Aksep WSD Jadi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • zery
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ALAT BANTU RESPIRASI: WATER SEAL DRAINAGE (WSD) Disusun guna memenuhi sebagian syarat dalam Pelatihan Keperawatan Kardiovaskuler Dasar



Oleh : Kelompok IX Irpan Abdul Rahman Nanda Maretta Vitria Siti Fathimah Fadlulloh



( RS Hermina Galaxy ) ( RSAB Harapan Kita ) ( RS Hermina Ciputat )



IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA ( INKAVIN ) JAKARTA 2021



DAFTAR ISI BAB I.......................................................................................................................4 PENDAHULUAN...................................................................................................4 1.1.



Latar Belakang..........................................................................................4



1.2.



Rumusan Masalah.....................................................................................5



1.3.



Tujuan........................................................................................................5



1.4.



Manfaat Penulisan.....................................................................................6



BAB I.......................................................................................................................8 TINJAUAN TEORI.................................................................................................8 2.1.



Konsep.......................................................................................................8



2.1.1.



Pengertian..........................................................................................8



2.1.2.



Tujuan pemasangan...........................................................................9



2.1.3.



Indikasi dan Kontraindikasi.............................................................10



2.1.4.



Komplikasi.......................................................................................11



2.1.5.



Jenis-jenis.........................................................................................12



2.1.6.



Prosedur pemasangan dan pelepasan...............................................14



2.2.



Asuhan Keperawatan...............................................................................20



2.2.1.



Pengkajian........................................................................................20



2.2.2.



Pemeriksaan Fisik............................................................................21



2.2.3.



Pemeriksaan Penunjang...................................................................23



2.2.4.



Diagnosa Keperawatan....................................................................24



2.2.5.



Intervensi Keperawatan...................................................................24



BAB III..................................................................................................................31 TINJAUAN KASUS..............................................................................................31 3.1.



Pengkajian...............................................................................................31



3.2.



Analisa Data............................................................................................39



i



3.3.



Diagnosa Keperawatan............................................................................41



3.4.



Rencana Asuhan Keperawatan................................................................43



BAB IV..................................................................................................................54 PEMBAHASAN....................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan



suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan water seal drainage (WSD). WSD merupakan suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada. Selang dada terbuat dari plastik yang fleksibel diinsersikan melalui dinding dada dan masuk ke rongga pleura atau mediastinum. Kebutuhan pemasangan WSD digunakan untuk mengeluarkan udara pada kasus pneumothorax, atau cairan pada kasus efusi pleura, darah pada kasus hematothorax, dan pus pada kasus empiema. Akibat terjadinya perdarahan di rongga paru-paru, atau udara masuk ke dalam rongga paru-paru, maka paru-paru pada sisi yang sakit akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang sakit menjadi berkurang (Kartono, M. 1991). Suatu sistem yang digunakan pada WSD harus mampu mengembalikan tekanan udara pada paruparu, mengembalikan fungsi paru yang kolaps dengan mengeluarkan darah dan cairan lainnya. Beberapa masalah dan komplikasi dapat timbul selama perawatan pasien yang terpasang WSD. Menurut Mohammed, dkk (2016) menjelaskan bahwa perawatan WSD dan manajemen sistem drainage yang tidak tepat dapat mnyebabkan evakuasi cairan atau udara tidak lengkap, sehingga terjadinya penundaan reekspansi paru. Adapun masalah lainnya yang sering muncul, meliputi drainage yang tersumbat, hematothorax yang tertahan, empiema, dan peningkatan risiko infeksi (Sahib, 2019).



1



Pada penelitian Ayob, dkk (2019) ditemukan sekitar 2-25% pasien yang terpasang WSD mengalami komplikasi infeksi. Beberapa upaya harus dilakukan untuk meminimalisir risiko komplikasi pada pemasangan WSD. Sitem drainage yang adekuat, dan kemampuan perawat yang baik dalam memahami fungsi sistem drainage ini sangat diperlukan. Perawatan post tindakan WSD yang sesuai dengan standar prosedur akan menunjang keberhasilan dari tindakan WSD yang dilakukan. Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).



1.2.



Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat untuk di bahas pada makalah ini



adalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)? 2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)? 3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD? 4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)? 5. Apa saja jenis-jenis dari WSD (Water Seal Drainage)? 6. Bagaimana prosedur pemasangan dan pelepasan WSD (Water Seal Drainage)? 7. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan alat bantu respirasi WSD?



1.3.



Tujuan



1. Tujuan Umum Memahami asuhan keperawatan pasien dengan alat bantu respirasi: WSD (Water Seal Drainage). 2. Tujuan Khusus 1. Mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?



