinya kemundura benih yang menyebabkan beberapa benih terong menjadi abnormal. Benih rusak yang didapatkan dari 1.150 benih terong sekitar 1 benih yang rusak dengan persentase sebesar (0,09%) hal ini mungkin disebabkan karena ada kesalahan pada saat pengolahan atau pengemasan benih. Pada benih berjamur dan benih lain, dari 1.150 benih terong tidak didapatkan benih yang berjamur dan benih yang tercampur sehingga didapatkan persentase sebesar (0%). Hal ini menandakan bahwa benih tahan terhadap serangan jamur dan juga pada saat pengolahan dan pengemasan benih dilakukan dengan baik sehingga benih terong tidak tercampur dengan benih lain. Untuk benih kotoran, dari 1.150 benih terong didapatkan sekitar 2 kotoran yang ada pada benih terong sehingga persentase yang didapatkan sebesar (0,17%). Kotoran benih yang terdapat pada benih terong yaitu batu kerikil yang kemungkinan disebabkan pada saat mengeluarkan benih dari kemasan ke wadah, wadah tersebut tidak bersih sehingga kotoran benih tercamput dengan benih terong.



11



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebelum melakukan penanaman, yang harus dilakukan dahulu yaitu memperhatikan benih yang akan digunakan. Karena benih merupakan titik awal dari pertumbuhan tanaman, maka dari itu harus memerhatikan mutu atau kualitas yang dimiliki oleh benih tersebut. Dimana mutu benih dipengaruhi oleh kesehatan benih seperti bakteri, jamur dan virus. Jika benih sudah terkontaminasi oleh patogen maka hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan akan mempengaruhi jumlah produksi. Untuk memerhatikan benih yang digunaka bisa digunakan Uji Pemeriksaan Benih Kering yang dimana merupakan metode yang bertujuan untuk memeriksa benih apakah tercampur dengan kotoran-kotoran, sisa tanaman, sklerotia, insekta dan sebagainya. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna benih, benih yang mengalami kerusakan, benih yang abnormal.



5.2 Saran Ada pun untuk saran pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya di lakukan dengan sungguh-sungguh dan teliti agar jumlah benih yang diamati akurat dan juga agar pratikum dapat sesuai prosedur, dan tentunya berjalan lancar.



12



DAFTAR PUSTAKA Amodu, U. S., B. O. Aku. 2015. Seed-Borne Diseases and Nigeria Agriculture. Agriculture and Veterinary Sciences. 2(3B): 243 – 252.



Baki, A.A. and Anderson, J.D. 1972. Physiological and Biochemical Deterioration of Seeds. Seed Biology Vol. II, 283 – 315.



Harahap, A. S., T. S. Yuliani, dan Widodo. 2015. Deteksi dan Identifikasi Cendawan Terbawa Benih Brassicaceae. J. Fitopatologi Indonesia. 11(3): 97 – 103



Mulsanti, I.W., M. Surahman, S. Wahyuni, dan D.W. Utami. 2013. Identifikasi galur tetua padi hibrida dengan marka SSR spesifik dan pemanfaatannya dalam uji kemurnian benih. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 32(1):1-8.



Neergard, P. 1988. Seed Phatology; vol I. The MacMillan Press Ltd. Hongkong



Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah. Penerbit Kasinius : Jakarta.



Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) : 22-3



Situmeang M, Purwantoro A, Sulandari S. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap perkecambahan dan kesehatan benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill). J Vegetalika 3 (3): 27-37



Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta



Winami, Inggit. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Patogen pada Benih Padi dan Kedelai. Matematika, Sains, dan Teknologi. 14(2): 135 – 141. 13



LAMPIRAN 1.



Perhitungan Benih Normal : 1.099 / 1.150 x 100 = 95,5%



Benih Berubah Warna : 2 / 1.150 x 100 = 0,17%



Benih Abnormal : 46 / 1.150 x 100 = 4%



Benih Rusak : 1 / 1.150 x 100 = 0.09%



Kotoran Benih : 2 / 1.150 x 100 = 0,17%



14



2.



Dokumentasi



No 1



Gambar



Deskripsi Benih yang digunakan yaitu benih terong varietas Mustang F1.



2



Pinset yang digunakan sebagai alat untuk memisahkan benih.



3



Alat yang digunakan untuk menimbang benih .



15



4



Kegiatan pengamatan uji pemeriksaan benih kering dengan pengamatan disklorasi benih, benih abnormal, benih rusak, benih lain, benih berjamur, dan kotoran benih.



16



3.



Video



https://www.youtube.com/watch?v=nRB8gEQaWik&t=31s



17