2



2. Mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)? 3. Mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)? 4. Mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)? 5. Mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)? 6. Mampu memahami prosedur pemasangan dan pelepasan WSD (Water Seal Drainage)? 7. Mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan alat bantu respirasi WSD (Water Seal Drainage)? 1.4.



Manfaat Penulisan



Adapun manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan Makalah ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) . Makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi di lapangan sesuai atau tidak. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Peserta Pelatihan Kardiovaskuler Dasar Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wacana keilmuan bagi Peserta dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) . Selain itu juga sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif



bagi



profesi



keperawatan



dalam



memberikan



asuhan



keperawatan pada. pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) b) Bagi Rumah Sakit Manfaat



Makalah



ini



dapat



digunakan



sebagai



asuhan



keperawatan bagi pasien khususnya pada pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) . Selain itu dapat juga melakukan pencegahan dengan memberikan penyuluhan kesehatan atau pendidikan



3



kesehatan kepada pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) c) Bagi Institusi Pendidikan Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) d) Bagi Pasien dan Keluarga Manfaat Makalah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar pasien dan keluarga mengetahui gambaran umum tentang perawatan pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD) e) Bagi pembaca Manfaat Makalah bagi pembaca yaitu agar mengetahui dan memahami bagaimana cara merawat pasien dengan alat bantu respirasi Water Seal Drainage (WSD)



4



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1. Konsep 2.1.1.



Pengertian



Water Seal Drainage (WSD) merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut melalui selang di dada. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubricant (gambar 2.1).



Gambar 2.1 Tekanan saat inspirasi dan ekspirasi Adapun prinsip yang digunakan pada pemasangan WSD, diantaranya: 1.



Gravitasi Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah



2.



Tekanan Negatif



Udara atau cairan dalam rongga dada menghasilkan tekanan positif 763 mmHg/lebih di rongga pleura. Udara dan cairan pada water seal pada selang dada menghasilkan tekanan positif yang kecil 761 mmHg. Sebab udara dan cairan bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ketekanan yang lebih rendah, akan berpindah dari tekanan tinggi ke rendah yang dihasilkan waterseal. 3.



Suction Suatu kekuatan tarikan



yang lebih kecil dari pada



tekanan atmosfir 760mmHg. Suction dengan kekuatan negative 20 cmH2O menghasilkan tekanan atmosfer 746mmHg sehingga udara atau cairan berpindah dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. 4.



Waterseal Membiarkan udara keluar dari rongga pleura dan mencegah udara masuk ke rongga pleura. Botol diisi dengan cairan steril ujungnya terendam 2cm menghasilkan tekanan positif 1,5 mmHg semakin dalam selang water seal terendam air semakun besar tekanan yang dihasilkan. Pada saat ekspirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga udara dan air dari rongga pleura bergerak masuk ke botol. Pada saat inspirasi tekanan pleura lebih negative sehingga waterseal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura.



2.1.2.



Tujuan pemasangan



Tujuan pemasangan WSD, meliputi: 1) mengeluarkan cairan, darah atau udara dari rongga pleura dan rongga thorak; 2) mengembalikan



tekanan



negative



pada



rongga



pleura;



3)



mengembangkan kembali paru yang kolaps; 4) mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada; dan 5) mengalirkan / drainage



udara



atau



cairan



dari



rongga



mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.



pleura



untuk



Pada kasus trauma toraks, WSD dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Diagnostik Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita shock 2. Terapi Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya. 3. Preventif Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.



2.1.3.



Indikasi dan Kontraindikasi



Beberapa indikasi pemasangan WSD, terdiri dari: 1. Pneumothoraks, adanya udara dalam rongga pleura. Disebabkan oleh: Spontan > 20% oleh karena rupture, luka tusuk tembus, klem dada yang terlalu lama, kerusakan selang dada pada sistem drainase 2. Hemothoraks, adanya darah dalam rongga pleura. Disebabkan oleh: robekan pleura, kelebihan antikoagulan, pasca bedah thoraks. 3. Hemopneumothorak Disebabkan oleh: thoracotomy, lobectomy, pneumoktomy 4. Efusi pleura, adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura. Disebabkan



oleh:



infeksi,



CHF,



hepar/ginjal/hipoalbumin, Post operasi jantung 5. Emfiema : Penyakit paru serius, kondisi inflamsi 6. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk 7. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator



gangguan



Sedangkan, beberapa kontraindikasi pemasangan WSD antara lain: 1) infeksi pada tempat pemasangan; 2) gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol; 3) menempelnya paru paru pada dinding dada; dan 4) pada giant bullae resiko perforasi. 2.1.4.



Komplikasi Komplikasi pemasangan WSD, meliputi:



1. Komplikasi primer Perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia 2. Komplikasi sekunder Infeksi, emfiema 3. Komplikasi lainnya Laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien, jantung, paru) perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat Menurut John (2014), komplikasi pemasangan drainage dada secara luas diklasifikasikan sebagai teknis dan infektif. Penyebab teknis termasuk tube malposition (TM), drainase yang tersumpat, dislodgement drain, edema paru reekspansi, emfisema subkutan, cedera saraf, cedera jantung dan pembuluh



darah,



cedera



esofagus,



residu/postextubasi



pneumothoraks, fistula, kekambuhan tumor di lokais pemasangan,



herniasi



melalui



lokasi



torakostomi,



chylothorax dan disritmia jantung. Komplikasi infeksi termasuk empiema dan infeksi di tempat pembedahan. Pada kasus TM angka kejadian pada pasien yang menjalani thorakostomi dengan teknik trocar mencapai 29% penempatan



drain



pada



bagian



dorsal



lebih



dan besar



kemungkinan terjadinya TM sekitar 33%. Sedangkan untuk kasus infeksi pada pasien yang terpasang drain mencapai 16,32%, dan sedikit pasien (4,87%) mengalami sepsis empiema recurrent.



2.1.5.



Jenis-jenis



Sistem WSD dibagi menjadi 3 jenis, meliputi WSD dengan system satu botol, WSD dengan system dua botol, dan WSD dengan system tiga botol (gambar 2.2).



Gambar 2.2 Sistem WSD 1. WSD dengan sistem satu botol Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru. Note: 



Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.







Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.







Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.







Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar







Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi







Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan, Inspirasi akan meningkat dan pada saat ekpirasi menurun



2. WSD dengan sistem 2 botol Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peurala Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. 3. WSD dengan sistem 3 botol Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD. Drainage



tergantung



ditambahkan



gravitasi



dan



jumlah



hisapan



yang



Botol ke-3 mempunyai 3 selang : 



Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua







Tube pendek lain dihubungkan dengan suction







Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer



2.1.6.



Prosedur pemasangan dan pelepasan



1) Persiapan pasien sebelum pemasangan WSD a. Memeriksa kembali instruksi dokter b. Mengecek inform consent c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan 2) Persiapan Alat Pemasangan WSD a) Persiapan Alat b) Troly dressing c) Cairan antiseptic d) Sarung tangan steril, topi, masker, gaun dan duk steril e) Anastesi local : lidokain 1% f) Drain set steril g) Container Drain h) Trocar sesuai kebutuhan i) Tubing ¼ , 1/16 j) Blade no.11. k) Benang silk no.1 l) Kelly clamp/pean besar m) Gunting steril n) Konektor cabang/ Y connector o) Troley emergency p) Nier beken q) Kassa steril r) Sumber suction



Ukuran selang dada (chest tube): 



Drainase cairan ( Darah, pus no 28-30 F)







Drainase udara no 20-24 F







Berdasarkan usia: 8-12F untuk bayi dan anak kecil 16-20F anak dan dewasa muda 24-32F rata rata orang dewasa 36-40F dewasa dengan BB yang besar



3) Pelaksanaan pemasangan WSD Prosedur



ini



dilakukan



oleh



dokter.



Perawat



membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien. Tentukan tempat pemasangan: 



Bagian apex paru (apical) Anterolateral interkosta ke 1-2 Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura







Bagian basal Letak selang pada inerkosta V-VI atau interkosta VIII-IX mid axillar line; Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura Setelah



bedah



jantung,



selang



ditempatkan didaerah mediastinum, intra pleura kanan/kiri. a. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan b. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis Pada saat inspirasi:



Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara. Pada saat ekspirasi: Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD c. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru d. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps e. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada f. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan g. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan



1.



Tindakan setelah prosedur pemasangan a. Perhatikan undulasi pada selang WSD b. Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain : c. Motor suction tidak berjala d. Slang tersumbat dan terlipat e. Paru-paru telah mengembang f. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas g. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar h. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air i. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar j. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama k. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan l. Anjurkan



pasien



memilih



posisi



yg



nyaman



dengan



memperhatikan jangan sampai slang terlipat m. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi n. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu o. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang p. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan q. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif



r. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh s. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD t. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD



2. Perawatan WSD a.



Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.



b.



Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.



c.



Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.



d.



Dalam perawatan yang harus diperhatikan : 



Penetapan slang. Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.







Pergantian posisi badan. Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.







Mendorong berkembangnya paru-paru.







Dengan



WSD/Bullow



drainage



diharapkan



paru



mengembang. 



Latihan napas dalam.







Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.







Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.







Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.







Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan



bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan. 



Suction harus berjalan efektif :







Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.







Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.







Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.



3. Pelepasan WSD 



Produksi drain serous